You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan dapat:
a. mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai penguat;
b. mengetahui dan karakteristik penguat konigurasi common emitter (CE).

1.2 Dasar Teori


Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk
bekerja sebagai penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi
aktif dihasilkan dengan memberikan bias (pra tegangan) pada transistor. Bias
(pra tegangan) dapat dilakukan dengan memberikan arus yang konstan pada
basis atau pada kolektor. Jika pada kondisi aktif, transistor diberikan sinyal
(input) yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output) yang lebih
besar. Hasil bagi sinyal output dan input inilah yang disebut sebagai faktor
penguatan yang sering diberi notasi A.
Ada sejumlah konigurasi penguat diantaranya adalah penguat dengan
konigurasi common emitter (CE), common collector (CC) dan common base
(CB). Dalam percobaan ini hanya akan disajikan satu konigurasi saja yaitu
penguat dengan konigurasi common emitter (CE).
Rangkaian penguat CE ditunjukkan pada Gambar 1.1. pemberian pra
tegangan transistor dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna, dalam
kasus ini rangkaian pra tegangan yang digunakan adalah rangkaian pra
tegangan pembagi tegangan. Kapasistor coupling menghubungkan sinyal
masukan (input) ke penguat, dan juga menghubungkan keluaran (output)
penguat ke beban.Impedansi (Resistansi) Input (Zin), Impedansi Output (Zout),
dan Penguatan Penguat (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaanpersamaan berikut:
Z (basis)= r ' E
Z = R1 R 2 r ' E

Gambar 1.1 Rangkaiaan penguat transistor konigurasi common emitter (CE)


v=

Penguat tanpa beban (A) :

A=

Tegangan keluaran tanpa beban:


Tegangan beban:

v L=

Z
V
Z + R s s

RC
r 'E
v out =A v

RL
v
RC + R L out

1.3 Dasar Teori Tambahan


A. Transistor BJT
Transistor pertemuan dwi kutub (BJT) adalah salah satu jenis dari transistor.
Ini adalah peranti tiga-saluran yang terbuat dari bahan semikonduktor terkotori.
Dinamai dwikutub karena operasinya menyertakan baik elektron maupun lubang
elektron, berlawanan dengan transistor ekakutub seperti FET yang hanya
menggunakan salah satu pembawa. Walaupun sebagian kecil dari arus transistor
adalah pembawa mayoritas, hampir semua arus transistor adalah dikarenakan
pembawa minoritas, sehingga BJT diklasifikasikan sebagai peranti pembawaminoritas.
Sumber : A. F. Oklilas, "Elektronika Dasar," in Elektronika Dasar,
Universitas Sri wijaya, 2007, p. 44.

B. Jenis-Jenis Konfigurasi Transistor BJT


Konfigurasi Common-Collector (CC)
Konfigurasi common collector dapat juga digunakan sebagai
rangkaian penguat. Apabila konfigurasi CC ini digunakan sebagai penguat,
maka konfigurasi CC akan memiliki resistansi masukan (input) yang
tinggi, namun resistansi keluarannya (output) hanya kecil. Sehingga
konfigurasi ini sering digunakan untuk penyesuai impedans (impedance
matching) dari penguat berimpedans keluaran yang tinggi ke beban
berimpedans rendah.
Konfigurasi Common-Emitter (CE)
Konfigurasi ini dinamakan common emitter karena kaki emitor
transistor menjadi bagian bersama bagi rangkaian masukan dan keluaran.
Pada rangkaian ini, sinyal yang masuk diberikan antara basis dan emiter,
sedangkan keluarannya adalah antara kolektor dan emitter.
Konfigurasi Common-Base (CB)
Pada rangkaian ini, sinyal yang masuk diberikan antara emiter dan
basis, sedangkan keluarannya adalah antara kolektor dan basis. Karakter
dari konfigurasi transistor common base apabila digunakan sebagai
penguat konfigurasi transistor common base memiliki resistansi masukan
yang sangat rendah dan tegangan output-nya bernilai tinggi. Ini seperti
konfigurasi transistor common emitter (CE).
Sumber : P. Harman Dwi Surjono, "Elektronika Lanjut," Jawa Timur, Penerbit
Cerdas ulet Kreatif, 2009, p. 51.
C. Fungsi Kaki-Kaki Transistor Bipolar
Fungsi basis kaki basis berfungsi untuk mengatur jalannya arus elektron
dari emitor ke kolektor sehingga mempengaruhi kerja dan fungsi dari
transistor tersebut.
Fungsi kaki emitor kaki emitor berfungsi sebagai gudangnya elektron
atau tempat berkumpulnya elektron sebelum dialirkan ke kolektor dan
basis.
Fungsi kaki kolektor kolektor berfungsi sebagai tempat pengumpulan
elektron yang telah diatur oleh basis sehingga tidak heran kita kadang
merasakan kalau sebuah transistor saat bekerja terasa hangat atau

bahkan panas, karena hal tersebut terjadi akibat elektron yang


terkumpul di kolektron terlalu besar sehingga sebagian terkonversi
keluar sebagai panas.
Sumber : fandiherlandi, "fandiherlandi," Blogger.com, 04 2015. [Online].
http://fandiherlandi.blogspot.co.id/2015/04/karakteristiktransistor-bipolar.html. [Accessed 14 05 2016].

BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Tabel 2.1 Alat dan Bahan
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1
0.

Nama Komponen/Alat
Transistor
Resistor
Resistor
Multimeter
Osiloskop
Master Builder
Bridge board + Catu Daya +15 DC
(optional, bila (6) tidak tersedia)
Function Generator
Kapasitor
Kabel-kabel penghubung

Jenis/Merek/Nila
i
2N3904
10 k; 2,2 k
3,6k, 1k, & 1,5
k Sanwa
S300B

Jumla
h
(Unit)
2
@2
@2
2
1
1
1

100 F atau 10
F

1
5
Secukupnya

2.2 Prosedur Percobaan


1. Dalam keadaan catu daya dimatikan, rangkaian percobaan dirangkai
seperti Gambar
2. Sumber daya dihidupkan.
3. Tegangan VCC diukur, nilainya diatur sesuai dengan rangkaian percobaan.
4. Hubung singkat terminal emiter dan kolektor dan arus kolektor saturasi IC
(sat) dicatat.
5. Dilepaskan kembali hubung singkat antara terminal kolektor dan emiter.
6. Dalam keadaan kapasitor C1, C2, dan C3 terbuka (rangkaian ekivalen dc),
setiap tegangan pada setiap titik simpul rangkaian diukur dan arus pada
setiap titik percabangan juga diukur. Hasil pengukuran dicatat pada tabel
yang disediakan.
7. Function generator dipasang menggantikan sumber VS, amplitudonya
diatur 1mV puncak dan frekuensi 1 kHz (pilih gelombang sinusoidal).
8. Diamati dengan osiloskop dan gambarkan bentuk gelombang pada TP1
dan TP2.
9. Amplitudo Vs dinaikkan secara bertahap misal dengan kenaikan sebesar 2
mV Puncak.
10. Poin 8 dan 9 diulangi. Sampai dengan bentuk gelombang sinusoidal
terpotong pada TP2, tegangan VS dicatat.

11. Langkah 8 dan 9 diulangi dengan frekuensi yang berbeda, misal 2, 5, dan
100 kHz serta 1 MHz

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan penguat CE transistor


12. Diatur kembali Vs pada 1 mV puncak (1 kHz), kapasitor C3 dilepas dan
diamati bentuk gelombang pada TP1 dan TP2.

BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
(Terlampirkan)
3.2 Analisa Data
A. Amplitude 1%

Gambar 3.1 Penguatan pada saat amplitudo 1% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,4 20 mV =8 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 8 mV =16 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,2 20 mV =4 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 2 mV =4 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

A out 8 mV
=
=2
A 4 mV

B. Amplitudo 2%

Gambar 3.2 Penguatan pada saat amplitudo 2% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=1,2 20 mV =24 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 24 mV =48 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,4 20 mV =8 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 8 mV =16 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

A out 24 mV
=
=3
A
8 mV
C. Amplitudo 3%

Gambar 3.3 Penguatan pada saat amplitudo 3% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=1,2 20 mV =24 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 24 mV =48 mV

1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,4 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,4 20 mV =8 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 8 mV =16 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

A out 24 mV
=
=3
A
8 mV

D. Amplitudo 4%

Gambar 3.4 Penguatan pada saat amplitudo 4% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=1,6 20 mV =32mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 32 mV =64 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,5 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,5 20 mV =10 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 10 mV =20 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

A out 32 mV
=
=3,2
A 10 mV

E. Amplitudo 5%

Gambar 3.5 Penguatan pada saat amplitudo 5% dengan frakuensi 2 kHz


Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 1,9 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

Volt
=1,9 20 mV =38 mV

T =lebar gelombang

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 38 mV =76 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,6 20 mV =12mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 12 mV =24 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

F. Amplitudo 6%

A out 38 mV
=
=3,16
A 12 mV

Gambar 3.6 Penguatan pada saat amplitudo 6% dengan frakuensi 2 kHz

Channel A (output)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 2 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f

A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=2 20 mV =40 mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 40 mV =80 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Channel B (input)
Dik:

Time/div = 500s
Volt/div = 20 mV
Tinggi gelombang = 0,6 div
Lebar gelombang = 1 div

Dit:

A, T, VPP, dan f
A=tinggi gelombang

T =lebar gelombang

Volt
=0,6 20 mV =12mV

Time
=1 500 s=500 s

V PP =2 A=2 12 mV =24 mV
1
1
f= =
=2 kHz
T 500 s

Gain=

A out 40 mV
=
=3,34
A 12 mV

3.3 Pembahasan
Pada Percobaan modul 5 ini kita membahas tentang rangkaian penguat
trasistor BJT. Pringsip yang dipakai didalam transistor sebagai penguat yaitu arus
kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke
kolektor melalui trasistor tersebut. Langkah pertama dalam pratikum ini adalah
merangkai rangkaian seperti pada modul percobaan. kemudian, rangkaian tersebut
dihubungkan ke function generator kemudian amati bentuk gelombangnya.
Gelombang berwarna merah adalah gelombang input, dan gelombang
berwarna biru adalah sebagai output. Dari gelombang ii bisa dilihat fungsi
transistor sebagai penguat. Jika dilihat dari hasil percobaan, gelombang input
(merah) diperbesar atau proses penguatan oleh transistor. Hasil dari penguatan
gelombang input (merah) adalah gelombang warna biru. Misalnya pada percobaan
pertama, amplitudo input senilai 0,0001 s. Lalu gelombang input tersebut
mengalami proses penguatan oleh transistor sehingga besar amplitudonya menjadi
0,0002 s.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Frekuensi tidak mengalami perubahan nilai meskipun besar amplitudo
pada function generator diperbesar (frekuensi pada function generator
sebesaar 2 kHz)
Gelombang input tidak mengalami perubahan sama sekali meskipun pada
function generator amplitudonya diperbesar. Ini bisa dilihat dari besar
amplitudonya yang tidak berubah ( Frekuensi pada function generator
sebesar 2 kHz)
Perioda tidak mengalami perubahan meskipun besar amplitudo pada
function generator diperbesar ( Frekuensi pada function generator sebesar
2 kHz )
Hasil Gelombang Ouput dari gelombang input mengalami pembesaran.
Hal ini disebabkan oleh penguat transistor. Gelombang input berwarna
merah dan gelombang ouput berwarna biru.
Bentuk Gelombang output (biru) sangat dipengaruhi oleh besar amplitudo
yang diatur pada function generator. Jika amplitudo semakin besar, maka
bentuk gelombang outputnya semakin tinggi (vertikal).
Jika Besar frekuensi pada function generator diperbesar maka bentuk
gelombang input (merah) dan outputnya (biru) menjadi lebih tinggi
(vertikal) dan bentuk gelombangnya terlihat lebih runcing.

TUGAS

1. Jelaskan ciri-ciri penguat emiter ditanahkan (CE)?


Jawab:
Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input
Sangat mungkin terjadi isolasi karena adanya umpan balik positif ,
sehingga sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya.
Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio)
Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor.
2. Kenapa keluaran gelombang sinusoidal pada TP2 terpotong saat tegangan Vs
dinaikkan?
Jawab:
Masukan kolektor menyamai tegangan emiter, akibatnya transistor
berada pada daerah jenuh sehingga keluaran gelombang terpotong.
3. Jelaskan apa yang terjadi saat kapasitor C3 dilepas?
Jawab:
Kapasitor sangat berpengaruh karena kapasitor akan mengubah beda fase
sehingga respon frekuensi juga ikut berubah.

You might also like