Professional Documents
Culture Documents
2.1
Diabetes Melitus
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.
2.1.6
Komplikasi
2.1.6.1 Komplikasi Akut
6
a. Ketoasidosis Diabetik
b. Hipoglikemi
c. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik
2.1.6.2 Komplikasi Kronik
1. Mikroangiopati
a. Retinopati diabetikum
b. Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar
protein yang tingi dalam urin yang disebabkan adanya
kerusakan pada glomerulus.
2. Makroangiopati
a. Penyakit jantung koroner
b. Penyakit serebrovaskular
c. Penyakit vaskuler perifer perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah menyebabkan
oklusi arteri ekstremitas bawah
Dengan adanya komplikasi dari mikrovaskular dengan
makrovaskular pada penderita diabetes mellitus, maka hal ini
menyebabkan kematian dengan urutan keempat di dunia.
2.1.7
14
Penatalaksanan
Idealnya penderita diabetes melitus perlu mendapatkan pelayanan
kesehatan dalam bentuk tim, yang terdiri atas tenaga dokter, perawat, ahli gizi,
farmasi dan beberapa profesi lain yang terkait. Menurut konsesus perkeni
2011, ada empat pilar penatalaksanan diabetes mellitus
1. Edukasi
Pengelolaan mandiri diabetes mellitus membutuhkan partisipasi aktif
pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan berperan
dalam mendampingi pasien dalam pemantauan perubahan tersebut yang
berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan
4. Terapi farmakologis
Pada diabetes tipe II, insulin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang dalam mengendalikan kadar glukosa darah apabila diet dan obat
hipoglikemik oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin secara temporer
selama mengalamin sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa
kejadian stress lainnya.
Pada tingkat pelayanan primer kita harus dapat menyesuaikan
pengelolaan dengan sarana dan kemampuan finansial yang ada. Pada
tingkat ini ada baiknya pengelolaan ditekankan pada upaya pencegahan
primer dan sekunder, yaitu dengan melakukan upaya pencegahan
timbulnya diabetes mellitus dan komplikasi kronis pada penderita.17
2.2
Proteinuria
2.2.1
dan urin menjadi sangat terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam tubuh,
urin adalah jauh lebih encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol
olehrenin, suatu hormon yang diproduksi dalam ginjal yang merupakan
sebagian daripadasistem regulasi cairan dan tekanan darah tubuh
Mula mula urin dibentuk dari proses filtrasi dinding kapiler
glomerulus, dimana glomerulus berperan dalm proses penyaringan yang
hanya dapat dilalui oleh air dan molekul kecil seperti glukosa dan urea,
sedangkan filtrasi dari plasma protein yang lebih besar dihambat. Proses
filtrasi terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik dari aorta yang diteruskan ke
kapiler di glomerulus. Tekanan ini dilawan oleh tekanan osmotik protein
sebesar 30 mmHg, sistem interstitial sebesar 10 mmHg dan tekanan dalam
tubulus sebesar 10 mmHg, sehingga didapatkan tekanan filtrasi sebesar 25
mmHg. Tekanan hidrostatik dan aliran plasma ke glomerulus menentukan
hemodinamik filtrasi glomerulus.
Definisi proteinuria
Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari dalam 24 jam
atau 1 14 mg/dl. Sebagian besar dari protein merupakan hasil dari
glikoprotein kental yang disekresikan secara fisiologis oleh sel tubulus, yang
dinamakan protein Tamm-Horsfall.Protein dalam jumlah yang banyak
diindentifikasikan adanya penyakit ginjal yang signifikan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Galstri, et all dilakukan penelitian pada 100
orang yang baru terdiagnosis penyakit diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003, didaptkan bahwa prevalensi
proteinurianya sekitar 37%.18
Klasifikasi Proteinuria:
Table 2.1Klasifikasi proteinuria. Dikutip dari PERKENI 201119
10
Kategori
Normal
Mikroalbuminuria
Makroalbuminuria
2.2.3
Urin 24 jam
(mg/24 jam)
<30
30-299
300
Urin
sewaktu
(g/mg/kreatinin)
<30
30-299
300
Patofisiologi proteinuria
Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari ke-4 jalan dibawah
ini :
1.
2.
3.
difiltrasi
Filtrasi glomerulus dari sirku lasi abnormal, Low Molecular Weight
Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi
4.
tubulus.
Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi
IgA (Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung
mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar
protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki
urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi
albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk
menembus dinding glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plasma dalam urin (protein glomerulus). Protein yang lebih kecil
(<20kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus
proksimal. Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari
protein total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari ; sisa protein pada urin
akan diekskresi oleh tubulus (Tamm Horsfall, Imunoglobulin A dan
Urokinase) atau sejumlah kecil -2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan
hormon peptida. Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk
11
Protein Fisiologis
Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal tidak selalu
adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat ditemukan dalam keadaan fisiologis
yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Pada
keadaan demam yang tinggi, berolahraga keras, gagal jantung, pasien dalam
keadaan transfusi darah, dalam keadaan hematuria (yang ditemukannya
proteinuria massif dimana penyebabnya bukan karena kebocoran glomerulus
melainkan akibat dari banyaknya protein yang pecah dalam urin akibat
hematuria tersebut)
dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal tidak selalu dengan
ditemukannya proteinuria.
2.2.5
Protein Patologis
Indikator perburukan fungsi ginjal merupakan manifestasi dari
penyakit ginjal. Dikatakan patologis apabila protein dalam urin lebih dari 150
mg 24 jam atau 200 mg / 24 jam. :
a. Proteinuria glomerulus
Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin protein
yang dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya protein
dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah sedikit.
Proteinuria buruk atau masif adalah ditemukanya protein dalm urin yang
12
mengandung >3 gram/ 24 jam pada dewasa dan 40 mg/m 2/jam pada anak
anak. Diabetes melitus yang lama dengan proteinuria merupakan salah
satu penyebab proteinuria masif. Ada 2 faktor utama sebagai penyebab
filtrasi glomerulus meningkat yaitu:
1. Apabila barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi oleh
glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan
menyebabkan proteinuria.
2. Peningkatan tekanan kapiler glomerulus menyebabkan gangguan
hemodinamik. Filtrasi menyebabkan proteinuria glomerulus oleh
tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada
permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus. Akibat terjadinya
kebocoran pada glomerulus yang berhubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein akan
menyebabkan timbulnya proteinuria.
b. Proteinuria tubular
Terdiri atas albumin, enzim, dan protein berat molekul rendah antara
100-150 mg/hari terdiri atas -2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal
tubular asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis
dan akibat cangkok ginjal.
c. Overflow proteinuria
Ekskresi protein dengan berat molekul < 40000 Dalton Light Chain
Imunoglobulin, protein ini disebut dengan protein Bences Jones. Jenis ini
terjadi bukan karena kerusakan ginjal.
d. Kombinasi proteinuria tubular dan glomerular
Jenis ini terjadi karena adanya kerusakan seluruh nefron, terdapat
pencampuran urin dengan proyein berat molekul tinggi dengan berat
molekul rendah.
13
e. Proteinuria Sekresi
Proses inflamasi dapat menstimulus mukoprotein dan IgA. Proteinuria
ini akan tampak sebagai proteinuria ringan yang terjadi dari berbagai
infeksi tubulointersisial akut dan kronik.20
2.3
2.3.1
Perjalanan penyakit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Soni Arsono, didapatkan
bahwa pada penderita diabetes mellitus insidensi terjadinya gangguan pada
ginjal sebesar 17 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita non diabetes.
5
(persisten) (> 0,3 g/24 jam), disertai dengan adanya retinopati dan hipertensi
tanpa kelainan ginjal primer (infeksi dan kelainan ginjal lain) dan gagal
jantung.
Nefropati diabetik adalah suatu penyakit menahun dari diabetes
mellitus
yang
ditandai
dengan
adanya
makroproteinuria
maupun
14
apabila
terjadi
progress
ke
nefropati.
Sebuah
penelitian
N
2
Kelainan Struktur
N
/N
3
Mikroalbuminuria persisten
20-200 mg/menit
/N
4
Makroalbuminuria
>200 mg/menit
Rendah
Hipertensi
proteinuria
5
Uremia
Tinggi/Rendah
<10 ml/menit Hipertensi
AER : Albumin Ekresi Renal, LFG: laju Filtrasi Glomerulus, TD: Tekanan Darah
15
2.3.2
Patogenesis
Peningkatan glukosa yang menahun ( glukotoksisitas ) pada penderita
yang mempunyai predisposisi genetik merupakan faktor utama sehingga
menimbulkan komplikasi diabetes melalui 4 jalur yaitu :
a.
protein
interstisium
dan
plasma
yang
tidak
Jalur poliol
Jalur poliol, merupakan hiperglikemi intrasel dimana glukosa
dimetabolisme oleh aldose reduktase menjadi sorbitol. Peningkatan
sorbitol akan mengakibatkan berkurangnya kadar inositol yang
menyebabkan gangguan osmolaritas membran basal. Jalur poliol yang
merupakan sitosolik monomerik oksidoreduktase yang mengkatalisa
16
2.
3.
4.
d.
vaskuler.
Produksi sitokin pro-inflamasi oleh sel endotel vaskuler.
karbohidrat
dan
lipid,
sehingga
terjadi
penurunan
kapasitas
19