Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
PERCOBAAN:
TUDI LITERATUR:
yang digunakan
aluminium
dan kurang efektif untuk Sampel
kepentingan
manufakturpaduan
industri.
Penelitian7075
ini T62 tebal 1 mm
emperatur maksimum artificial aging Al seri 7xxx adalah 250C
Proses solution heat treatment dengan Bogie-hearth furnace.
tandar uji kekerasan ASTM E10-15a.
dilakukan untuk mempersingkat
waktu
aging menggunakan
melalui variasiuniversal
peningkatan
Pengujian
kekerasan
microhardness teste
Pengujian metalografi.
Kriteria:
Nilai kekerasan 150
HBN
ANALISA
GambarKESIMPULAN
1.1 Metodologi Penelitian
1.6 Hipotesa
Setiap variasi temperatur akan memberikan kecepatan pengintian dan
pertumbuhan fasa presipitat serta penguatan yang berbeda-beda untuk jangka
waktu tertentu. Semakin tinggi temperatur artificial aging, maka semakin cepat
nilai kekerasan optimum dicapai.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal penilitian terdiri dari tiga Bab dan Daftar
Pustaka. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian,
metodologi penelitian, hipotesa dan sistematika penulisan. Bab II merupakan
tinjauan pustaka yang meliputi karakteristik aluminium, proses perlakuan panas
aluminium, serta mekanisme penguatan presipitat. Bab III adalah metodologi
penelitian yang di dalamnya berisi: diagram alir penelitian, alat dan bahan yang
digunakan dan prosedur percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium
Aluminium adalah salah satu logam yang banyak digunakan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia, mulai dari skala rumah tangga hingga
industri[4]. Salah satu industri yang tentunya melibatkan banyak konsumsi
aluminium adalah pesawat terbang, terkait dengan sifat aluminium yang ringan
sehingga cocok untuk kebutuhan transportasi udara.
Aluminium sendiri merukapan salah satu logam dengan simbol Al pada
tabel periodik unsur dengan nomor atom 13. Biasanya logam Al ditemukan
dengan warna putih keperakan dengan sifatnya yang lembut dan ulet. Aluminium
dalam kondisi naturalnya di alam biasanya akan berikatan dengan banyak unsur
lain membentuk suatu mineral, namun mineral yang dominan untuk keberadaan
dari aluminium adalah bauksit[1].
Aluminium juga sangat identik sebagai logam dengan densitas yang sangat
rendah serta memiliki ketahanan korosi yang baik diakibatkan oleh fenomena
pasivasi pada permukaannya ketika terpapar kondisi atmosferik. Aluminium (Al)
mempunyai massa atom 27 (hanya ada satu isotop natural), densitas 2,79 g/cm,
titik lebur 660,4oC dan titik didih 2467oC[1].
Mengingat sifatnya yang lunak dan ulet pada kondisi logamnya, maka
aluminium pada tahap aplikasi digunakan sebagai paduan dengan menambahkan
dan ketahanan korosi. Paduan ini memiliki weldability yang baik namun tidak
dapat dilakukan perlakuan panas. Aplikasi dari paduan ini adalah pressure vessel,
struktur kapal, dan pabrik kimia.
f) 6xxx (Aluminium - Magnesium - Silicon Alloys)
Paduan aluminium seri 6 dihasilkan dengan memanfaatkan kombinasi unsur
magnesium dan silika untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi, ketahanan
korosi, kemudahan untuk dibentuk, dan kemudahan untuk diproteksi. Aplikasi
dari paduan seri 6 antara lain sebagai struktur bangunan.
g) 7xxx (Aluminium - Zinc - Magnesium Alloys)
Paduan aluminium seri 7 adalah paduan dengan unsur pemadu dapat berupa
seng dan magnesium namun terkadang juga ditambahkan tembaga. Paduan ini
merupakan paduan dengan kekuatan terbaik sejauh pengembangan paduan
aluminium. Kandungan seng dan magnesium membuat paduan ini dapat diperkuat
melalui perlakuan panas. Walaupun memiliki kekuatan yang tinggi, pembuatan
paduan ini relatif sulit dan memerlukan teknologi yang baik sehingga hanya
digunakan untuk aplikasi tertentu salah satunya adalah kebutuhan militer. Tabel
2.1 menunjukkan komposisi kimia paduan aluminium 7075.
Tabel 2.1 Paduan Aluminium 7075[8]
No.
Kandungan Unsur
1.
Tembaga
2.
Magnesium
3.
Zink
4.
Silikon, Besi, Mangan,
Titanium, Krom
h) 8xxx (Aluminium - Another Element Alloys)
Persentase (%)
1,2 1,6
2,1 2,5
5,6 6,1
<0,5
Paduan seri ini merupakan paduan dengan unsur pemadu lain yang tidak
disebutkan sebelumnya. Salah satu contoh seri ini adalah paduan aluminium
dengan unsur lithium untuk kepentingan badan pesawat terbang.
10
perbedaan utama yang dihasilkan atas penambahan beberapa pemadu antara lain
kemampuan untuk paduan tersebut diperkuat melalui proses perlakuan panas.
Beberapa pemadu menghasilkan paduan yang tidak dapat diperkuat melalui
perlakuan panas yang kemudian kita kenal dengan non-heat treatable alloys.
Untuk kategori ini mekanisme penguatan hanya dapat dilakukan dengan
pengerjaan dingin.
Hal ini berbeda untuk beberapa paduan yang menghasilkan heat treatable
alloys atau paduan yang dapat diperkuat melalui proses perlakuan panas tertentu.
Perlakuan panas akan memberikan perubahan pada mikrostruktur sehingga terjadi
perubahan sifat mekanik paduan. Selain dapat diperkuat dengan perlakuan panas,
pengerjaan dingin juga dapat diberlakukan untuk paduan jenis ini.
2.3 Proses Solution Heat Treatment Aluminium 7075
Paduan aluminium seperti yang telah dipaparkan sebelumnya salah satunya
dapat digolongkan kedalam paduan yang dapat dilakukan perlakuan panas dan
yang tidak. Untuk paduan yang dapat dilakukan perlakuan panas, mekanisme
penguatannya dapat melalui memberikan suatu proses dalam temperatur tertentu
sehingga memunculkan presipitat dalam paduannya sehingga akan merubah sifat
mekanis dari paduan tersebut sesuai dengan aplikasi dan spesifikasi yang
diinginkan.
Secara definisi umum perlakuan panas diartikan sebagai suatu operasi atau
kombinasi operasi yang melibatkan pemanasan dan pendinginan terkontrol
terhadap suatu logam atau paduan logam dalam keadaan padatan untuk tujuan
memodifikasi struktur mikro sehingga diperoleh perubahan sifat sesuai dengan
11
Memperlunak.
Menghilangkan tegangan sisa.
Melakukan homogenisasi.
Meningkatkan ketangguhan.
Memperkeras.
Menambahkan unsur kimia melalui permukaan.
Meningkatkan sifat fisik.
Solution heat treatment adalah proses perlakuan panas dimana paduan akan
dipanaskan pada temperatur dibawah temperatur eutektik. Proses solution heat
treatment memiliki tujuan untuk meningkatkan maksimum kelarutan dari senyawa
terlarut menjadi larutan padat pada temperatur dibawah temperatur eutektik
kemudian ditahan pada durasi yang cukup untuk terbentuknya larutan padat.
Setelah proses solution heat treatment, paduan kemudian akan didingikan
secara cepat untuk membentuk larutan padat jenuh. Proses homogenisasi menjadi
sangat penting dalam proses solution heat treatment dikarenakan apabila ada
ketidakseragaman pada paduan akan menyebabkan titik tersebut mengalami
penurunan temperatur leleh. Mengingat proses ini dilakukan dekat dengan
temperatur eutektik maka apabila ada bagian paduan yang temperatur lelehnya
dibawah temperatur proses akan menyebabkan terjadinya pelelehan lokal dan
12
menyebabkan cacat yang tentunya tidak diinginkan. Berikut adalah alur proses
solution treatment dari paduan aluminiun 7075 dengan kode proses BAC 5602 :
a. Preheating
Pada proses ini tanur dipanaskan terlebih dahulu untuk menaikkan
temperatur tanur hingga mencapai temperatur operasi. Hal ini dilakukan untuk
menyeragamkan temperatur tanur sehingga siap untuk digunakan. Untuk
temperatur yang relatif tinggi, pemanasan biasanya dilakukan secara bertahap
untuk menghindari thermal shock serta memastikan keseragaman temperatur
dalam tanur.
Untuk solution treatment paduan aluminium 7075, tanur dipanaskan
hingga mencapai temperatur 488C498C yang ditandai dengan penunjuk angka
dari seluruh sensor thermal pada tanur.
b. Loading
Proses loading ini dilakukan oleh seorang operator di ruang kontrol. Selain
durasi proses loading yang memerlukan waktu, pembukaan tanur juga akan
menyebabkan ruangan dalam tanur berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi ini
menyebabkan temperatur tanur akan turun dengan rentang untuk seluruh sensor
thermal antara 300o 450oC sampai seluruh proses loading ini benar-benar selesai
atau dengan kata lain hingga tanur telah tertutup kembali.
c. Conditioning
Proses conditioning adalah proses pengondisian ulang temperatur operasi
tanur ke temperatur standar yang telah ditentukan pasca penurunan temperatur
akibat proses loading material. Proses ini secara umum dinyatakan berakhir
13
14
Laju
pendinginan
yang
tidak
sesuai
akan
mengakibatkan
15
16
17
18
Gambar
2.4
19
O:
W: Solution heat treated. Merupakan kondisi temper yang tidak stabil dan hanya
dapat digunakan untuk paduan yang mengalami penuaan alamiah secara
spontan pada suhu ruangan. Kondisi temper ini akan menjadi spesifik hanya
pada saat lamanya penuaan alamiah setelah paduan diberi perlakuan panas
pelarutan terindikasi, contoh: W 1/2h (setelah 30 menit penuaan alamiah).
T:
lain:
T4. Pada kondisi ini, paduan telah diberi perlakuan panas pelarutan kemudian
dibiarkan mengalami penuaan alamiah hingga mencapai kondisi yang stabil.
T42. Paduan mengalami perlakuan panas yang sama dengan kondisi T4, tetapi
dilakukan dari kondisi O atau F.
T6. Paduan telah diberi perlakuan panas pelarutan kemudian dipanaskan pada
rentang suhu tertentu untuk penuaan buatan (artificially aged).
T62. Paduan mengalami perlakuan panas yang sama dengan kondisi T6, tetapi
dilakukan dari kondisi O atau F.
2.5 Mekanisme Penguatan Presipitasi
Penguatan presipitasi bertujuan untuk memunculkan fasa-fasa presipitat
penguat (fasa kedua) yang tersebar merata di dalam matriks paduan. Fasa kedua
20
Gambar 2.5. Kurva kekerasan paduan Al-Cu terhadap waktu aging pada
temperatur aging 130C[6]
Presipitat-presipitat yang tidak berada dalam kesetimbangan (GP1, GP2,
dan ) merupakan presipitat-presipitat yang koheren. Kehadiran presipitatpresipitat tersebut akan meningkatkan kekuatan paduan. Namun apabila telah
terbentuk suatu endapan fasa yang stabil maka kekuatannya akan turun dan
menandakan paduan berada dalam kondisi over-aged.
Penguatan tertinggi disebabkan karena kehadiran fasa koheren GP2 ().
Pada fasa yang koheren dengan matriksnya, pergerakan dislokasi harus dilakukan
dengan memotong presipitat (dislocation cutting). Energi yang dibutuhkan untuk
melakukan cutting cukup besar sehingga dislokasi sulit bergerak dan memberikan
penguatan terhadap paduan.
21
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Artificial aging
Temperatur
100C
Temperatur
Temperatur
150C
200C
Pengujian laboratorium:
Uji kekerasan
Uji metalografi
Data Pengamatan
Pembahasan
Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
23
24
kekerasan
dengan
menggunakan
universal
25
DAFTAR PUSTAKA
[1] ASM Handbook, vol. 2, Properties and Selection: Nonferrous Alloys and
Special-Purpose Materials. ASM International.
Ohio. 2001.