Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Penyakit Cacar Daun Teh (blister blight)
Penyebab penyakit cacar daun teh (blister blight) yaitu disebabkan
oleh jamur Exobasidium vexans yang dapat menurunkan produksi pucuk
basah sampai 50% karena Exobasidium vexans tersebut menyerang daun atau
ranting yang masih muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daun
pertama, kedua dan ketiga (Effendi et al., 2010). Gejala awal terlihat bintikbintik kecil tembus cahaya, kemudian dalam waktu 5-6 hari bercak melebar
dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau
dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah. Mula-mula cacar tampak seperti
bercak kecil hijau pucat dan tembus cahaya pada daun muda, dalam waktu 5-6
hari bercak meluas menjadi 0,6-1,3 cm. Bercak menjadi cekung, sehingga
pada sisi bawah daun terbentuk bagian yang cembung, mirip dengan cacar
(Semangun, 2000). Pusat bercak menjadi coklat tua dan akhirnya mati
sehingga terjadi lubang pada daun teh. Adapun serangan selain pada daun
yaitu serangan akhirnya terjadi pada ranting-ranting yang masih hijau, yang
dapat menyebabkan pembengkokan dan patahnya ranting serta matinya tunas.
Penurunan kadar bahan organik tanah akibat tidak adanya konservasi
lahan, penurunan keanekaragaman hayati, serta masih terbatasnya klon teh
yang tahan terhadap penyakit cacar daun diduga menjadi faktor penyebab
meningkatnya serangan penyakit cacar daun teh. Selain itu, terjadinya
perubahan
iklim
dan
lingkungan
ditengarai
cukup
mempengaruhi
perkembangan penyakit cacar daun. Kondisi ini membuat petani teh di Jawa
Barat frustasi karena serangan penyakit cacar daun dapat menurunkan
produksi teh hingga 40%-50%. Selain itu kualitas teh juga menurun akibat
berkurangnya kandungan theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer
tinggi, dan fenol pada bahan baku pucuk teh yang menentukan cita rasa teh.
Pada umumnya serangan penyakit cacar daun teh terjadi pada pucuk
peko, pada daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala awal terlihat bintik-bintik
kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar dengan pucat tidak berwarna
dan dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan
menonjol ke bawah (tampak pada Gambar 1). Kemudian berubah warna
menjadi putih yang mengandung spora (Gambar 2). Akhirnya pusat berwarna
coklat tua, mati dan terjadi lubang (Gambar 3).
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan dan Penularan
Penyakit Cacar Daun Teh
Di Indonesia cacar daun teh terutama merugikan kebun-kebun di atas
900 m dari permukaan laut. Pada umumnya penyakit berjangkit pada musim
hujan
(Semangun,
2000).
Fakto-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan penyakit cacar daun teh tersebar melalui spora yang terbawa
angin, serangga atau manusia. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh
kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat
tanaman.
Kelembaban udara mempengaruhi perkembangan penyakit cacar daun
teh karena untuk pembentukan dan penyebaran basidiospora diperlukan
kelembaban nisbi yang lebih tinggi di atas 80%. Sedangkan untuk
perkecambahan spora diperlukan kelembaban yang lebih tinggi dari 90% atau
diperlukan lapisan air yang tipis. Pada dasarnya spora dapat berkecambah
dengan sangat baik di dalam lapisan embun.
Angin berpengaruh terhadap perkembangan penyakit cacar daun teh.
Peran angin yaitu dapat mempengaruhi kelembaban udara. penyakit cacar
daun teh akan lebih banyak terdapat pada kebun yang kurang berangin (lereng,
lembah).
Jamur
Exobasidium
vexans
akan
berkembang
biak
dengan