You are on page 1of 12

TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR

PENYAKIT METAGONIMIASIS

DISUSUN:
FITRIANA DWI FIDIAWATI
NIM : 25010115183022

PEMINATAN ENTOMOLOGI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
DAFTAR ISI

Judul

Halaman

HALAMAN COVER

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Pengertian
Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Transmisi Penyakit
Manifestasi Klinis
1. Gejala Klinik
2. Diagnosis
3. Pengobatan
E. Morfologi Metagonimus yokogawi
F. Pencegahan dan Pengendalian

1
1
1
2
2
2
3
4
4
4
5
5
7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

8
8

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.

Transmisi Penyakit Metagonimiasis


M. yokogawai dewasa
Siput genusSemisulcospir

3
6
6

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trematoda (Cacing Daun) adalah cacing yang termasuk ke dalam filum
PLATYHELMINTES dan hidup sebagai parasit. Berbagai hewan yang dapat
berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda antara lain; kucing, anjing,
kambing, sapi, babi, tikus, burung, luak, harimau, dan manusia. Pada umumnya
cacing trematoda ditemukan di RRC, Korea , Japan, Filipiina, Thailand, Vietnam,
Taiwan, India, dan Afrika. Berbagai spesies ditemukan di Indonesia seperti
Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, serta
Heterophyidae di Jakarta.
Salah satu penyakit akibat cacing daun adalah metagonimiasis, penyakit
ini endemis di 19 negera yaitu antara lain RRC, Korea, Philipina, Thailan, Taiwan,
Jepang, Indonesia, Spayol, Siberia. Saat ini merupakan infeksi parasit yang
paling penting di Korea dan sekitar 240.000 warga Korea diyakini saat ini
terinfeksi. Dari 240.000 diperkirakan terinfeksi, 120.000 disebabkan oleh M.
yokagawai, 20.000 oleh M. takahashii, dan 100.000 oleh M. miyatai. Tingkat
nasional infeksi di antara orang-orang yang dipilih secara acak adalah 1,2% pada
tahun 1981, 1,0% pada tahun 1986, dan turun ke 0,5% pada tahun 2004.
Kejadian penyakit Jepang, dengan 10-15% tingkat prevalensi pada
populasi yang berbatasan sungai besar dan 150.000 diperkirakan terinfeksi.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu adanya pembelanjaran dan penjabaran
mengenai penyakit Metagonimiasis.
B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih mendalam mengenai penyakit
Metagonimiasis meliputi distribusi geografis, transmisi, gejala, diagnosis,
pengobatan, pencegahan, serta memahami tentang parasit penyebab.
C. Manfaat
Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang
penyakit Metagonimiasis

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metagonimiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, cacing
trematoda usus yaitu yang paling sering menginfeksi adalah Metagonimus
yokogawai, namun terkadang dari cacing M. takashii atau M. miyatai.
B. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Metagonimus yokogawai Katsurada, 1913. Trematoda usus ini tersebar di
Timur Jauh RRC, Korea, Philipina, Thailan, Taiwan, Jepang, Siberia. Parasit ini
terdapat juga di Indonesia serta ditemukan juga di semenanjung Balkan, Yunan,
dan Spanyol. Infeksi manusia di luar daerah endemis dapat terjadi dari menelan
ikan acar atau sushi yang terbuat dari ikan yang diimpor dari daerah endemis.
Metagonimiasis saat ini merupakan infeksi parasit yang paling penting di
Korea dan sekitar 240.000 warga Korea diyakini saat ini terinfeksi. Dari 240.000
diperkirakan terinfeksi, 120.000 disebabkan oleh M. yokagawai, 20.000 oleh M.
takahashii, dan 100.000 oleh M. miyatai. Tingkat nasional infeksi di antara orangorang yang dipilih secara acak adalah 1,2% pada tahun 1981, 1,0% pada tahun
1986, dan turun ke 0,5% pada tahun 2004. infeksi M. yokagawai kebanyakan
ditemukan di sekitar sungai besar dan kecil di mana Sweetfish hidup dan telah
diidentifikasi sebagai endemik fokus. M. miyatai dan M. takahashii yang lazim di
sepanjang hulu sungai besar di mana ikan kecil dan ikan koi yang tertangkap
untuk makan mentah.
Metagonimiasis juga umum di Jepang, dengan 10-15% tingkat prevalensi
pada populasi yang berbatasan sungai besar dan 150.000 diperkirakan
terinfeksi. trematoda usus yang paling umum di daerah pedesaan, di mana
kebiasaan makanan tradisional lebih diawetkan dan ikan air tawar mentah
dimasukkan ke dalam diet. Menariknya, kedua clonorchiasis dan metagonimiasis
telah menjadi infeksi dari kelas sosial yang lebih tinggi di Hong Kong dan Jepang,
karena konsumsi mereka sering ikan mentah.
Ada juga baru-baru ini dua kasus yang dilaporkan di India, lokasi di mana
terjadinya infeksi hampir tidak dikenal. Kasus kedua, pada tahun 2005, adalah
pada pasien wanita 6 tahun menyajikan dengan tinja berair longgar selama
empat hari (namun rincian lebih lanjut tidak diperoleh sebagai pasien adalah baik

tuli dan bisu sejak lahir). Setelah pemeriksaan, M. yokagawai telur ditemukan
pada tinja, tetapi pasien kiri dan analisis dan perawatan lebih lanjut tidak dapat
diselesaikan.
Trematoda usu ini habitatnya terutama Jejenum bagian atas dan tengah.
Biasanya terdapat pada lumen usus tetapi mungkin juga menembus di antara villi
ataupun melekat pada mukosa usus.
Sebagai hospes definitive selain manusia, juga kucing, anjing, babi,
burung pemakan ikan dan binatang lain pemakan ikan. Yang bertindak sebagai
hospes perantara I adalah siput air tawar Semisulcospira libertine atau spesies
lain dari Semisulcospira dan Thiana granifera, sedangkan hospes perantara II
dari jenis ikan Plecoglossus altivelis, Odontobutis obscures, Salmo perryi dan
Tribolodon hakonensis.
C. Transmisi Penyakit

Gambar 1. Transmisi Penyakit Metagonimiasis


Cacing dewasa melepaskan sepenuhnya berembrio telur masing-m asing
dengan mirasidium yang dikembangkan semua, dan telur yang keluar dalam
kotoran inang

. Setelah konsumsi oleh siput yang cocok (hospes perantara

pertama), telur menetas dan melepaskan miracidia yang menembus usus siput
. Siput dari genus Semisulcospira adalah hospes perantara yang paling sering
untuk Metagonimus yokogawai. The miracidia mengalami beberapa tahapan
perkembangan pada siput, yaitu sporokista

, rediae

, Dan serkaria

Banyak serkaria yang dihasilkan dari setiap redia. The serkaria dilepaskan dari
siput

dan encyst sebagai metaserkaria dalam jaringan ikan air cocok segar /

payau (hospes perantara kedua)

. Host definitif terinfeksi oleh mencerna

matang atau ikan tawar yang mengandung metaserkaria

. Setelah konsumsi,

ikan yang telah terinfeksi metaserkaria, menempel pada mukosa dari usus kecil
dan tumbuh menjadi orang dewasa (berukuran 1,0 mm sampai 2,5 mm 0,4
mm sampai 0,75 mm)

. Selain manusia, ikan, mamalia (misalnya, kucing dan

anjing) dan burung juga dapat terinfeksi oleh M. yokogawai

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala Klinik
Parasit ini menimbulkan penyakit yang disebut metagonimiasis pada
mukosa usus terdapat melekatnya cacing terjadi peradangan sedang. Sering
kali diikuti nekrosis sel mukosa. Batil isap dapat mengiritasi mukosa usus dan
menimbulkan keluarnya lender dalam jumlah banyak disertai erosi sel mukosa.
Sering kali terjadi infiltrasi sel eosinofil dan neutrofil pada dinding usus, terutama
sekeliling telur yang diletakkan dalam jaringan atau menginfiltrasi kapiler dan
limfatik. Telur dapat terbawa ke miokardium, otak, medulla spinalis dan jaringan
lainnya dan dibentuk jaringan granulomatus.
Seringkali timbul gejala diare ringan, tetapi gejala ini ditentukan oleh
jumlah cacing, dalamnya luka, dan reaksi individual dari penderita. Selain itu juga
gejala yang timbul antara lain Nyeri perut, payah jantug, perdarahan serebral dan
spinal. Dalam metagonimiasis akut, manifestasi klinis yang dikembangkan hanya
5-7 hari setelah terinfeksi. Infeksi berat juga telah dikaitkan dengan epigastric
distress, kelelahan , dan malaise. Masa inkubasi sekitar 14 hari dan cacing dapat
bertahan selama lebih dari satu tahun.
2. Diagnosis
Biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya telur cacing dalam tinja.
Diagnosis spesifik biasanya dengan menemukan cacing setelah suatu
pengobatan. Pada tahun 1993 dilakukan tes elisa untuk mendiagnosa
metagonimiasis, dengan hasil bahwa skrining simultan spesifik antibody untuk
beberap agen parasit penting dalam diagnonisi serologi penyakit parasit akut dan
penelitian lebih lanjut harus dilakukan tentang kelebihan metode-metode
diagnosisi.
Diagnosis mungkin sulit karena kapasitas bertelur dari heterophyids
terbatas, dan karena itu prosedur konsentrasi sedimentasi mungkin diperlukan
untuk menunjukkan telur pada infeksi ringan. Identifikasi spesies yang akurat
juga sulit karena telur yang paling cacing serupa dalam ukuran dan morfologi,

terutama yang dari Heterophyes heterophyes , Clonorchis dan Opisthorchis . Hal


ini penting untuk bertanya di mana orang tersebut mungkin telah tertular penyakit
itu, cari tahu apakah mereka telah ke daerah endemis, dan memeriksa tandatanda dan gejala yang akan mengakibatkan metagonimiasis.
3. Pengobatan
Seringkali berhasil dengan pemberian obat antelmentika di bawah ini.
Tetrachloroethylen dengan pemberian seperti pada pengobatan fasciolopsiasis
merupakan obat yang dianjurkan. Niclosamid merupakan obat yang efektif, lebih
baik dari Tetrachloroethylen, dengan sedikit efek sampingan. Dosis sama dengan
pada pengobatan heterophyiasis. Hexylresorcinol dapat diberikan seperti pada
pengobatan

heterophyiasis.

Praziquantel

seperti

pada

pengobatan

heterophyiasis, merupakan obat pilihan.


E. Morfologi Metagonimus yokogawai
Klasifikasi cacing Metagonimus yokogawai adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Order : Opisthorchiida
Family : Heterophyidae
Genus : Metagonimus
Spesies :Metagonimus yokogawai
Cacing ini memiliki ukuran (1,0 2,5)x(0,4 0,75) mm, berbentuk
piriformis dengan ujung posterior lebih bundar, mirip H. heterophyes. Sebagai
patokan yang dipakai untuk membedakan, yaitu pada batil isap perut dengan
panjang 66-165 m, dan lebar 55-114 m sebelah lateral dari garis tengah,
memanjang seraha diagonal tubuh; diameter oral sucker 90 m, terletak pada 1/3
anterior tubuh, pada garis median. Testis, ovoid berdampingan pada 1/5 posterior
tubuh, terletak sebelah posterior dari ovarium.
Telur berikutnya 28x17 m, memiliki operculum yang terdapat penebalan
pada ujung posterior; kulit telur tipis. Telur ini keluar bersama tinja dalam
keadaan sudah matang, tetapi untuk menetas harus ditelan terlebih dulu oleh
tuan rumah perantara I. Perubahan yang terjadi pada hospes perantara I, yaitu
miracidium berubah menjadi sporokista, serta dua generasi redia yang akhirnya
menjadi cercaaria.

Gambar 2. M. yokogawai dewasa


Adult M. yokogawai, stained with carmine. In this figure, the following
structures are labeled: oral sucker (OS), pharynx (PH), intestine (IN),
genitoacetabulum (GA), ovary (OV), the large, paired testes (TE), and eggs
within the uterus (EG).

Gambar 3. A & B;Snail in the genus, Semisulcospira. Image courtesy of


Conchology, Inc, Mactan Island, Philippines.

F. Pencegahan dan Pengendalian

Pada dasarnya pemberantasan cacing ini, sama dengan pembrantasan


trematoda usus lainnya, yaitu mengurangi sumber infeksi dengan mengobati
penderita serta menghindari penularan dari hospes perantara dengan cara
mencuci ikan yang akan dikonsumsi dan memasak ikan dengan baik sebelum
dikonsumsi. Saat ini banyak orang yang terkena metagonimiasis karena makan
ikan mentah atau acar sebagai bagian dari diet susu tradiosioal.
Selain itu menerapkan kondisi sanitasi air yang baik untuk mengurangi
perkembangan telur secara menerus dari sumber air, sehingga dapat memutus
siklus hidup cacing. Penggunaan molluscidals juga dapat diterapkan yaitu untuk
mengontrol hospes perantara (siput).

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metagonimiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, cacing
trematoda usus yaitu Metagonimus yokogawai.
2. Metagonimiasis tersebar di Timur Jauh RRC, Korea, Philipina,
Thailan, Taiwan, Siberia. Parasit ini terdapat juga di Indonesia serta
ditemukan juga di semenanjung Balkan, Yunan, dan Spanyol.
3. Hospes definitive adalah manusia, juga kucing, anjing, babi, burung
pemakan ikan dan binatang lain pemakan ikan. Yang bertindak
sebagai hospes perantara I adalah siput air tawar
4. Gejala Metagonimiasis yang timbul antara lain nyeri perut, payah
jantug, perdarahan serebral dan spinal
B. Saran
1. Masyarakat harus mencuci ikan dan memasaknya hingga matang
untuk tindakan pencegahan
2. Perlunya sumber informasi yang lebih untuk penyakit Metagonimiasis

11

DAFTAR PUSTAKA

Natadisastra, Djaenudin., Agoes Ridad. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau


dari Organ Tubuh yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC;Jakarta
Prianto, Juni., Tjahaya P.U, Darwanto.2006. Atlas Parasitologi Kedokteran. PT
Gramedia Pustaka Utama;Jakarta
Wikipedia. 2016. Metagonimiasis. https://en.wikipedia.org/wiki/Metagonimiasis.
diakses pada 24 Mei 2016
Vaishnavi, Chetana. 2013. Infection of the Gastrointestinal System. Brothers
Medial Publishers (P) LTD; New Delhi-London-Philadelphia-Panama

12

You might also like