You are on page 1of 21

LAPORAN PRATIKUM

DASAR ELEKTRONIKA
Modul 5
RANGKAIAN PENGUAT TRANSISTOR BJT

KELOMPOK 13
Eko Wahyudi ( 1404105010045 )
M.Khairul Akbar ( 1404105010014 )
Muhammad Wanza ( 1404105010023 )
Tanggal Pratikum : 3 Mei 2016
Asisten : Acmi yuliani

LABORATORIUM ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVESITAS SYIAH KUALA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan dapat:
a. mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai penguat;
b. mengetahui dan karakteristik penguat konigurasi common emitter (CE).

1.2 Dasar Teori


Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja
sebagai penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif
dihasilkan dengan memberikan bias (pra tegangan) pada transistor. Bias (pra
tegangan) dapat dilakukan dengan memberikan arus yang konstan pada basis
atau pada kolektor. Jika pada kondisi aktif, transistor diberikan sinyal (input)
yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output) yang lebih besar.
Hasil bagi sinyal output dan input inilah yang disebut sebagai faktor penguatan
yang sering diberi notasi A.
Ada sejumlah konigurasi penguat diantaranya adalah penguat dengan
konigurasi common emitter (CE), common collector (CC) dan common base
(CB). Dalam percobaan ini hanya akan disajikan satu konigurasi saja yaitu
penguat dengan konigurasi common emitter (CE).
Rangkaian penguat CE ditunjukkan pada Gambar 1.1. pemberian pra
tegangan transistor dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna, dalam
kasus ini rangkaian pra tegangan yang digunakan adalah rangkaian pra
tegangan pembagi tegangan. Kapasistor coupling menghubungkan sinyal
masukan (input) ke penguat, dan juga menghubungkan keluaran (output)
penguat ke beban.Impedansi (Resistansi) Input (Zin), Impedansi Output (Zout),
dan Penguatan Penguat (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaanpersamaan berikut:
() =
= 1 2

Gambar 1.1 Rangkaiaan penguat transistor konigurasi common emitter (CE)


=

Penguat tanpa beban (A) :


=

Tegangan keluaran tanpa beban:


=
Tegangan beban:
=

1.3 Dasar Teori Tambahan


A. Transistor BJT
Transistor pertemuan dwi kutub (BJT) adalah salah satu jenis dari transistor. Ini
adalah peranti tiga-saluran yang terbuat dari bahan semikonduktor terkotori.
Dinamai dwikutub karena operasinya menyertakan baik elektron maupun lubang
elektron, berlawanan dengan transistor ekakutub seperti FET yang hanya
menggunakan salah satu pembawa. Walaupun sebagian kecil dari arus transistor
adalah pembawa mayoritas, hampir semua arus transistor adalah dikarenakan
pembawa minoritas, sehingga BJT diklasifikasikan sebagai peranti pembawaminoritas.

Sumber : A. F. Oklilas, "Elektronika Dasar," in Elektronika Dasar, Universitas Sri wijaya,


2007, p. 44.

B. Jenis-Jenis Konfigurasi Transistor BJT

Konfigurasi Common-Collector (CC)


Konfigurasi common collector dapat juga digunakan sebagai rangkaian
penguat. Apabila konfigurasi CC ini digunakan sebagai penguat, maka
konfigurasi CC akan memiliki resistansi masukan (input) yang tinggi,
namun resistansi keluarannya (output) hanya kecil. Sehingga konfigurasi ini
sering digunakan untuk penyesuai impedans (impedance matching) dari
penguat berimpedans keluaran yang tinggi ke beban berimpedans rendah.

Konfigurasi Common-Emitter (CE)


Konfigurasi ini dinamakan common emitter karena kaki emitor
transistor menjadi bagian bersama bagi rangkaian masukan dan keluaran.
Pada rangkaian ini, sinyal yang masuk diberikan antara basis dan emiter,
sedangkan keluarannya adalah antara kolektor dan emitter.
Konfigurasi Common-Base (CB)
Pada rangkaian ini, sinyal yang masuk diberikan antara emiter dan
basis, sedangkan keluarannya adalah antara kolektor dan basis. Karakter
dari konfigurasi transistor common base apabila digunakan sebagai penguat
konfigurasi transistor common base memiliki resistansi masukan yang
sangat rendah dan tegangan output--nya bernilai tinggi. Ini seperti
konfigurasi transistor common emitter (CE).

Sumber : P. Harman Dwi Surjono, "Elektronika Lanjut," Jawa Timur, Penerbit


Cerdas ulet Kreatif, 2009, p. 51.

C. Fungsi Kaki-Kaki Transistor Bipolar


Fungsi basis kaki basis berfungsi untuk mengatur jalannya arus elektron
dari emitor ke kolektor sehingga mempengaruhi kerja dan fungsi dari
transistor tersebut.
Fungsi kaki emitor kaki emitor berfungsi sebagai gudangnya elektron
atau tempat berkumpulnya elektron sebelum dialirkan ke kolektor dan
basis.

Fungsi kaki kolektor kolektor berfungsi sebagai tempat pengumpulan


elektron yang telah diatur oleh basis sehingga tidak heran kita kadang
merasakan kalau sebuah transistor saat bekerja terasa hangat atau bahkan
panas, karena hal tersebut terjadi akibat elektron yang terkumpul di
kolektron terlalu besar sehingga sebagian terkonversi keluar sebagai
panas.

Sumber : fandiherlandi, "fandiherlandi," Blogger.com, 04 2015. [Online].


http://fandiherlandi.blogspot.co.id/2015/04/karakteristiktransistor-bipolar.html. [Accessed 14 05 2016].

BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Tabel 2.1 Alat dan Bahan
No.

Nama Komponen/Alat

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Transistor
Resistor
Resistor
Multimeter
Osiloskop
Master Builder
Bridge board + Catu Daya +15 DC
7.
(optional, bila (6) tidak tersedia)
8. Function Generator
9. Kapasitor
10. Kabel-kabel penghubung

Jenis/Merek/Nilai
2N3904
10 k; 2,2 k
3,6k, 1k, & 1,5 k
Sanwa
S300B

Jumlah
(Unit)
2
@2
@2
2
1
1
1

100 F atau 10 F

1
5
Secukupnya

2.2 Prosedur Percobaan


1. Dalam keadaan catu daya dimatikan, rangkaian percobaan dirangkai seperti
Gambar
2. Sumber daya dihidupkan.
3. Tegangan VCC diukur, nilainya diatur sesuai dengan rangkaian percobaan.
4. Hubung singkat terminal emiter dan kolektor dan arus kolektor saturasi IC
(sat) dicatat.
5. Dilepaskan kembali hubung singkat antara terminal kolektor dan emiter.
6. Dalam keadaan kapasitor C1, C2, dan C3 terbuka (rangkaian ekivalen dc),
setiap tegangan pada setiap titik simpul rangkaian diukur dan arus pada
setiap titik percabangan juga diukur. Hasil pengukuran dicatat pada tabel
yang disediakan.
7. Function generator dipasang menggantikan sumber VS, amplitudonya diatur
1mV puncak dan frekuensi 1 kHz (pilih gelombang sinusoidal).
8. Diamati dengan osiloskop dan gambarkan bentuk gelombang pada TP1 dan
TP2.

9. Amplitudo Vs dinaikkan secara bertahap misal dengan kenaikan sebesar 2


mV Puncak.
10. Poin 8 dan 9 diulangi. Sampai dengan bentuk gelombang sinusoidal
terpotong pada TP2, tegangan VS dicatat.
11. Langkah 8 dan 9 diulangi dengan frekuensi yang berbeda, misal 2, 5, dan
100 kHz serta 1 MHz

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan penguat CE transistor

12. Diatur kembali Vs pada 1 mV puncak (1 kHz), kapasitor C3 dilepas dan


diamati bentuk gelombang pada TP1 dan TP2.

BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
(Terlampirkan)
3.2 Analisa Data
A. Amplitude 1%

Gambar 3.1 Penguatan pada saat amplitudo 1% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 0,4 20 = 8

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 8 = 16
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 0,2 20 = 4

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 2 = 4
=

1
1
=
= 2
500s

8
=
=2

B. Amplitudo 2%

Gambar 3.2 Penguatan pada saat amplitudo 2% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 1,2 20 = 24

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 24 = 48
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 0,4 20 = 8

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 8 = 16
=

1
1
=
= 2
500s

24
=
=3

C. Amplitudo 3%

Gambar 3.3 Penguatan pada saat amplitudo 3% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 1,2 20 = 24

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 24 = 48
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

=
=

= 0,4 20 = 8

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 8 = 16
=

1
1
=
= 2
500s
=

24
=
=3

D. Amplitudo 4%

Gambar 3.4 Penguatan pada saat amplitudo 4% dengan frakuensi 2 kHz


Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

=
=

= 1,6 20 = 32

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 32 = 64
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,5 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 0,5 20 = 10

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 10 = 20
=

1
1
=
= 2
500s

32
=
= 3,2

10

E. Amplitudo 5%

Gambar 3.5 Penguatan pada saat amplitudo 5% dengan frakuensi 2 kHz


Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,9 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

=
=

= 1,9 20 = 38

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 38 = 76
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

=
=

= 0,6 20 = 12

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 12 = 24
=

1
1
=
= 2
500s
=

38
=
= 3,16

12

F. Amplitudo 6%

Gambar 3.6 Penguatan pada saat amplitudo 6% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

= 2 20 = 40

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 40 = 80
=

1
1
=
= 2
500s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
=
=

= 0,6 20 = 12

= 1 500s = 500s

= 2 = 2 12 = 24
=

1
1
=
= 2
500s

40
=
= 3,34

12

3.3 Pembahasan
Pada Percobaan modul 5 ini kita membahas tentang rangkaian penguat
trasistor BJT. Pringsip yang dipakai didalam transistor sebagai penguat yaitu arus
kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke
kolektor melalui trasistor tersebut. Langkah pertama dalam pratikum ini adalah
merangkai rangkaian seperti pada modul percobaan. kemudian, rangkaian tersebut
dihubungkan ke function generator kemudian amati bentuk gelombangnya.

Gelombang berwarna merah adalah gelombang input, dan gelombang


berwarna biru adalah sebagai output. Dari gelombang ii bisa dilihat fungsi transistor
sebagai penguat. Jika dilihat dari hasil percobaan, gelombang input (merah)
diperbesar atau proses penguatan oleh transistor. Hasil dari penguatan gelombang
input (merah) adalah gelombang warna biru. Misalnya pada percobaan pertama,
amplitudo input senilai 0,0001 s. Lalu gelombang input tersebut mengalami proses
penguatan oleh transistor sehingga besar amplitudonya menjadi 0,0002 s.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Frekuensi tidak mengalami perubahan nilai meskipun besar amplitudo pada
function generator diperbesar (frekuensi pada function generator sebesaar 2
kHz)
Gelombang input tidak mengalami perubahan sama sekali meskipun pada
function generator amplitudonya diperbesar. Ini bisa dilihat dari besar
amplitudonya yang tidak berubah ( Frekuensi pada function generator
sebesar 2 kHz)
Perioda tidak mengalami perubahan meskipun besar amplitudo pada
function generator diperbesar ( Frekuensi pada function generator sebesar 2
kHz )
Hasil Gelombang Ouput dari gelombang input mengalami pembesaran. Hal
ini disebabkan oleh penguat transistor. Gelombang input berwarna merah
dan gelombang ouput berwarna biru.
Bentuk Gelombang output (biru) sangat dipengaruhi oleh besar amplitudo
yang diatur pada function generator. Jika amplitudo semakin besar, maka
bentuk gelombang outputnya semakin tinggi (vertikal).
Jika Besar frekuensi pada function generator diperbesar maka bentuk
gelombang input (merah) dan outputnya (biru) menjadi lebih tinggi
(vertikal) dan bentuk gelombangnya terlihat lebih runcing.

TUGAS
1. Jelaskan ciri-ciri penguat emiter ditanahkan (CE)?
Jawab:
Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input
Sangat mungkin terjadi isolasi karena adanya umpan balik positif ,
sehingga sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya.
Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio)
Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor.

2. Kenapa keluaran gelombang sinusoidal pada TP2 terpotong saat tegangan Vs


dinaikkan?
Jawab:
Masukan kolektor menyamai tegangan emiter, akibatnya transistor berada
pada daerah jenuh sehingga keluaran gelombang terpotong.

3. Jelaskan apa yang terjadi saat kapasitor C3 dilepas?


Jawab:
Kapasitor sangat berpengaruh karena kapasitor akan mengubah beda fase
sehingga respon frekuensi juga ikut berubah.

LAMPIRAN
MODUL 5
KELOMPOK 13

Penguatan pada saat amplitudo 1% dengan frakuensi 2 kHz

Penguatan pada saat amplitudo 2% dengan frakuensi 2 kHz

Penguatan pada saat amplitudo 3% dengan frakuensi 2 kHz

Penguatan pada saat amplitudo 4% dengan frakuensi 2 kHz

Penguatan pada saat amplitudo 5% dengan frakuensi 2 kHz

Penguatan pada saat amplitudo 6% dengan frakuensi 2 kHz

Banda Aceh, 3 Mei 2016


Asisten,

Acmi Yuliani

You might also like