Professional Documents
Culture Documents
tanggal
2Agustus
M E M U T U S K AN
Menetapkan :
2010
Kesatu
Kedua
Lampiran surat keputusan ini merupakan satu kesatuan surat keputusan ini sehingga
tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dan berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di
: Purwokerto
Pada tanggal
: 19 desember 2014
E-mail : rsislam.purwokerto@gmail.com
_______________________________________________________________________________
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen risiko merupakan hal yang rutin dilakukan untuk meminimalkan
risiko terjadinya tuntutan hukum.Keberhasilan program manajemen risiko bagaimanapun
tergantung pada sistem pembuatan dan monitoring keselamatan yang dirancang untuk
mengurangi risiko dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia.
Rumah sakit memiliki sistem untuk pelaporan pasien jatuh, kematian karena
anestesia, pembedahan, persalinan, pertolongan terlambat, salah diagnosis kesalahan
pengobatan, kesalahan identifikasi pasien dan yang lainnya yang merupakan Bagian
dari gunung es yang tidak terlihat belum diteliti dan dilaporkan.sehingga rumah sakit
harus tetap mengoptimalkan upaya untuk meminimalisir terjadinya risiko tersebut.
.Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Risiko Klinik adalah bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal - hal
yang merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang
diberikan kepadanya
Manajemen resiko klinis adalah suatu upaya sistematis rumah sakit dalam
rangka mengurangi risiko akibat pelaksanaan pelayanan medik. Manajemen risiko klinik
secara spesifik fokus pada peningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan
dengan cara mengidentifikasi faktor kemungkinan yang mengakibatkan pasien berisiko
cedera dan kemudian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol risiko tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1) Meminimumkan terjadinya medical error, adverse events , dan harms pada
pasien ( Membuat asuhan pasien lebih aman )
2) Meminimumkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim
yang harus menjadi tanggungan institusi (Mencegah kerugian finansial bagi RS)
dan dokter
2. Tujuan Khusus
1) Membuat sekecil mungkin cidera yang tidak diinginkan
2) Meningkatkan keamanan pasien dan mutu asuhan
SASARAN
Dengan adanya pedoman manajemen risiko klinis ini rumah sakit diharapkan mampu
melaksanakan manajemen risiko klinis dengan memperhatikan 3 aspek yaitu :
1. Pencegahan risiko klinis
2. Pengendalian risiko klinis
3. Penanganan jika sudah terjadi musibah klinis
III.
PELAKSANAAN
Apabila terjadi adverse event atau insiden yang mengakibatkan cidera (harm), kehilangan (loss),
atau kerusakan (damage) maka potensi yang mungkin terjadi adalah :
1. Adanya kasus medikolegal dimana kasus adverse event atau yangdianggapsebagai
adverse event akibat asuhan klinis/medis, yang dibawa ke pengadilan oleh pasien atau
keluarga (biasanya diwakili oleh advokat) dengan klaim ganti rugi.
2. Dokter dapat dituduh melakukan malpraktek
3. Manajemen Rumah Sakit dapat dituduh lalai (negligence)
Untuk itu perlu dilakukan langkah untuk melakukan manajemen risiko klinis sebagai berikut :
a. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan
cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkahlangkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
Instrumen yang diperlukan :
1) Keluhan Pasien
Data keluhan pasien ini dapat diperoleh dari keluhan tertulis pada lembar kesan
pelanggan yang disediakan di masing-masing unit / bagian di Rumah Sakit Islam
Purwokerto maupun dari keluhan secara lisan.
2) Klaim
3) Laporan Insiden (Incident Report)
Laporan insiden (incident report) terdiri atas :
o
Menentukan masalah
Melakukan wawancara
b. Rekonstruksi kejadian
o
c. Analisis sebab
o
- Kurang terlatih
- Komunikasi yang buruk
- Kekuasaan / pengendalian
- Keterbatasan waktu
- Poor Judgement
- Keraguan (heuristic)
- Logic error
- Over confidence
2. Organisasi
- Rancang bangun ruang kerja
- Perencanaan kebijakan
- Administrasi / pembiayaan
- Insentif / dinsentif / kepemimpinan
- Manajemen suplai
- Supervisi / umpan balik
- Ketidakjelasan tugas
- Salah menempatkan personil
3. Teknikal
- Poor automation
- Peralatan yang buruk
- Keterbatasan peralatan
- Tidak memiliki decision support
- Kompleksitas
- Kurang terintegrasi
- Terlalu banyak informasi
- Tidak menggunakan checklist
o
Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan pengukuran
untuk menilai efektifitas tindakan thd akar penyebab
Ringkasan kejadian
Temuan
FMEA adalah Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab
terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan
melakukan perubahan disain/prosedur.
FMEA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
b. Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
c. Tetapkan peran dari tiap anggota tim
d. Gambarkan alur proses yang ada sekarang
e. Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
Tipe medical eror :
1. Kekeliruan konsep meliputi :
-
2. Kekeliruan Diagnostik
- Misdiagnosis
- Late diagnosis
- Gagal melakukan prosedur diagnosis
- Menggunakan prosedur yang usang
- Gagal melakukan pemantauan dan follow-up hasil pemeriksaan
penunjang
3. Kekeliruan Terapi
- Kesalahan melakukan tindakan medik / operasi
- Kekeliruan dalam memberikan terapi
- Kekeliruan dalam menetapkan dosis
- Kekeliruan dalam menetapkan cara pemberian obat
- Terlambat memberikan terapi padahal indikasi berdasarkan hasil
diagnostik sudah jelas
- Melakukan tindakan medik tidak adekuat dan tanpa indikasi
- Teknik yang keliru
4. Kekeliruan Pencegahan
- Gagal melakukan terapi pencegahan sesuai yang diperlukan
- Tidak adekuat melakukan pemantauan hasil terapi
5. Lainnya
- Gagal dalam berkomunikasi dengan pasien atau tenaga kesehatan
lainnya
- Kegagalan peralatan
- Kegagalan sistem laiinya
f.
g. Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model kesalahan/kegagalan
j.
IV.
PENUTUP.
Demikian pedoman manajemen risiko klinis ini disusun agar dapat menjadi acuan
penyelenggaraan manajemen risiko klinis di RSI Purwokerto.
Daftar Pustaka
1. J Manth, A Gatherer. Editorials: Managing Clinical Risks. BMJ vol 308. Juni 1994. Disitasi
dari www.bmj.com tanggal 22 Februari 2009.
2. NHS QI Scotland. Clinical Governance & Risk Management: Achieving safe, effective,
patient-fokused care and service. 2005. Disitasi dari www.nhshealthquality.org tanggal 22
februari 2009.
3. Bury Primary Care Trust. Risk management policy & strategy. 2007. Disitasi dari
www.burypct.nhs.uk tanggal 22 februari 2009.
4. Clinical governance into practice. Disitasi dari www.nhs.org tanggal 22 februari 2009.
5. Kerringan, Helen. NHS direct: Corporate Risk management and Policy. Desember 2008.
Disitasi dari www.nhsdirect.nhs.uk tanggal 22 februari 2009.
6. ARC. NHS QI Scotland- Risk management report. Agustus 2004. Disitasi dari
www.nhs.scot.org tanggal 22 februari 2009.
7. NHS ambulance service trust. Risk management strategy. 2007. Disitasi dari www.nhs.org.
8. Owles Jr, Robert E. Karim H Vellani. Vulnerability and risk assessment in the environment of
care. 2006. Disitasi dari www.jcaho.org tanggal 22 februari 2009.
9. Steele, chris. An introduction to clinical risk management.
2001.disitasi
dari