You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995).
B. Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer
pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor
primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2.

Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),


bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)
2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
4. Berkurangnya absorbsi limfatik
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:
Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom,
obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis
akut.

Eksudat
1.
Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
2.
Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu
dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. eningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)
Indikator
1.

Warna

2.

Bekuan

Transudat
1.

2.

1.

Eksudat

Kuning pucat dan1.


Jernih, keruh, purulen,
jernih
dan hemoragik
(-)

2.

(-)/(+)

3.

>1018

Berat Jenis

2.

Leukosit

3.

Eritrosit

4.

Hitung jenis

5.

Protein Total

1.

<1018

4.

Bervariasi, >1000/uL

2.

<1000 /uL

5.

Biasanya banyak

3.

sedikit

6.

Terutama PMN

7.

>50% serum

8.

>60% serum

9.

= / < plasma

4.

6.

LDH

7.

Glukosa

10. Fibrinogen
11. Amilase
12. Bakteri

5.
6.
7.

MN
(limfosit/mesotel)
<50% serum
<60% serum

10.

4-6 % atau lebih

11.

>50% serum

12.

(-) / (+)

=plasma

10. 0,3-4%
11. (-)
12. (-)

C. Patofisiologi
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat)
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau keterlibatan neoplasma.
Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif. Pasien

dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi
payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara
maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang
selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam
pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam
pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler
sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.
Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura.
Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut
berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic
yang dilakukan oleh protein).
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas
kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding
dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam
(paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk
mengempis).
D. Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar. Pneumonia
akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang
mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar di atas area
efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan
pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin
saja tidak terdapat. Berikut tanda dan gejala:
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan
torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil
tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk selsel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

E. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung kongestif,
pneumonia, seosis)
Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila penyebab dasar
adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu.
Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang
pneumotoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan pemasangan selang
dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.
Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut. Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk
mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk
memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya
sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama
untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara
pleural viseralis dan parietalis.
Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah pleurektomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat,
posedur diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan penyebabnya.
Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial.
Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam
rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri.
Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan
adhesi karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi
lateral dekubitus.
2. CT SCAN

Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru juga
sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :
a.
menentukan adanya tumor dan ukurannya
b.

c.

mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan


pembuluh darah besar
mendeteksi adanya efusi pleura

Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk menuntun
tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi pengobatan, mendeteksi
kekambuhan dan CT planing radiasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal MRS
: Rabu, 20 Oktober
Tanggal Pengkajian : 22 Oktober
Jam Pengkajian
: 12.00 WIB
(D)
Ruang/ Kelas
: Baji ati/ruang 02

Jam Masuk : 13.00 WIB


No. RM
: 11.09.68.45
Diagnosa Masuk : efusi plera

A. IDENTITAS
Nama, Umur, Suku/ Bangsa, Agama, Alamat dan Pekerjaan
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari IRD dengan mula-mula sesak pada bulan Juli 2010. Sesak hilang timbul,
di sertai nyeri dada terutama saat beraktifitas dan terkadang juga pada malam hari sesak
timbul kembali, ketika pasien sesak, pasien mencoba tidur dengan posisi duduk. Sebelum
sesak pasien mengeluh batuk selama kurang lebih selama satu bulan. Batuk tanpa disertai
dahak, dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak bertambah hebat,
pasien ke UGD RKZ dan setelah di sana kurang lebih 1,5 jam pasien dirujuk ke poli paru RS.
Dr Soetomo karena keadaan ekonomi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Agustus 2010 pasien operasi hernia di (preoperasi melakukan rongent dan di katakana ada
sesuatu di paru-paru). Post operasi disuruh untuk control lagi bulan Oktober (pasien
melakukan foto dada dan CT-scan). Sebelumnya tidak ada batuk darah, keringat dingin, DM,
HT, asma, alergi.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami
sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat keganasan, batuk lama, batuk
berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah perokok berat dimana dapat
mengkonsumsi satu bungkus dalam sehari dan hal itu sudah dilakukan lebih dari 10 tahun.
Dalam sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1 bungkus bahkan lebih. Pekerjaan pasien

sebagai ekspedisi di perak yang selalu keluar pada malam hari. Saat pengkajian pasien
mengaku tidak mengerti bahwa pola hidupnya dapat mengakibatkan kanker paru, hal tersebut
merupakan kurangnya sumber informasi bagi pasien.
B. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Tanda Vital
sadaran compos mentis.
Tanda-tanda vital:
Suhu: 37C
Nadi: 96/ menit.
RR:26x/menit
TD:140/90mmHg
2. Sistem Pernafasan (B1)
Nafas pasien tersengal-sengal cepat, pendek, terasa lebih sesak meningkat/ bertambah
setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak
ada retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris, terdapat suara nafas
tambahan berupa ronki di bagian dekstra apeks. Adanya secret dan batuk produktif
tetapi batuk tidak efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe, pasien tidak
menggunakan alat bantu nafas, suara nafas vesikuler. Terdapat hasil torakosintesis
yang dilakukan pada pukul 11.30,dan ternyata masih terdapat cairan di kavum pleura
sebanyak 500 cc.
3. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Pasien tidak mengalami nyeri dada, irama jantung regular. Pasien tidak terpasang CVC
sehingga CVP tidak terkaji. CRT normal kurang dari tiga detik, dan akral merah, hangat
dan kering.
4. Sistem Persyarafan (B3)
Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak mengalami
gangguan penciuman. Istirahat pasien 8 jam/ hari. Dan pasien mengaku tidak
mengalami gangguan tidur. Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.
5. Sistem Perkemihan (B4)
Menurut pasien, alat genetalia nya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami keluhan
kencing. Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.
6. Sistem Pencernaan (B5)
Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut, gigi
sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien tidak
mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/ menit dengan
suara peristaltic terdengar lemah, BAB 1x sehari terakhir pada tanggal 22-10-2010
dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas, nafsu makan menurun.
7. Sistem Muskoleskeletal (B6)
Pergerakan sendi pasien bebas, tidak mengalami fraktur. Tidak mengalami kelainan
tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit terlihat
mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat dekubitus.
Pasien mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak bergerak, akan
timbul sesak napas.
8. Sistem Endokrin
Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah bening,
Hiperglikemia (-), hipoglikemia (-).
C. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Pasien tidak mengalami gangguan pada psikososial. Pasien dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan dapat kooperatif dengan tenaga medis.
D. PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN
Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku terlihat bersih
dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk melihat waktu kapan
dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam istirahat, dan makan. Semua
nya terlihat bersih dan rapi, pakaian ganti sehari 2x, menggosok gigi 2x sehari, tidak lupa
untuk membersihkan telinga serta lubang hidung setiap hari.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010 sebesar 500cc
Hasil torakosintesis 22-10-2010 pukul11.30 sebesar 500cc
Foto Thorak 20-10-2010: efusi pleura dekstra
2. CT SCAN
CT Scan 20-10-2010: Ca paru dextra
F. ANALISIS DATA
No.
Data
Etiologi
Masalah
1 S : Pasien mengatakan batuk
Ca paru
Bersihan jalan napas
sesekali

tidak efektif.
O : sesekali batuk tetapi
Massa di broncus
tidak efektif. Terdapat

ronkhi pada bagian apeks


Respon silia berusaha
dextra.
menghilangkan massa dengan
sekret (+) putih kekuningan,
hipersekresi mukus
kental

batuk produktif, tidak efektif


Secret/mucus tertahan di
saluran napas

Ronkhi (+)

Bersihan jalan napas tidak


efektif
2. S : Pasien mengeluh sesak
Efusi Pleura
Pola napas tidak efektif.
napas saat bernapas.

O:
Akumulasi cairan pada
- RR = 26 x/ menit
rongga pleura
- Denyut nadi = 96

x/menit
Ekspansi paru menurun
- Pasien bernapas

tersengal-sengal cepat,
RR meningkat
pendek

ICS melebar dekstra


retraksi (-) otot bantu
nafas (-)
fremitus raba
perkusi redup (D)

Pola napas tidak efektif

3. S : Pasien mengeluh nyeri


dada sesak saat beraktifitas
yang berat.
O : Pasien tampak lemah.
sesak
nyeri

saat
dipindahkan posisinya dari
duduk ke berdiri

Efusi Pleura
Intoleransi aktifitas

Ekspansi paru tidak


maksimal

Suplai oksigen menurun

RR meningkat

Distribusi oksigen ke seluruh


tubuh menurun

Terjadi metabolisme anaerob


dalam tubuh

Timbul asam laktat

Nyeri

Intoleransi aktifitas
4. S : Pasien mengeluh nyeri
Efusi Pleura
Nyeri
pada bagian dada (D).

P : perpindahan posisi
Cairan menekan dinding pleura
Q : nyeri sedang

R : dada (D)
Rangsangan pada nosiseptor
S : 5
nyeri
T : muncul saat aktivitas

O : Nadi 96x/menit, ekspresi


Nyeri
wajah menyeringai/ kesakitan
saat dipindahkan posisinya
dari duduk ke berdiri.
G. RENCANA INTERVENSI
Hari /
tanggal

Jam

Diagnose
keperawatan
(tujuan, criteria hasil)

Intervensi

Rasional

22-10- 12.00 Bersihan jalan nafas 1. Berikan


posisi
Peninggian
kepala
2010
tidak
efektif
semi fowler (30 - 1.
tempat
berhubungan dengan
45)
tidur
adanya
secret
mempermudah fungsi
tertahan di jalan
pernafasan
dengan
nafas
menggunakan
gravitasi,
Tuj : 3 X 24 jam
dan untuk meningkatkan
bersihan jalan nafas
ekspansi paru.
efektif
2. Ajarkan
pasien
untuk nafas dalam
Nafas dalam membantu
KH:
dan batuk efektif 2.
memenuhi kecukupan O2
Secret bisa keluar (+)
dan memobilisasi secret
Ronkhi (-)
untuk membersihkan jalan
RR: 16-20x/menit
nafas
dan
membantu
mencegah
komplikasi
3. Lakukan postural
pernafasan.
drainage
3.

Memobilisasi
secret
untuk membersihkan jalan
nafas
dan
membantu
mencegah
komplikasi
pernafasan.

4. Kolaborasi
pemberian
ekspetoran pada
pasien
Obat yang membantu
5. Anjurkan pasien 4.
untuk mengencerkan dahak
untuk
banyak
sehingga
mudah
minum, terutama
dikeluarkan.
air hangat.
5.

22-10- 12.10 Pola nafas tidak


Berikan posisi
2010
efektif berhubungan1.
dengan
penurunan semi fowler (30 ekspansi paru akibat 45)
akumulasi cairan di
kavum plura.
Tuj : 3X 24 jam pola
nafas pasien efektif
KH:
Sesak (-)

Untuk
mengencerkan
secret
sehingga
lebih
mudah untuk dikeluarkan.

1. Peninggian
kepala
tempat
tidur
mempermudah fungsi
pernafasan
dengan
menggunakan gravitasi,
dan
untuk
meningkatkan ekspansi
paru.
Meningkatkan

suplai

RR: 16-20x/menit
Retraksi otot bantu
nafas (-)
Pernafasan
cuping
2.
Kolaborasi
hidung (-)
oksigen tambahan
Pengembangan
dengan
dinding dada simetris sesuai
Cairan pungsi pleura indikasi
(-)
Ajarkan pola
Nadi: 60-100x/menit 3.
nafas efektif (teknik
nafas dalam)

oksigen

1. Mengatur irama nafas


sehingga meningkatkan
suplai O2
2. Klien patuh terhadap
terapi
3. Memantau pola nafas
pasien

4.

Berikan
HE
penyebab sesak
5.
Observasi TTV
terutama RR dan
nadi serta status
pernafasan(pernafas
an cuping hidung,
retraksi otot bantu
nafas,kesimetrisan
dinding dada)
6.
Kolaborasi
Lakukan torakosintesis
ulang
atau
pemasangan WSD

22-10- 12.20 Intoleransi aktivitas


2010
berhubungan dengan
penurunan suplai 02
ke jaringan sekunder
karena
gangguan
pola nafas tidak
efektif.
Tujuan : 3X24 jam
meningkatkan
toleransi
aktivitas
pasien

1. Rancang
jadwal harian
pasien

1.

Anjurkan
individu untuk
istirahat 1 jam
setelah makan
(misalnya
berbaring dan

1. Mengurangi cairan pada


kavum pleura sehingga
ekspansi
paru
bisa
maksimal dan sesak
berkurang.

1. Meningkatkan tingkat
toleransi aktivitas Px.

1. Meningkatkan
jaringan
meningkatkan

perfusi
dan
suplai

KH:

Kelelahan
berkurang
Toleransi terhadap
aktivitas meningkat

Mampu
beraktivitas
secara
mandiri

duduk-duduk).

1. Tingkatkan
aktivitas secara
bertahap
dengan periode
istirahat
diantara
dua
aktifitas
misalnya
duduk
dulu
sebelum
berjalan setelah
tidur
2. Kolaborasi
:
pemberian
oksigen setelah
beraktivitas
bila
terjadi
peningkatan
status
pernafasan
3. Observasi
respon individu
terhadap
aktivitas (status
pernafasan dan
pucat)
1.

Menceg
ah aktivitas Px
yang berlebihan

2.

Mening
katkan complain
paru-paru
dan
mencegah
kelelahan
yang

oksigen

1. Evaluasi kelemahan dan


tingkat
toleransi
aktivitas Px.

berlebihan.
22-10- 12:20 Nyeri pada dada
1. Mengajarkan.
2010
yang
berhubungan
dengan
penekanan
dinding pleura oleh Tehnik relaksasi: nafas
cairan efusi pleura dalam/ distraksi
Tujuan
:
nyeri
berkurang
sampai
Anjurkan
dengan hilang 3 X 241.
pasien
untuk
jam
melakukan
tirah
baring.
KH :

Nyeri
berkurang skala (0
1)

Ekspresi
menyeringai (-)

Nadi : 60100
1.
x/menit

Kolaborasi
pemberian
obat
analgesic.

1.

Evaluasi
karakteristik nyeri
(PQRST)

2.

Mengalihkan
perhatian
pasien
terhadap rasa nyeri
yang
sedang
dirasakan.

3.

Untuk

meminimalkan
mobilisasi pasien,
diharapkan
agar
nyeri
dapat
berkurang.
4.

menghindari
puncak
periode
nyeri, alat dalam
penyembuhan otot,
dan memperbaiki
fungsi pernafasan
dan kenyamanan /
koping emosi

5.

untuk
mengetahui
perubahan
karakteristik nyeri
setelah dilakukan
penatalaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

2.

Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga
University Press
Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

3.

Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC

4.

Hudak,Carolyn M. 1997. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta:


EGC

5.

J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI

6.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit Ed4.


Jakarta: EGC

7.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

8.

Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah ( Ed8. Vol.1).
Jakarta: EGC

9.

Syamsuhidayat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah (Ed. Revisi). Jakarta:
EGC

10.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan,


diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta: EGC

11.

Siregar, Elisa. 2010. Efusi Pleura. http://elisasiregar.wordpress.com/efusi-pleura. Di


akses 10 oktober 2010 pukul 20.15 WIB

12.

Ns, Sumedi SKp. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Efusi Pleura.
http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-klien-denganefusi.html. Di akses 11 oktober 2010 pukul 18.44 WIB

13.

Abdul Azis, M. 2010. Efusi Pleura. http://nieziz09.co.cc/efusi-pleura. Di akses 10


oktober 2010 pukul 19.23 WIB

You might also like