You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


INTEGRITAS KULIT

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

I Komang Jodi Artawan


I Made Bayu Sudarsana
I Wayan Yoga P
I Wayan Nuribek
Ianah
Iis Tri Wulan
Ismawati Nur Aini
Istiyadatul Fauziah
Didi Wahyudi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang
Kebutuhan Dasar Manusia Integritas Kulit.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Ungaran, 16 Desember 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi dan
melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh manusia,
yang sebagian besar ditutupi rambut, baik rambut halus ataupun rambut kasar dan
panjang, yang menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Kulit adalah suatu
struktur jaringan diperlengkapi dengan pembungkus yang kedap air (waterproof) dan
melindungi tubuh, mengandung ujung-ujung saraf sensible (perasa) dan membentuk
pengaturan suhu.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling luar sampai yang paling
dalam, dan kulit tubuh dari satu bagian tibuh dengan bagian yang lain dan sangat
berbeda. Kulit di daerah wajah dan leher jauh berbeda dengan ketebalan kulit di
daerahtelapak tangan dan kaki. Kulit menerima

stimulus sakit, perabaan dan

perubahan temperature. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan
lapisan dalam atau lapisan dermis.
Gangguan integritas kulit dapat terjadi sebab tekanan yang lama, iritasi,
imobilisasi, sehingga dapat menyebabkan luka. Dalam konsep dasar kulit ini termasuk
di dalamnya kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit adalah kondisi
dimana individu mengalami atau beresiko perubahan atau gangguan epidermis dan
atau dermis pada lapisan kulit (NANDA, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari integritas kulit?
2. Apa anatomi dan fisiologi kulit?
3. Apa etiologi dari integritas kulit?
4. Berapa macam jenis dan tipe luka?
5. Bagaimana gambaran klinis dari integritas kulit?
6. Bagaimana pathway terjadinya luka?
7. Bagaimana proses penyembuhan luka?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan integritas kulit?
9. Apa saja faktor dari penyembuhan luka?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami integritas
kulit?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi integritas kulit


2. Mengetahui antaomi dan fisiologi kulit
3. Mengetahui etiologi dari integritas kulit
4. Mengetahui jenis dan tipe luka
5. Mengetahui gambaran klinis dari integritas kulit
6. Mengetahui pathway terjadinya luka
7. Mengetahui proses penyembuhan luka
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan integritas kulit
9. Mengetahui faktor dari penyembuhan luka
10. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami integritas
kulit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Dalam konsep dasar kulit ini termasuk di dalamnya kerusakan integritas kulit.
Kerusakan integritas kulit adalah kondisi dimana individu mengalami atau beresiko
perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis pada lapisan kulit (NANDA,
2015).
Dari pengertian tersebut, maka hal itu akan menyebabkan luka. Sedangkan
pengertian luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsuhidayat dan Wim De Jon,
2004).
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Kerusakan integritas
kulit terjadi karena kerusakan sel yang menyebabkan produksi insulin berkurang
dan mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula
darah meningkat, darah menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler,
terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan gangguan
penyembuhan luka pada ulkus.
B. Anatomi Fisiologi
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan
selaput lendir yang melaapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit
mepunyai banyak fungsi didalamnya terdapat tujuh saraf peraba, membantu mengatur
suhu tubuh dan mengendalikan ilangnya air dari tubuh.
Menurut Evelin Pearce (1999) Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu epidermis dan
dermis.
1 Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel
yang tersusun atas dua lapisan tampak yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis
zona germinalis.
a. Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel yang
membentuk epidermis yaitu :
Stratum korneum: selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus
menerus dilepaskan

Stratum lusidium: selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada

intinya
Stratum granulosum: selapisnya sel yang jelas tampak berisi inti

dan juga granulosum


Zona germinalis terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas

dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas yaitu:


Sel berduri: sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu

dengan yang lainnya


Sel basal: sel ini terus memproduksi sel epidermis baru.
Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan kolagen dan serat
elastis menyokong epidrmis. Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba,
terletak didalam dermis.
Pelengkap kulit: rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus.

Fungsi kulit
1

Perlindungan
Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan perlindungan
daripada kemasukan bakteria, ini perlindungan tahap pertama. Lapisan
berkematu yang senantiasa gugur, menyebabkan bakteria sukar membiak dan

bertapak tetap pada kulit.


Kulit sebagai organ pengatur panas
Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan pelepasan panas dari tubuh,
dengan cara:
Penguapan: jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya

darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit


Pemancaran: panas dilepas pada udara sekitar
Konduksi: panas dialihkan ke benda sentuh
Konveksi: udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan

udara yang lebih dingin


Kulit sebagai indra peraba
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf didalam kulit, berbeda

beda menurut ujung saraf yang dirangsang


Tempat penyimpanan air
Kulit pada bagian bawah bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan
adipose dibawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama

pada tubuh
Sintesis vitamin D

Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada sinaran ultraungu, sinaran ultraungu
ini akan diserap oleh kulit dan bertindak ke atas prekursor, seterusnya
menukarkannya kepada vitamin D
C. Etiologi
Menurut Aziz Alimul (2008) berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua
yaitu:
a Luka Mekanik terdiri atas
1 Vulnus Scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka kelihatan
2

rapi
Vulnus Contusum, luka memar dikarenakan cedera pada jaringan bawah kulit

akibat benturan benda tumpul


Vulnus Caceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang

menyebabkan robeknya jaringan rusak yang dalam.


Vulnus Punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar ( bagian mulut luka ) ,

akan tetapi besar di bagian dalamnya.


Vulnus Seloferandum, luka tembak akibat tembakan peluru, bagian tepi luka

6
7

tampak kehitam hitaman


Vulnus Morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka
Vulnus Abrasion, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembuluh darah

Luka Nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan

listrik.
D. Jenis dan Tipe Luka
Menurut Aziz Alimul (2008) luka terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan Sifat Kejadian
1 Intendonal Traumas (luka disengaja)
Luka terjadi karena proses terapi seperti operasi atau radiasi
2 Luka terjadi karena kesalahan seperti fraktur karena kecelakaan lalu lintas
(lika tidak sengaja)
Luka tidak sengaja dapat berupa:
Luka tertutup: jika kulit tidak robek disebut juga dengan luka

memar yang terjadi


Luka terbuka: jika kulit atau jaringan dibawahnya robek dan
kelihatan seperti luka abrasio(luka akibat gesekan), luka Puncture
(luka akibat tusukan), hautration (luka akibat alat perawatan luka).

b. Menurut tingkat kontaminasi terhadap luka.


1 Luka bersih ( clean wounds)
Yaitu luka terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan dan infeksi
pada sistem pernapasan, pencernaan, gental, dan urinary tidak terjadi

4
5

Luka bersih kontaminasi (clean contamined wounds)


Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, terkontaminasi tidak selalu terjadi
Luka terkontaminasi (countamined wounds)
Termasuk luka terbuka. Fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna
Luka kotor atau infeksi (dirty or infected wounds)
Yaitu terdapatnya mikoorganisme pada luka

c. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka.


1. Stadium I
Luka superficial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II
Luka partial thickness, yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis.
3. Stadium III
Luka full thickness, yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subcutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya.
4. Stadium IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas..
d. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1. Luka akut
Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah disepakati.
2. Luka kronis
Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen dan endogen.
E. Gambaran Klinis
Reaksi radang menjadi jelas yaitu:
a. Warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor)
b. Rasa hangat (kalor)
c. Nyeri (dolor)
d. Pembengkakan (tumor)
e. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
f. Respon stress simpatis
g. Pendarahan dan pembekuan darah

h. Kontaminasi bakteri
i. Kematian sel

F. PATHWAY
Zat kimia, termik,
radiasi, listrik

sayat, terkikis,
memar robek, tusuk,
tembak

MEKANIK

NON MEKANIK
LUKA

sifat:
- sengaja
- tidak
sengaja

tingkat
kontaminasi:

Luas :

- clean

Waktu :

- Stadium I

- akut

- Stadium II

- kronis

-clean
contamined

-Stadium III

- contamined

- Stadium IV

- dirty

radang

Respon
stres
simpatis

Perdarahan
&
pembekuan

Kontamin
a si
bakteri

nekrosis

G. Proses Penyembuhan Luka


Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses
peradangan dengan ditandai bengkak, kemerahan, nyeri, panas, dan kerusakan
fungsional.
Proses penyembuhan mencakup beberapa fase, menurut (R. Sjamsuhidajat dan
Wim de Jong, 2004 hlm: 66-67) fase-fase tersebut adalah:
a. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan dan
tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan
pembuluh ujung yang putus (reaksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama
jala fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonim histamine yang
meningkat pemeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan sel radang,
disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembekakan. Tanda
dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yangberupa warna kemerahan karena
kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapetesiso) menuju penyembuhan luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna
bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut
menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis).
b. Fase ploriferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi kira-kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
diferensiasi, menghasilkan ukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen berat yang akan mempertautkan tepi luka
Pada fase ini, serat serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mebgerut. Sifat ini,
bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi

luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan,


kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul.
Pada fase fiblroflasi ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol
halus yang disebut jaringan granulasi, epitel tepi yang terdiri dari atas sel basal
terlepas dari dasar dan perpindah mengisi permukaan luka.tempatnya kemudian
diisi oleh sel baru yang terbentuk dari sel proses mitosis. Proses migrasi hanya
terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel
saling menyentuh dan menutup semua permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka, proses fibro flasia dengan permukaan jaringan granulasi juga
akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
c. Fase penyudahan
Fase penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari atas
penyerapan kemali jaringan berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi,
dan akhirnya perumpamaan kembali jaringan yang baru dibentuk. Fase ini dapat
berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang
sudah lenyap. Tubuh berusaha

menormalkan kembali semua yang abnormal

karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap dan sisanya mengerut
sesuai dengan regangan yang ada. Selama ini dihasilkan jaringan parut yang
pucaat tipis dan lemas, serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini permukaan luka kulit mampu menahan
regangan kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan. Permukaan luka tulang (patah
tulang) memerlukan waktu satu tahun atau lebih untuk memebentuk jaringan
yang normal secara histologi secara bentuk.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Jumlah leukosit
b. Hb
c. Glukosa dan HbA1c
d. Kadar albumin dan protein
e. Pemeriksaan mikrobiologi
f. Radiologi
I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Menurut Aziz Alimul ( 2008 ) Proses penyembuhan luka dipengruhi oleh
faktor, yaitu :

1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah


yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lebih lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit seperti
diabetes melitus dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membatu perbaikan sel, terutama karena
terdapat kandungan zat gizi di dalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diperlukan
untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen.
Vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Vitamin C dapat berfungsi sebagai
fibroglas, mencegah timbulnya infeksi dan membentuk kapiler kapiler darah.
Vitamin K membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat membentuk
darah.
6. Kegemukan, obat- obatan, merokok, dan stres, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat
obatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan luka lebih lama.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit
4) Pemeriksaan fisik, contohnya seperti mengukur luka, kedalaman luka, dan luas
luka
5) Pemeriksaan penunjang.
B. Diagnosa
1) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan faktor internal
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
C. Intervensi
No
1.

Tujuan
Integritas

Kriteria Hasil
Luka bersih

Intervensi
Diagnosa 1 (kerusakan integritas

kulit pada

dan utuh

kulit yang berhubungan dengan

area luka

tanpa

operasi

inflamasi.

faktor internal):
a. Observasi kondisi kulit

meningkat
b. Lakukan medikasi
c. Ajarkan pada pasien tentang
perawatan kulit atau medikasi
d. Kolaborasi dengan dokter

Rasional

a. Untuk menunjukkan
keefektifan program
perawatan luka
b. Untuk mengobati luka
c. Untuk memastikan
kepatuhan
d. Untuk mempercepat
penyembuhan klien

pemberian NaCl dan kasa steril


Diagnosa 2 (Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan

a. Menjaga tingkat

gangguan neuromuskuler):
a. Identifikasi tingkat fungsional

kemandirian
b. Mencegah kontraktor

klien
b. Lakukan latihan ROM untuk

otot dan atrofi otot

sendi jika tidak merupakan


kontraindikasi
c. Lakukan program olahraga

c. Untuk membakar
lemak-lemak tubuh
d. Mempertahankan
sendi dan mencegah

d. Tempatkan sendi pada posisi


fungsional
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

deformitas
e. Untuk membantu
rehabilitasi deficit
muskuloskeletal.

D. Implementasi
1. Inspeksi permukaan kulit di dekat luka dan di sekitar tempat luka
2. Observasi kondisi luka dan karakter darianase
3. Melakukan tidakan ROM ke pasien
4. Memberikan obat, membersihkan luka, dan mengganti balutan
5. Berkolaborasi dengan dokter
E. Evaluasi
1. Luka bersih dan utuh tanpa inflamasi, darainase atau maserasi
2. Tepi luka saling mendekat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerusakan integritas kulit adalah kondisi dimana individu mengalami atau beresiko
perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis pada lapisan kulit dan luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau gigitan hewan.
B. Saran
Upaya yang dapat dilakukan untuk penyembuhan luka yaitu dengan cara
meningkatkan kebutuhan gizi yang seimbang terutama dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi, protein, vitamin.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Azis. 2009. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Irianto Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama Widya
Sjamsuhidajat R & Wim, De Jong. 1997. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tarwoto, Wartonah. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

You might also like