You are on page 1of 58

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP C4

RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Disusun Oleh :
Giovanni L. Moningka
Mayang Sari Mandagi
Indriani Tondais
Surigem I. P. Rundengan
Claudia E. Langi
Cindi R. Goni
Yessy J. Rantung
Monica K. Luntungan
Caroline A. Rumagit
Adriana Sasioba
Veronika Munaiseche
Adrianus Tigapo
Eldaa Bokko
Heidy P. Mangundap
Jaclin Awuy
Meyva Pantouw
MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Laporan Stase Manajemen Keperawatan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen divisi untuk memenuhi
target di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Manado..

Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan, namun berkat
kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ns. Maudy Lombogia, S.Kep., M.Kep. sebagai dosen pembimbing dalam stase
manajemen keperawatan.
2. Ns. Mercy H. Tiwa, S.Kep. selaku pembimbing di lahan praktik stase manajemen
keperawatan.
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Tuhan Yang Maha
Esa , akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memberikan motivasi
untuk kedepannya.
Manado,

Maret 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang.............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Waktu dan Tempat Praktek ........................................................
Cara Pengumpulan Data..............................................................
Peserta Praktek ............................................................................

1
2
2
3
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

BAB III HASIL PENGKAJIAN.......................................................................

18

BAB III INVENTARIS, PRIORITAS MASALAH DAN POA.......................

124

A. Inventaris Masalah.......................................................................
B. Prioritas Masalah ........................................................................
C. Tabel Plan Of Action ...................................................................

124
124
125

BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI ...............................................

127

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

135

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

135
135

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek klinik keperawatan merupakan suatu kegiatan praktek bimbingan yang
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi kami mahasiswa dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan. Pengalaman belajar dalam bentuk praktek klinik
keperawatan merupakan kesempatan bagi kami mahasiswa untuk menerapkan seluruh
teori yang telah didapat di kelas maupun di laboratorium kesuatu tatanan yan nyata yaitu
lahan praktik rumah sakit maupun puskesmas.
Kegiatan praktek klinik keperawatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian kami mahasiswa dalam melakukan praktek manajemen
dalam penerapan model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan
model keperawatan Tim dapat diterapkan di ruang keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan adanya
posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana, dalam
suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan
memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang
ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi
pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki
melalui

berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan

ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Ruang inap C4 di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado merupakan salah satu
ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi tercapainya
mutu pelayanan yang optimal. Dalam ruang inap C4 merupakan ruang perawatan
penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus untuk perawat dan dokter (nurse station),
1 ruang isolasi, 2 ruang kelas I, 1 ruang kelas II dan 2 ruang kelas III. Untuk kelas I dan
II masing-masing memiliki 2 tempat tidur dan untuk kelas III memiliki 4 tempat tidur.
Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang Inap C4
dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen keperawatan.

5
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Lahan praktek mahasiswa prodi D-IV Keperawatan Poltekkes Manado di Instalasi
Rawat Inap C. Namun untuk kelompok 4, menempati ruang C4 mulai dari tanggal 14-31
Maret 2016.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek klinik keperawatan, mahasiswa mampu
melakukan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model
keperawatan Tim dan dapat diterapkan di ruang perawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Inap C4 RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado mahasiswa mampu:
a.

Melakukan pengkajian manajenmen keperawatan dalam ketenagaan, sarana


prasarana, metode asuhan, BOR (Bed Occupancy Rate) menghitung kebutuhan
perawat.

b.

Membuat analisa dan prioritas masalah keperawatan.

c.

Merencanakan kegiatan manajemen keperawatan.

d.

Melaksanakan kegiatan dalam bentuk metode MAKP Tim, timbang terima,


sentralisasi obat, discharge planning, ronde keperawatan, penerimaan pasien baru,
supervise dan melakukan pendokumentasian.

e.

Melakukan evaluasi kegiatan.

D. Manfaat
Bagi kami mahasiswa dapat menerapkan serta mempelajari system manajemen
keperawatan

dengan model

asuhan keperawatan

professional

dengan metode

keperawatan tim.
E. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1.

Observasi
Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses
pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke
pasien.

6
2.

Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.

3.

Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.

F. Peserta Praktek
Mahasiswa program studi D-IV keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado, kelompok 4:
1. Giovanni L. Moningka

9. Caroline A. Rumagit

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

10. Adriana
10. Sasioba

Mayang Sari Mandagi


Indriani Tondais
Surigem I. P. Rundengan
Claudia E. Langi
Cindi R. Goni
Yessy J. Rantung
Monica K. Luntungan

11. Veronika Munaiseche


12. Adrianus Tigapo
13. Eldaa Bokko
14. Heidy P. Mangundap
15. Jaclin Awuy
16. Meyva Pantouw

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Menejemen
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam menjalani
suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2002).

7
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen dan tiap-tiap komponen saling berinteraksi (Kuntoro 2010).
B. Tujuan Manajemen Keperawatan
Tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan oleh bidang
keperawatan meliputi:
1.

Meningkatkan

dan

Meningkatkan

penerimaan

mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.


2.

masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik perawat agar mempunyai


sikap professional dan bertanggunmg jawab terhadap pekerjaan.
3.
Meningkatkan hubungan dengan
pasien, keluarga, dan masyarakat.
4.

Meningkatkan

pelaksanaan

kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan pasien.


5.
Meningkatkan komunikasi antar
staf.
6.

Meningkatkan produktifitas dan


kualitas staf keperawatan.

C. Lingkup Manajemen Keperawatan


1. Manajemen Operasional/Pelayanan
a.
b.
c.
d.
e.
2. Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

Planning
Organization
Staffing
Directing
Controling

D. Teori Kepemimpinan dalam Manajemen


1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Kepemimpinan merupakan suatu teori sifat-sifat dari aliran perilaku pemikiran
psikologi yang berpandangan bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi
di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan

8
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpianan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :
a. Pertama (teori X) yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala
yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua ( teori Y) disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin
yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

9
E. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan sebagai berikut
(Mustiksari: 2007)

Perencanaan
Penghapusan

Penganggaran

Pengendalian (control)

Pendistribusian

Pengadaan

Penyimpanan

Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
1. Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkahlangkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik
yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan
sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007).
Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok,
gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara
terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga
akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik.
Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang
memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap
devisi-devisi yang terjadi.
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan

10
yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan
pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi. Perencanaan dapat dibagi
ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala
perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci.
Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang
tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang
atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benarbenar tepat
2. Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata
uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan
penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari danadana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang
dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.

11
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan
diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka
penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu
kegiatan. Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturanperaturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan
logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi
yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit Pemerintah, sumber
anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari
penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal
dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak
ketiga (Mustikasari). Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk
obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan
makanan, alat kebersihan dan suku cadang.

3. Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi
kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan
sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk
tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya:
1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan
dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan
organisasi. Caracara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman

12
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar
maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian
dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah
yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003. Beberapa
hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1)

Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang


pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan

2)

Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.

3)

Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika

b. Pelelangan pengadaan barang


Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
1)

Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:


Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.

13
2)

Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan


pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-unit
yang berfungsi sebagai pemeriksa.

3)

Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin


proyek

4)

Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang


pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)

4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan
barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi
untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya
dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup
semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi
yang lain adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan,
pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri. Faktor faktor
yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:
a.

Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang
disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.

b.

Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)


Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
1) Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi roda
dll.
2) Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.

c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara
efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

14

5. Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang
mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran merupakan
unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Penghapusan
Penghapusan

adalah

kgiatan

atau

usaha

pembebasan

barang

dari

pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Subagya:


1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi yang
salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya. Keadaan
tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat diperbaiki, obsolete
(meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa yaitu suatu barang tidak boleh
dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau deteriorasi
yaitu barang mengurang karena susut, menguap atau hadling, Busuk karena tidak
memenuhi spesifikasi sehingga barang tidak dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai, identifikasi dan
inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuan terhadap
barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.

15
b. Aspek rencana pelaksana teknis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut. Cara-cara
penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
1) Pemanfaatan

langsung:

Usaha

merehabilitasi/merekondisi

komponen-

komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai


barang persediaan baru.
2) Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang
dihapus menjadi barang lain
3) Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
4) Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau
pihak di luar instansi (Pemerintah)
5) Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang
6) Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
7. Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan
dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang sedang atau telah
berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan
prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna mendapatkan
gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari
rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam
rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan saranasarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan

16

BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
1. Profile RSU Kota Tangerang

RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado merupakan rumah sakit rujukan nasional
yang ada di Indonesia Timur. Rumah sakit ini dibentuk pada bulan Januari 1942 saat
masa perang dunia I. Seiring berjalannya waktu, RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado mengalami perkembangan pesat yang pada tanggal 20 Maret 2015,
Kementrian

Kesehatan

RI

menerbitkan

surat

keputusan

dengan

nomor

HK.02.03/I/0824/2015 tentang izin operasional RSUP Prof. DR. R. D. Kandou


sebagai rumah sakit tipe A dan memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna.
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado berlokasi di di Jl. Raya Tanawangko No. 56
Malalayang Manado. Saat ini, RSUP Prof. DR. R. D. Kandou memiliki kapasitas
tempat tidur berjumlah 744 bed Pengembangan pelayanan berdasarkan standar
Rumah Sakit Umum Kelas A dengan Kota Tangerang dibentuk berdasarkan perda
kota Tangerang No 12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak lanjut pemerintah daerah
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat kota
tangerang, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Rumah sakit umum daerah kota tangerang berlokasi di pusat kota
tangerang tepatnya di Jl. Pulau Putri Raya No 101 Kelurahan Kelapa Indah
Kecamatan Tangerang. Pengembangan pelayanan berdasarkan standar Rumah Sakit
Umum kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur yang dilaksanakan sesuai dengan
situasi dan kondisi rumah sakit.
Rumah

sakit umum daerah kota tangerang dibangun oleh pemerintah kota

tangerang melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama pada tahun 2012 yaitu tahap
pembangunan struktur RS yang dilaksanakan sampai dengan lantai 5, tahap kedua
yaitu tahap penyelesaian ditambah 3 lantai sehingga menjadi 8 lantai dan selesai
pembangunannya pada bulan November 2013.
RSUD Kota Tangerang berdiri diatas lahan seluas 14.000 m2 dengan tinggi
bangunan 8 lantai, merupakan Rumah Sakit Tipe C non kelas. Fasilitas yang
disediakan terdiri dari instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan dengan 4 bidang
spesiaistik dasar dan 6 bidang spesialistik tambahan lainnya, instalasi rawat inap
dengan 300 tempat tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,
Laboratorium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang Jenazah, Workshop, Dapur,
15

Laundry, CSSD, Ipal, Ruang Administrasi, Rumah sakit, Ruang Medical Record, dan
Ruang Keamanan.
2. Visi dan Misi RSU Kota Tangerang
a. Visi RSU Kota Tangerang
Menjadi Rumah Sakit pilihan Masyarakat Kota Tangerang dengan
pelayanan yang terbaik dan paripurna

16

16

b. Misi RSU Kota Tangerang


1) Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan sumber daya
aparatur yang professional.
2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3) Mewujudkan kesehatan lingkungan rumah sakit yang berkualitas.
A. gambaran Umum Ruang Interna 1 RSU Kota Tangerang
1. Visi dan Misi Ruang Interna 1
Hasil :
-

Wawancara : menurut karu visi dan misi ruangan belum dibuat, yang ada dalam

ruanagan adalah visi dan misi rumah rumah sakit.


Observasi : berdasarkan pengamatan tidak ada visi dan misi ruangan ditempel
Visi misi di ruang interna 1 belum ada, sehingga perlu adanya pembuatan visi

misi tersebut untuk mencapai tujuan bersama, untuk itu mahasiswa menawarkan diri
untuk membuat visi misi ruangan yang kemudian disetujui bersama kepala ruangan dan
seluruh staf di ruang interna 1sebagai berikut :
a. Visi
Ruangan terbaik dengan pelayanan asuhan keperawatan yang

komprehensip,

terapeutik dan protective.


b. Misi
1) Menjalankan Asuhan keperawatan penyakit dalam secara holistik
2)Melakukan asuhan keperawatan yang berbasis bio, psiko, sosio dan spiritual.
3)Mengutamakan perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan klien.
4)Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam setiap tindakan keperawatan.
5) Proteksi terhadap infeksi nosokomial yang dapat terjadi.

2. Program dan Fungsi Manajemen di Ruangan Interna 1


a. Perencanaan ( Planning )
1. Jangka Pendek
Perencanaan yang dilakukan di Ruang Interna 1 yaitu dengan melakukan pre
komference setiap pergantian shift, didalam pre koference dibicarakan mengenai
keadaan pasien, perencanaan pada pasien yang masih di rawat maupun yang

17
akan pulang, tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat sebelumnya dan
tindakan yang belum dilakukan maka akan dilanjutkan oleh perawat sift
selanjutnya.
2. Jangka Panjang
Didalam pre konference diruang Interna 1 dipimpin oleh PJ sift. Kepala ruangan
hanya mengontrol ruangan untuk mengetahuai kekurangan dan kebutuhan yang
ada diruangan Interna 1 serta mengidentifikasi seluruh kondisi klien, jika ada
kekurangan kepala ruangan mengajukan proposal ke bagian manager
pembiayaan pusat di RSUD Kota Tangerang. Contohnya pengajuan untuk
jangka panjang yaitu kekurangan alat-alat medis, sarana dan prasarana pasien
b. Pengorganisasian (organizing)
Diruang Interna 1 pengorganisasiannya menggunakan PJ Sift, dimana
setiap sift terdapat 1 penanggung jawab. Setiap penanggung

jawab

tersebut bertanggung jawab pada SDM ( sumber daya manusia)

dalam
pada

dan

sift

inventaris

ruangan. PJ atau penanggung jawab sift bertugas mengatur dan menentukan tugastugas yang akan dilakukan
7 ruangan dengan

oleh perawat pelaksana. Ruang Interna 1 terdiri dari

rincian 1 kamar isolasi; 5 kamar Ruang rawat inap khusus

penyakit dalam dengan jenis kelamin laki laki.


c. Penggerak (actuating)
Kepala ruang Interna 1 bersifat terbuka dan demokrasi kepada semua
perawat diruang Interna 1 sehingga semua perawat diruang Interna 1

terjalin

keakraban satu sama lain.


d. Pengendalian / pengawasan (controling)
1. Jangka Pendek
Contoh Kepala ruang Interna 1 selalu mengawasi perawat pelaksana agar
mengetahui sejauh mana pekerjaan yang sudah dilakukan dan masalah-masalah
apa saja yang ada.
Contohnya kepala ruang Interna 1 selalu bertanya kepada perawat ruang
Interna 1 ada permasalah atau tidak dalam tugas yang diberikannya.
2. Jangka panjang
Kepala ruang Interna 1 selalu pengontrolan evaluasi tenaga kerja. atau
barang biasanya dilakukan pengawasan 1 kali dalam seminggu.

18
e. Penilaian (evaluasi)
Diruang interna 1 evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan pada saat post
konferens, dimana PJ sift pertama melakukan operan dengan PJ Sift selanjutnya.
Contohnya Kepala ruang Interna 1 mengecek kembali pendokumentasian yang
telah ditulis oleh perawat-perawat pelaksana.
3. Deskriptif Ruangan
Nama RS

: RSU Kota Tangerang

Nama Ruangan

: Interna 1

Jenis type / kelas

: Tipe non class

Kapasitas Ruangan

: 5 Ruang perawatan dan 1 ruang isolasi, 1

Ruang perawat
Jumlah Klien

: 26 Orang

Jenis Penyakit

: Penyakit Dalam

Jumlah perawat

: 15 Orang (2 lulusan S1 Ners, 12 lulusan D3


keperawatan, 1 orang lulusan SPK).

19

4. Struktur Organisasi Ruangan

KASI Keperawatan
Pelaksanaan

Pelayanan
n

Mutu

KAINS Ranap

KARU

Administrasi

PJ Shift

pp

pp

pp

pp

PJ Shift

PJ Shift

PJ Shift

pp

pp

Asper

pp

pp

pp

pp

16

Keterangan :
1. Kepala Ruangan

Br. Adil Laksana Dewa, AMK

2. PJ shift

Zr. Erna, AMK

Zr. Nani, AMK

Zr. Sugiarti, AMK

Zr. Tri, AMK

3. Anggota

Ns. Nizar, S.Kep

Br. Oji, AmK

Ns. Heri, S.Kep

Zr. Dewi AmK

Br. Adi, AmK

Zr. Aryani, AmK

Br. Syarif, AMK

Zr. Maidah,AmK

Asper Evi

5. Fasilitas untuk pasien

17
a) Tempat tidur pasien
b) Kasur busa, satu bantal dan selimut
c) Meja dan almari
d) Kursi
e) Kursi roda
f) Kipas angin
g) Kamar mandi pasien atau keluarga
h) Wastafel
i) Tempat sampah
j) Meja laci
k) Tiang infus
l) Oksigen
6. Fasilitas untuk petugas kesehatan
a) Ruang jaga perawat
b) Kamar mandi
c) Lemari penyimpanan alat
d) Loker pribadi perawat
e) Komputer
f) Kulkas
g) TV
h) Dapur (piring, gelas, dll)
i) Dispenser

18
j) Kipas angin

19
. 9. Tinjauan ruangan berdasarkan analisis SWOT
NO
1

ANALISA

STRENGTH

WEAKNEES

OPPORTUNITY

THREATS /
ANCAMAN

Man
a. Ketenagaan

- Ketenagaan

Ka.Ru = 1 org

PJ.shift= 4
org

PP = 9 org

Asper = 1 org

- Jumlah perawat yang masih kurang menyebabkan adanya

- Adanya peluang

Kekurangan

pekerjaan perawat yang dikerjakan oleh administrasi contoh :

dalam

perawat dapat

menjelaskan obat pulang klien yang harusnya dilakukan oleh

penerimaan

menimbulkan

perawat tapi di jelaskan oleh administrasi.

perawat baru.

peningkatan

- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan

kelebihan beban

kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari

kerja perawat

kelebihan beban kerja.

sehingga terjadi

- Berdasarkan penghitungan ketenagaan menurut Thailand &

penurunan kinerja

Philiphine :

perawat dan

Jumlah jam perawatan /pasien = 7 jam

kualitas asuhan

Tenaga yang dibutuhkan =

keperawatan.

Jml jam perawatan x 52mgg x 7 hr x jml TT x BOR


Jml mgg efektif x 40 jam

Koreksi = 25%
Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %

7 jam x 52mgg x 7 hr x 26 TT x 85%


39 mgg x 40 jam

20

60642
38,87
1560

Faktor koreksi = 38,87 x 25 % = 9,71 10


Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 17 + 10 = 27 orang
Saat ini tenaga perawat di Ruang interna 1= 14 + 1 Ka.ru

NO

ANALISA

STRENGTH

b. Latar Belakang - Tingkat Pendidikan


Pendidikan

S1 Kep Ns = 2 org

D3 Kep = 12 org

SPK = 1 org

WEAKNEES

Perawat dengan tingkat

Tuntunan masyarakat

pendidikan S1 Ners 2 orang

untuk melanjutkan

dalam pelayanan yang

dan 12 orang dengan latar

pendidikan ke jenjang

optimal dan holistic.

belakang hanya dengan

yang lebih tinggi


- Adanya pre conference

Keperawatan

sebelum memulai

Kesempatan dalam

asuhan keperawatan

melanjutkan pendidikan yang


lebih tinggi terbatas.
-

THREATS / ANCAMAN

- Adanya kesempatan

pendidikan Diploma
-

OPPORTUNITY

Belum adanya perbedaan


antara perawat lulusan DIII
dengan perawat lulusan
S1dalam tugas
keperawatannya.

- Adanya post
conference di akhir.
- Adanya sharing dengan
kepala ruangan
- Adanya rapat bulanan
sebgai evaluasi.

21
- Adanya motivasi dari kepala
c. Pendidikan
dan Pelatihan

ruangan.

- Motivasi

perawat

dalam

mengembangkan diri

- PJ shift dan perawat pelaksana


diikutsertakan

dalam

pelatihan-pelatihan
- Adanya

kesempatan

melanjutkan

- Perawat mempunyai

Adanya keterbatasan

pelatihan / seminar terbatas

peluang untuk

perawat dan kemampuan

Informasi yang kurang tentang

mengikuti seminar/

perawat dalam kualitas

pelatihan dan seminar diluar

pelatihan

pelayanan.

RS

untuk

pendidikan

Kesempatan dalam mengikuti

- Kesempatan dalam

Tidak adanya reward yang

meningkatkan Sumber

significant bagi karyawan

daya perawat.

yang berprestasi

ke

jenjang yang lebih tinggi


NO

ANALISA

d. Karakteristik
pasien

STRENGTH / KEKUATAN

- Klien di interna 1 memiliki

WEAKNEES / KELEMAHAN

Tenaga perawat yang terbatas

OPPORTUNITY /
KESEMPATAN

- Tingkat ketergantungan

THREATS / ANCAMAN

Rumah sakit swasta di

tingkat ketrgantungan yang

dan jam visite dokter yang

klien yang berbeda dapat

kota Tangerang yang

berbeda-beda mulai dari yang

tidak tetap

meningkatkan

memiliki ruangan dan

Tidak ada data karakteristik

pengetahuan dan

asuhan keperawatan

total care. Namun rata-rata

pasien sesuai tingkat

ketrampilan perawat

yang berkualitas.

memiliki tingkat

ketergantungan pasien

dalam memberikan

yang minimal care sampai

ketergantungan minimal care.

Asuhan keperawatan.

22
e. Kedisiplinan

- Kejelasan jadwal mulai dari -

Ketidak disiplinan perawat

- Kedisiplinan yang tinggi

Ketidakdisiplinan

ketepatan waktu datang dan

dalam hal kehadiran

akan tercipta suasana

perawat terhadap

jadwal dinas.

(ketepatan waktu datang)

yang nyaman bagi pasien

kehadiran akan

Banyaknya keluarga klien

dan perawat.

menghambat proses

- Adanya

kejelasan

waktu

berkunjung dan batas umur


pengunjung.

yang berkunjung tidak patuh

pelayanan asuhan

terhadap peraturan batas

keperawatan.

waktu berkunjung dan

jumlah penunggu

Ketidakpatuhan
keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
keperawatan.

NO

ANALISA

f. Jumlah pasien

STRENGTH / KEKUATAN

- Jumlah

BOR

pada

februari 2015 = 86,58%

WEAKNEES / KELEMAHAN

bulan - Hanya klien jenis kelamin


laki-laki yang dapat dirawat di

OPPORTUNITY /

THREATS /

KESEMPATAN

ANCAMAN

- Adanya Peningkatan
mutu pelayanan.

- Banyaknya RS yang
berlokasikan di kota

23
ruang interna 1.

- Peningkatan BOR dari

tangerang sehingga

klien yang di kirim oleh

masyarakat bebas

IGD dan poli penyakit

memilih pelayanan

dalam.

yang merasa dapat


memberikan pelayanan
yang optimal.

g. Kinerja

- Perawat
sikap

ruangan
yang

baik,

memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
ramah

yang kurang ramah, kurang

yang merasa puas dengan

kurang baik dapat

kepada klien dan keluarga

sabar

pelayanan

mengakibatkan

klien.

keluarga klien.

terhadap

klien

dan

perawat

interna 1.

pelayanan yang kurang


optimal.

NO

ANALISA

STRENGTH / KEKUATAN

WEAKNEES /

OPPORTUNITY /

THREATS / ANCAMAN

24
KELEMAHAN
2

KESEMPATAN

Material
a. Ruang Rawat

Ruang Interna 1 adalah ruang -

Cleaning service terbatas

- Adanya dana untuk

perawatan penyakit dalam laki- -

Hordeng ruangan hanya

penambahn cleaning

di Tangerang dengan

laki non class dengan kapasitas

satu.

service

kondisi ruangan yang

26 tempat tidur, terdiri dari 5

- Adanya pembagian

ruangan perawatan dan 1 Ruang

jadwal yang jelas

isolasi, setiap ruangan berisi 1

cleaning service

TV dan 2 unit AC, wastafel dan

- Adanya kesempatan
untuk merenovasi dan

meja pasien

ruangan

Hand

Hygiene

lebih nyaman dan lebih


menarik

km mandi, 1 TT dilengkapi 1
Terdapat

- Banyaknya RS berdiri

di

depan masing-masing ruangan.


b. Ruang Perawat - Ruang ka.Ru dan ruang perawat menjadi satu

km ganti dan

tempat sholat petugas


- Terdapat lemari Obat, alat medis
dan lemari obat emergency
- Adanya Ners station di ruang
Interna 1
- Terdapat gudang yang berfungsi
meletakkan

tempat

sampah

Dalam

pelaksanaannya -

kesempatan -

Membahayakan bagian

masih terdapat penyatuan

untuk permintaan lemari

lain bila sampah medis

pembuangan

Obat

dan nonmedis sampai

sampah

medis dan non medis


-

Adanya

Kondisi

lemari

tempat

Adanya

kesempatan

permohonan

dibuatkan -

menyatu
Ketidaknyamanan

penyinmpanan Obat perlu

kamar ganti dan tempat

ruang

perbaikan/pergantian

sholat petugas

ganti dan tempat sholat

karena masih kekurangan -

Kolaborasi

tempat untuk peyimpanan

dengan management RS

ruangan

dapat

kerja,

kamar

menurunkan

motivasi kerja perawat

25
medis

dan

nonmedis,

obat pasien

penyimpanan alat kesehatan

NO

ANALISA

STRENGTH / KEKUATAN
-

Adanya tempat sampah yang

WEAKNEES /

OPPORTUNITY /

KELEMAHAN

KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

Permintaan bahan Perlu sosialisasi tentang

Resiko pada keselamatan kerja

sudah terpisah medis dan non

medis

bagi petugas terutama

medis

terbatas

Sudah

terlaksananya

(APD) maksud tujuan dari prosedur


pemakaian APD

perawat.

- Pelaksanaan asuhan

- Kurang meratanya

cara

pembuangan spuit.
-

Tersedianya alat-alat pelindung


di

ruangan

(masker

dan

handscoon)
3.

Metode
a. Penugasan
Kerja

Metode yang digunakan adalah


metode PJ shift, Karu = 1
Orang,

PJ

shift

orang,

Pelaksana = 9 orang dan 1


Asper

Pelaksanaan
penugasan metode PJ

keperawatan dilakukan

pengetahuan perawat

shift belum optimal

secara menyeluruh, setiap

diruangan dapat

dan bersifat

pelaksana mempunyai

menurunkan kualitas askep

26
fungsional

peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.

Operan

shift

sudah -

Materi Operan shift

- Ciptakan

komunikasi - Isi dari operan shift yang

dilaksanakan di nurse station

belum berfokus pada

yang lebih baik dalam

tidak lengkap dan belum

dan keliling melihat kondisi

masalah keperawatan.

tukar

berfokus pada masalah

klien

informasi

pasien

saat Operan shift

keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
mengetahui kondisi klien
secara menyeluruh.

NO

ANALISA
b. Protap

STRENGTH / KEKUATAN
-

Adanya SPO

Adanya pendokumentasian

WEAKNEES /

OPPORTUNITY /

KELEMAHAN

KESEMPATAN

Belum adanya SAK

THREATS / ANCAMAN

- Meminimalkan terjadinya Kesalahan kerja dapat


kesalahan dalam

terjadi kapan saja dalam

pemberian asuhan

pemberian Asuhan

keperawatan dengan

Keperawatan diruang

protap.

rawat

27
c. Pendokumen
tasian

pengkajian, diagnosa

- Terdapat ketidakrelevanan

- Adanya pendoku-

- Keterbatasan waktu

keperawatan dan catatan

pendokumentasian antara

mentasian yang jelas dan

dalam pendokumen-

perkembangan pasien

diagnosa keperawatan yang

akurat dapat

tasian menyebabkan

ditegakkan dengan catatan

meminimalisir kesalahan

pendokumentasian

keperawatan dan

askep tidak

perkembangan.

berkesinambungan
- Ketidakrelevanan
diagnosa yang
ditegakkan dengan
rencana tindakan
keperawatan yang
dilakukan
menyebabkan askep
tidak maksimal dan
komprehensif

NO

ANALISA

5.

Machine
a. Peralatan

STRENGTH / KEKUATAN

- Adanya alat TPRS.

WEAKNEES /

OPPORTUNITY /

KELEMAHAN

KESEMPATAN

- Mempermudah dalam

THREATS / ANCAMAN

- Alat suction, alat

28
- Terdapat alat neubulizer 1 buah
Terdapat alat suction disetiap TT
Adanya fasilitas AC di ruang

- Alat sering rusak


- Hilang alat

pemberian Askep
- Kalibrasi alat secara

neubulizer, bila
perawatannya kurang

berkala / 6 bulan dan

baik dapat berisiko

visite dr, serta lemari es untuk .

rutin dapat meminimalisir

meningkatkan angka

penyimpanan obat

angka kerusakan alat.

infeksi nosokomial

- Terdapat tabung oxigen yang


dapat

membantu

memberikan

askep

kolaboratif.
- Adanya 2 buah rostour

bila angka

dalam

perbaikannya lebih

secara

tinggi menimbulkan
kerugian bagi RS

29
Gambaran BOR, LOS, TOI, dan BTO
Maret tahun
2015
Tahun
2015

BOR
86,58%

LOS
4,02

TOI
0,60

BTO
6,96

Sumber : data primer


Berdasarkan tabel 2 di atas yang didapatkan pada bulan februari didapatkan hasil BOR ratarata 86,58%, LOS rata-rata 4,02 TOI 0,60 , BTO 6,96
1.

BOR 86,58%, yang berarti sudah sesuai standar nasional 60 85 %

2.

LOS 4,02 yang berarti sudah sesuai standar nasional 4 7 hari

3.

TOI 0,60 yang berarti belum sesuai standar nasional 1-3 hari

4.

BTO 6,96 kali yang berarti belum sesuai nilai standar nasional 40 50 kali

11. Unsur Input


a. Pasien :
Hasil Wawancara : Kepala rungan interna 1 mengatakan data demografi pasien
dan asal rujukan pasien belum di buat, karu mengatakan seharusnya setiap
ruangan terdapat data demografi pasien dan asal rujukan, tetapi didalam ruang
interna 1 tidak ada . Asal rujukan yang terdapat d ruang inerna 1 adalah dari IGD
dan poli penyakit dalam. Didalam ruang interna1 terdapat jumlah penyakit
terbanyak yaitu :
1. DM
: 12 kasus
2. Febris
: 10 kasus
3. Ge
: 11 kasus
4. DHF
: 7 kasus
5. Anemia
: 9 kasus
6. Anemia
: 5 kasus
7. Hemel
: 7 kasus
8. Hepatitis A
: 6 Kasus
9. CKD
: 3 kasus
10. HIV
: 2 kasus
( Data bulan Maret 2015)
-

Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal

rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.

b. Instrumental : 5 M (Man, Money, Method, Material, Mechine)


1) Man/tenaga : Kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan
a) Kuantitas Tenaga Keperawatan
Kajian Teori

30
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik klien,
model penugasan, dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah,
jenis, dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan diperlukan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Untuk menentukan jumlah
kebutuhan tenaga keperawatan dapat menggunakan beberapa rumus, antara lain:
Menurut Depkes (2002) klasifikasi kategori asuhan keperawatan :
1. Asuhan keperawatan minimal
a.
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
c.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
a.
Sebagian besar aktivitas dibantu
b.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
c.
Terpasang folley kateter, intake output dicatat
d.
Terpasang infus
e.
Pengobatan lebih dari sekali
f.
Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Perawatan maksimal
a. Segala aktivitas diberikan perawat
b. Posisi diatur
c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
e. Penggunaan suction
f. Gelisah/ disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
a.
b.
c.
d.
e.

Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis kasus


Rata-rata pasien perhari
Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari

Kualitas Tenaga Keperawatan


a)

Kajian Teori
kualitas pelayanan Rumah Sakit Salah satunya adalah pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan
sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik profesional yang merupakan

31
ciri profesi yang harus dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan
akuntabilitas kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut
Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu:
(1)

Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada pekerjaan

saat ini.
(2)
Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada pekerjaan yang
akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan untuk
pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997) pelatihan,
kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk para medis :
(1)
Etika komunikasi
(2)
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
(3)
Etika keperawatan
(4)
Manajemen keperawatan
(5)
Hospital management training
(6)
Audit medik
(7)
Pencegahan infeksi nosokomial
(8)
Sanitasi rumah sakit
b) Kajian Data
Tenaga keperawatan di ruang interna 1 berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang
No
1

Jenis Pendidikan
DIII Keperawatan

Jumlah
12

%
90%

S1 Keperawatan
2
10%
Jumlah
14
100%
Sumber: Wawancara langsung pada kepala Ruangan Interna 1
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat di i n t e r n a 1
jenjang DIII mendominasi di ruang Interna 1 sebanyak 12 orang dan S1 Keperawatan
sebanyak 2 orang namun hal ini tidak berpengaruh pada manajeman keperawatan karena
perawat di Ruang Interna 1 mayoritas telah berpengalaman atau mempunyai masa kerja
lebih dari diatas 5 tahun. Hal ini berarti sesuai dengan standar profesi bahwa batas
minimal dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.

32
Masalah : ketenagaan di ruang interna 1 kurang memadai, namun dari segi penglaman
ketenagaan perawat d ruang interna 1 sudah cukup baik.
c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan salah
satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan secara optimal
dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)
e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai
untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam
penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara
baik atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman agar
pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan inilah maka adanya
standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik dengan standar profesi
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan.
a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang
No
Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
2.

RSUD Tangerang
Pengangkatan kepala ruang

33
3.

Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.

Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.
2. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )
a) Kajian teori
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa
yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
1)

Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang harus


dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-kriteria tersebut
dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan
secara profesional dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam standar
asuhan keperawatan yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan maka bukan hanya keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan,
tetapi juga meliputi pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek keamanan dan
kenyamanan pasien.

2)

Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya mempunyai prosedur


tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan diterapkan
oleh seluruh staf di ruangan tersebut. Ruang perawatan harus mempunyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) minimal 10 penyakit terbanyak yang sering muncul di ruang
tersebut.

b)Kajian Data
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di ruang
Interna 1 tidak ditemukan SAK namun protap mengenai 10 penyakit terbanyak.

34

3. Standar Operating Prosedur (SOP)


Protap tindakan keperawatan pasien di ruang Interna 1 menggunakan pedoman perawatan
dasar tahun 2013 yang berisi :
Standar Operasional Prosedur ( SOP )
di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang

No

Nama SAK

Nomor Dokumen

Tanggal

Diterbitkan
003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

1
2

Memasang kanul rectal


Memberikan
obat

3
4
5
6

intravena
Petunjuk memberikan obat
Mencuci tangan
Identifikasi pasien
Penggunaan alat pelindung diri

7
8
9

(APD)
Memberikan glycerin spuid
061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur blance cairan
073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila

dengan

037/SPO/RI/RSUD/2013
062/SPO/RI/RSUD/2013
065/SPO/RI/RSUD/2013
063/SPO/RI/RSUD/2013

16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013

mengunakan

10
11

termometer digital
Mengukur tekanan darah
002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Menimbang berat badan dan 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

12
13
14
15
16
17
18

mengukur tinggi badan


Mengukur lingkar perut
Menghitung denyut nadi
Menghitung pernafasan
Menciptakan terapi lingkungan
Melaksanakan kompres hangat
Melaksanakan kompres dingin
Memberikan
obat
secara

19
20

intracutan
Memberikan obat subcutan
011/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Melaksanakan pemberian obat 012/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

21

secara intramuscular
Menyiapkan
tempat

22
23
24

terbuka untuk pasien baru


Memberikan obat secara oral
013/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Memberikan obat mata
014/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Memandikan pasien dengan 015/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

004/SPO/RI/RSUD/2013
005/SPO/RI/RSUD/2013
006/SPO/RI/RSUD/2013
007/SPO/RI/RSUD/2013
008/SPO/RI/RSUD/2013
009/SPO/RI/RSUD/2013
010/SPO/RI/RSUD/2013

16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013

tidur 064/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

35
25

posisi berbaring
Membantu pasien mandi di 016/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
tempat

tidur

dengan posisi

26

duduk
Memelihara kebersihan mulut 017/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

27
28
29

dan gigi (oral hygine)


Memelihara rambut
018/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Memelihara kuku
019/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengganti alat tenun dengan 020/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

30

pasien ditempat tidur


Mengganti alat tenun dengan 021/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

31

pasien diatasnya
Memberikan makanan

cair 022/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

melalui

tube

naso

gathric

32
33
34
35
36
37

(NGT)
Memasang infus
Melepas infus
Mengganti infus set
Pemberian oksigen
Membantu memperlancar BAK
Membantu pasien eliminasi

38

BAK dan BAB


Mengeluarkan feses

39
40
41
42

manual
Pemasangan kateter tetap
Pemberian huknah rendah
Pemberian huknah tinggi
Membantu pasien melakukan

43

mobilisasi di tempat tidur


Melakukan restrain kepada 035/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

44

pasien
Membantu pasien dari tempat 036/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

45

tidur kekursi roda


Mennganti baju pada pasien 038/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

46
47

dengan terpasang infus


Mengganti cairan infus
039/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Menerima pasien baru diruang 040/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

48

perawatan rawat inap


Memindahkan pasien

dari 042/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

ruang

unit

perawatan

ke

16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013

secara 029/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

perawatan ke unik perawatan


intensif

023/SPO/RI/RSUD/2013
024/SPO/RI/RSUD/2013
025/SPO/RI/RSUD/2013
026/SPO/RI/RSUD/2013
027/SPO/RI/RSUD/2013
028/SPO/RI/RSUD/2013

030/SPO/RI/RSUD/2013
031/SPO/RI/RSUD/2013
032/SPO/RI/RSUD/2013
034/SPO/RI/RSUD/2013

16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013

36
49

Pencegahan infeksi luka infus / 043/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


phlebitis

50
51
52

pada

tindakan

pemasangan intravena kateter


Memasang kateter urethra
044/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Melepas kateter urethra
045/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Pedoman
pencegahan 046/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
nosokomial

infeksi

saluran

kemih ( ISK ) pada prosedur


53

peawatan kateter urethra


Memasang naso gastric tube

54

Melepas

55

(NGT)
Memberi makanan cair melalui 049/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
naso

56

naso

gastrik

kontinyu drip
Pencegahan
prosedur

gastric

tube

047/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

tube 048/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

secara

infeksi

pada 050/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

pemasangan

57

nasogastric tube ( NGT )


Memberikan oksigen melalui 051/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

58

nasal kanul
Memindahkan

59

brancard ketempat tidur


Melakukan perawatan jenazah

053/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

60

Pengambilan spesimen urine

054/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

61

Serah terima diruang rawaat

055/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

62

Melaksanakan pergantian shif

056/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

63

Menilai bayi baru lahir

057/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

64

Melakukan

pasien

irigasi

dari 052/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

bladder 058/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

secara terus menerus dengan


65

sistem tertutup
Mengeluarkan urine bag

66

Melaksanakan
orientasi pasien baru

059/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

program 060/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

37
67

Penatalaksanaan

68

insiden
Memindahkan

69

ruang perawatan
Pengelolaan linen

078/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

70

Pelaporan insiden

068/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

71

Mempesiapkan pasien pulang

069/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

72

Memenuhi kebutuhan spritual

071/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

73
74

Melakukan suctioning

072/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

Melaksanakan

laporan 066/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013


pasien

antar 067/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

pemulangan

75

pasien ( patient discharge )


Memberikan oksigen melalui 074/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

76

sungkup muka sederhana


Membantu
pasien
latihan 075/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

77

berjalan
Melakanakan

78

pasien (patient discharge)


Komunikasi efektif ;melakukan 080/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

79

SBAR saat pelaporan


CODE BLUE

082/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

80

Melarutkan obat powder

083/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

81

Memberikan obat supositoria

084/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

82

Drug side effects reporting

079/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

83

Menambahkan obat kedalam 077/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

pemulangan 041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

botol cairan infus yang sedang


84

berlangsung
Pelaporan kejadian

tentang 087/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

kesalahan dalam pengobatan


(medication error)
Sumber : data primer RSU Kota Tangerang

38

Analisa Data :
Berdasarkan hasil observasi di ruang Interna 1 penggunaan SOP menggunakan acuan
tahun 2013. SOP ruang di Interna 1 sudah sesuai dengan standar operasional prosedur.
f. Material
a)

Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan kesehatan RS atau Puskesmas juga


ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional. Mutu pelayanan secara
professional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS atau Puskesmas melalui
pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan untuk mencapai peningkatan
mutu pelayanan keperawatan, tersusunnya program pengembangan tenaga keperawatan
dan terlaksananya penelitian keperawatan.
Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan fasilitas dan alat -alat yang
digunakan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang Interna 1
RSUD Tangerang.
g. Mesin
Analisa data :
Ruang Interna 1 sudah cukup dan sudah memenuhi standar tetapi dari mesin itu
perlu sekali dilakukan pemeliharaan karena jumlah alat yang terbatas demi
mempertahankan kualitas pelayanan seperti alat kontrol tentang kalibrasi alat, SOP
pemakaian alat.
12. Unsur Proses
1. Proses Manejemen Asuhan Keperawatan
a. Kajian teori
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan identik dengan standar profesi keperawatan,
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan
keperawatan
Standar I : Pengkajian keperawatan
Standar II : Diagnosa keperawatan
Standar III : Perencanaan keperawatan

39
Standar IV : Intervensi keperawatan
Standar V : Evaluasi keperawatan
Standar VI : Catatan asuhan keperawatan
2) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi
sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah
pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah
mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam standar
tersebut.
Hasil observasi tindakan di ruang Interna 1 terhadap tindakan keperawatan kurang
baik, karena belum adanya SAK yang jelas.
2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi ada
juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di tempat
limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian besar tidak di
pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan ampul, flakon dan
spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di tempat sampah
domestik
3.

Proses menejemen pelayanan keperawatan


1) Perencanaan (Planing)
Setiap bulan Kepala Ruangan telah membuat perencanaan bulanan seperti

rapat

bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas dalam satu bulan. Mengenai
pengembangan SDM, kepala ruangan dilibatkan dalam menyusun rencana pendidikan
dan pielatihan dan dilibatkan dalam penentuan perawat untuk pelatihan yang ada.
2) Organizing
Hasil observasi tugas kepala ruang di ruang Interna 1 menunjukkan bahwa tugas kepala sudah
berjalan dengan baik di ruang Interna 1

sudah mengacu pada standar yang ada dan perlu

untuk lebih ditingkatkan. Oleh karena itu, kepala ruang sangat berperan penting dalam
peningkatan mutu asuhan keperawatan.

40

41
EVALUASI KUALITAS PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING
DI RUANG INTERNA 1 RSUD TANGERANG
No

Kegiatan

Observasi
Ya
Tidak

A
1

Pre interaksi
Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengeahuan

2
3
4

pasien/keluarga)
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah
Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning
Menyiapkan bahan pemberian discharge planning (pedoman

B
1
2

pemberian discharge palnnin, leaflet), suratkontrol dsb


Orientasi
Memberi salam dengan senyum
Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan menjelaskan tugas perawat

3
4
5
6

(karu)
Menanyakan perasaan pasien/keluarga
Menanyakan kegiatan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan

V
V
V
V

C
1

pemberian discharge palanning


Kerja
Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk klarifikasi informasi

3
4

yang telah disampaikan


Menjelaskan informasi discharge palnning secara urut sesuai pedoman
a. Masalah keperawtan yangperlu tindak lanjut dirumah
b. Penyuluhan kesehatan
- Cara poemakaian obat
- Cara makan dan minum/pengaturan diet
- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat
c. Perikasa ulang/kontrol
Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan
Menanyakan kejelasan informasi discharge planning yang telah

D
1

disampaikan pada pasien/keluarga


Terminasi
Mengevaluasi pengetahuan pasien/keluarga tentang informasi

2
3
E
1

discharge planning yang diberikan


Memberikan reinforcement positif pada pasien /keluarga
Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam
Dokumentasi
Perawat dan pasien/keluarga menandatangani bukti pemberian

disharge planning di blanko rekam medik yang telah disediakan


Total
Prosentase
Sumber data: data primer pengkajian 30 Maret-03 April 2015

V
V
V
V

V
V

V
V

V
V
V
V
16
87,89%

2
12,11%

42
Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal ini
menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan hasil
yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge planing dan
dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
A. Pelaksanaan
Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien dengan
diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara pemberian
insulin dengan benar selama 15 menit.
Kamar
408-1

Nama
Tn. A

Diagnosa

Sebelum dilakukan

Sesudah dilakukan

Selulitis

Intervensi
GDS : 288

intervensi
GDS : 125

43

408-3

409-1

409-2

409-5

410-1

410-2

410-3

Hiperglikemi

Belum dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Diabetes mellitus

insulin dengan mandiri


GDS : 192

insulin dengan mandiri


GDS : 123

Hipetensi

Sudah dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Tn.

Vertigo
CKD

insulin dengan mandiri


GDS : 362

insulin dengan mandiri


GDS : 232

AA

Dipsnea

Sudah dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Tn. M

Hiperglikemi
Hemiparesedex

insulin dengan mandiri


GDS : 257

insulin dengan mandiri


GDS :173

SNH

Belum dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Hiperglikemi
Hipertensi

insulin dengan mandiri


GDS : 341

insulin dengan mandiri


GDS : 327

Vomitus

Sudah dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

DVT

insulin dengan mandiri

insulin dengan mandiri

Hiperglikemi
Edema anasarka

GDS : 337

GDS : 291

CHF

Belum dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Hipertensi

insulin dengan mandiri

insulin dengan mandiri

Tn.

Hiperglikemi
Edema anasarka

GDS : 227

GDS : 125

Muh

CKD

Belum dapat memberikan

Sudah dapat memberikan

Hipertensi

insulin dengan mandiri

insulin dengan mandiri

Hiperglikemi
Diabetes mellitus

GDS : 159

GDS : 74

Penurunan

Belum dapat memberikan

Belum dapat

kesadaran

insulin dengan mandiri

memberikan insulin

Tn. S

Tn. W

Tn. D

Tn. K

dengan mandiri

B. Evaluasi
Setelah diberikan penyuluhan dan intervensi seperti :

Menganjurkan pasien mengurangi makanan yang manis-manis


Menganjurkan klien untuk mengontol gula darah seminggu sekali
Mengajarkan klien dan keluarganya yang tinggal satu rumah dengan klien cara

memberikan insulin dengan benar .

44
Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara
memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi sebagai berikut:
1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan
nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah
2.

dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian

3.

setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri

4.

Kemudian

setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian

5.

setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin dengan
mandiri.
6. Tn. D

dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi sebelum

dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan insulin dengan
mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi

GDS 291 sudah dapat memberikan

insulin dengan mandiri.


7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat
memberikan insulin dengan mandiri.
8. Tn. K
dengan diagnose Diabetes mellitus Penurunan kesadaran sebelum
dilakukan intervensi dengan nilai GDS 159 belum dapat memberikan insulin dengan
mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi nilai GDS 74 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri
Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang
masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin
dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah sosialisasi
tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini didukung dengan
kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu mensosialisasikan

45
tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan diagnose hiperglikemi,
selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat satu dengan yang lain
untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet, dapat
mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada kepala
ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien dan
Keluarga Pasien
b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus
C. Pelaksanaan pembuatan Poster dan Leaflet tentang DM
Saat ini Sudah ada diruangan Ranap Interna 1
D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 10 April 2015 sebelum makan siang sekitar
jam 11.00 jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
E. Pelaksanaan Magang Kepala Ruang Di Ruang Kenanga RSU Daerah Tangerang
1. Tahap Persiapan
a. Pengkajian data di Ruang Ranap Interna1
b. Menyusun POA sesuai dengan masalah dan presentasi hasil dari pengkajian data di
Ruang Ranap Interna 1 pada tanggal 3 April 2015
c. Mempelajari uraian tugas Kepala Ruang yang ada di Ruang Ranap Interna 1 RSUD
Kota Tangerang pada tanggal 3 April 2015
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membuat jadwal magang Kepala Ruang pada tanggal 30 Maret 2015
b. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Kepala Ruang mengenai jadwal magang
Kepala Ruang pada tanggal 01 April 2015
c. Pelaksanaan magang kepala ruang mulai tanggal 30 Maret - 11 April 2015
3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015
Jadwal Magang Kepala Ruang

46
Tabel
Jadwal Magang Kepala Ruang di Ruang Kenanga RSUD Tangerang
Tanggal
30 Maret 1

Maret April 2015


02-04 April
06-08

Karu

April
Rukmana
Sumber : Data Primer

Nurjazilah

April
Nuraliyani

09-011 April
Neneng Satriani S

Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan magang
kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh Pembimbing Akademik.

50
TABEL PLAN OF ACTION (POA)

Masalah

Pokok
Kegiatan

Hiperglikemi

Untuk

(Kenaikan

menstabilkan

Kadar Gula

kembali kadar

dalam Darah)

gula dalam
darah.

Target
Uraian Kegiatan
Lakukan
Pemeriksaan
kadar glukosa
Anjurkan
Pasien untuk
membatasi
makanmakanan yang
manis.
Anjurkan klien
untuk patuh

Tujuan Sasaran
Tn. D dengan dx,
hiperglikemi
Tn. M dengan dx.
Hiperglikemi
Tn. K dengan dx.
Diabetes Melitus
Tn. W
denganHiperglikemi
Tn. AA

Waktu
Pelaksanaan
Pelaksanaan
dilakukan
6-8
siangHari

Siang hari

Tn. S dengan

menyuntikkan
insulin.

denganHiperglikemi

jawab

Orang yang terkait

Neneng Satriani

Kepala Ruangan

Nuraliyani

Ketua Tim

Nurjazilah

Perawat Pelaksana

padatanggal

denganHiperglikemi

Diabetes Melitus
Tn. M

Penanggung

Siang hari

Rukmana

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen Keperawatan
STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan insulin
terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan benar
kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara pemberian
insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah saling
mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat memberikan insulin
kepada klien.
Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes mellitus
dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang Interna 1
agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat membeikan
insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan para perawat
untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.
b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%, criteria
keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai kondisi saat
ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan Visi dan Misi
telah dilaksanakan dengan baik.
c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum
berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah
mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa
saran antara lain :
a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat
segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan mengoptimalkan
SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.
b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara
penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
51

d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah pengalaman
ners muda.

DAFTAR PUSTAKA
-

Nursalam. 2000.Manajemen Jeperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional edisi 2 .Jakarta : EGC


Rangkuti.2006. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta : Gramedia

Pustaka
Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC

52

You might also like