Professional Documents
Culture Documents
YANG
Oleh
Wawan Herzain
2008 31 083
JUDUL
OLEH
WAWAN HERZAIN
STAMBUK
2008 31 083
Mengetahui,
BAB III
LANDASAN TEORI
dari kedudukan
aslinya. Ketika digali, material akan terlepas dan terberai sedemikian rupa dan tidak akan
kembali kebentuk rongga-rongga udara atau voids diantara partikel-partikel material lepas
tersebut. Besarnya volume sebelum dan sesudah digali ini disebut dengan factor
pengembangan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Swell Faktor =
Vi
VI
100
.................Persamaan (3:1)
Keterangan :
SF
Vi
VI
=
=
=
Swell Faktor
Volume Insitu
Volume Loose
Gambar : 3 : 1
Fill Faktor
Cara penentuan fill factor dari bucket alat muat, yaitu dengan pengamatan dan
perbandingan langsung pada saat pemuatan langsung di lapangan. Dimana terlihat adanya
variasi pengisian bucket alat muat baik pada material yang sama maupun pada material yang
berbeda.
c. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja efektif yang digunakan untuk
berproduksi dengan waktu yang tersedia dalam satuan waktu tertentu. Hal ini merupakan
salah satu factor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi alat, semakin banyak
waktu yang efektif digunakn oleh alat untuk beroperasi maka semakin besar produksi yang
dapat dicapai. Dalam perhitungan efisiensi kerja ada beberapa komponen waktu yang dapat
diperhatikan antara lain :
1. Waktu Kerja ( W ) yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduksi sampai akhir
operasi. Dalam waktu produktif terdsapat beberapa variable meliputi :
Waktu Efektif ( We ) yaitu waktu yang benar-benar digunakan oleh alat untuk
berproduksi secara efektif
Waktu Delay ( Wd ) yaitu waktu yang terjadi akibat adanya hambatanhambatan seperti melumasi kendaraan, mengisi bahan bakar dan pelumas,
membersihkan bagian-bagian terpenting setelah sekian lama dioperasikan,
memindahkan ke tempat lain, dan menunggu perbaikan jalan produksi.
2. Waktu Repair ( R ) yaitu waktu kerja yang tidak digunakan karena perbaikan alat pada
saat jam operasi berlangsung.
3. Waktu Standby ( s ) yaitu jam yang tidak dipakai padahal alat tidak rusak, sedang
penambangan dalam keadaan beroperasi.
Secara umum, untuk menentukan efisiensi kerja alat dapat digunakan :
Efisiensi Kerja =
We
Wt
100
... Persamaan ( 3 : 3
)
Keterangan :
Ek
Efisiensi Kerja
We
Waktu efektif
Wt
3.2.
Kemampuan Produksi Peralatan
3.2.1. Kemampuan Produksi Alat Muat
Dalam menentukan kemampuan produksi alat muat dapat dihitung dengan rumus :
Eff J H FF
Ct (menit )
PE =
Dimana :
PE
Eff
H
FF
J
Ct
3.2.2.
=
=
=
=
=
=
PD =
KB =
Dimana
Eff KB J
Ct ( menit)
Kb x SF x FF x n
:
PD
=
Produksi dump truck ( ton/jam )
Kb
=
Kapasitas Bak ( m3 )
Eff
=
Efisiensi Kerja ( % )
H
=
Kapasitas Bucket ( M3 )
n
=
Jumlah pengisian
FF
=
Fill Faktor ( % )
J
=
Density ( ton/m3 )
Ct
=
Cycle Time ( Menit )
3.2.3.
Eff KB SF
Ct alat gusur (menit )
Persamaa ( 3 : 7 )
BAB IV
PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN
4.1
Prosedur Penelitian
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian adalah mengetahui
kondisi tempat penelitian dengan mengedepankan hal-hal yang berhubungan dengan aturanaturan K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Pengetahuan tentang K3 sangat penting
karena akan menunjang proses pengambilan data di lapangan sesuai dengan jadwal yang
dalam melakukan pemuatan lapisan tanah penutup kea lat angkut perlu diketahui waktu edar
alat muat tersebut. Adapun waktu edar untuk alat muat adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan menggali isi bucket, dihitung dari bucket menyentuh tanah sampai
bucket tersebut penuh dan siap diangkat.
2. Waktu swing isi, dihitung mulai dari diangkatnya mangkuk dan membelokkan badan
siap untuk dumping.
3. Waktu dumping ( mengosongkan muatan ) dihitung mulai mangkuk mencurahkan
muatannya ke dalam alat angkut sampai material tersebut habis.
4. Waktu swing kosong, dihitung mulai dari saat bucket kosong dan putar kembali untuk
mengambil kembali posisi dan siap menggali.
Data pengamatan cycle time alat angkut dilakukan pada saat mengisi, mengangkut,
maneuver isi, menumpah, kembali kosong, dan maneuver kosong adalah sebagai berikut :
Pekerjaan
: Memuat
Density insitu
: 1,92 ton/m3
Density loose
: 1,6 ton/m3
Kapasitas muatan
: I,69 ton/m3
Fill factor
: 100 %
Kapasitas bucket
: 0,8 m3
Efisiensi kerja
: 80,6 %
Waktu isi
: 4,693 detik
Waktu swing isi
: 3,564 detik
Waktu menumpah
: 3,290 detik
Waktu swing kosong
: 3,835 detik
Total cycle time
: 15,383 detik
Gbr
Alat Muat Excavator
Hasil perhitungan rata-rata cycle time alat muat terlampir ( lampiran 4 )
b. Cycle Time Alat Angkut
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Mengangkut
79,6 %
100 %
21 ton
1,92 ton/m3
1,6 ton/m3
205,820 detik
392,368 detik
33,029 detik
13,001 detik
335,087 detik
27,127 detik
1006,432 detik
Gbr
Alat angkut
Hasil perhitungan rata-rata cycle time alat muat terlampir ( lampiran 2 )
4.4.3.
Cycle Time Alat Gusur
Pengamatan cycle time alat gusur dilakukan pada saat alat maju, mendorong, dan
mundur adalah sebagai berikut :
Pekerjaan
Density insitu
Kapasitas blade
Fill factor
Efisiensi kerja
Waktu maju
Waktu mundur
Total cycle time alat gusur
: Menggusur
: 1,92 ton/m3
: 6,8 ton
: 100 %
: 80,6 %
: 25,581 detik
: 19,103 detik
: 44,683 detik
Gbr
Alat gusur
Perhitungan cycle time alat gusur terlampir ( lampiran 6 )
: 2 buah
: 1 buah
Jumlah pengisian
: 12 kali
PD
x 60 menit/jam
= 1933,62 ton/hari
79, 6 x 7,99 m3
16,773 menit
x 60 menit/jam
Berdasarkan persamaan ( 3:6 ) maka diperoleh kemampuan produksi alat angkut adalah
sebagai berikut :
PD =
x 60 menit / jam
Untuk mengetahui berapa jumlah backhoe yang digunakan untuk mencapai target produksi
secara matematis dirumuskan pada persamaan ( 3:7 )
Jumlah backhoe
4.4.2.
500 ton/hari
291,2 ton/hari
= 0,25
1 unit
4.4.3.
= 1,71
2 unit
500 ton/hari
2807,736 ton /hari
0,17
1 unit
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
bekerja secara efektif dan efisien. Pencapaian target produksi merupakan suatu hal yang harus
dicapai oleh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan produksi dan kemajuan perusahaan
dalam mengolah bahan galian untuk menghasilkan prodak bermutu agar dapat bersaing
dengan industri-industri yang lain sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Hal yang
harus dilakukan sebelum melakukan suatu pekerjaan adalah dengan menganalisis kondisi
tempat kerja ( Job Analisis ) antara lain :
1. Sarana Pengangkutan
Cara pengangkutan yang dipakai sangat penting diperhatikan untuk mengangkut alat-alat
mekanis dan logistic ke tempat kerja denagn beberapa pertimbangan antara lain :
a. Tempat kerja dilalui atau dekat jalan umum yang sudah ada
b. Tempat tersebut dekat jalur kereta atau sungai
c. Tempat itu dekat dengan lapangan terbang
d. Belum ada jalan umum sehingga perlu dibuatkan jalan baru yang terdekat
2. Vegetasi
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu diteliti apakah
terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa, pohon-pohon besar yang kuat akarnya,
sehingga dapat ditetapkan alat-alat apa yang perlu dipakai, berapa jumlahnya, berapa
ukurannya, bagaimana cara membersihkannya, dan berapa pula ongkosnya.
3. Macam Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan mineralogy
yang berbeda-beda. Oleh sebab itu macam-macam material yang terdapat di suatu daerah
harus dicatat dengan tepat macam-macamnya. Pada dasarnya pemindahan tanah merupakan
suatu pekerjaan untuk meratakan suatu daerah, maka sebaiknya volume penggalian sama
dengan volume penimbunan. Tetapi kebanyakan tanah atau batuan akan bertambah
volumenya kira-kira 30 % kalau digali, dan akan berkurang kira-kira 10 % jika sudah
dipadatkan kembali ke tempat lain. Selain itu sifat-sifat tanah juga perlu diperhatikan apakah
kering atau basah, lengket atau tidak, keras atau lunak, sifat-sifat tersebut akan
mempengaruhi hasil kerja alat yang dipakai dan lamanya pekerjaan harus dilakukan. Tanah
atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak ( ripped ), digali ( dug ), atau dikupas
( stripped ). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis.
Nilai kekerasan tanah atau batuan biasnya diukur dengan menggunakan ripper meter atau
seismic test meter dengan satuen m/det, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan
gelombang seismic pada batuan. Tanah yang banyak mengandung humus dan subur harus
dipisahkan, sehingga dikemudian hari dapat digunakan untuk menutupi tempat penimbunan
atau reklamasi.
4. Daya Dukung Material (Bearing Capasity)
Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung alat alat yang ada
diatasnya, apabila suatu alat berada diatas tanah atau batuan, maka alat tersebut akan
memberikan daya tekan sedangkan tanah atau batuan akan memberikan reaksi perlawanan
yang disebut daya dukung (Loading Capasity). Bila daya tekan lebih besar dari pada daya
dukung tanah tersebut dapat diketahui dengan cara pengukuran langsung dilapangan dengan
menggunakan cone penetrometer.
5.
Iklim (Climate)
Secara umum Indonesia hanya dikenal dua musim yaitu musim yaitu musim kering.
Salah satu hal yang dapat mengurangi tingkat produksi adalah pada saat musim hujan.
Kondisi ini akan membuat tempat kerja tidak dapat bekerja dengan baik sehingga perlu
dibuatkan sistem drainage, sebaliknya pada musim kemarau akan menimbulkan polusi udara,
seperti debu tambang yang sulit untuk dihindari.
5. Ketinggian Dari Permukaan Air Laut
Factor ketinggian dari permukaan air laut dapat mempengaruhi kemampuan mesin-mesin
yang dipakai karena kerapatan udaranya yang rendah.
6. Kemiringan, Jarak Dan Kecepatan
Keadaan jalan yang akan dilalui sangat mempengaruhi daya angkut alat angkut yang
digunakan. Apabila jalur-jalur jalan baik kapasitas angkut besar karena alat-alat angkut dapat
bergerak lebih cepat. Kemiringan dan jarak harus diukur dengan teliti karena hal ini akan
menentukan waktu yang diperlukan untuk pengangkutan material tersebut. Ketidaktelitian
dalam menentukan kemiringan, jarak dan kondisi jalan ( lebar dan kekuatannya ) akan
menurunkan jumlah material yang dapat diangkut dan menambah ongkos pengangkutan.
7. Efisiensi Kerja
Operator atau mesin tidak mungkun selamanya bekerja 60 menit dalam sejam, karena
hambata-hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya menunggu alat, pemeliharaan dan
pelumasan mesin. In perlu dibedakan dari hambatan-hambatan karena kerusakan alat atau
pengaruh iklim.
89