Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi
Airway Disorder in Maxillofacial Trauma
Airway Management
10
13
Temen-Temen,
Temen, ayo pada beli donat atau
apapun yg dijual temen-temen
temen temen danus angkatan
di RK ya, buat tambah-tambah
tambah tambah duit angkatan ni, hohoho
Intra
sel
Aktivasi Sel
Na
Mengembali
kan
keseimbang
an ion
Arah
Ekstra
sel
Keterangan
Na
Difusi
Melalui pompa
Na-K yg terbuka
jika berikatan
dengan ATP.
Bismillahirrahmaanirrahiim...
cedera
Terapi:
- Oxygenation.
- Needle Decompression immediately for tension
pneumothorax
- WSD ( Water Seal Drainage ) for pneumothorax
- Multiple incision/ punction for subcutan emphysema.
- Mediastinal drainage for mediastinal emphysema.
- Repair for tracheal / bronchial rupture
trakheostomy
pipe
3. Assesment
Lihat pergerakan dinding dada.
Palpasi dada
Auskultasi dada
Sekedar mengingatkan bahwa setiap terapi/tindakan
pasti ada alasannya (clinical reasoning) yang menjadi
dasar/prinsip dari dilakukannya tindakan tsb.
Cervical spondylolitis
Cancer esophageal
Estrogen replacement
Monocytic angina
Reaksi alergi
Bagaimana kita membantu korban?
Apabila kita menemukan korban dengan choking di
tempat umum (diluar tempat pertolongan medis), maka
prinsipnya adalah JANGAN BUANG WAKTU. Segera
dudukkan atau berdirikan korban dan berikan 5 pukulan ke
punggung, yaitu antara 2 scapula dengan pukulan dengan
pangkal pergelangan tangan, untuk memicu reflex batuknya
dan membuat benda asing keluar segera. Apabila masih
gagal, lakukan hemlich maneuver, yaitu 5 kali penekanan
abdominal dengan tangan dan sendi. Jika masih gagal lagi,
dan pasien tidak sadarkan, buka mulut, dan buang segala
benda asing yang terlihat, bila gagal lagi, lakukan
crichothyroidostomy dengan memakai bahan apa adanya
seperti sedotan atau bolpoin yang ditusukkan pada cartilage
cricoid (dibawah cartilage thyroid).
Berikut perhatikan gambar teknik backblow, hemlich
maneuver dan abdominal trust.
KERACUNAN
Keracunan mempunyai prevalensi dan insidensi tinggi
di Indonesia. Pada pasien keracunan dapat didapati kondisi
: drowniness, coma, tachycardia, flushing (memerah),
hiperventilasi. Apabila terjadi kondisi seperti ini bahkan
disertai dengan pasien tidak sadarkan diri, maka segera
lakukan pertolongan :
Jaga airway
Butuh bantuan ventilator
Lihat penyebab kecarunan dari muntahannya, bau di
nafasnya dan diameter pupilnya. Seseorang dengan
keracunan organofosfat maka pupil cenderung dilatasi,
sedangkan orang dengan keracunan opiate dan
bicarbonate maka pupil cenderung kontriksi.
SUCTION CATHETER
Seperti pada prosedur neonatal resuscitation, cateter yang
digunakan juga harus
disesuaikan
dengan
ukuran pasien.
Komplikasinya :
Hipoksia & bradycardi
(vagal reflex)
RESUSITATION MASK
Merupakan mask
biasa transparan yang
dipasang dari mandibular
melingkupi dari nares dan
tidak boleh menekan mata.
Masknya dibuat transparan
karena apabila pasien
mengalami muntah, maka
dengan mudah kita dapat mendeteksinya, sehingga dapat
dilakukan pertolongan segera.
Untuk penggunaan mask resuscitator, yaitu bila
anak-anak, dengan usia dibawah 5 tahun (termasuk bayi),
maka jempol dan jari kedua tangan kiri penolong menekan
mask dan jari ketiga membuat dagu pasien posisi head tilt
position. Sedangkan pada anak yang besar, jempol dan dari
kedua penolong menekan mask, ketika jari ke 3,4,5
membuat dagu posisi jaw thrust dan leher terekstensi.
Perhatikan gambar dibawah ini :
LARYNGOSCOPE
Sudah familiar ya, dengan tipe plain blade (Miller)
dan bent blade (Machintos). Laryngoscope digunakan untuk
melihat dan mempermudah akses ke trachea dalam
pemasangan alat bantu nafas. Dapat mempermudah karena
dapat untuk melihat rima vocalis.
>TEKNIK INTUBASI<
Dalam melakukan intubasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.Yaitu aseptic, persiapan alat-alat dan
dipastikan berfungsi dengan baik serta oksigenasinya
dengan masked-balloon.
1. Pertama masukkan laryngoscope pada sudut kanan
dari mulut, lalu buat mulut, trachea dan pharyng
dalam satu garis lurus. Apabila pada pasien dengan
kondisi injury pd kepala dan leher, jangan lupa untuk
stabilissasi sebagai langkah pertama jika diperlukan.
2. Kedua, tekan cartilage cricoid (sellick menouver) untuk
melihat glottisnya.
3. Ketiga, masukkan laryngoscope blade kosongan
sampai kebawah epiglottis dan move upward. Pastikan
terpasang dibawah valecula glossoepiglotika lalu move
backward.
4. Keempat, coba untuk liha epiglottis, cavitas
infraglotidis dan plica vocalis. Lalu masukkan
Endotracheal tube sampai plica vocalis, lalu
sambungkan ET dengan resuscitator dan ventilator
dimana maksimal kita melakukannya dalam 30 detik.
Jika posisi ET sudah benar segera fiksasi. Tanda dari
benarnya posisi ET adalah : simetris dari pergerakan
dada, nafas sama 2 sisi, menaikkan frekuensi denyut
jantung, warna kulit dan perfusi, dapat mengakses
untuk melihat plica vocalis.
5. Kelima, fiksasi ET, lalu catat batas ET, dan segera
auskultasi untuk konfirmasi dan lalukan foto roentgen.
Jangan rekatkan ET di mandibular, takut lepas.
KOMPLIKASI INTUBASI
Aspirasi
Bradikardi
Pneumotoraks
Hipoksia
Ventilation Mode :
Volume mode
Pressure mode
High Frequency
->>khollash<<-
Airway Management
Dr.Djayanti Sari, MKes, SpAn
Rhama P. B.
Terutup lidah
Benda asing
Cedera lansung
Bronchospasme
Cedera langsung
Oke, jika kita dihadapkan dalam suasana darurat,
Di ruang emergency, manajemen jalan nafas dapat
tidak boleh mikir diagnosis lama-lama, karena kondisi
dilakukan dengan peralatan sebagai berikut:
hipoksia dapat membunuh pasien dengan cepat. Maka dari
Oro/naso pharyngeal airway
itu, kita perlu melakukan airway management. Cara paling
Endotracheal intubation
simpel adalah dengan membuka jalan nafas. Nah, gimana
Laryngeal mask airway (LMA)
caranya? Jika kita tidak mempunyai peralatan khusus, ada
Sip.. kita bahas satu per satu yukk..
teknik head tilt, chin lift, dan jaw thrust.
10
A. Oropharyngeal airway
Adalah tabung melengkung terbuat dari plastik, pipih, dan melebar di bagian
mulut. alat ini diletakkan di atas lidah sehingga menc
mencegah
egah lidah jatuh menutup
faring.
Sebelum dipasang, dokter harus memilih ukuran yang tepat. Jika yang dipasang
ukurannya terlalu pendek tidak bisa menahan lidah sehingga pangkal lidah bisa
jatuh ke faring. Jika yang dipasang ukurannya terlalu panjang, ujun
ujungg orofaringeal
airway malah menempel ke epiglotis, udara tidak akan bisa lewat. Maka dari itu,
ukurannya harus pas. Cara mengukurnya yaitu dengan membandingkan panjang
jalan nafas dari ujung mulut sampai dengan angulus mandibularis.
Prosedurnya adalah
asien posisi supine dengan kepala ekstensi
- pasien
- alat disisipkan ke bawah sepanjang palatum durum (ujung bawah
oropharyngeal airway menghadap palatum, bukan lidah)
- diputar 180 derajat (sehingga ujung bawah oropharyngeal airway bisa masuk
ke faring)
- dimasukkan
kan lagi sampai flange tepat di depan gigi atau gusi.
B. Nasopharyngeal airway
C.
Endotracheal intubation
Indikasi
1.untuk pemberian ventilasi
tekanan positif
2.menjaga jalan nafas tetap paten
3.menghindari resiko aspirasi
Prosedur
1. Laringoskop dipegang
2. Melakukan tekanan pada cricoid (Sellick Manuver)
Caranya adalah kita cari tau dulu yang mana sih cricoid itu. Kartilago
cricoid adalah satu satunya cincin yang melingkari laring. Nah, kalau udah
nemu, cricoid itu ditekan pakai ibu jari dan telunjuk, tangan yang lain di
belakang leher untuk menstabilkannya. Manuver ini menyebabkan cincin
posterior
erior mendesak ke belakang yaitu menjepit esofagus. Regurgitasi pasif
dapat dicegah karena esofagus terjepit oleh cincin cricoid dari depan, dan Vertebra Cervical 7 dari belakang.
3. Mulut dibuka
4. Laringscope blade dimasukkan untuk mengontrol lidah, disingkirkan
disingkirkan sampai terlihat epiglotis
5. Laringoskop ditempatkan pada posisi yang sesuai
- laringoskop dengan blade melengkung diletakkan pada valecula
- laringoskop dengan blade lurus diletakkan di bawah epiglotis
6. Pangkal lidah diangkat sehingga glotis terbuka
te
7. endotracheal tube dimasukkan dengan penglihatan langsung
8. stilet dan laringoskop dilepaskan, lalu cuff dikembangkan
9. mengevaluasi posisi tube, suara nafas, dan deteksi CO2
10. endotracheal tube distabilkan dengan plester
11
1. hipoxia
- Hal ini terjadi jika terjadi kesalahan saat memasukkan ET, malah masuk esofagus.
- Atau bisa juga intubasi terpasang dengan baik, namun tidak mampu untuk melakukan ventlasi.
- Hipoksia juga terjadi jika karena prosedur ini memicu muntah
muntah atau regurgitasi, sehingga aspirasi ke jalan nafas.
2. Trauma: bibir, gigi, lidah, faring, laring, hidung, nasofaring bisa bengkak atau berdarah
3. Aktivitas reflex
- hipertensi dan dysrhytmia
- vomiting
- spasme laring
D. Supraglotic Airway
Terdapat 3 jenis alat untuk perbaikan jalan nafas atas (supraglotic), yaitu: LMA, Laryngeal tube, dan Combitube.
1. LMA (Laryngeal Mask Airway)
Terdiri dari masker yang diletakkan pada pembukaan laring.
Keuntungannya adalah
tidak mengganggu waja
wajah pasien
tidak perlu menahan selang pada posisinya
mengurangi resiko aspirasi (meskipun sebenernya bisa bisa aja sih)
Bisa digunakan untuk melakukan prosedur ventilasi tekanan positif,
namun tekanannya jangan terlalu tinggi
Indikasi
1. Prosedur anestesi rut
rutin
2. Kondisi intubasi dan ventilasi sulit. Sangat berguna pada prosedur CPR
jika susah dilakukan intubasi trakea
3. Kondisi darurat / resusitasi pasien tidak sadar, reflek laring dan
glosofaringeal negatif dan tidak memungkinkan intubasi
Kontaindikasi
a. Pasien tidak puasa
b. Pasien mengalami gangguan pengosongan lambung, obstruksi saluran
cerna
c. Penurunan compliance paru
d. Prosedur dengan posisi prone
E.
2. Laryngeal tube
3. Combitube
Needle Cricotyroidotomy
1.
2.
3.
4.
12
F.
Surgical cricothyroidotomy
Well setelah tau apa aja peralatan yang bisa digunakan, apa indikasinya, apa kontraindikasinya, kita bisa lebih mudah
untuk memilih bagaimana alur manajemen yang mau kita lakukan. Mungkin ada kasus obstruksi jalan nafa
nafas,
s, dicoba ditolong
pakai ET gak bisa, padahal kita harus segera meresusitasi, trus gimana dunkz...
Nah, untuk alur manajemen jalan nafas nya bisa kita lihat di algoritmanya ini nihhh:
13
CRYSTALLOID
Larutan ini memiliki komposisi seperti ECF (Extra Cell
Fluid)
Larutan crystalloid merupakan larutan aqueous dengan
low molecular-weight ion (garam) dengan atau tanpa
glukosa. Cairan jernih yg dibuat dari air dan larutan
elektrolit.
Larutan ini bisa melewati membrane semi-permeable,
sehingga sebagian akan masuk ke cairan ekstrasel.
Memilki waktu paruh 20-30 menit.
Crystalloid dipakai pada resusitasi cairan pada pasien
hemorrhagic atau septic shock, burn trauma, head injury
(jaga tekanan perfusi otak), serta pada pasien yang akan
melakukan plasmapharesis atau reseksi hepar.
Contoh: Normal saline; Hypotonic saline; Hypertonic
saline; Dextrose; Ringers Lactate; Hartmanns.
COLLOID
Larutan colloid mengandung partikel yang tidak melewati
membrane semi-permeable (misal membrane kapiler)
Aktifitas osmotic dari substansi dgn berat molekul tinggi
pada larutan koloid akan menjaga larutan ini tetap di
Advantage
Colloid
Lebih tahan lama di intravascular (1/3 volume masih bertahan di
intravascular setelah 24jam administrasi)
Menjaga atau tekanan onkotik plasma
Membutuhkan volume yg lebih sedikit (daripada crystalloid)
untuk mencapai efek yg sama
Dapat menurunkan tekanan intracranial
Resiko edema perifer rendah (karena larutan ini tertahan di
intravascular)
14
Crystalloid
Mengencerkan osmotic colloid (jadi
gampang terjadi ekstravasasi cairan)
Menginduksi edema perifer
Resiko tinggi edema pulmo
Disadvantages
Colloid
Mahal
Menginduksi coagulopathy (Dextrans dan Helastrach)
Jika terjadi kebocoran kapiler sangan berpotensi terjadi
kehilangan cairan ke interstitial
Impairs subsequent cross matching of bool (Dextrans)
Mengencerkanfaktor pembekuan darah dan platelet,
penempelan platelet (absorption on to platelet membrane
receptor)
Berpotensi terjadi hambatan di tubulus renalis dan di sel
retikuloendothelial heoar.
Mungkin terjadi reaksi anaphylactic (Dextrans)
Digital Vessels
Sepanjang aspek lateral jari, infiltrasi mudah, nyeri
banget, susah diimmobilisasi, jadi pilihan terakhir deh.
Metacarpal Vessels
Berada di antara aendi dan tulang metacarpal. Terbentuk
dari penyatuan digital vein. Area ini sering tidak berhasil
pada geriatric.karena jaringan ikat dan lemaknya sedikit
dan skin turgornya rendah.
Cephalic (Interns Vein)
Dimulai dari aspek radial pergelangan tangan. Hati-hati
terhadap arteri atau nervus radialis.
Medial Cephalic (On ramp to Cephalic Vein)
Hasil gabungan vena cephalic yg ada di bawah siku. Bisa
dipasang IV canula yg besar, tapi pemasangan susah.
Basilic
Berasal dari sisi ulnar vena metacarpal dan berjalan
sepanjang aspek medial lengan. Sering tidak terlihat
karena lokasinya agak belakang, tapi dengan fleksi lengan
pembuluh darah ini bisa terlihat.
Medial Basilic
Paralel terhadap tendon. Menerima canula IV ukuran
gede tapi susah nyari venanya. Hati-hati terhadap arteri
atau nervus brachial.
Kalkulasi Jumlah Tetesan Infus
Drop factor= (60)/ (jumlah tetesan yg diperlukan untuk
1 ml cairan)
Jumlah tetesan/ menit= (jumlah cairan yg
dibutuhkan/lama pemberian dalam menit) x (jumlah
tetesan yg diperlukan untuk 1ml cairan)= (jumlah cairan
yg dibutuhkan/lama pemberian dalam jam)/ drop factor
Jumlah
tetesan/
jam=
(jumlah
cairan
yg
dibutuhkan/lama pemberian dalam jam) x (jumlah
tetesan yg diperlukan untuk 1ml cairan)
Jumlah tetesan/ menit= (Jumlah tetesan/ jam) x (1/60)
Jumlah tetesan/ jam= (Jumlah tetesan/ menit) x (60)
15