Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
1. Cicik Kurniawati
2. Darwadi
3. Dasri Kirna Wati
4. Dewi Triana Saputri
5. Diana Maharani K.W
6. Dwi Lusiana Maya Sari
7. Eka Wahyu Ningsih
8. Erik Hermawan
9. Erviana Agustin
10. Fakih Ario David
( 13620828)
(13620829)
( 13620830)
( 13620831)
( 13620832)
( 13620833)
( 136208340
( 13620835)
( 13620836)
( 13620837)
Pembimbing:
Fatma Sayekti, S.Kep.Ns.,
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
NAPZA adalah kependekan dari Narkotika,Psikotropika Dan Zat Adiktif
Lainnya.
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan
atau
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undangundang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.
Menurut undang undang No.22 Tahun 1997 yang dimaksud dengan
narkotika yaitu:
1. Golongan opioid : heroin, morfin, madat dan lain-lain.
2. Golongan kanabis : ganja, hashish
3. Golongan koka : kokain, crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (etil alkohol)
Psikotropika menurut undang-undang nomor 5 tahun 1997 meliputi
: ecxtasy, shabu-shabu, isd. Obat penenang/ obat tidur, obat anti
kokin
Zat zat lain inhalan halusinogen : 9%
b. Demografi
Usia : 18- 25 tahun
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih
Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi
Daerah barat > timur
c. Kormobiditas
Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
Gangguan kepribadian atau autisosial
Depresi dan bunuh diri
2.3 Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dapat dibagi ke dalam tiga golongan yaitu:
A. Golongan Narkotika
1) Narkotika Golongan I :
ketergantungan.
Contoh
narkotika
golongan
rasa
sakit/analgesik.
Contohnya
yaitu
seperti
terganggu.Sedative
dan
hipnotika
seperti
barbiturat
dan
sand;
Golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti
anggur malaga;
Golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%)
seperti brandy, wine, whisky.
pintu
masuk
penyalahgunaan
NAPZA lain
yang
berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh.Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini
adalah :Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
yang
berbeda
sehingga
seluruh
perasaan
dapat
biologik,
Meliputi:
kecenderungan
keluarga,
terutama
pecandu
narkoba
adalah
remaja.
Alasan
remaja
tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada
tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi
anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan
ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan
anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang
harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat
lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat
dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang
berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan,
yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan
psikologis.
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat
disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Pengalaman feel
good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk
memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang
dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor
Ganja
1. eforia
2. mata merah
3. mulut kering
4. banyak
Sedative-hipnotik
1. pengendalian
diri berkurang
2. jalan
Alcohol
1. mata merah
2. bicara cadel
3. jalan
sempoyongan
4. perubahan
sempoyongan
3. mengantuk
4. memperpanjang
persepsi
tidur
5. penurunan
nafsu makan
5. hilang
kemampuan
meningkat
kesadaran
menilai
5. gangguan
persepsi
bicara
dan tertawa
Anfetamine
1. selalu
terdorong
untuk
bergerak
2. berkeringat
3. gemetar
4. cemas
5. depresi
6. paranoid
Ganja
jarang
ditemu
kan
Sedative-hipnotik
1. cemas
2. tangan gemetar
3. perubahan
persepsi
4. gangguan
daya ingat
5. tidak bisa tidur
Alcohol
1. cemas
2. depresi
3. muka merah
4. mudah marah
5. tangan
gemetar
6. mual muntah
7. tidak bisa
tidur
Anfetamin
1. cemas
2. depresi
3. kelelahan
4. energi
berkurang
5. kebutuhan
tidur
meningkat
1. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang
mengalami
gajala
putus
zat
tidak
diberi
obat
untuk
kemampuan
fungsional
seoptimal
mungkin.Tujuannya
baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan
dengan lingkungannya.
Bagan tipe rehabilitasi
Psikososial
Kejiwaan
Komunitas
Program rehabilitasi Dengan menjalani Berupa
psikososial
rehabilitasi
merupakan
diharapkan
persiapan
untuk klien
kembali
ke
terstruktur
Keagamaan
program Pendalaman,
yang penghayatan,
yang
menumbuhkan
Oleh maladaptif
karena
klien berubah
perlu
itu,
dilengkapi
adaptif
dan
yang
menjadi memenuhi
atau syarat
dinyatakan power)
(spiritual
pada
diri
seseorang
sebagai sehingga
mampu
keterampilan lain
misalnya
berbagai
atau
kata
sikap
koselor,
balai
risiko
setelah menekan
pelatihan.
terlibat
mungkin
kembali
hanya
klien
demikian
dengan
diharapkan
klien
menjalani
dilatih
sesama keterampilan
ibadah,
risiko
kekambuhan
hanya
bila rekannya maupun mengelola waktu dan 6,83%; bila kadangselesai personil
yang
perilakunya
rehabilitasi dapat
mengasuhnya
secara kadang
dalam
beribadah
risiko
kekambuhan
melanjutkan
kembali
mengatasi keinginan
sekolah/kuliah atau
bekerja
lagi
atau
sama
sekali
menjalankan
agama
risiko
(craving)
dan 71,6%.
mencegah relaps.
Rehabilitasi dalam hal ini yang akan dibahas adalah modalitas terapi
Therapeutic Community (TC) yang menggunakan pendekatan perubahan
perilaku. Therapeutic Community direkomendasikan bagi pasien yang sudah
mengalami masalah penggunaan NAPZA dalam waktu lama dan berulang
kali kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinen atau bebas dari
NAPZA. TC dapat digambarkan sebagai model yang cocok atau sesuai
dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
dukungan lain yang bermakna dalam mempertahankan kondisi bebas NAPZA
atau abstinen.
2.8 Pencegahan Kekambuhan
Kambuh merupakan pengalaman yang sering terjadi dalam proses pemulihan
pasien gangguan penggunaan NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Program 12 Langkah
Fokus dari Program 12 Langkah adalah penerapan langkah-langkah itu
dalam kehidupan sehari-hari.Disinilah penggunaan istilah falsafah menjadi
lebih relevan, karena langkah-langkah ini menjadi panduan untuk
menjalani
kehidupan
sebagai
seorang
pecandu
yang
ingin
pecandu
untuk
diamalkan
ketika
menjalani
kehidupan
yang
dapat
mempercepat
penyembuhan
pasien,sehingga
serta
memberikan
dukungan
dalam
bentuk
perhatian.
2. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan dari luar.
Misalnya, seorang penyalahguna NAPZA dibawa untuk mengikuti program
rehabilitasi oleh keluarga. Peran keluarga dan tempat penyelenggara program
rehabilitasi menjadi kekuatan utama penderita (korban) keluar dari problem yang
dihadapi.
Disini keluarga menjadi bagian dari kekuatan motif ekstrinsik.Keluarga
memberikan rangsangan, dorongan, dan dukungan serta mempunyai pengaruh
terhadap perubahan-perubahan perikaku yang positif pada diri korban
penyalahgunaan NAPZA. Sentuhan hangat keluarga seperti: perhatian, kasih
sayang dan empati merupakan bentuk rangsangan atau motivasi yang
membuat korban penyalahgunaan NAPZA dapat berubah menjadi lebih baik
dengan mulai rasa kesadaran untuk tidak mengkonsumsi NAPZA lagi dan
dapat kembali menjalani hidup sehat.
.11 Peran Perawat Komunitas ( CMHN) Dalam Penanggulangan NAPZA
Peran perawat didefinisikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh
seseorang terhadap oraang lain, dalam hal ini perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien , sebagai peendidik
tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan klien,
kolaborasi dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat,
konsultasi pada tenga kerja dan klien, agent of change dari sistem,
metodologi, serta sikap (CHS,1989).
Masalah penanggulangan NAPZA merupakan masallah global dan
memerlukan
partisipasi
aktif
seluruh
komponen
bangsa
dalam
memberikan
pelayanan
pengobatab
atau
pemberian
psikiatri,
pendidikan
keesehatan
tentang
NAPZA
dan
UU
narkotika
yang
berlaku.
Disinilah
peran
perawat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Desa X Rt:05/Rw:02 di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto,
Kabupaten Kediri dengan jumlah penduduk 500 orang dan jumlah remaja di
desa itu berjumlah 250 orang. Mayoritas remajanyapernahmenyalahgunakan
narkoba. Berdasarkan data yang kami dapat dari BNN (Badan Narkotika
Nasional) di desa sukorame tersebut kami mendapatkan hasil bahwa sejumlah
60% pengguna narkotika dengn jenis sabu-sabu, heroin, ganja, cimeng dll pada
tahun 2010- 2015, dan kemungkinan meningkat dilihat dari kebiasaan remaja
dengan aksesyang mudah untuk mendapatkan narkotikatersebut.
Warga mengatakan bahwa mereka sering melihat remaja keluar dari sebuah
rumah dengan keadaan kacau diantaranya jalan sempoyongan, wajah berkeringat
dan pucat, mata cekung dan merah, bicara cedal.Saat dilakukan bersih desa, warga
menemukan banyak botol-botol miras, pil-pil ekstasi, jarum suntik di beberapa
titik yang ada di desa tersebut. Data dari polsek setempat, ditemukan ladang ganja
disalah satu perkebunan milik warga di desa X.Pihak warga maupun polisi
setempat menemukan korban kecelakaan di area tikungan,Data dari polsek juga
menunjukkan bahwa tindak kejahatan terutamanya pemalakan atau pemerasan
dilakukan oleh remaja. Warga juga mengatakan bahwa remaja sering memaksa-
maksa minta uang pada sembarang orang dan mereka akan marah jika tidak
diberikan. Mereka juga tak segan memukul jika keinginan mereka tak segera
dituruti.Banyak orang tua yang mengatakan,uang yang diberikan pada anakmya
seharusnya digunakan untuk membayar sekolah disalahgunakan untuk membeli
narkoba.
rokok
ketergantungan
dan
minuman
obat
sekitar
keras.
60%
Data
dari
remaja
total
yang
jumlah
remaja..Kebanyakan
kedua
orang
tua
tidak
memperhatikan
keluarga
sehari-hari
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan kesehatan
menganggur
4. Keamanan dan Transportasi
Di desa X sudah ada Poskampling.Remaja menggunakan sepeda
motor untuk beraktivitas. Para warga bersama dengan polisi sering
melakukan razia. Dalam razia tersebut ditemukan remaja yang
minum minuman keras, menggunakan narkoba, dan jarum suntik.
5. Politik dan Pemerintahan
Remaja tidak ada yang ikut serta dalam ormas. Remaja sulit untuk
dikumpulkan atau tidak pernah mengikuti kegiatan Karang Taruna
6. Komunikasi
Tidak adanya tempat berkumpul untuk remaja dalam bertukar
informasi.
Alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, koran,
pengajian.
Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat desa
X
7. Pendidikan
Remaja banyak yang putus sekolah.
8. Rekreasi
Remaja memiliki kebiasaan untuk nongkrong bersama-sama dan
sering pergi ke warnet. Terbukti dengan banyaknya warnet-warnet
yang tersedia di desa X ini
B. Analisa Data
No.
1
Analisa data
Ds : warga mengatakan
Masalah
Resiko peningkatan
keadaanyang kacau
sepertiremaja jalannya
remaja
sempoyongan, wajah
berkeringat, mata cekung
dan merah, bicara cedal
Do :
2010- 2011.
Data dari Polsek
setempat ladang ganja
disalah satu
perkebunan milik
warga.
Saat bersih desa
sering ditemukan
botol-botol miras, pil
ekstasi dan jarum
suntik di beberapa
titik desa
2.
DO:
Ditemukan botolmiras
DS:
Tokoh
masyarakat/warga
banyak
di
remaja
organisasi
masyarakat
atau
karang
terjadi pemalakan
DS:
NAPZA
diantaranya jalan
sempoyongan.
DO:
Pihak warga maupun polisi
setempat menemukan korban
kecelakaan di area tikungan,
setelah di periksa ternyata ada
pengaruh obat NAPZA
1: Rendah
2 :sedang
3 :Tinggi
positif
jika
diatasi :
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
kualitas
hidup bila
diatasi:
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : Tinggi
Resiko
peningkatan
3
penyalahguna
an NAPZA
Resiko
peningkatan
kenakalan
3
remaja pada
remaja
Resiko
tinggi
cedera
pada
remaja
RencanaAsuhanKeperawatanKomunitas
No
1.
Dx.Kep.
Komunitas
Resiko
Setelah
peningkatan
tindakan
penyalahgunaan
NAPZA
Tujuan
Strategi
dilakukan - Partnership
- Proses
keperawatan
kurang
kondusifnya
lingkungan remaja
Kelompok
- Pendidikan
Kesehatan
- Empowerment
RencanaKegiatan
Intervensi
Pencegahan primer
Evaluasi
KriteriaHasil
Evaluator
80%
remaja Mahasiswa
mendapat
undangan
narkoba
2. Berikan
penyuluhan
bimbingan
atau
untuk
taat
FIK-UNIK
depan
RT
masyarakat
3. Salurkan kegiatan masyarakat 70% remaja dan
terutama generasi muda yang
50%
pokjakes
tokoh masyarakat
lain-lain
4. Lakukan kerja sama dengan
ataupun
komunitas
tertentu
kader
di
an
penyuluhan
diberi pertanyaan
untuk
mengembangkan
program
pencegahan
menekankan
pada
yang
aspek
pendidikan ( edukasi
5. Anjurkan pada keluarga untuk
meningkatkan support system
dan
memberi
terhadap
dukungan
anak-anak
serta
Pencegahan Sekunder
1. Bentuklah hubungan dengan
pemakai dan coba tingkatkan
kesadaran
akan
pemakaian zat
2. Munculkan
alasan
berubah
3. Perkuat
akibat
untuk
efikasi/kemampuan
dapat menjawab
denganbenar
assessment)
terhadap
pemakai
5. Anjurkan
untuk
pasien
untuk
cara
beberapa
pada
pemakai
mengembangkan
strategi
selalu
hidup
mencegah kekambuhan
3. Persiapkan pemakai terlebih
dulu untuk memahai tahapan
kambuh
4. Gambarkan
apa
penyebab
lalu
terapkan
tinggal
menerima kembali
agar
bisa
2.
remaja
di tindakan
dilakukan - Partnership
- Proses
selama 5 minggu
dengan
diharapkan :
Kelompok
- Pendidikan
mendapat
undangan
remaja Mahasiswa
FIK-UNIK
peningkatan
penyalahgunaan
3. Berikan
NAPZA
Kesehatan
- Empowerment
tentang
materi
penyuluhan
:Tumbuh kembang
masing-masing
RT
NAPZA
alkohol,
I
misalnya
mendapat
diasosiasikan
undangan
remaja Mahasiswa
dengan
FIK-UNIK
mual/muntah,
takhikardi,
hipertensi);
tahap
halusinogen;
tingkat
masing-masing
RT
autonomik
berlebihan
kekacauan
mental
dengan
berat,
gtaruna, dengankaderremaja
yang
sudahdilatihuntukmenyalur
kanhobiataumengisiwaktulu
ang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah.Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit.Peran perawat
mempengaruhi pada keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang
diharapkan dalam perawatan.Dimana asuhan keperawatan pada pasien
penyalahgunaan NAPZA ditekankan pada aspek psikososial, kejiwaan,
komunitas dan keagamaan. Peran keluarga dan lingkungan juga sangat
diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan pasien penyalahgunaan
NAPZA. Kebanyakan dari pengguna menjadikan NAPZA sebagai pelarian
atau pemecahan suatu masalah.
3.2 SARAN
Upaya mencegah kekambuhan klien dengan penyalahgunaan
NAPZA sangat tergantung dari motivasi internal dari klien itu sendiri untuk
terlepas dari kecanduan. Tidak kalah penting dari hal itu juga peran serta orang
terdekat untuk senantiasa memberi dukungan dan memberikan pengawasan
kepada penderita.
Daftar Pustaka
Narkoba
dan
Musuhi
Penyalahgunaannya.Jakarta:Esensi
Purba, Jenny Marlindawani. Et al. 2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.Medan : USU Press
Stuart, Gail W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3rd ed. Jakarta : EGC
Winarno, Heri. Et al. 2008.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Jarum Suntik Bergantian Diantara Pengguna Napza Suntik di Semarang Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia.vol 3 no.2
Wresniwiro. (1999). Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika.
http://usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien
%20dengan%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan
%20Jiwa_Normal_bab%201.pdf. diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 14:00
WIB