Professional Documents
Culture Documents
PEDAHULUAN
produksi
yang
seminim
mungkin
serta
ramah
lingkungan.
tamunya yang kedua dengan piring emas dan perak. Pada tahun 1886,
Charles Martin Hall dari Amerika Serikat (1863-1914) dan Paul L.T.
Hroult dari Perancis (1863-1914) menemukan proses elektrolisis yang
sampai sekarang membuat produksi aluminium ekonomis.
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui proses pengolahan timah.
1.3.2. Untuk mengetahui proses pengolahan aluminium.
1.3.3. Untuk mengetahui kegunaan dari timah.
1.3.4. Untuk mengetahui kegunaan dari aluminium.
BAB II
PEMBAHASAN
frankeit, kanfieldit dan tealit (Carlin, 2008). Mula jadi timah di daerah jalur
timah yang membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan
sekitarnya diawali dengan adanya intrusi granit yang berumur 222 juta
tahun pada Trias Atas. Magma bersifat asam mengandung gas SnF4, melalui
proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan,
dimana terbentuk reaksi: SnF4 + H2O SnO2 + HF2 (Pamungkas, 2006).
Cebakan bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb,
Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik terbentuknya timah 100 - 1000 km.
Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi mineralisasi timah putih, yaitu
stanniferous pegmatites, kuarsa-kasiterit dan sulfida-kasiterit (Taylor, 1979).
Urat kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisen terbentuk pada batuan
beku granitik plutonik, secara gradual terbentuk stanniferous pegmatites
yang ke arah dangkal terbentuk urat kuarsa-kasiterit dan greisen (Taylor,
1979). Urat berbentuk tabular atau tubuh bijih berbentuk lembaran mengisi
rekahan atau celah (Strong, 1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen
merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk sumber daya timah
putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga BangkaBelitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan Central Belt di Malaysia
dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit,
kalkopirit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih
dalam bentuk cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah
primer dan sekunder. Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat
pada urat maupun dalam bentuk tersebar. Proses oksidasi dan pengaruh
sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer pada atau dekat
permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer. Proses
tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih, baik
dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn. Proses pelapukan,
erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan bijih timah
putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada
tanah residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial
sungai maupun aluvial lepas pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan
timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat
(termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder
berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang
kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara
selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan
alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada
umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite
(Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan
dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada
tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di
bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui
pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka
terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan
samping.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah
SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah
yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral
kompleks
antara
tembaga-besi-timah-belerang
dan
cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besiantimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan
dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki
kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm,
dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi
membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut,
sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti
pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah
diperoleh
dari
alluvial/alluvium
atau
istilahnya
deposit
sekunder.
berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan
bersifat sebagai konduktor.
6. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic
seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut
dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
7. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)
cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan
Sn dalam HCl pekat panas.
8.
menjadi
abu-abu.
Perubahan
ini
disebabkan
ketidakmurnian
Pengolahan Timah
2.2.1.
Penambangan
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan cara semprot. Banyak juga penambangan dalam sekala kecil terdiri
dari satu atau dua orang, menggunakan peralatan sangat sederhana berupa
sekop, saringan dan dulang, seperti penambangan oleh masyarakat di lepas
pantai menggunakan sekop dengan panjang sekitar 2,5 meter, dan dilakukan
pada saat air laut surut. Penambangan banyak dilakukan pada wilayah bekas
tambang dan sekitarnya. Bahkan tailing yang semula dianggap sudah tidak
ekonomis, kembali diolah untuk dimanfaatkan kandungan timah putihnya.
Penambangan oleh masyarakat di lepas pantai selain menggunakan peralatan
manual sederhana, menggunakan juga pompa hisap dan perahu.
2.2.2
Pengolahan (Smelting)
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan
atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah
dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit
yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan
disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur,
proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam
timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang
dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 %
antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah
putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa
(Wassrij
10
b.
kadar
tersebut
adalah
mengamatinya
dengan
d. Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil
mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau
buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat
ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien
karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
e. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip
kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di
tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang
didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
f.
Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses
proses
pemisahan/klasifikasi
lanjutan
yakni:
klasifikasi
11
berdasarkan
ukuran
butir
dengan
screeningklasifikasi
yang
selanjutnya
dilakukan
proses
smelting,
kemagnetitanya
dengan
magnetic
separation
proses
peleburan,
misalnya
preparasi
12
Peleburan
tahap
II
yakni
peleburan
slag
sehingga
( Peleburan )
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam
tanur
tanur/refraktori.
dimasukkan
kedalam
float
untuk
dilakukan
13
j.
14
elektrolisis
elektrorefining
atau
dikenal
menggunakan
elektrorefining.
larutan
elektrolit
Proses
yang
15
16
17
korosi. Serta, aluminium dapat dengan mudah dan ekonomis didaur ulang
menjadi produk baru.
2.4.1 Sifat Alumunium
a. Alumunium punya sifat yang ajaib, ia punya densitas yang
rendah hanya sepertiga dari kepadatan atau densitas dari logam
baja. Densitas logam ini hanya 2,7 g/cm3 atau kalau
dikonversikan ke kg/m3 menjadi 2.700 kg/m3. Kepadatan yang
relatif kecil membuatnya ringan tapi sama sekali tidak
mengurangi kekuatannya.
b. Berbagai paduan logam alumunium memiliki kekuatan tarik
antara 70 hingga 700 mega pascal. Kekuatan yang sangat besar.
Sifat alumunium ini unik tidak seperti baja. Pada suhu rendah
baja akan cenderung rapuh tapi sebaliknya dengan alumunium.
Pada suhu rendah kekuatannya akan meninggkat dan pada suhu
tinggi malah menurun.
c. Jika dibandingkan dengan logam lain, alumunium punya
koefisien ekspansi linier yang relatif besar.
d. Bahan alumunium sangat aplikatif untuk berbagai jenis mesing
seperti tipe mesin drilling, potong, keprok, bending, dan
sebagainya.
e. Sifat konduktivitas panas dan listrik alumunium sangat baik. Luar
biasanya lagi konduktor dari alumunium beratnya hanya setengah
dari konduktor yang terbuat dari bahan tembaga.
f. Alumunium adalah reflektor cahaya tampak yang baik. Sifat
alumunium ini juga belaku untuk pemancaran panas.
g. Alumunium bereakasi dengan oksigen di udara membentuk
lapisan oksida tipis yang ampuh melindungi badan logam dari
korosi.
h. Alumunium adalah bahan nonmagnetik. Karena sifatnya ini maka
alumunium sering digunakan sebagai alat dalam perangkat X-ray
yang menggunkan magnet.
18
19
yang
kemudian
dipompa
melalui
serangkaian
filter
20
(aq)
+ H+ (aq) Al(OH)3
(s)
21
kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur Al2O3 (titik
lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran tersebut akan melebur
pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)
Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e
Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja
yang disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi
dengan karbon, yang bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik)
dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis,
dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di
dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang karbon
dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot
sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan
katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar
sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan
aluminium akan menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung
menuju cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing masing pot
dapat
menghasilkan
66.000-110.000
ton
aluminium
per
22
yang
sudah
terkumpul
ini
dipindahkan
ke
tungku
dengan
duralium.
Paduan
ini
dimaksudkan
untuk
23
merupakan
bahan
kabel
favorit
karena
bagus
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan
logam miskin keperakan, dapat ditempa (malleable), tidak mudah
teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy,
dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Proses Pengolahan Mineral Timah
Pengolahan tailing
Proses Pengeringan
Klasifikasi timah
Proses pre-smelting
Pyrorefining
Eutectic Refining
Electrolitic Refining
Pencetakan
25
26
DAFTAR PUSTAKA
http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/ Diakses 2 Januari 2015
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
Diakses 2 Januari 2015
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html Diakses 2 Januari 2015
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
Diakses 2 Januari 2015
http://www.chem-is-try.org/ Diakses 2 Januari 2015
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html Diakses 2 Januari 2015
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html Diakses 2
Januari 2015
https://dananglistiyanto.wordpress.com/2013/01/24/metode-pengolahan-timah/
Diakses 2 Januari 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium/ Diakses 2 Januari 2015
http://yarayaa.blogspot.com/2013/05/proses-pembuatan-aluminium.html
Diakses 2 Januari 2015
http://rumushitung.com/2014/09/09/sifat-aluminium-dan-kegunaannya/ Diakses
2 Januari 2015
27