You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang


progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). Di negara maju, angka penderita

gangguan

ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian


penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996
terjadi 166.000 kasus gagal ginjal tahap akhir dan pada tahun 2000
menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus
naik. Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari
650.000 kasus. Selain diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu
di Amerika diperkirakan mengalami Gagal Ginjal Konik (GGK) tahap
awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura itu,
pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita
yang menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000
terjadi peningkatan lebih dari 200.000 penderita (Brunner &
Sudarth, 2002).

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL


A. Pengertian
Gagal ginjal atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronis
terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahuntahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan
peningkatan

bertahap

dalam

gejala-gejala,

menyebabkan

penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal kronis biasanya


akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap.
Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia
adalah peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan ditegakkan
bila konsentrasi ureum plasma meningkat.
B. Etiologi
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebabsebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat dibagi
menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik:

Infeksi : Pielonefritis kronik


Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis

nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.


Gangguan jaringan penyambung : Lupus

sistemik, Poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.


Gangguan kongerital dan hereditas : Penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal.


Penyakit metabolic :

tiroidisme, amiloidosis.
Nefropati toksik : Penyalahgunaan
timbale

Diabetes

militus,

benigna,

eritematosus

gout,

hiperpara

analgesik,

nefropati

Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas kalkuli ,


neoplasma, fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian
bawah: hipertropi prostate, struktur urea, anomaly kongetal
pada leher kandung kemih dan uretra.

C. Tanda dan gejala


Penurunan

fungsi

ginjal

akan

mengakibatkan

berbagai

manifestasi klinik mengenai dihampir semua sistem tubuh


manusia, seperti:
1. Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan
dengan terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin)
akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus
sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut.
Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering
yang belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif hampir
dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan
kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
2. Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul
bintik-bintik hitam dan gatal akibat uremik atau pengendapan
kalsium pada kulit.
3. Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal
Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa
disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal
Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik
ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering
timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering
disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau
dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun
limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler

terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik


mudah terinfeksi, oleh karena imunitas yang menurun.

4. Sistem Saraf Otot


Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerakgerak (restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada
kaki,

gangguan

gangguan

tidur,

syaraf

dapat

gangguan

pula

berupa

konsentrasi,

kelemahan,

tremor,

kejang

sampai penurunan kesadaran atau koma.


5. Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi,
mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik
oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin
angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala
yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat
pula

terjadi

perikarditis

yang

disertai

efusi

perikardial.

Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan


elektrolit.
6. Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas
sering dijumpai pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat
pula terjadi gangguan menstruasi sampai aminore. Toleransi
glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga
gangguan metabolik vitamin D.
7. Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi,
gangguan elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai,
seperti

asidosis

metabolik,

hipokalsemia.
D. Pemerikasaan Penunjang
1. Urine

hiperkalemia,

hiperforfatemi,

Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)

atau urine tak keluar (anuria)


Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan
oleh pus bakteri, lemak, partikel koloid, forfat atau urat.
Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, HB,

mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010

menunjukan kerusakan ginjal berat).


Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan

kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1


Klirens keratin : Mungkin agak menurun
Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak

mampu mereabsorbsi natrium.


Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat
menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen
juga ada.

2. Darah
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi kadar kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir

(mungkin rendah yaitu 5)


Hitung darah lengkap : Ht : Menurun pada adanya anemia

Hb:biasanya kurang ari 78 g/dL


SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin

seperti pada azotemia.


GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
terjadi

karena

kehilangan

kemampuan

mengeksresi hydrogen dan

amonia atau

untuk

hasil akhir

katabolisme protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun .


Natrium Serum : Mungkin rendah (bila ginjal kehabisan
Natrium

ginjal

atas

normal

(menunjukan

status

dilusi

hipernatremia).
Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak
terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.

Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan

cairan,

penurunan

pemasukan,

atau

penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.


Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering

sama dengan urine.


KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung

kemih dan adanya obstruksi (batu)


Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis

ginjal dan ureter.


Arteriogram Ginjal

mengidentifikasi ekstravaskular massa.


Sistouretrogram Berkemih : Menunjukan ukuran kandung

kemih, refluks ke dalam ureter, terensi.


Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya

Mengkaji

sirkulasi

ginjal

dan

massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian

atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk

menentukan sel jaringan untuk diagnosis histoligis.


Endoskopi
Ginjal,
Nefroskopi
:
Dilakukan

untuk

menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan

pengangkatan tumor selektif.


EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan

elektrolit dan asam/basa.


Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat
menunjukan demineralisasi. (Rencana Askep, Marilyn E
Doenges dkk)

E. Manifestasi Klisnis
1.
Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensinaldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner
(akibat cairan berlebih) dan perikarditis (akibat iritasi pada
lapisan perikardial oleh toksin uremik).

2.

Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus).


Butiran uremik merupakan suatu penunpukkan kristal urin di

3.
4.

kulit, rambut tipis dan kasar.


Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak

5.

mampu berkonsentrasi, kedura otot dan kejang.


Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan

6.

kusmaul.
Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.

F. Pencegahan
Pemeliharaan

kesehatan

umum

dapat

menurunkan

jumlah

individu yang menjadi insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan


ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis
dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada
waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
G. Pengobatan / Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal

dan

homeostasis

selama

mungkin.

Adapun

penatalaksaannya sebagai berikut :


1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet

rendah

protein

(20-40

g/hari)

dan

tinggi

kalori

menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia,


menyebabkan

penurunan

ureum

dan

perbaikan

gejala.

Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.


2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit
meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pada beberapa
pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau
diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk
mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan

suplemen

natrium

klorida

atau

natrium

bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan,

urine,

dan

pencatatan

keseimbangan

cairan

(masukan

melebihi keluaran sekitar 500 ml).


3. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir
gagal kiri pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa
tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop,
selain obat anti hipertensi.
4. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis
berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan
kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik
hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi
kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi
non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang
menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam
kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma
kurang dari 15 mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang
sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki secara
spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat
dapat berbahaya.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat
seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium
karbonat (500-3000mg) pada setiap makan. Namun hati-hati
dengan toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen vitamin
D dan dilakukan paratiroidektomi atas indikasi.
7. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan
diterapi lebih ketat.
8. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya

digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin dan


alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme
dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan
sitostatik.
9. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi

denagn

ketat

kemungkinan

ensefelopati

uremia,

perikarditis, neurepati perifer, hiperkalemia yang meningkat,


kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam
jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
10.

Persiapan dialysis dan program transplantasi

Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.


Indikasi dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal
dengan

klinis

yang

jelas

meski telah

konservatif atau terjadi komplikasi.

dilakukan

terapi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN CRF

I.

Identitas Klien

Nama

: Tn. M

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Buruh Penggergajian kayu

DX Medis

: CRF

Keluhan utama:

Perut membesar.

Riwayat Penyakit Sekarang:


2 tahun yang lalu jatuh, lutut sakit setelah diberikan
perawatan di rumah bisa sembuh, satu tahun kemudian jatuh
lagi lututnya dipasang gips di rumah sakit Pati, kemudian diberi
obat bisa sembuh, tetapi masih terasa nyeri kemudian periksa
lagi

diberi

obat

nyeri

bisa

hilang,

kemudian

bila

klien

mengkonsumsi obat tersebut perut terasa perih dan muka jadi

sembab.
5 bulan yang lalu klien merasa perutnya semakin lama
bertambah membesar sehingga aktivitas terganggu, mual +,
muntah +, sesak +, pusing, bila untuk beraktivitas cepat lelah,
kemudian

diperiksakan

ke

dokter

belum

ada

perubahan,

kemudian disarankan dibawa ke RSDK Semarang.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, HT, DM

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak mempunyai keluarga yang mempunyai

penyakit yang sama dengan klien

II. Pemeriksaaan Fisik

a.

Tanda-tanda vital:

TD: 170/100 mmHg, HR: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt,


Temp: 36,5 0C

b.

Kepala

Bentuk mesosefal, rambut hitam, tidak mudah


rontok, pusing -

c.

Mata

Konjungtiva tampak anemis, sklera tak icterik, kelopak

mata tampak sayu


d.

Hidung

Tidak ada discharge, septum simetris, persepsi


penciuman baik.

e.

Telinga

Discharge -, persepsi pendengaran baik, telinga


kanan dan kiri simetris.

f.

Mulut

Mukosa lembab, tidak ada sariawan, gigi lengkap,


tidak ada caries.

g.

Leher

Tidak

ada

pembesaran

kelenjar

tiroid,

JVP

meningkat, teraba
h.

Dada; bentuk simetris

Paru:
Inspeksi

: pengembangan paru kanan dan kiri

sama

Palpasi

: tidak ada fremitus kanan dan kiri

Perkusi

: timpani pada IC 1-3 kanan dan kiri,

pekak pada IC 4-6 dada kiri,


kanan.

timpani IC 4-6

Auskultasi

: vesikuler +, wheezing -, creekles -,

ronchi basah halus pada IC 7 dada kiri.

Jantung:

Inspeksi : ictus cordis tak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba pada IC 5 mid

clavicula

Perkusi : konfigurasi jantung kearah lateral

Auskultasi

: bunyi jantung I-II murni, gallops -,

mur-mur -.
i.

Abdomen

Inspeksi : cembung mengkilat, tampak asites

Auskultasi

Perkusi : pekak seluruh area abdomen

Palpasi : nyeri tekan pada ulu hati, hepatomegali -,

: bising usus +.

spenomegali -.
j.

Ekstremitas

Tidak ada oedema, dapat bergerak aktif

k.

Integumen

Kulit kering, terasa gatal-gatal seluruh tubuh apalagi

bila berkeringat, hingga sulit tidur, tampak bercak kehitaman


pada kedua lengan atas, dada, punggung, pipi kanan dan kiri.
l.

Genitalia

Impoten tidak ada, aktivitas seksual tidak dilakukan

selama sakit ( 5 bulan)


m.

Anus
Ada benjolan keluar dari anus, tidak nyeri,

Pola Fungsi:

1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit: makan 3X sehari; nasi, lauk pauk, sayur, buah
kadang-kadang, minum 10 gelas lebih air putih teh kadangkadang, susu jarang.

Sesudah sakit: nafsu makan kurang nafsu, makan sedikit


terasa penuh, terasa mual-mual, kadang muntah.
Klien menanyakan mengapa kok makannya hanya sedikit saja
sudah terasa penuh di perut, bisa mual-mual kenapa?
Klien makan hanya porsi dari yang disajikan

2. Pola Eliminasi
BAK : selama sakit berkurang hanya sedikit-sedikit tapi
sering, sampai sulit tidur karena sering kencing malam hari,
tidak rasa sakit selama berkemih.
BAB : selama sakit jarang BAB, walaupun diberi obat peluru
dimasukkan dalam anus.

3. Pola Istirahat dan Tidur


Selama sakit merasa tidurnya sering terbangun karena sering
kencing sedikit-sedikit dan gatal-gatal.
Klien menanyakan kenapa dia sering kencing dan gatal-gatal
4. Kebersihan diri
Selama

sakit

dimandikan

keluarga

2X

perhari

dibantu

keluarga (istrinya), gosok gigi 2X perhari.


5. Lingkungan/Sosial
Sebelum sakit klien merokok 1 bungkus perhari, tidak pernah
mengkonsumsi alkohol
Sesudah sakit klien tidak merokok lagi.
6. Spiritual
Sebelum sakit: melakukan sholat 5 waktu, Sholat Jumatan
dilakukan
Sesudah sakit: sholat dilakukan di tempat tidur
7. Harapan klien yang ingin diperoleh dari perawat
Klien

mengharapkan

segera

sembuh

setelah

mendapat

perawatan dan pengobatan, karena merasa penyakitnya


sudah lama tak ada sembuh-sembuh.

Pemeriksaan Penunjang:

1. Laboratorium

Darah :
Hb
: 8 gr %
L
Ht
: 23, 4 %
L
Eritrosit
:
3,15
jt/mmk
MCH
: 25.30 pg
MCV
: 75.00 FL
MCHC
: 33.80 gr/dl
Leukosit
:
3,400
/mmk L
Trombosit
:
200.000 /mmk
Urea
: 106 mg/dl H
Creatinin
:
3,72
mg/dl H
Natrium
:
137
mmol/L
Kalium
:
6,5
mmol/L
H
Chlorida
:
120
mmol/L
H
Kalsium
:
2,09
mmol/L
L
GDN
: 67,0 mg/dl
2JPP
: 114,0 mg/dl
Hasil BGA:

Temp
Fi O2
Hb
PH
PCO2

:
:
:
:
:

37,2 0C
28 %
8 gr%
7,318
30,2

mmHg

PO2

115,0

mmHg

HCO3
:
TCO2
:
BE
:
BE Effective :
SBC
:
O2 Sat

15,60 mmol/L
16,50
- 8,8
- 10,70
18,1
: 98,1 %

Urin:
PH
Protein
mg/dl (+)
Reduksi
Sedimen
Epitel
Erit
Leuco
Ca Ox
As. Urat
Triple fosfat
Amorf
Sel hialin
Sil granula

: 6.00
:

>

300

: negatif
: 5-6 LPK
: 1-2 LPB
: 4-6 LPB
: neg
: neg
: neg
: positif
: - LPK
: 1-2 LPK

AaDO2
RI

2. Hasil USG:

Hepar : ukuran normal, densitas meningkat homogen, lien

: 49,00
: 0,43

normal; Efusi pleura sinestra; Ke 2 ginjal densitas parenkim


meningkat heterogen, kortek dan medulla sulit dibedakan.

Kesan :
1. Asites luas (transudat?)
2. Proses lesi parenkim hati difus.

DD: OK albumin yang rendah asites luas

3. Proses difus kronis ke 2 ginjal

3.

Hasil konsul mata:


Gambaran

FC

saat

ini

tidak

nampak

retinopati

Hipertensi

Laboratorium

Fosfat organik 5,20 mg/dl


H
Eosinofil
:5%
Basofil
:0
Batang
:3%
Segmen
: 67 %
Limfosit
: 24 %
LED I
: 23 mm
H
LED II
: 53 mm
GDS
: 132 mg/dl
Cholesterol : 211 mg/dl H
Trigiseride
:
167
mg/dl H

Uric acid
HDL Chol
L
LDL Chol
mg/dl H
Bil. Total
mg/dl
Bil. Direk
mg/dl
SGOT
:
SGPT
:
Alkali Fosfat :
Gamma GT :
Mg
:

: 6,5 mg/dl
: 7 mg/dl
:

141

0,56

0,20

36 U/L
30 U/L
70,0 U/L
69 U/L
1,01 mmol/L

Apus Tepi:

Eritrosit

anisositosis

sedang

(makrosit-mikrosit)

Hipokromasi sedang, porkilositosis berat (Ovalosit, Anulosit,


Fragmentosit, Ciger Cell, Burr Cell, Acontosit).

Trombocyt

: jumlah normal bentuk besar +, Giant +.

Leukosit

: jumlah tampak menurun

4. Hasil Foto Thorax:


Cor: membesar ringan
Pulmo: tak tampak kelainan

Program Terapi:

Infus D5 % - 12 tts/mnt
CaCO3 3 X 500 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Kalitake 3 X 1
Ciprofloxacin 2 X 500 mg
Furosemide 2 X 1 tb

III. Analisa Data

Data Fokus

DS:
BAK : selama sakit
berkurang hanya
sedikit-sedikit
DO:
Urea: 106 mg/dl
Creatinin: 3,72 mg/dl
Abdomen: cembung
mengkilat, tampak asites
USG: Asites luas
(transudat?); Proses difus
kronis ke 2 ginjal

DS:
2
Klien
mengatakan nafsu makan
kurang, makan sedikit terasa
penuh, terasa mual-mual,
kadang muntah
DO:

Klien
makan hanya porsi dari

Etiologi

Problem

Penurunan
haluaran urin,
retensi cairan
dan natrium
sekunder
terhadap
penurunan fungsi
ginjal

Kelebihan
volume cairan

Katabolisme
protein,
pembatasan diet,
peningkatan
metabolisme
anoreksi, mual,
muntah

Perubaha
n nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh

yang disajikan

DS:
3 Selama sakit dimandikan
keluarga 2X perhari
dibantu keluarga (istrinya),
gosok gigi 2X perhari.
DO:
Hb : 8 gr %

DS:
4 Klien menanyakan
mengapa kok makannya
hanya sedikit saja sudah
terasa penuh di perut, bisa
mual-mual kenapa?
DO:
Klien menanyakan tentang
pola makannya
Klien menanyakan kenapa
dia sering kencing dan
gatal-gatal

DS:
5 Kulit kering, terasa gatalgatal seluruh tubuh apalagi
bila berkeringat
DO:
Tampak bercak kehitaman
pada kedua lengan atas,
dada, punggung, pipi
kanan dan kiri

Penurunan
produksi energi
metabolic,
anemia, retensi
produk sampah

Intolerans
i aktivitas

Keterbatasan
kognitif, kurang
dan
misintepretasi
informasi

Kurang
pengetahuan
tentang kondisi,
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan

Gangguan status
metabolic, kulit
kering, pruritus

Kerusakan
integritas kulit

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi


cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi
ginjal.
2. Perubahan pola nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan
metabolisme anoreksi, mual, dan muntah.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi metabolic,
anemia, retensi produk sampah.
4. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
kulit pruritus kering.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan kognitif, kurang
terpajan, misintepretasi informasi.

V. Rencana Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

Tujuan:

1 Pasien menunjukkan

Mandiri:

a. Monitor BP, HR, RR, Temp

pengeluaran urin tepat

b. Catat intake & output cairan

seimbang dengan

c. Awasi BJ urin

pemasukan, setelah

d. Batasi masukan cairan

dilakukan tindakan

e. Monitor rehidrasi cairan dan


berikan minuman bervariasi

keperawatan 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :

f. Timbang BB tiap hari dengan


alat

Hasil laboratorium BUN,


creatinin BJ urin, normal

g. Auskultasi

Tanda vital dalam batas

bunyi

perubahan mental, adanya


gelisah

Tidak ada edema, asites

dan

h. Kaji tingkat kesadaran : selidiki

normal
berkurang/hilang

paru

jantung

BB stabil

Intervensi

Kolaborasi :

a. Perbaiki penyebab, misalnya


perbaiki perfusi ginjal, me
COP
b. Pantau hasil pemeriksaan Na
dan Kreatinin, Urine Na serum,
Kalium serum Hb/ Ht
c. Usulkan Rongent Dada
d. Berikan terapi furosemide 40
mg dan captopril 12,5 mg
e. Usulkan pemasangan kateter

kalau perlu.
Mandiri:

Tujuan :

2 Mempertahankan status
nutrisi adekuat, setelah

a. Kaji status nutrisi


b. Kaji/catat pola dan pemasukan
diet

dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam

c. Kaji factor yang berperan merubah

masukan nutrisi : mual,

anoreksia

d. Berikan

Kriteria hasil :

sering,

Berat badan stabil

kesukaan

Tidak ditemukan edema


Albumin

dalam

normal.

makanan

sedikit

sajikan
kecuali

tapi

makanan
kontra

indikasi
batas
e. Lakukan perawatan mulut, berikan

penyegar mulut
f. Timbang BB tiap hari

Kolaborasi ;

a. Awasi hasil laboratorium : BUN,


Albumin serum, Na, K
b. Konsul ahli gizi untuk mengatur
diet
c. Berikan diet 1700 kalori,
protein, hindari sumber gula
pekat
d. Batasi K, Na, dan Phospat
e. Berikan obat sesuai indikasi :
sediaan besi; Kalsium; Vitamin

Tujuan:

3 Kerusakan kulit tidak terjadi,

D dan B kompleks; Antiemetik


a. Inspeksi
kulit
terhadap
perubahan

warna,

turgor,

setelah dilakukan tindakan

vaskuler, ekimosis, kerusakan,

keperawatan 3 x 24 jam

suhu

Kriteria hasil

Kulit hangat, utuh, turgor

b. Pantau intake & output cairan,


hidrasi kulit dan membrane
mukosa

baik, tidak ada lesi

c. Jaga kulit tetap kering dan

bersih
d. Ubah

posisi

sering,

beri

tidur

dengan

bantalan

pada

tulang
e. Beri perawatan kulit, batasi
sabun, olesi lotion, salep, krim;
tangani area edema dengan
hati-hati
f. Pertahankan linen kering dan
kencang
g. Anjurkan menggunakan
kompres lembab dan dingin
pada area pruritus
h. Anjurkan menggunakan bahan

Tujuan :

a.

tidur , istirahat

4 Klien mampu berpartisipasi


dalam aktifitas yang dapat

b.
c.

Kriteria Hasil:

d.
e.

keperawatan 3 x 24 jam.

Berikan bantuan ADL


dan ambulasi

kemampuannya, setelah
dilakukan tindakan

Rencanakan periode
istirahat adekuat

Klien mampu melakukan


ADL sesuai dengan

Identifikasi faktor
yang menimbulkan keletihan

keperawatan 1 x 24 jam

Kaji kemampuan
toleransi aktivitas

ditoleransi, setelah
dilakukan tindakan

katun, Berikan kasur dekubitus


Kaji tingkat kelelahan,

f.

Tingkatkan aktivitas
sesuai toleransi, anjurkan
aktifitas alternative sambil

Tujuan :

5 Klien menyatakan
pemahaman kondisi/proses
penyakit dan pengobatan

istirahat
a. Kaji ulang pengetahuan klien
tentang proses
penyakit/prognosa
b. Kaji ulang pembatasan diet ;

fosfat dan Mg

Kriteria hasil:

Klien melakukan dengan

c. Diskusi masalah nutrisi/diet

benar prosedur yang perlu,

tinggi karbohidrat, rendah

perubahan perilaku hidup

protein, rendah natrium sesuai

indikasi
d. Diskusikan terapi obat, nama
obat, dosis, jadwal, manfat dan
efek
e. Diskusikan tentang
pembatasan cairan
f. Kaji ulang tindakan mencegah
perdarahan : sikat gigi halus
g. Identifikasi tanda dan gejala
yang memerlukan evaluasi
medik segera :
Demam, menggigil, perubahan
urin/ sputum,
edema,ulkus,kebas,spasme
pembengkakan sendi, pe
ROM, sakit kepala, penglihatan
kabur, edema
periorbital/sacral, mata merah

N
o

VI. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi &
Respon Klien (R)

Memonitor BP, HR, RR, Temp

08
R: 170/100 mmHg, 88
x/mnt

20 x/mnt, 36,5 0C
Menimbang BB ; R: 56 kg

Memberikan obat pagi


captopril 12,5 mg,

furosemide 40 mg, kalitake 1


sac
08
R: obat diminum, tidak

muntah

Evaluasi

S:

Klien mengatakan
sesak berkurang, perut
masih besar
O:
TD: 170/100 mmHg,
HR: 88 x/mnt, RR: 20
x/mnt
Klg & klien
mengangguk
Asites masih ada

08 Melakukan auskultasi paru


dan bunyi jantung

R: RBH paru kiri, BJ


normal

Memberitahukan jumlah
minuman maks. 3 gls

R: klg & klien


mengangguk
Mengikuti visite dokter

08
R: cek lab. Protein, LE
Test, ANA

Memonitor BP, HR, RR, Temp


R: 160/90 mmHg, 88 x/mnt

20 x/mnt, 36,3 0C
Mengkaji adanya demam,

menggigil, perubahan urin/


sputum, edema, ulkus,
08
kebas, spasme
pembengkakan sendi, pe

ROM, sakit kepala,


penglihatan kabur, edema

periorbital/sacral, mata
merah

11 R: urin keluar sedikit2 tapi


sering, kadang sakit kepala
(pusing)

Memberikan obat catopril


12,5 mg

R: obat diminum tidak


12
muntah
Mencatat intake & output

cairan
R: intake: 600 cc, output:

750 cc selama 24 jam

12

BB: 56 kg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Lanjutkan
internvensi :
Pantau balance cairan
Pantau tanda2 vital
Lakukan auskultasi
paru dan jantung
Berikan program
diuretic dan anti HT
Ukur lingkar perut
Timbang BB

12

13

Memberikan makan pagi dan

mencatat makanan yang


08
dihabiskan
R: klien makan hanya

porsi
Mengkaji factor yang

berperan merubah masukan


nutrisi : mual, anoreksia

R: adanya asites perut


08
terasa penuh

Menimbang
BB

R: BB: 56 kg

Mencatat makanan yang

dihabiskan

R: klien makan masih

porsi, msh terasa penuh bila


ditambah lagi.

08

12

S:
Klien mengatakan
msh terasa penuh bila
makannya ditambah
lagi
O:
Klien makan masih
porsi
Adanya asites
BB: 56 kg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
Catat porsi makan
yang dihabiskan klien
Kaji makanan yang
disukai dan tidak suka
oleh klien
Usulkan pemberian
antiemetik,
roborantia.

Mengganti linen kering dan

kencang
08
R: linen tampak kering

dan kencang
Melakukan inspeksi kulit
terhadap perubahan warna,

turgor, vaskuler
R: kulit masih tampak kering

dan warna hitam pada


08
lengan atas, dada, muka,
turgor cukup

Memberitahukan klien untuk


menjaga kulit tetap kering

dan bersih
R: klien dapat mengerti

Memberitahu klien dan klg


merubah posisi tidur dengan

sering, beri bantalan pada


penonjolan tulang

R:
klien
mengangguk
08
kepala

Menanyakan
perawatan

yang pernah dilakukan


sebelum di RS

R: klien pernah memakai


salep dari dokter kulit, stlh

habis salep gatal lagi


Memantau membran

mukosa
09
R: mukosa lembab

09

S:
Kulit gatal2
O:
Linen tampak kering
dan kencang; kulit
masih tampak kering
dan warna hitam pada
lengan atas, dada,
muka, turgor cukup;
mukosa lembab.
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi:
Usulkan konsul ahli
kulit
Pantau perkembangan
system integumennya

13

08

08

Mengkaji tingkat kelelahan,


tidur, istirahat klien
R: klien mengatakan
tidurnya terganggu dengan
gatal dan sering kencing
Mengkaji kemampuan
toleransi aktivitas
R: klien dapat melakukan
aktivitas di sekitar
ruangan/kamar
Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan keletihan
R: asupan makanan masih
sedikit dan tidur yang
kurang
Memberikan bantuan ADL
dan ambulasi dini
R: Klien mampu bergerak
aktif dengan hati-hati/pelanpelan

S:
Klien mengatakan
badan lemes tidak spt
kemarin
O:
Klien mampu
bergerak aktif dengan
hati-hati/pelan-pelan
Klien dapat
melakukan aktivitas
di sekitar
ruangan/kamar
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan
intervensi

09

09

Mengkaji ulang pengetahuan

klien tentang proses


08
penyakit/prognosa
R: klien mengatakan

belum jelas dengan


penyakitnya

Mendiskusikan masalah

S:
Klien mengatakan
jelas dengan
penyakitnya

O:
Klien tampak senang

nutrisi/diet tinggi
mendapat penjelasan
karbohidrat, rendah protein,
dari perawat ttg obat
rendah
natrium
sesuai
dan penyakitnya.

indikasi
Klien mengatakan
08
R: klien dan klg dapat
dapat mengerti dan
memahami
mengerti,

penjelasan dengan
menganggukkan kepala.
menganggukkan

Mendiskusikan
terapi
obat,

kepala.
nama obat, dosis, jadwal,

manfaat
dan
efek
samping

A:
R: klien tampak senang
Masalah teratasi
mendapat
penjelasan
dari

perawat ttg obat dan


P:
penyakitnya.

Lanjutkkan intervensi

Mendiskusikan tentang
untuk penjelasan
pembatasan cairan.
perkembangan

R: Klien mengatakan
penyakit dan hasil2
O
pemeriksaan
dapat mengerti dan
memahami penjelasan

dengan menganggukkan
kepala.

09

BAB III
PENUTUP

Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal


ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik
(chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi
penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari
atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen
dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses
penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulanbulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi
sama sekali (end stage renal disease). Gangguan fungsi ginjal yang
menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana kemampuan
tubuh

gagal

untuk

mempertahankan

metabolisme

dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi


urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

DAFTAR PUSTAKA

Bunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah,


Edisi 8, Jilid 2, EGC, Jakarta
www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for
guide to Palnning care, fifth Edition
Waspadji. A, Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta

You might also like