Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
a. Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten.3,4,7
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida muda maupun tua, primigravida tua
risiko lebih tinggi untuk 3ontrol3psia berat.7
c. Faktor Genetik
Jika ada riwayat 3ontrol3psia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, 3ontro
risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive
trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa
3ontrol3psia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita 3ontrol3psia atau mempunyai
riwayat 3ontrol3psia/ eklampsia dalam keluarga. 3,7
d. Diet/gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO).
Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obese/overweight.3,7
e. Tingkah laku/sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok
selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin
terhambat yang jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil atau istirahat
baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan/insidens hipertensi
dalam kehamilan.7
f. Hiperplasentosis
BAB II
PENYEBAB DAN PENGOLONGAN PREEKLAMPSIA
2.1. Etiologi Preeklampsia
Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum
diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari
penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang
menyebabkan
terjadi
iskemia
uteroplasenter,
menyebabkan
ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah
sirkulasi yang berkurang. Selain itu hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi
renin di uteroplasenta, yang mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin
juga meningkatkan kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain
(angiotensin, aldosteron) sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi.
Oleh karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen
dan nutrisi ke janin. Akibatnya terjadi gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia
dan kematian janin.7
5. Defisiensi kalsium.
10
hipertensi
terjadi
peningkatan
kepekaan
terhadap
bahan-bahan
vasokonstriktor sehingga keluarnya bahan- bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat
menimbulkan vasokonstriksi. Adanya vasokonstriksi menyeluruh pada sistem
pembuluh darah arteriol dan pra kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem
kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Hal ini disebabkan oleh apabila tidak
terjadi vasokonstriksi, maka ibu hamil dengan hipertensi akan berada dalam syok
kronik. 6,10
Perjalanan klinis dan temuan anatomis memberikan bukti presumtif bahwa
preeklampsia disebabkan oleh sirkulasi suatu zat beracun dalam darah yang
11
Perubahan Kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang
secara iatrogenic yang ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan
aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.3,8
Mata
13
Hati
14
meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu yang tidak hamil atau berkisar
hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan intrinsik
ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat yang dikemukakan oleh Pritchard
(1984) dalam Cunningham (2005).6
Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan
retensi garam dan air. Taufield (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan bahwa
preeklampsia berkaitan dengan penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena
meningkatnya reabsorpsi di tubulus. Pada kehamilan normal, tingkat reabsorpsi
meningkat sesuai dengan peningkatan filtrasi dari glomerulus. Penurunan filtrasi
glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal mengakibatkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan juga retensi air.2,3,6
Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus terdapat proteinuria.
Namun, karena proteinuria muncul belakangan, sebagian wanita mungkin sudah
melahirkan sebelum gejala ini dijumpai. Meyer (1994) menekankan bahwa yang
diukur adalah ekskresi urin 24 jam. Mereka mendapatkan bahwa proteinuria +1 atau
lebih dengan dipstick memperkirakan minimal terdapat 300 mg protein per 24 jam
pada 92 % kasus. Sebaliknya, proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki
nilai prediktif negatif hanya 34 % pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3 atau
+4 hanya bersifat prediktif positif untuk preeklampsia berat pada 36 % kasus.6
Seperti pada glomerulopati lainnya, terjadi peningkatan permeabilitas
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Maka ekskresi filtrasi
yang menurun hingga 50% dari normal dapat menyebabkan diuresis turun, bahkan
16
pada keadaan yang berat dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria. Lee (1987)
dalam Cunningham (2005) melaporkan tekanan pengisian ventrikel normal pada
tujuh
wanita
dengan
preeklampsia
berat
yang
mengalami
oligouria
dan
17
hematokrit,
peningkatan
protein
serum,
edema
yang
dapat
menyebabkan
berkurangnya volume plasma, viskositas darah meningkat dan waktu peredaran darah
tepi meningkat. Hal tersebut mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia.6
Preeklampsia menyebabkan jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih banyak
dibandingkan pada ibu hamil normal. Penderita preeklampsia tidak dapat
mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan filtrasi glomerulus namun penyerapan kembali oleh tubulus ginjal tidak
mengalami perubahan.6,8
Plasenta dan Uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu. Manakala
pada hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat
kurangnya oksigenisasi untuk janin. Perfusi uteroplasenta dikompromikan dari
vasospasme menjadi penyebab utama dalam asal-usul morbiditas perinatal meningkat
dan kematian yang terkait dengan preeklampsia.3,6,8
Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
terjadi pada preeklampsia. Hal ini menyebabkan sering terjadinya partus prematurus
pada pasien preeklampsia. Brosens dkk (1972) melaporkan bahwa diameter rata-rata
arteriol spiral miometrium dari 50 ibu dengan kehamilan normal adalah 500 m. Pada
pasien preeklampsia terjadi dua masalah, yaitu arteri spiralis di miometrium gagal
untuk mempertahankan struktur muskuloelastisitasnya dan atheroma akut yang
19
berkembang pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah
nekrosis arteriopati pada ujung-ujung plasenta yang mirip dengan lesi pada hipertensi
malignan. Atheroma akut juga dapat menyebabkan penyempitan kapiler dari lumen
vaskular. Lesi ini dapat menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh darah yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya infark plasenta.6,10
2.4. Klasifikasi
Menurut The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP)
Working Group, penyakit hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi empat grup yaitu
(Lim, 2009) : Hipertensi dalam kehamilan (Gestational hipertensi)
Gejala yang timbul adalah peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih pada awal kehamilan, tidak terdapat proteinuria, tekanan darah kembali normal
kurang dari 12 minggu.3,5,10
Hipertensi Kronis
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi sebelum kehamilan atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu dan bukan merupakan penyebab dari penyakit
tropoblastik kehamilan. Hipertensi yang terdiagnosa setelah usia kehamilan 20
minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu setelah melahirkan termasuk dalam
klasifikasi hipertensi kronis.3,5,10
Preeklampsia atau Eklampsia
Pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia kehamilan
20 minggu dengan sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan disertai
20
proteinuria ( 0,3 gram protein dalam spesimen urin 24 jam). Eklampsia dapat
didefinisikan sebagai kejang yang bukan karena penyebab apapun pada wanita
dengan preeklampsia.1,2,3,6
Superimposed Preeklampsia (dalam Hipertensi Kronis)
Proteinuria dengan onset yang cepat (>300 mg dalam urin 24 jam) dengan
wanita hamil dengan hipertensi tetapi tidak terjadi proteinuria sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah atau proteinuria atau penurunan
jumlah platelet hingga dibawah 100.000 secara tiba-tiba pada wanita dengan
hipertensi atau proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ketika preeklampsia
dijumpai pada wanita yang menderita hipertensi, prognosis pada ibu dan janin yang
lebih jelek dari kondisi sebenarnya.3,5,6
Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat. Preeklampsia ringan didefinisikan dengan terdapatnya hipertensi (tekanan
darah 140/90 mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang waktu paling sedikit 6
jam. Proteinuria adalah terdapatnya protein 1+ atau lebih dipstik atau paling sedikit
300 mg protein dalam urin 24 jam. Edema dan hiperrefleksia sekarang bukan
merupakan pertimbangan utama dalam kriteria diagnosis preeklampsia ringan.3,6
Kriteria diagnosa preeklampsia berat adalah apabila terdapat gejala dan tanda sebagai
berikut :
Sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg yang terjadi dua kali dalam
waktu paling sedikit 6 jam.1,2,6
21
22
BAB III
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA
3.1. Diagnosis Preeklampsia
Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan gejala seperti sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntahmuntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah juga akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.2,11
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi: peningkatan tekanan
sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak. 2,11
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:1,2,11
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
23
Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstream.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut: 1,2,11
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopeni (< 100000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)
Gangguan fungsi hati
Pertumbuhan janin terhambat.
Sindrom HELLP
Penemuan Laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat hemokonsentrasi.
Trombositopenia biasanya terjadi. Penurunan produksi benang fibrin dan faktor
koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin
24
serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin
fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit
meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien
preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis dapat ditemukan proteinuria
dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.6,10
3.2. Penatalaksanaan Preeklampsia
Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya
preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin
dengan trauma sekecil-kecilnya.2,6
3.2.1. Preeklampsia Ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran
darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstrimitas
bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain
itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar
dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia
tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini
pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.1,2,6,7
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu
dipertanyakan, bagaimana sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan
atau medikamentosa, sikap terhadap kehamilannya, berarti mau diapakan kehamilan
ini apakah kehamilan diteruskan sampai aterm atau akan diakhiri (terminasi).1,2
25
glomeruli
dan
meningkatkan
diuresis.
Diuresis
dengan
sendirinya
27
28
Pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan
yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena
penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oligouria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik koloid/pulmonari capillary wedge pressure. Oleh
karena itu monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output
cairan (melalui urin) menjadi sangat
29
kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.1,2
Pemberian obat antikejang
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular.
Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian
magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibisi antara ion kalsium dan ion
magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja
magnesium sulfat.1
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk
antikejang pada preeklampsia atau eklampsia. Banyak cara pemberian
magnesium sulfat:
Loading dose :
Initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15
menit.1,2,10
Maintenance dose :
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5
gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam.1,2,10
Syarat-syarat pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4) :1,2,10
30
Kelemahan otot
Hipotensi
31
Berikan oksigen
Pemberian
memperberatkan
diuretikum
hipovolemia,
dapat
merugikan
memperburuk
perfusi
karena
dapat
uteroplasenta,
Pemberian antihipertensi
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian
antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik 180 mmhg dan/atau tekanan
diastolik 110 mmhg. Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu
penurunan awal 25 % dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan
mencapai < 160/105 atau MAP < 125.1,2
Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi:
-
33
cardiac
output,
sehingga
memperbaiki
perfusi
34
(ekspektatif):
berarti
kehamilan
tetap
dipertahankan
35
b) Janin
Adanya tanda-tanda fetal distress
Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
c) Laboratorik
Adanya tanda-tanda HELLP syndrome khususnya menurunnya
trombosit dengan cepat.
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm 37 minggu
tanpa disertai tanda tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik. Diberi
pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara
aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya
observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.
Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelaah 24 jam tidak ada
perbaikan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan
harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejalagejala atau tanda tanda preeklampsia ringan.1,2
36
Banyak istirahat
Diet biasa
37
BAB IV
KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
4.1. Komplikasi Preeklampsia
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita
hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 % solusio
plasenta terjadi pada pasien preeklampsia.2,6,7
2. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut.2,6,7
38
ginjal.
Kelainan
ini
berupa
endoteliosis
glomerulus
berupa
preeklampsia
tidak
dapat
dicegah
seutuhnya,
namun
frekuensi
39
Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang
berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring, dalam hal ini yaitu
dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan. Mengenal secara dini
preeklampsia dan merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensi merupakan manfaat dari pencegahan melalui pemeriksaan antenatal
yang baik. 1,2,3,7
40