You are on page 1of 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Sehingga kulit adalah organ tubuh yang pertama kali
terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Banyak faktor baik dari luar
tubuh maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit,
misalnya: udara kering, kelembapan udara yang rendah, sinar matahari, usia,
berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh. Oleh karena faktor-faktor
tersebut menyebabkan dapat terjadi penguapan yang berlebihan pada epidermis
kulit sehingga dapat menyebabkan kulit menjadi kering (Wasitaatmadja, 1997).
Penyebab utama penuaan dini yang dialami orang Indonesia adalah aktivitas
berlebihan dibawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).
Anti-aging merupakan suatu proses yang berguna untuk mencegah atau
memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik, dan awet muda.
Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni di saat
seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir
ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari
produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk
diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging

dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan
pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang berlimpah
dapat menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit yang berujung pada
penuaan dini (Premature Aging). Oleh karena itu, sediaan anti-aging dianggap
penting untuk perawatan kulit (Vinski, 2012).
Pada dasarnya, sumber sumber nabati yang ada di lingkungan kita selain
mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri, juga
memiliki manfaat bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat obatan
dan kosmetik. Oleh karena itu bahan alamiah sangat cocok dalam pengolahan
bahan baku kosmetik, bahan alamiah ini mengandung bahan yang dapat
melindungi kulit. Seperti bengkoang, alpukat, dan mentimun telah banyak
digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan untuk masker, pelembab,
body lotion, dan sebagainya (Jaelani, 2009).
Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh
fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat
dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Minyak biji anggur diklasifikasikan sebagai minyak oleat-linoleat.


Komposisi dari miyak biji anggur yaitu asam lemak linoleat (66%), asam oleat
(21,3%), asam palmitat (6,4%), asam arakidonat (4,0%), asam stearat (1,3%) dan
asam behenat (0,8%). Minyak biji anggur didapat dari tumbuhan yang bernama
latin Helianthus annuus L. dengan cara mengekstrasi secara mekanik (Rowe, dkk.,
2006).
Minyak biji anggur (juga disebut minyak anggur) telah digunakan ribuan
tahun oleh orang-orang Eropa. Saat ini, minyak biji anggur diproduksi di Italia,
Prancis, dan Spanyol. Khasiatnya yang beragam membuatnya menjadi minyak
yang lazim digunakan untuk menggoreng dan memanggang, minyak aromatik,
minyak pijat, penyubur rambut, pelembab bibir dan tangan, cairan pencegah
terbakar matahari (Orey, 2008).
Biji anggur merupakan 15% dari limbah anggur yang sekarang mulai
diakui manfaatnya karena banyaknya penelitian tentang kandungannya. Biji
anggur bila diekstraksi akan menghasilkan minyak. Minyak yang dihasilkan
jernih, dan bau tidak menyengat sehingga baik untuk kesehatan (Suryobuwono,
dkk., 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minyak biji anggur
merupakan sumber dari asam linoleat, vitamin E dan oligomeric proanthocianidins
(OPC) (Sarvanthi, dkk., 2013). Dengan adanya kandungan zat-zat tersebut,
menjelaskan bahwa minyak biji anggur stabil dalam penyimpanan. Karena
resistensi yang tinggi terhadap oksidasi maka minyak biji anggur dapat digunakan
sebagai bahan kosmetik, minyak biji anggur cocok untuk perawatan kulit kering
dan perlindungan terhadap penuaan (anti-aging) (Mironeasa, dkk., 2010).
Beberapa tahun ini, penjualan dari kosmetik berbahan dasar alami
bertumbuh dengan sangat cepat sebanding dengan individu yang semakin serius
terhadap permasalahan kesehatan dan kecantikan (Yeom, dkk., 2011)

Masker wajah sangat disukai dari sifatnya yang dapat mengencangkan


kulit dan efek pembersih kulit. Karakteristik khusus dari sediaan masker adalah
mudah digunakan dan dibersihkan, waktu untuk pengeringan yang sangat cepat.

Salah satu yang sangat populer sediaan masker wajah adalah tipe wash-off dengan
basis clay, yang sering disebut dengan clay facial masks atau dengan nama di
pasaran adalah sediaan mud packs (Gaffney, 1992).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang efek anti-aging dari minyak biji anggur dalam formulasi sediaan
masker wajah.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah dari peneliti adalah :
a. Apakah minyak biji anggur dapat diformulasikan dalam sediaan masker
wajah ?
b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak biji anggur dalam sediaan masker
wajah mempengaruhi efektifitas anti-aging ?
c. Apakah penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak biji
anggur menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama
empat minggu perawatan ?

1.3 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah:
a. Minyak biji anggur dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.
b. Perbedaan konsentrasi minyak biji anggur dalam sediaan masker wajah
mempengaruhi efektifitas anti-aging.

c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak biji anggur


menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat
minggu perawatan

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan hipotesis di atas tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah minyak biji anggur dapat diformulasikan dalam
sediaan masker wajah.
b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi minyak biji anggur
dalam sediaan masker wajah mempengaruhi efektifitas anti-aging.
c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama
empat minggu perawatan dengan masker mengandung minyak biji anggur.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang
memiliki efek sebagai anti-aging dari minyak biji anggur sehingga dapat
digunakan sebagai bahan alami dalam kosmetika.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera)


2.1.1 Asal usul tanaman anggur

Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman


Miosen yaitu 23 juta tahun yang lalu. Dugaan ini berdasarkan daun, potongan
cabang, serta biji buahnya yang didapat di daerah Eropa dan Amerika Utara.
Selain itu, ditemukan juga tumpukan fosil biji buah anggur di sebuah danau di
Eropa Tengah. Dari semua penemuan inilah kemudian terlacak bahwa pada masa
lalu sebagian besar tanaman anggur lebih banyak tumbuh di daratan Eropa,
Amerika Utara, dan daerah dingin dekat Kutub Utara (Setiadi, 2007).
Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenal anggur sebagai
minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang-orang Romawi
kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis vinifera.
Varietas ini kemudian menyebar ke bagian timur Mediterania sampai Afrika
Utara. (Setiadi, 2007).
2.1.2 Klasifikasi anggur
Klasifikasi anggur sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Vitales

Family

: Vitaceae

Genus

: Vitis

Spesies

: Vitis vinifera L (Setiadi, 2007)

2.1.3 Minyak biji anggur


Minyak biji anggur adalah minyak alami yang berasal dari biji anggur jenis
Vitis vinifera yang banyak tumbuh di Spanyol, Italia, dan Prancis. Anggur jenis ini
biasanya digunakan untuk pembuatan wine (minuman beralkohol hasil fermentasi
dari anggur segar). Minyak dengan warna kekuningan dan bau tidak menyengat
ini memiliki kandungan asam linoleat (omega 6) yang tinggi yaitu 60 - 76%, asam
oleat 12 - 27%, asam stearat 3 - 6%, asam palmitat 6 - 8% serta antioksidan yang
kuat sehingga baik digunakan dalam formulasi kosmetik (Martinez, 2006).
Minyak biji anggur diperoleh dari ekstraksi biji anggur dengan metode cold
pressed. Metode ini sederhana, tidak melibatkan pemanasan ataupun zat kimia.
Menggunakan suatu alat dengan cara memasukkan biji ke alat tersebut, kemudian
ditekan sampai menghasilkan minyak dan ampas yang sudah terpisah (Martinez,
2006).
Minyak biji anggur mengandung antioksidan yang bermanfaat dalam merawat
kulit. Antioksidan yang terdapat di dalamnya yaitu vitamin E dan juga oligomeric
proanthocianidins (OPC). OPC ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang
merusak jaringan kulit. OPC dapat memperbaiki kolagen yang telah dirusak oleh
radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya kerutan di kulit (Sarvanthi, 2013).
Kandungan vitamin E dalam minyak biji anggur juga bermanfaat bagi kulit,
dimana vitamin E membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit
dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012).

2.2 Kulit
Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai jenis
rangsangan dari luar tubuh dan kerusakan serta menjaga kelembapan permukaan
2

tubuh. Luas permukaan kulit orang dewasa rata rata 1,6 m . Ketebalan kulit

bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan lokasi kulit. Umumnya, kulit
pada pria lebih tebal daripada wanita, namun wanita memiliki lapisan lemak
subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata lebih tipis dan kulit telapak
kaki yang paling tebal (Mitsui, 1997).
Kulit terluar dibagi menjadi tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis,
dan jaringan subkutan dan dilengkapi dengan rambut kuku dan kelenjar seperti
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Mitsui, 1997).
Kulit merupakan suatu paradoks fisiologis. Di satu sisi, kulit ingin
melindungi tubuh dari bahaya lingkungan sekitar, namun di sisi lain kulit ingin
merekam segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Perekaman penuh
berarti minimnya proteksi. Kulit mencari keseimbangan antara keduanya (Latifah
dan Tranggono, 2007).
2.2.1 Fungsi biologis kulit
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang memiliki fungsi biologis
antara lain :
a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan

berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh.


Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar tubuh dengan cara
mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain
itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit
dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.
1.4 Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan
konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi
vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi
vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.
c. Persepsi sensoris
Kulit merupakan indera yang melindungi tubuh terhadap rangsangan dari
luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan,
reseptor raba, reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima
oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya
diinterpretasi oleh korteks serebri.
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk kedalam tubuh melalui dua
jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang
mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material
yang larut dalam air.
2

Fungsi lain
Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan

memerah, memucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Latifah dan


Tranggono, 2007).
2.2.2 Struktur kulit
Menurut Anderson (1996), secara mikroskopik kulit terdiri dari tiga
lapisan yaitu: epidermis, dermis dan lemak subkutan.

Gambar 2.1. Anatomi dari kulit manusia (Sterry dkk., 2006)


Lapisan epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Epidermis dibagi
menjadi beberapa lapisan utama yaitu:
1.6 Stratum korneum atau lapisan tanduk
Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar dan tersusun
dari sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-lapis.
Stratum korneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air.
Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan
menjadi kering dan bersisik.
-

Stratum lusidum atau malfigi


Stratum lusidum merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah

mengalami proses diferensiasi. Stratum lusidum terdapat di bawah


lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, dapat dilihat jelas
pada telapak kaki dan tangan.
-

Stratum granulosum
Berada di bawah stratum korneum dan mempunyai fungsi penting
yaitu menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum
granulosum mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti
diantaranya.

Stratum spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal. Sel
diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk
keratin.

Stratum germinativum atau lapisan basal


Lapisan sel basal merupakan bagian yang paling dalam dari

epidermis dan membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis.


Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam
lapisan basal sepanjang stratum germinativum. Lapisan basal ini tersusun
secara vertikal dan membentuk seperti pagar (Anderson, 1996). Lapisan
dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin
dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan
saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh (Anderson, 1996).
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat
longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan
untuk kulit,

isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi


(Anderson, 1996). Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsumsi makanan lemak yang berlebih. Jika tubuh memerlukan
energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah
simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).
2.2.3 Kelembapan kulit (moisture)
Ketika dermis menua, jumlah dari mukopolisakarida berkurang sehingga
menyebabkan penurunan kadar air dan hilangnya turgor. Penuaan ini
dimaksimalkan oleh radiasi UV, terutama disebabkan oleh ultraviolet A yang
berpenetrasi sangat dalam pada kulit. Perubahan fisik serta kimia yang terjadi
selama penuaan epidermis juga menyebabkan kulit kering. Struktur lapisan
minyak/air terstruktur membentuk penghalang terhadap penguapan air dari dan
dikulit dan melindungi epidermis dari zat pengiritan. Skin barier menghindari
kulit dari kemerahan, iritasi dan kekeringan (xerosis). Skin barier terganggu
disebabkan oleh dua hal :
1. Kerusakan lapisan lemak pada kulit oleh pelarut dan bahan deterjen
2. Penurunan kadar air disebabkan oleh kelembapan relatif rendah (RH),
kekuatan angin (angin dingin yang kuat) , kering dan panas, iklim dll.
Kulit kering yang disebabkan oleh kerusakan stratum korneum dapat
dinormalkan kembali dengan formulasi bahan alami yang mengandung lemak.
Kulit yang kering dapat mengakibatkan hilangnya fleksibilitas dan elastisitas,
dapat menyebabkan keretakan dan pori membesar yang juga disebabkan oleh
gerakan tubuh pada daerah kulit tertentu, seperti bagian lengan, dahi dan wajah
saat berekspresi (De Polo, 1998).

10

2.3 Sinar Ultraviolet


Kebanyakan individu, sumber utama terpapar ultraviolet adalah dari
matahari. Namun demikian, banyak juga yang terkena ultraviolet karena buatan
sendiri dan keinginan dari individunya sendiri untuk melakukan tanning
(pewarnaan kulit ). Sunbeds dan Sunlamp adalah contoh yang digunakan untuk
tanning (WHO, 2006).
2.3.1 Pembagian ultraviolet
Radiasi UV memiliki rentang spektrum mulai dari 100 nm dan 400 nm.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek
dibandingkan dengan sinar tampak (Parrish, 1983). Secara konvensional yang
disetujui oleh Komisi Internasional Eclairage, Ultraviolet dibagi menjadi tiga
bagian antara lain : UVA (>315-400 nm) , UVB (>280-315 nm), dan UVC (>100280 nm) meskipun ada variasi dalam penggunaannya, misalnya dibidang biologis
dan medis dikatakan batas UVA dan UVB adalah 320 nm (WHO, 2006).

Gambar 2.2. Spektrum ultraviolet


Secara biologi spektrum ultraviolet menentukan besar radiasi yang dapat
menentukan efek biologis dari ultraviolet seperti eritema, pigmentasi pada kulit,
karsinogenesis, dan lainnya pada panjang gelombang tertentu yang dijelaskan
pada Gambar 2.2. Menurut Parrish (1983), berdasarkan panjang gelombangnya,
sinar ultraviolet terbagi menjadi tiga, yaitu:

11

a. UVA (320-400 nm)


Sinar UVA merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu 100
kali dibandingkan sinar UVB namun kekuatannya lebih lemah yaitu 1:1000 UVB.
Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan kerusakan jaringan
dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat, menyebabkan reaksi
fotosensitivitas dan bersama dengan sinar UVB berperan dalam proses keganasan
kulit.
b. UVB (290-320 nm)
Sinar UVB merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit
yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang ditimbulkan dapat
berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan kulit. Jumlah sinar UVB
yang masuk ke bumi tidak konstan karena tergantung musim dan cuaca. Lapisan
ozon mampu mengabsorpsi 90% sinar UVB.
c. UVC (200-290 nm)
Sinar UVC merupakan sinar yang paling banyak diabsorpsi oleh lapisan
ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi. Namun dengan adanya
kebocoran lapisan ozon, sinar UVC dikhawatirkan dapat mencapai bumi dan
membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang reaktif akan
mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.
2.3.2 Sumber radiasi ultraviolet
Menurut WHO (1995) ada dua sumber utama ultraviolet antara lain :
1. Radiasi sinar matahari
Matahari adalah sumber utama paparan sinar ultraviolet untuk sebagian
besar individu. Sinar matahari terdiri dari cahaya tampak (400-700 nm), radiasi
sinar inframerah (>700nm) dan radiasi ultraviolet. Tingkat individu terkena sinar

12

matahari bervariasi tergantung dengan lintang, ketinggian, musim, cuaca dan


aktivitas diluar rumah.
2. Radiasi sinar ultraviolet buatan
Sumber buatan dari sinar ultraviolet memancarkan spektrum dari panjang
gelombang spesifik untuk masing -masing sumber. Sumber radiasi buatan meliputi
berbagai lampu digunakan untuk pengobatan, industri, bisnis dan penelitian, untuk
keperluan rumah tangga dan kosmetik.
Sumber ultraviolet tersebut sering digunakan untuk pewarnaan kulit.
Perangkat yang digunakan untuk pewarnaan dapat disebut Sunbed , Sunlamp, UV
buatan atau tanning bed dan ada istilah lainnya.
Radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh lampu merkuri adalah yang
paling populer di Eropa Utara dan Amerika Utara. Biasanya ini adalah perangkat
lampu merkuri tunggal, kadang disertai oleh lampu inframerah untuk memanaskan
kulit. Spektrum lampu merkuri terdiri dari sekitar 20% UVC dan 30-50% UVB
(Diffey dan Robson, 1989). Untuk melindungi dari paparan yang sangat besar
maka diberikan kaca untuk menutupi lampu merkuri tersebut sehingga dapat
membatasi dari emisi UVB dan UVC berlebihan. Dahulunya lampu ini digunakan
untuk membantu sintesis vitamin D pada anak anak, meskipun orang dewasa
menggunakannya untuk tujuan tanning. Sebagian besar negara melarang lampu ini
digunakan pada tahun 1980.
Sinar UV dibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan tetapi,
sinar UV yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel tubuh. Kerusakan
ini akan menyebabkan perubahan tetap yang berupa penebalan epidermis, stratum
korneum,

dan

peningkatan

melanosit.

Efek

jangka

panjangnya

dapat

menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari kerusakankerusakan yang telah terakumulasi (Parrish, 1983).
13

2.3.4

Perubahan kulit akibat sinar ultraviolet


Sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari dapat menyebabkan

penyakit kulit. Kerusakan struktur kulit diakibatkan oleh sinar ultraviolet pada
panjang gelombang 280 400 nm. Panjang gelombang yang lebih kecil ditahan
oleh atmosfir. Efek sinar matahari secara akut dapat menyebabkan eritema.
Eritema dapat terjadi tergantung dari panjang gelombang, jenis kulit, dan jumlah
paparan cahaya sebelumnya. Kedalaman penetrasi dari ultraviolet tergantung dari
panjang gelombang (Sterry, dkk., 2006).

2.4 Penuaan Dini


Bagaimana kulit menua terjadi akibat beberapa faktor. Faktor utama
penyebab penuaan adalah dibawah pengaruh genetika, beberapa faktor lainnya
adalah seperti makanan, gaya hidup, obat obatan, dan konsumsi alkohol yang
berlebihan. Merokok adalah salah satu juga penyebab penuaan dini pada kulit,
dengan cara mengikat tar dalam rokok dengan matriks metalloprotenase-1 (MMP1) yang dimana zinc-dependent protease bertanggung jawab atas degradasi
pembentukan kolagen. Paparan lingkungan, termasuk perubahan cuaca dan polusi,
memiliki efek langsung terhadap penuaan kulit, dan efek penuaan dini yang sangat
terlihat jelas diakibatkan oleh paparan sinar ultraviolet yang kronis yang
dinamakan photoaging (Graf, 2005).
Menurut Goldsmith (2014) , ada tiga teori mengenai penuaan secara
biologis:
1. Penuaan adalah hasil dari keterbatasan fundamental seperti hukum fisika
dan kimia yang menghasilkan perubahan baik secara fisik dan mental

14

terhadap makhluk hidup. Teori ini dinamakan Fundamental

Limitation

Theories atau wear and tear theories.


2. Teori Modern Non-programmed Aging Theories yang dikemukakan pada
tahun 1950 yang menyatakan bahwa penuaan terjadi karena tubuh tidak
lebih baik menentang proses yang memburuk alami. Kerusakan jaringan
secara terus menerus menyebabkan penuaan.
3. Teori Modern Programmed Aging Theories yang dikemukakan pada tahun
1990 yang menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh total usia kita
dihasilkan oleh genetik yang terprogram yang bertujuan dan memiliki limit
membatasi umur kita.
Penuaan dini secara kronis terjadi akibat kerusakan struktur kolagen dan
elastin dan penipisan struktur stratum korneum.
2.4.1 Intrinsic aging
Penuaan dini yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi kerja dari dalam
tubuh disebut dengan Intrinsic Aging. Tubuh lama kelamaan akan menurun fungsi
kerja sesuai dengan teori penuaan wear and tear theory dan fungsi tubuh untuk
mengatasinya juga berkurang. Hal ini terjadi pada sel serta perubahan secara
biokimia sesuai dengan bertambahnya umur (Stuckelberger, 2008).
2.4.2 Photoaging
Seperti yang diketahui bahwa penuaan disebabkan oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Salah satu faktor ekstrinsik yang lebih besar adalah photoaging. Pada
proses photoaging dapat merubah kondisi kulit secara lebih cepat memburuk jika
dibandingkan

dengan

intrinsik

faktor.

Photoaging

dapat

menyebabkan

hiperpigmentasi, kerutan yang sangat dalam, menyebabkan kulit kasar dan kering,
dan dapat menyebabkan kanker (Taylor, 2005).
15

2.4 Anti-aging
Peremajaan kulit adalah salah satu upaya untuk membuat kulit tampak sehat
dan muda kembali. Indikasi utama peremajaan kulit adalah premature photoaging
akibat paparan sinar ultraviolet yang berlebihan (Jusuf, 2005).
Cara cara peremajaan kulit antara lain :
-

Pemakaian bahan/obat topikal

Pengelupasan kulit secara kimiawi

Dermabrasi

Skin filler

Toksin botolinium

Laser resurfacing

Intense Pulsed Light (IPL)

Terapi Sulih Hormon


Anti-aging atau anti penuaan adalah cara untuk memperlambat penuaan

terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap
(Sulastomo, 2013).
2.4.1 Antioksidan untuk kulit
Kulit manusia sebagai organ batas antara lingkungan dan organisme terus menerus kontak dengan radiasi matahari dan zat lingkungan yang dapat
menghasilkan radikal bebas dikulit. Radikal bebas adalah senyawa memiliki
aktivitas oksidatif yang kuat, dan dapat berinteraksi dengan lingkungan dan
mengoksidasi DNA, lapisan lipid, dan protein dari sel sel hidup. Sebagai

16

akibatnya, radikal bebas tersebut dapat merusak membran sel sehingga


menyebabkan kematian sel. Untuk perlindungan efektif terhadap efek negatif
radikal bebas kulit memiliki perlindungan melawan radikal bebas yang dinamakan
antioksidan, seperti vitamin (A, C, D, dan E), karotenoid (beta-karoten, likopen,
dan luthein/zeaxanthin), enzym (superoxida dismutase, katalase, dan glutation),
dan lainnya (flavonoid, asam lipoik, asam urat, selenium, koenzim Q10 dan
lainnya). Beberapa antioksidan disintesis oleh tubuh organisme, tetapi kebanyakan
tidak dapat disintesis oleh tubuh maka harus diberikan secara oral (makanan dan
suplemen ) dan topikal untuk kulit (Darvin dan Juergen, 2008).
2.4.2

Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan

membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada
kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1979).
Vitamin E dapat dihasilkan secara alami. Secara alami vitamin E
didapatkan dari ekstraksi atau destilasi pemanasan dari minyak tumbuhan seperti
jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan gandum. (Rowe, 2009)
Secara topikal vitamin E berperan besar dalam melindungi kulit dari
berbagai kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin E adalah adalah yang paling
penting bagi kulit karena ada pada kulit, vitamin E diproduksi oleh kelenjar
sebaseus pada kulit manusia yaitu alpha- dan gamma-tokoferol. Tokoferol ini
merupakan bagian dari mantel pelindung alami terhadap kerusakan kulit yang
diakibatkan oleh lingkungan. Tokoferol tersebut dihasilkan oleh kelenjar sebaseus
menuju ke permukaan kulit melalui sebum. Kerusakan kulit terjadi ketika
produksi dan jumlah vitamin E tidak mampu melawan keadaan lingkungan dan
melawan radikal bebas (Graf, 2005).

17

2.5

Masker Wajah
Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar.

Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta
perawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body
massage, spa dan lulur (Noormindhawati, 2013). Masker wajah berbahan dasar
clay memiliki efek untuk mengencangkan kulit dan membersihkan kulit (Zague,
dkk., 2006)

18

Masker wajah dapat membantu untuk mengurangi kerutan, noda gelap,


bintik bintik dan jerawat pada kulit. Bahan masker wajah alami dapat
memperbaiki fungsi kulit sehingga melembutkan kulit (Yadav dan Yadav, 2015).
Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam,
mask dan moisturizing. Setelah melakukan kompres hangat (steaming) perawatan
wajah dilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013).
Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering
dengan sendirinya. Masker bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah
karenanya dianggap membersihkan wajah (Haynes, 1994).
Manfaat masker :
Menutrisi kulit wajah
Mencerahkan, menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah
Mengangkat sel kulit mati
Meremajakan dan menghambat penuaan dini
Cara penggunaan masker meliputi:
Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering
Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah dan
dihindari area mata, mulut dan hidung
Diamkan hingga masker mengering
Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan dalam
air hangat.
Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan dalam air
dingin untuk meringkas pori-pori.
Dikeringkan menggunakan handuk yang bersih (Noormindhawati, 2013).

19

Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya


sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat
dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek
menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).

2.6

Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan

kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi


bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
2.6.1

Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer


Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan

dengan menggunakan skin analyzer , yaitu:


1. Moisture (kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan
menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang
ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.
20

2. Evenness (kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit
yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
3. Pore (pori)
Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat
melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada
pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit.
Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada
layar komputer.
4. Spot (noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan
tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
2.6.2

Parameter pengukuran
Parameter pengukuran merupakan suatu pembagian nilai yang dapat

menunjukkan dan membandingkan kondisi kulit pada saat pengujian. Beberapa


parameter yang dapat diukur dengan skin analyzer Aramo-SG antara lain adalah
kelembapan, kehalusan kulit, banyaknya noda dan besar pori dari kulit. Parameter
hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

21

Tabel. 2.1 Parameter hasil pengukuran skin analyzer


PENGUKURAN

PARAMETER

Moisture
(Kadar Air )

Dehidrasi
0-29 %

Normal
30-50 %

Hidrasi
51-100 %

Evenness
(Kehalusan)

Halus
0-31

Normal
32-51

Kasar
52-100

Pore
(Pori)

Kecil
0-19

Beberapa Besar
20-39

Besar
40-100

Spot
(Noda)

Sedikit
0 - 19

Beberapa Noda
20 -52

Banyak Noda
53 100

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan


menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada
alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil
pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang
memeriksa ataupun pasien.

2
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Dengan menguji


sebanyak 12 sukarelawan selama empat minggu. Tahapan dalam penelitian
meliputi pembuatan sediaan berbentuk pasta masker wajah (Facial Mask),
evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan,
uji pH, uji lama pengeringan sediaan dan uji efektifitas sediaan sebagai antiaging. Beberapa parameter anti-aging yang diteliti antara lain: kelembapan kulit,
kehalusan kulit, besar pori dan banyaknya noda pada waktu sebelum dan sesudah
pemakaian sediaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Jambi.

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat Gelas, Moisture
Checker (Aramo-SG), Neraca Analitik (Dickson), Penangas Air, pH meter (Hanna
Instrument), dan Skin analyzer (Aramo-SG).

3.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Air Suling
(Aquadest), Bentonite, Gliserin, Kaolin, Larutan Dapar pH Asam (4,01), Larutan
Dapar pH Netral (7,01), Minyak Biji Anggur (Grapeseed Oil), Natrium
Metabisulfit, Nipagin, Sodium Lauril Sulfat, Titanium Dioxida, dan Xantan Gum.

23

3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Fakultas
Farmasi USU yang telah dianalisa kulitnya mengalami tanda tanda penuaan dini
(Premature Aging).
Syarat Syarat yang digunakan :
a. Wanita berbadan sehat
b. Usia antara 20 25
c. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
d. Tidak menggunakan bahan kosmetika lain didaerah punggung tangan yang
ditandai

d. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dimulai dengan menentukan formula dasar dengan bentuk
pasta yaitu clay facial mask. Kemudian diorientasi agar didapatkan formula yang
stabil. Setelah didapatkan formula orientasi maka diuji stabilitas sediaan, waktu
kering pada kulit, dan homogenitas. Kemudian diuji efektivitas anti-aging dan
dianalisa data yang didapatkan untuk melihat perubahan yang didapatkan.
3.4.1 Formulasi sediaan masker
Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian
diorientasikan. Hasil dari orientasi dikembangkan kembali menjadi satu formula
baru yang memiliki stabilitas baik ketika ditambahkan minyak biji angguryang
dinamakan dengan formula orientasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.4.1.1
dan formula orientasi dapat dilihat pada 3.4.1.2

24

3.4.1.1 Formula standar


Formula standar yang digunakan (Harry, 2000)
R/

Bentonite

1 to 8%

Xantan Gum

0,1 to 1,0%

Kaolin

5 to 40%

Gliserin

2 to 10%

Sodium Lauril Sulfat

2 to 20%

TiO2

< 1%

Nipagin

< 1%

Parfum

q.s

Aquadest

ad

100%

3.4.1.2 Formula orientasi


R/

Bentonite

1%

Xantan Gum

0,8%

Kaolin

34%

Gliserin

2%

Sodium Lauril Sulfat

2%

TiO2

0,5%

Nipagin

0,1%

Na. Metabisulfit

0,2%

Aquadest

ad

100%

Cara Pembuatan untuk formula basis masker 100 g yaitu 27 ml aquadest


dituangkan dalam lumpang dan ditambahkan 1 g Bentonit. Bentonit dibiarkan
terbasahi lalu ditambahkan 0,8 g Xantan gum dan digerus cepat sampai seluruh

25

gum melarut. Sebanyak 34 g Kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam


lumpang sambil digerus dan ditambahkan 0,5 g TiO 2 dan 2 g gliserin dalam
lumpang. Disamping itu dilarutkan 0,2 g Na. Metabisulfit dengan 0,1 g Nipagin
dalam 20 ml air panas (Larutan A) dan juga 2 g Sodium Lauril Sulfat dilarutkan
dalam 12,4 ml Aquadest (Larutan B ). Larutan A dituangkan kemudian digerus
pelan setelah itu tuangkan perlahan-lahan larutan B dan gerus perlahan sampai
terbentuk pasta homogen.
3

Formula mengandung minyak biji anggur


Konsentrasi Minyak Biji Anggur yang digunakan adalah 4, 6, dan

8%. Formula dasar masker yang tidak mengandung minyak biji Anggur digunakan
sebagai Blanko. Formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%
Bahan

Blanko

Konsentrasi ( gram )
Formula 4%
Formula 6%

Formula 8%

Minyak Biji
Anggur

Bahan dasar

100

96

94

92

Cara pembuatan untuk formula yang mengandung minyak biji anggur


adalah basis masker yang telah dibuat lalu ditambahkan minyak biji anggur sesuai
dengan berat yang ditentukan dalam formula.
3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan
1.7

Pengujian homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM,1979).
26

Biasanya masalah yang sering dijumpai pada sediaan pasta masker wajah
adalah pemisahan atau tidak homogen antara fase cairan dengan padatan, dan juga
antara padatan dengan padatan lainnya. Sediaan masker wajah berbentuk pasta
(clay) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan gum ( Zague, dkk., 2006).
-

Pengamatan stabilitas sediaan


Masing - masing formula sediaan diambil 50 g dan dimasukkan kedalam

pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan
dalam pot plastik dan dilanjutkan setiap minggu selama dua belas minggu
penyimpanan. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan
perubahan bau, warna dan bentuk (konsistensi) selama dua belas minggu pada
kondisi suhu kamar.
-

Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar netral (pH 7,01) dan
larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut,
Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu yang
ditentukan selama dua belas minggu pada suhu kamar.

27

Pengukuran lama pengeringan masker


o

Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar 25 C dengan


mengambil 2 g sediaan masker dan dioleskan pada daerah punggung tangan
ditandai lalu diukur waktu saat sediaan mengering. Dilakukan tiga kali
pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.
3.4.3 Pengujian efektivitas anti-aging
Tangan sukarelawan dicuci dengan sabun cuci tangan dan dibiarkan
sampai kering (sekitar 5-10 menit). Diukur kondisi awal kulit yang meliputi kadar
air, kehalusan kulit, besar pori, dan banyak noda dari sukarelawan dengan
menggunakan skin analyzer Aramo-SG. Ditandai daerah punggung tangan
sukarelawan dengan bentuk persegi ukuran 3 cm.
Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu :
-

Kelompok I

: 3 orang sukarelawan formula blanko

Kelompok II

: 3 orang sukarelawan formula 4%

Kelompok III

: 3 orang sukarelawan formula 6%

Kelompok IV

: 3 orang sukarelawan formula 8%

Sediaan masker wajah dioleskan pada daerah punggung tangan


sukarelawan yang ditandai dan dibiarkan mengering (5-7 menit). Setelah itu
sediaan masker dicuci dengan air sampai bersih. Dilakukan kembali pengecekan
kondisi kulit setelah tangan dikeringkan. Pengukuran kondisi punggung tangan
dilakukan setiap minggu selama empat minggu dengan pemberian sediaan masker
satu kali dalam seminggu secara rutin. Dilakukan pengecekan kondisi kulit
sebelum dan setelah pemakaian masker.

3.4.4 Analisis data


Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program IBM SPSS
(Statistical Product and Service Solution) 20. Data terlebih dahulu dianalisis
distribusinya menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektifitas anti aging pada
kulit diantara formula. Selanjutnya untuk menganalisis perubahan kondisi kulit
selama empat minggu perawatan digunakan Friedman test. Jika terdapat nilai
signifikan p<0,05, data selanjutnya dianalisi dengan Wilcoxon Signed Ranks Test
untuk melihat perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama empat
minggu perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di Sini.
Jogjakarta: Javalitera. Halaman 13 - 17, 89, 95 - 96, 143 - 144, 171.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Halaman 1 - 10.
Bogandenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian
Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Halaman 15, 17, 19, 25 - 27, 43.
Ditjen

POM.(1979). Farmakope Indonesia.


Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Edisi

Ketiga.

Jakarta:

Ditjen

POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia.


Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Jakarta:

Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Halaman 60.

Martinez,B. (2006). Grape Seed Oil. Spanyol: Textron. Halaman 1, 2


Maryani, H., dan Kristiana, L. (2005). Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta:
Penerbit PT Agro Media Pustaka. Hal. 13, 29.
Mironeasa, S., Anna, L., dan Gabriela, C. (2010). Grape Seed: Physic-Chemical,
Structural Characteristic and Oil Content. Journal of Agroalimentary
Processes and Technologies. 16(1): 1
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:
Kompas Gramedia. Halaman 2, 5, 74 - 77, 89.
Orey, C. (2008) . Khasiat Minyak Zaitun Resep Umur Panjang Ala Mediterania.
Jakarta: PT Mizan Publika. Halaman 98 - 99.
Rahmawati, R. (2012). Budidaya Rosella. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru
Press. Hal. 87-89.
Rawlins, E.A. (2003). Bentleys Textbook of Pharmaceutical. Edisi Delapan
Belas.London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Sarvanthi, N., Unissa, R., Sudhakar, M., dan Prashant, Y. (2013). Grape Seed
Extract A Therapeutic Review. Journal of Pharmacology. 3(2): 325

S
e
t
i
a
d
i
.
(
2
0
0
7
)
.
B
e
r
t
a
n
a
m

A
n
g
g
u
r
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
b
a
r
S
w
a
d
a
y
a
.
H
a
l
a
m
a
n
3
,
4
4
S
u
l
a
s
t
o
m
o
,
E

.
(
2
0
1
3
)
.
K
u
l
i
t
C
a
n
t
i
k
d
a
n
S
e
h
a
t
.
J
a
k
a
r
t
a
:
K
o
m
p
a
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1

7
7
Suryobu
w
o
n
o
,
A
.,
R
e
n
i
.,
A
i
n
i
,
S
.,
d
a
n
U
c
i
,
S
.
(
2
0
0
5
)
.
B
u
a
h
S
e
g

a
l
a
M
u
s
i
m
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
T
G
r
a
m
e
d
i
a
P
u
s
t
a
k
a
U
t
a
m
a
.
H
a
l
a
m

a
n
2
0
Tranggo

n
o
,
R
.
I
.
,
d
a
n
L
a
t
i
f
a
h
,
F
.
(
2
0
0
7
)
.
B
u
k
u
P
e
g
a
n
g
a
n
I
l
m

u
P
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n
K
o
s
m
e
t
i
k
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
P
T
G
r
a
m
e
d
i
a
P
u
s

t
a
k
a
U
t
a
m
a
.
H
a
l
.
1
1
,
1
2
7
.

Wasitaat
m
a
d
j
a
,
S
.
M
.
(
1
9
9
7
)
.
P
e
n

u
n
t
u
n
I
l
m
u
K
o
s
m
e
t
i
k
M
e
d
i
k
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
U
I
P
r

e
s
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1
1
9
1
2
0
Wiraku
s
u
m
a
h
.
(
2
0
0
8
)
.
C
a
n
t
i
k
d
a
n

A
w
e
t
M
u
d
a
d
e
n
g
a
n
B
u
a
h
,
S
a
y
u
r
,
d
a
n
H
e
r
b
a
l
.
J
a
k
a
r
t

a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
P
e
n
e
b
a
r
P
l
u
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1
2
1
3
,
5
5
.

You might also like