Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Giovanni L. Moningka
Mayang Sari Mandagi
Indriani Tondais
Surigem I. P. Rundengan
Claudia E. Langi
Cindi R. Goni
Yessy J. Rantung
Monica K. Luntungan
Caroline A. Rumagit
Adriana Sasioba
Veronika Munaiseche
Adrianus Tigapo
Eldaa Bokko
Heidy P. Mangundap
Jaclin Awuy
Meyva Pantouw
MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Laporan Stase Manajemen Keperawatan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen divisi untuk memenuhi
target di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Manado..
Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan, namun berkat
kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ns. Maudy Lombogia, S.Kep., M.Kep. sebagai dosen pembimbing dalam stase
manajemen keperawatan.
2. Ns. Mercy H. Tiwa, S.Kep. selaku pembimbing di lahan praktik stase manajemen
keperawatan.
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Tuhan Yang Maha
Esa , akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memberikan motivasi
untuk kedepannya.
Manado,
Maret 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Waktu dan Tempat Praktek ........................................................
Cara Pengumpulan Data..............................................................
Peserta Praktek ............................................................................
1
2
2
3
3
18
124
A. Inventaris Masalah.......................................................................
B. Prioritas Masalah ........................................................................
C. Tabel Plan Of Action ...................................................................
124
124
125
127
135
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
135
135
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek klinik keperawatan merupakan suatu kegiatan praktek bimbingan yang
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi kami mahasiswa dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan. Pengalaman belajar dalam bentuk praktek klinik
keperawatan merupakan kesempatan bagi kami mahasiswa untuk menerapkan seluruh
teori yang telah didapat di kelas maupun di laboratorium kesuatu tatanan yan nyata yaitu
lahan praktik rumah sakit maupun puskesmas.
Kegiatan praktek klinik keperawatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian kami mahasiswa dalam melakukan praktek manajemen
dalam penerapan model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan
model keperawatan Tim dapat diterapkan di ruang keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan adanya
posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana, dalam
suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan
memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang
ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi
pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki
melalui
ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Ruang inap C4 di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado merupakan salah satu
ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi tercapainya
mutu pelayanan yang optimal. Dalam ruang inap C4 merupakan ruang perawatan
penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus untuk perawat dan dokter (nurse station),
1 ruang isolasi, 2 ruang kelas I, 1 ruang kelas II dan 2 ruang kelas III. Untuk kelas I dan
II masing-masing memiliki 2 tempat tidur dan untuk kelas III memiliki 4 tempat tidur.
Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang Inap C4
dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen keperawatan.
5
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Lahan praktek mahasiswa prodi D-IV Keperawatan Poltekkes Manado di Instalasi
Rawat Inap C. Namun untuk kelompok 4, menempati ruang C4 mulai dari tanggal 14-31
Maret 2016.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek klinik keperawatan, mahasiswa mampu
melakukan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model
keperawatan Tim dan dapat diterapkan di ruang perawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Inap C4 RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado mahasiswa mampu:
a.
b.
c.
d.
e.
D. Manfaat
Bagi kami mahasiswa dapat menerapkan serta mempelajari system manajemen
keperawatan
dengan model
asuhan keperawatan
professional
dengan metode
keperawatan tim.
E. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1.
Observasi
Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses
pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke
pasien.
6
2.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3.
Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.
F. Peserta Praktek
Mahasiswa program studi D-IV keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado, kelompok 4:
1. Giovanni L. Moningka
9. Caroline A. Rumagit
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10. Adriana
10. Sasioba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Menejemen
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam menjalani
suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2002).
7
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen dan tiap-tiap komponen saling berinteraksi (Kuntoro 2010).
B. Tujuan Manajemen Keperawatan
Tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan oleh bidang
keperawatan meliputi:
1.
Meningkatkan
dan
Meningkatkan
penerimaan
Meningkatkan
pelaksanaan
Planning
Organization
Staffing
Directing
Controling
8
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpianan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :
a. Pertama (teori X) yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala
yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua ( teori Y) disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin
yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
9
E. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan sebagai berikut
(Mustiksari: 2007)
Perencanaan
Penghapusan
Penganggaran
Pengendalian (control)
Pendistribusian
Pengadaan
Penyimpanan
Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
1. Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkahlangkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik
yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan
sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007).
Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok,
gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara
terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga
akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik.
Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang
memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap
devisi-devisi yang terjadi.
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan
10
yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan
pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi. Perencanaan dapat dibagi
ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala
perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci.
Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang
tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang
atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benarbenar tepat
2. Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata
uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan
penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari danadana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang
dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.
11
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan
diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka
penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu
kegiatan. Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturanperaturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan
logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi
yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit Pemerintah, sumber
anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari
penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal
dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak
ketiga (Mustikasari). Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk
obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan
makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
3. Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi
kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan
sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk
tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya:
1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan
dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan
organisasi. Caracara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
12
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar
maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian
dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah
yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003. Beberapa
hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1)
2)
3)
13
2)
3)
4)
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan
barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi
untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya
dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup
semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi
yang lain adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan,
pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri. Faktor faktor
yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:
a.
Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang
disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara
efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
14
5. Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang
mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran merupakan
unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Penghapusan
Penghapusan
adalah
kgiatan
atau
usaha
pembebasan
barang
dari
15
b. Aspek rencana pelaksana teknis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut. Cara-cara
penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
1) Pemanfaatan
langsung:
Usaha
merehabilitasi/merekondisi
komponen-
16
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
1. Profile RSU Kota Tangerang
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado merupakan rumah sakit rujukan nasional
yang ada di Indonesia Timur. Rumah sakit ini dibentuk pada bulan Januari 1942 saat
masa perang dunia I. Seiring berjalannya waktu, RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado mengalami perkembangan pesat yang pada tanggal 20 Maret 2015,
Kementrian
Kesehatan
RI
menerbitkan
surat
keputusan
dengan
nomor
tangerang melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama pada tahun 2012 yaitu tahap
pembangunan struktur RS yang dilaksanakan sampai dengan lantai 5, tahap kedua
yaitu tahap penyelesaian ditambah 3 lantai sehingga menjadi 8 lantai dan selesai
pembangunannya pada bulan November 2013.
RSUD Kota Tangerang berdiri diatas lahan seluas 14.000 m2 dengan tinggi
bangunan 8 lantai, merupakan Rumah Sakit Tipe C non kelas. Fasilitas yang
disediakan terdiri dari instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan dengan 4 bidang
spesiaistik dasar dan 6 bidang spesialistik tambahan lainnya, instalasi rawat inap
dengan 300 tempat tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,
Laboratorium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang Jenazah, Workshop, Dapur,
15
Laundry, CSSD, Ipal, Ruang Administrasi, Rumah sakit, Ruang Medical Record, dan
Ruang Keamanan.
2. Visi dan Misi RSU Kota Tangerang
a. Visi RSU Kota Tangerang
Menjadi Rumah Sakit pilihan Masyarakat Kota Tangerang dengan
pelayanan yang terbaik dan paripurna
16
16
Wawancara : menurut karu visi dan misi ruangan belum dibuat, yang ada dalam
misi tersebut untuk mencapai tujuan bersama, untuk itu mahasiswa menawarkan diri
untuk membuat visi misi ruangan yang kemudian disetujui bersama kepala ruangan dan
seluruh staf di ruang interna 1sebagai berikut :
a. Visi
Ruangan terbaik dengan pelayanan asuhan keperawatan yang
komprehensip,
17
akan pulang, tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat sebelumnya dan
tindakan yang belum dilakukan maka akan dilanjutkan oleh perawat sift
selanjutnya.
2. Jangka Panjang
Didalam pre konference diruang Interna 1 dipimpin oleh PJ sift. Kepala ruangan
hanya mengontrol ruangan untuk mengetahuai kekurangan dan kebutuhan yang
ada diruangan Interna 1 serta mengidentifikasi seluruh kondisi klien, jika ada
kekurangan kepala ruangan mengajukan proposal ke bagian manager
pembiayaan pusat di RSUD Kota Tangerang. Contohnya pengajuan untuk
jangka panjang yaitu kekurangan alat-alat medis, sarana dan prasarana pasien
b. Pengorganisasian (organizing)
Diruang Interna 1 pengorganisasiannya menggunakan PJ Sift, dimana
setiap sift terdapat 1 penanggung jawab. Setiap penanggung
jawab
dalam
pada
dan
sift
inventaris
ruangan. PJ atau penanggung jawab sift bertugas mengatur dan menentukan tugastugas yang akan dilakukan
7 ruangan dengan
terjalin
18
e. Penilaian (evaluasi)
Diruang interna 1 evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan pada saat post
konferens, dimana PJ sift pertama melakukan operan dengan PJ Sift selanjutnya.
Contohnya Kepala ruang Interna 1 mengecek kembali pendokumentasian yang
telah ditulis oleh perawat-perawat pelaksana.
3. Deskriptif Ruangan
Nama RS
Nama Ruangan
: Interna 1
Kapasitas Ruangan
Ruang perawat
Jumlah Klien
: 26 Orang
Jenis Penyakit
: Penyakit Dalam
Jumlah perawat
19
KASI Keperawatan
Pelaksanaan
Pelayanan
n
Mutu
KAINS Ranap
KARU
Administrasi
PJ Shift
pp
pp
pp
pp
PJ Shift
PJ Shift
PJ Shift
pp
pp
Asper
pp
pp
pp
pp
16
Keterangan :
1. Kepala Ruangan
2. PJ shift
3. Anggota
Zr. Maidah,AmK
Asper Evi
17
a) Tempat tidur pasien
b) Kasur busa, satu bantal dan selimut
c) Meja dan almari
d) Kursi
e) Kursi roda
f) Kipas angin
g) Kamar mandi pasien atau keluarga
h) Wastafel
i) Tempat sampah
j) Meja laci
k) Tiang infus
l) Oksigen
6. Fasilitas untuk petugas kesehatan
a) Ruang jaga perawat
b) Kamar mandi
c) Lemari penyimpanan alat
d) Loker pribadi perawat
e) Komputer
f) Kulkas
g) TV
h) Dapur (piring, gelas, dll)
i) Dispenser
18
j) Kipas angin
19
. 9. Tinjauan ruangan berdasarkan analisis SWOT
NO
1
ANALISA
STRENGTH
WEAKNEES
OPPORTUNITY
THREATS /
ANCAMAN
Man
a. Ketenagaan
- Ketenagaan
Ka.Ru = 1 org
PJ.shift= 4
org
PP = 9 org
Asper = 1 org
- Adanya peluang
Kekurangan
dalam
perawat dapat
penerimaan
menimbulkan
perawat baru.
peningkatan
kelebihan beban
kerja perawat
sehingga terjadi
penurunan kinerja
Philiphine :
perawat dan
kualitas asuhan
keperawatan.
Koreksi = 25%
Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %
20
60642
38,87
1560
NO
ANALISA
STRENGTH
S1 Kep Ns = 2 org
D3 Kep = 12 org
SPK = 1 org
WEAKNEES
Tuntunan masyarakat
untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang
Keperawatan
sebelum memulai
Kesempatan dalam
asuhan keperawatan
THREATS / ANCAMAN
- Adanya kesempatan
pendidikan Diploma
-
OPPORTUNITY
- Adanya post
conference di akhir.
- Adanya sharing dengan
kepala ruangan
- Adanya rapat bulanan
sebgai evaluasi.
21
- Adanya motivasi dari kepala
c. Pendidikan
dan Pelatihan
ruangan.
- Motivasi
perawat
dalam
mengembangkan diri
dalam
pelatihan-pelatihan
- Adanya
kesempatan
melanjutkan
- Perawat mempunyai
Adanya keterbatasan
peluang untuk
mengikuti seminar/
pelatihan
pelayanan.
RS
untuk
pendidikan
- Kesempatan dalam
meningkatkan Sumber
daya perawat.
yang berprestasi
ke
ANALISA
d. Karakteristik
pasien
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES / KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
KESEMPATAN
- Tingkat ketergantungan
THREATS / ANCAMAN
tidak tetap
meningkatkan
pengetahuan dan
asuhan keperawatan
ketrampilan perawat
yang berkualitas.
memiliki tingkat
ketergantungan pasien
dalam memberikan
Asuhan keperawatan.
22
e. Kedisiplinan
Ketidakdisiplinan
perawat terhadap
jadwal dinas.
kehadiran akan
dan perawat.
menghambat proses
- Adanya
kejelasan
waktu
pelayanan asuhan
keperawatan.
jumlah penunggu
Ketidakpatuhan
keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
keperawatan.
NO
ANALISA
f. Jumlah pasien
STRENGTH / KEKUATAN
- Jumlah
BOR
pada
WEAKNEES / KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
THREATS /
KESEMPATAN
ANCAMAN
- Adanya Peningkatan
mutu pelayanan.
- Banyaknya RS yang
berlokasikan di kota
23
ruang interna 1.
tangerang sehingga
masyarakat bebas
memilih pelayanan
dalam.
g. Kinerja
- Perawat
sikap
ruangan
yang
baik,
memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
ramah
sabar
pelayanan
mengakibatkan
klien.
keluarga klien.
terhadap
klien
dan
perawat
interna 1.
NO
ANALISA
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES /
OPPORTUNITY /
THREATS / ANCAMAN
24
KELEMAHAN
2
KESEMPATAN
Material
a. Ruang Rawat
penambahn cleaning
di Tangerang dengan
satu.
service
- Adanya pembagian
cleaning service
- Adanya kesempatan
untuk merenovasi dan
meja pasien
ruangan
Hand
Hygiene
km mandi, 1 TT dilengkapi 1
Terdapat
- Banyaknya RS berdiri
di
km ganti dan
tempat
sampah
Dalam
pelaksanaannya -
kesempatan -
Membahayakan bagian
pembuangan
Obat
sampah
Adanya
Kondisi
lemari
tempat
Adanya
kesempatan
permohonan
dibuatkan -
menyatu
Ketidaknyamanan
ruang
perbaikan/pergantian
sholat petugas
Kolaborasi
dengan management RS
ruangan
dapat
kerja,
kamar
menurunkan
25
medis
dan
nonmedis,
obat pasien
NO
ANALISA
STRENGTH / KEKUATAN
-
WEAKNEES /
OPPORTUNITY /
KELEMAHAN
KESEMPATAN
THREATS / ANCAMAN
medis
medis
terbatas
Sudah
terlaksananya
perawat.
- Pelaksanaan asuhan
- Kurang meratanya
cara
pembuangan spuit.
-
ruangan
(masker
dan
handscoon)
3.
Metode
a. Penugasan
Kerja
PJ
shift
orang,
Pelaksanaan
penugasan metode PJ
keperawatan dilakukan
pengetahuan perawat
diruangan dapat
dan bersifat
pelaksana mempunyai
26
fungsional
peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.
Operan
shift
sudah -
- Ciptakan
masalah keperawatan.
tukar
klien
informasi
pasien
keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
mengetahui kondisi klien
secara menyeluruh.
NO
ANALISA
b. Protap
STRENGTH / KEKUATAN
-
Adanya SPO
Adanya pendokumentasian
WEAKNEES /
OPPORTUNITY /
KELEMAHAN
KESEMPATAN
THREATS / ANCAMAN
pemberian asuhan
pemberian Asuhan
keperawatan dengan
Keperawatan diruang
protap.
rawat
27
c. Pendokumen
tasian
pengkajian, diagnosa
- Terdapat ketidakrelevanan
- Adanya pendoku-
- Keterbatasan waktu
pendokumentasian antara
dalam pendokumen-
perkembangan pasien
akurat dapat
tasian menyebabkan
meminimalisir kesalahan
pendokumentasian
keperawatan dan
askep tidak
perkembangan.
berkesinambungan
- Ketidakrelevanan
diagnosa yang
ditegakkan dengan
rencana tindakan
keperawatan yang
dilakukan
menyebabkan askep
tidak maksimal dan
komprehensif
NO
ANALISA
5.
Machine
a. Peralatan
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES /
OPPORTUNITY /
KELEMAHAN
KESEMPATAN
- Mempermudah dalam
THREATS / ANCAMAN
28
- Terdapat alat neubulizer 1 buah
Terdapat alat suction disetiap TT
Adanya fasilitas AC di ruang
pemberian Askep
- Kalibrasi alat secara
neubulizer, bila
perawatannya kurang
meningkatkan angka
penyimpanan obat
infeksi nosokomial
membantu
memberikan
askep
kolaboratif.
- Adanya 2 buah rostour
bila angka
dalam
perbaikannya lebih
secara
tinggi menimbulkan
kerugian bagi RS
29
Gambaran BOR, LOS, TOI, dan BTO
Maret tahun
2015
Tahun
2015
BOR
86,58%
LOS
4,02
TOI
0,60
BTO
6,96
2.
3.
TOI 0,60 yang berarti belum sesuai standar nasional 1-3 hari
4.
BTO 6,96 kali yang berarti belum sesuai nilai standar nasional 40 50 kali
Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal
rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.
30
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik klien,
model penugasan, dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah,
jenis, dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan diperlukan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Untuk menentukan jumlah
kebutuhan tenaga keperawatan dapat menggunakan beberapa rumus, antara lain:
Menurut Depkes (2002) klasifikasi kategori asuhan keperawatan :
1. Asuhan keperawatan minimal
a.
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
c.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
a.
Sebagian besar aktivitas dibantu
b.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
c.
Terpasang folley kateter, intake output dicatat
d.
Terpasang infus
e.
Pengobatan lebih dari sekali
f.
Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Perawatan maksimal
a. Segala aktivitas diberikan perawat
b. Posisi diatur
c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
e. Penggunaan suction
f. Gelisah/ disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
a.
b.
c.
d.
e.
Kajian Teori
kualitas pelayanan Rumah Sakit Salah satunya adalah pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan
sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik profesional yang merupakan
31
ciri profesi yang harus dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan
akuntabilitas kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut
Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu:
(1)
saat ini.
(2)
Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada pekerjaan yang
akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan untuk
pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997) pelatihan,
kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk para medis :
(1)
Etika komunikasi
(2)
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
(3)
Etika keperawatan
(4)
Manajemen keperawatan
(5)
Hospital management training
(6)
Audit medik
(7)
Pencegahan infeksi nosokomial
(8)
Sanitasi rumah sakit
b) Kajian Data
Tenaga keperawatan di ruang interna 1 berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang
No
1
Jenis Pendidikan
DIII Keperawatan
Jumlah
12
%
90%
S1 Keperawatan
2
10%
Jumlah
14
100%
Sumber: Wawancara langsung pada kepala Ruangan Interna 1
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat di i n t e r n a 1
jenjang DIII mendominasi di ruang Interna 1 sebanyak 12 orang dan S1 Keperawatan
sebanyak 2 orang namun hal ini tidak berpengaruh pada manajeman keperawatan karena
perawat di Ruang Interna 1 mayoritas telah berpengalaman atau mempunyai masa kerja
lebih dari diatas 5 tahun. Hal ini berarti sesuai dengan standar profesi bahwa batas
minimal dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.
32
Masalah : ketenagaan di ruang interna 1 kurang memadai, namun dari segi penglaman
ketenagaan perawat d ruang interna 1 sudah cukup baik.
c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan salah
satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan secara optimal
dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)
e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai
untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam
penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara
baik atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman agar
pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan inilah maka adanya
standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik dengan standar profesi
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan.
a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang
No
Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
2.
RSUD Tangerang
Pengangkatan kepala ruang
33
3.
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.
2. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )
a) Kajian teori
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa
yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
1)
2)
b)Kajian Data
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di ruang
Interna 1 tidak ditemukan SAK namun protap mengenai 10 penyakit terbanyak.
34
No
Nama SAK
Nomor Dokumen
Tanggal
Diterbitkan
003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
1
2
3
4
5
6
intravena
Petunjuk memberikan obat
Mencuci tangan
Identifikasi pasien
Penggunaan alat pelindung diri
7
8
9
(APD)
Memberikan glycerin spuid
061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur blance cairan
073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila
dengan
037/SPO/RI/RSUD/2013
062/SPO/RI/RSUD/2013
065/SPO/RI/RSUD/2013
063/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
mengunakan
10
11
termometer digital
Mengukur tekanan darah
002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Menimbang berat badan dan 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
12
13
14
15
16
17
18
19
20
intracutan
Memberikan obat subcutan
011/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Melaksanakan pemberian obat 012/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
21
secara intramuscular
Menyiapkan
tempat
22
23
24
004/SPO/RI/RSUD/2013
005/SPO/RI/RSUD/2013
006/SPO/RI/RSUD/2013
007/SPO/RI/RSUD/2013
008/SPO/RI/RSUD/2013
009/SPO/RI/RSUD/2013
010/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
35
25
posisi berbaring
Membantu pasien mandi di 016/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
tempat
tidur
dengan posisi
26
duduk
Memelihara kebersihan mulut 017/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
27
28
29
30
31
pasien diatasnya
Memberikan makanan
melalui
tube
naso
gathric
32
33
34
35
36
37
(NGT)
Memasang infus
Melepas infus
Mengganti infus set
Pemberian oksigen
Membantu memperlancar BAK
Membantu pasien eliminasi
38
39
40
41
42
manual
Pemasangan kateter tetap
Pemberian huknah rendah
Pemberian huknah tinggi
Membantu pasien melakukan
43
44
pasien
Membantu pasien dari tempat 036/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
45
46
47
48
ruang
unit
perawatan
ke
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
023/SPO/RI/RSUD/2013
024/SPO/RI/RSUD/2013
025/SPO/RI/RSUD/2013
026/SPO/RI/RSUD/2013
027/SPO/RI/RSUD/2013
028/SPO/RI/RSUD/2013
030/SPO/RI/RSUD/2013
031/SPO/RI/RSUD/2013
032/SPO/RI/RSUD/2013
034/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
36
49
50
51
52
pada
tindakan
infeksi
saluran
54
Melepas
55
(NGT)
Memberi makanan cair melalui 049/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
naso
56
naso
gastrik
kontinyu drip
Pencegahan
prosedur
gastric
tube
secara
infeksi
pemasangan
57
58
nasal kanul
Memindahkan
59
60
61
62
63
64
Melakukan
pasien
irigasi
sistem tertutup
Mengeluarkan urine bag
66
Melaksanakan
orientasi pasien baru
37
67
Penatalaksanaan
68
insiden
Memindahkan
69
ruang perawatan
Pengelolaan linen
70
Pelaporan insiden
71
72
73
74
Melakukan suctioning
Melaksanakan
pemulangan
75
76
77
berjalan
Melakanakan
78
79
80
81
82
83
berlangsung
Pelaporan kejadian
38
Analisa Data :
Berdasarkan hasil observasi di ruang Interna 1 penggunaan SOP menggunakan acuan
tahun 2013. SOP ruang di Interna 1 sudah sesuai dengan standar operasional prosedur.
f. Material
a)
Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
39
Standar IV : Intervensi keperawatan
Standar V : Evaluasi keperawatan
Standar VI : Catatan asuhan keperawatan
2) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi
sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah
pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah
mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam standar
tersebut.
Hasil observasi tindakan di ruang Interna 1 terhadap tindakan keperawatan kurang
baik, karena belum adanya SAK yang jelas.
2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi ada
juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di tempat
limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian besar tidak di
pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan ampul, flakon dan
spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di tempat sampah
domestik
3.
rapat
bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas dalam satu bulan. Mengenai
pengembangan SDM, kepala ruangan dilibatkan dalam menyusun rencana pendidikan
dan pielatihan dan dilibatkan dalam penentuan perawat untuk pelatihan yang ada.
2) Organizing
Hasil observasi tugas kepala ruang di ruang Interna 1 menunjukkan bahwa tugas kepala sudah
berjalan dengan baik di ruang Interna 1
untuk lebih ditingkatkan. Oleh karena itu, kepala ruang sangat berperan penting dalam
peningkatan mutu asuhan keperawatan.
40
41
EVALUASI KUALITAS PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING
DI RUANG INTERNA 1 RSUD TANGERANG
No
Kegiatan
Observasi
Ya
Tidak
A
1
Pre interaksi
Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengeahuan
2
3
4
pasien/keluarga)
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah
Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning
Menyiapkan bahan pemberian discharge planning (pedoman
B
1
2
3
4
5
6
(karu)
Menanyakan perasaan pasien/keluarga
Menanyakan kegiatan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
V
V
V
V
C
1
3
4
D
1
2
3
E
1
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
16
87,89%
2
12,11%
42
Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal ini
menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan hasil
yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge planing dan
dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
A. Pelaksanaan
Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien dengan
diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara pemberian
insulin dengan benar selama 15 menit.
Kamar
408-1
Nama
Tn. A
Diagnosa
Sebelum dilakukan
Sesudah dilakukan
Selulitis
Intervensi
GDS : 288
intervensi
GDS : 125
43
408-3
409-1
409-2
409-5
410-1
410-2
410-3
Hiperglikemi
Diabetes mellitus
Hipetensi
Tn.
Vertigo
CKD
AA
Dipsnea
Tn. M
Hiperglikemi
Hemiparesedex
SNH
Hiperglikemi
Hipertensi
Vomitus
DVT
Hiperglikemi
Edema anasarka
GDS : 337
GDS : 291
CHF
Hipertensi
Tn.
Hiperglikemi
Edema anasarka
GDS : 227
GDS : 125
Muh
CKD
Hipertensi
Hiperglikemi
Diabetes mellitus
GDS : 159
GDS : 74
Penurunan
Belum dapat
kesadaran
memberikan insulin
Tn. S
Tn. W
Tn. D
Tn. K
dengan mandiri
B. Evaluasi
Setelah diberikan penyuluhan dan intervensi seperti :
44
Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara
memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi sebagai berikut:
1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan
nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah
2.
dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian
3.
setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri
4.
Kemudian
setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian
5.
setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin dengan
mandiri.
6. Tn. D
dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan insulin dengan
mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi
45
tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan diagnose hiperglikemi,
selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat satu dengan yang lain
untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet, dapat
mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada kepala
ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien dan
Keluarga Pasien
b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus
C. Pelaksanaan pembuatan Poster dan Leaflet tentang DM
Saat ini Sudah ada diruangan Ranap Interna 1
D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 10 April 2015 sebelum makan siang sekitar
jam 11.00 jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
E. Pelaksanaan Magang Kepala Ruang Di Ruang Kenanga RSU Daerah Tangerang
1. Tahap Persiapan
a. Pengkajian data di Ruang Ranap Interna1
b. Menyusun POA sesuai dengan masalah dan presentasi hasil dari pengkajian data di
Ruang Ranap Interna 1 pada tanggal 3 April 2015
c. Mempelajari uraian tugas Kepala Ruang yang ada di Ruang Ranap Interna 1 RSUD
Kota Tangerang pada tanggal 3 April 2015
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membuat jadwal magang Kepala Ruang pada tanggal 30 Maret 2015
b. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Kepala Ruang mengenai jadwal magang
Kepala Ruang pada tanggal 01 April 2015
c. Pelaksanaan magang kepala ruang mulai tanggal 30 Maret - 11 April 2015
3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015
Jadwal Magang Kepala Ruang
46
Tabel
Jadwal Magang Kepala Ruang di Ruang Kenanga RSUD Tangerang
Tanggal
30 Maret 1
Karu
April
Rukmana
Sumber : Data Primer
Nurjazilah
April
Nuraliyani
09-011 April
Neneng Satriani S
Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan magang
kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh Pembimbing Akademik.
50
TABEL PLAN OF ACTION (POA)
Masalah
Pokok
Kegiatan
Hiperglikemi
Untuk
(Kenaikan
menstabilkan
Kadar Gula
kembali kadar
dalam Darah)
gula dalam
darah.
Target
Uraian Kegiatan
Lakukan
Pemeriksaan
kadar glukosa
Anjurkan
Pasien untuk
membatasi
makanmakanan yang
manis.
Anjurkan klien
untuk patuh
Tujuan Sasaran
Tn. D dengan dx,
hiperglikemi
Tn. M dengan dx.
Hiperglikemi
Tn. K dengan dx.
Diabetes Melitus
Tn. W
denganHiperglikemi
Tn. AA
Waktu
Pelaksanaan
Pelaksanaan
dilakukan
6-8
siangHari
Siang hari
Tn. S dengan
menyuntikkan
insulin.
denganHiperglikemi
jawab
Neneng Satriani
Kepala Ruangan
Nuraliyani
Ketua Tim
Nurjazilah
Perawat Pelaksana
padatanggal
denganHiperglikemi
Diabetes Melitus
Tn. M
Penanggung
Siang hari
Rukmana
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen Keperawatan
STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan insulin
terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan benar
kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara pemberian
insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah saling
mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat memberikan insulin
kepada klien.
Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes mellitus
dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang Interna 1
agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat membeikan
insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan para perawat
untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.
b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%, criteria
keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai kondisi saat
ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan Visi dan Misi
telah dilaksanakan dengan baik.
c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum
berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah
mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa
saran antara lain :
a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat
segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan mengoptimalkan
SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.
b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara
penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
51
d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah pengalaman
ners muda.
DAFTAR PUSTAKA
-
Pustaka
Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC
52