You are on page 1of 4

Azzahra Afifah

0411181419011

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan


Pancasila
Dilihat dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi
mata kuliah pendidikan Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa
pendekatan, di antaranya pendekatan historis, sosiologis, dan politik.
Sementara, dilihat dari segi objek formil, pengayaan materi mata kuliah
pendidikan Pancasila dilakukan dengan pendekatan ilmiah, filosofis, dan
ideologis. Materi perkuliahan dikembangkan dari fenomena sosial untuk
dikaji dan ditemukan solusinya yang rasional dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila oleh mahasiswa. Dengan demikian,
kesadaran
sosial
mahasiswa
turut
serta
dalam
memecahkan
permasalahan-permasalahan sosial. Hal ini akan terus bertumbuh melalui
mata kuliah pendidikan Pancasila. Pada gilirannya, mahasiswa akan
memiliki argumentasi bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila bermakna
penting dalam sistem pendidikan tinggi di tanah air.
1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Presiden
Soekarno
pernah
mengatakan,Jangan
sekali-kali
meninggalkan sejarah. Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa
sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa
dengan lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan
ungkapan seorang filsuf yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang
mengungkapkan, Historia Vitae Magistra, yang bermakna, Sejarah
memberikan kearifan. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah
menjadi pendapat umum (common-sense) adalah Sejarah merupakan
guru kehidupan. Implikasinya, pengayaan materi perkuliahan Pancasila
melalui pendekatan historis adalah amat penting dan tidak boleh
dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari.
Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil
pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah
nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.
Dengan pendekatan historis, diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program studi
masingmasing. Selain itu, juga dapat berperan serta secara aktif dan arif
dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dapat
berusaha menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi kembali
kesalahan sejarah. Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang

dapat dipetik, misalnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa


pergerakan nasional selalu mengalami kekalahan dari penjajah?
Jawabannya antara lain karena perjuangan pada masa itu masih bersifat
kedaerahan, kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah
dalam penguasaan IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini
berarti bahwa apabila integrasi bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS
lemah, maka bangsa Indonesia dapat kembali terjajah atau setidaktidaknya daya saing bangsa melemah. Implikasi dari pendekatan historis
ini adalah meningkatkan motivasi kejuangan bangsa dan meningkatkan
motivasi belajar dalam menguasai IPTEK sesuai dengan prodi masingmasing.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila


Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia.
Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola
kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, di
samping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa
dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan
tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini
pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial,

termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masala sosial yang


patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang
mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Berbeda
dengan
bangsa-bangsa
lain,
bangsa
Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual
seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia
sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
(Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi
pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak
diragukan lagi karena dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali
Pancasila, meskipun Beliau dengan rendah hati membantah apabila
disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana dikemukakan Beliau
dalam paparan sebagai berikut. Kenapa diucapkan terima kasih kepada
saya, kenapa saya diagungagungkan, padahal toh sudah sering saya
katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali
Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima
mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali kepada bangsa
Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil, atau
lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini saudara-saudara, adalah
pemberian Tuhan kepada saya. Sebagaimana tiap-tiap manusia, jikalau ia
benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu Wataala, diberi ilham
oleh Allah Subhanahu Wataala (Latif, 2011: 21).
Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah
Pancasila sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari
Notonegoro
bahwa
Pancasila
merupakan
penyebab
lahirnya
(kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan
UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian Tuhan,
termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah
satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan
adalah dengan memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan
dalam masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat
berpartisipasi dalam meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian
sosial (agent of social control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila


Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan
salah satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu
pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar
negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti
pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama
dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan
Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka
menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan salah
satu kewajiban negara yang penting. Penegakkan hukum ini hanya akan
efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama
dari kalangan intelektualnya. Dengan demikian, pada gilirannya melalui
pendekatan yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam
mewujudkan negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material
sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus
terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan
rakyat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila
Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan
tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Budiardjo (1998:32) sebagai berikut. Ideologi politik adalah himpunan
nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu
Weltanschauung, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas
dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema
politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.
Melalui pendekatan politik ini, diharapkan mampu menafsirkan
fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan
politik yang sehat. Mampu memberikan kontribusi konstruktif dalam
menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis. Secara spesifik,
fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu menemukan nilainilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalammengkaji
konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara (state),
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan
(policy), dan pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di pusat
maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, diharapkan lebih termotivasi
berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur
politik maupun suprastruktur politik.

You might also like