Professional Documents
Culture Documents
A. Masalah utama
Harga diri rendah kronis berhubungan dengan ketidakefektivan koping individu
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengetian
a. Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend,1998).
b. Penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekpresikan
secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan Videbeck, 1998).
c. Perasaan negative terhadap diri sendri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998)
d. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik,psikologis,perilaku dan
atau kognitif) (Carpenito,Lynda Juall.:79)
2. Tanda dan gejala
a. Mengingkari masalah
b. Harga diri rendah
c. Penolakan
d. pandanga hidup yang pesimis
e. penurunan produktivitas
f. klen mengatakan bila mempunyai masalah sering dipendam dalam hati
tampak diam
g. klien jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan
h. kurang memperhatikan perawatan diri
3. Rentang Respons
Respon
Respon
Adptif
Maladap
tif
Aktualisasi
Diri
Depersonalisasi
4. Factor predisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Menurut Ade Herman ( 2011 ), faktor predisposisi antara lain:
a.
Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi
kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak contoh kadar serotonin yang menurun dapat
Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami Koping individu tidak
efektif meliputi : Mengingkari masalah, Harga diri rendah, Penolakan, Perasaan
malu dan bersalah, Perasaan tidak berdaya, klien mengatakan bila mempunyai
masalah sering dipendam dalam hati, tampak diam, klien jarang berkomunikasi
dengan teman satu ruangan
c.
Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi Koping individu tidak
efektif, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur
sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d.
Faktor kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri
rendah antara lain wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluh
tahunan, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme. (Ade Herman,
2011: 147)
5. Faktor presipitasi
faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ini dapat
terjadi secara situasional maupun kronik.
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu meliputi :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi transisi peran
perkembangan
adalah
perubahan
normatif
yang
berhubungan
dengan
singkat
Dapat menghilangkan dalam waktu yang relatif singkat, baik untuk gejala
positif maupun gejala negatif skizofrenia
4) Terapi Modalitas
Terapi
modalitas/perilaku
merupakan
rencana
pengobatan
untuk
menggunakan
latihan
keterampilan
sosial
untuk
meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
1) Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik alamat.
2) Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
3) Alasan masuk rumah sakit
a. Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
tersebut ketik
di rumah?
c. Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?
(RenniAryani,
B. Pengkajian Fisik
2012 )
Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
Ukuran tinggi badan dan berat badan
Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun.
Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang ada.
( RenniAryani, 2012 )
C. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
1) Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggabarkan hubungan klien
dan keluarga.
2) Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
b.
Konsep diri
1) Citra Tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
2) Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum di rawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Peran Diri
Tugas atau peran diri yang diemban dalam keluarga atau kelmpok atau
4)
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut, poandangan masyarakat setempat tentang gangguan
b.
jiwa.
Kegiatan Ibadah
Kegiatan Ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat klien dan
7. Mekanisme Koping
a. Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yang sering dilakukan oleh antara lain:
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok
social, keagamaan, dan politik.
3) Kegiatan yang member dukungan sementara seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas.
4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan ( Ade Herman, 2011: 144 )
b. Koping jangka panjang
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka mekanisme
jangka panjang dapat dilakukan, antara lain:
1) Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2) Identitas negative merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menadi individu antisocial, hal ini
disebabkan karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif.
( Ade Herman, 2011: 144 )
3) Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain:
a) Regresi
(kemunduran
akibat
stres
terhadap
perilaku
dan
malas
melakukan
2. Pohon masalah
Resiko tinggi (risti) perilaku kekerasan
Effect
Core Probleme
Causa
Klien
SPIP
Bina hubungan saling percaya
Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
Pilih kemampuan yang akan dilatih Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan
Keluarga
SPIK
- Bina hubungan saling percaya
Identifikasi masalah yang dirasakan
dalam merawat klien
Jelaskan
proses
terjadinya
ketidakefektivan koping individu
Jelaskan tentang cara merawat klien
Main peran dalam merawat klien
Susun rencana keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat klien
Lanjutan
1
-
SP2P
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1P)
Pilih kemampuan kedua yang dapat
dilakukan
- Latih kemampuan yang dipilih
Masukan dalam jadwal kegiatan klien
SP2K
- Evaluasi kemampuan SP1
- Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun rencana keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat klien
SP3P
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1
dan 2)
- Memilih kemampuan ketiga yang
dapat dilakukan
Masukan dalam jadwal kegiatan klien
SP3K
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan klien
- Jadwalkan keluarga
- Follow Up
Rujukan
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan perawat perlu
menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien sesuai
dengan kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa,
pelaksanaan, evaluasi, modifikasi dan paraf.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari tindakan
keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon
klien dengan kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif klien
yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif
untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P : bila ada
masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
Hasil yang diharapkan pada klien dengan ketidakefektifan koping individu adalah
1)
2)
3)
4)
5)
6)