You are on page 1of 16

1

Daftar Isi
Airway Disorder in Maxillofacial Trauma

Airway Disorder in Inhalation and Blast Trauma

Choking, Near Drowning, and Aspiration

Airway Management

10

Introduction: Fluid Resuscitation (Skills Lab)

13

Temen-Temen,
Temen, ayo pada beli donat atau
apapun yg dijual temen-temen
temen temen danus angkatan
di RK ya, buat tambah-tambah
tambah tambah duit angkatan ni, hohoho

Airway Disorder in Maxillofacial and Cervical Trauma


dr. Rosadi Seswandhana, Sp. BP
Tika Vandasari

Lecture pertama di blok emergency, jadi kita harus


tau dulu dong apa itu emergency? Emergency adalah
keadaan krisi yang butuh tindakan segera karena dapat
beresiko terhadap kesehatan, nyawa, harta benda dan
lingkungan. Facial injury tanpa disertai trauma lain
sebenernya jarang mengancam jiwa, tapi dia bisa jadi
indicator seberapa besar energy yang mengenai pasien.
Pada facial injury kita perlu mewaspadai 3 kondisi di bawah
ini:
 Airway compromise, di wajah kan ada pintu masuk udara
selain itu struktur lain yang terkena trauma (misal os
mandibula) juga dapat menyebabkan gangguan airway.
 Cervical spine injury, ada trauma di wajah kita juga curiga
ada trauma juga di C-spinenya, makanya jika ada kasus
facial airway selalu dianggap ada C-spine injury.
 CNS injury
Pada kondisi emergency, tujuan pertolongan awal
adalah untuk;
 Menjaga perfusi O2 di otak dan jantung live saving
 Mencegah perburukan kondisi meminimalkan
morbiditas
Pertolongan pertama pada semua pasien trauma
difokuskan pada algoritma dari ATLS yaitu ABC Airway,
Breathing, Circulation. (untuk managementnya akan
dijelaskan di akhir ya, sekarang tentang filosofinya kenapa
ABC ini merupakan management awal)

AIRWAY. Kenapa dia yang pertama? Soalnya kalo


patensi airway terganggu otomatis O2 jadi gak lancar masuk
ke paru sehingga mempengaruhi proses selanjutnya yaitu
breathing dan circulation.
BREATHING. Proses breathing ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan O2 antara atmosfer dan paruparu. Saat inspirasi tekanan O2 di atmosfer lebih besar
sehingga udara masuk ke paru dan paru mengembang aktif,
sedangkan saat ekspirasi tekanan O2 di paru yang lebih
besar sehingga udara keluar dan paru mengempis pasif.
Selain dibutuhkan perbedaan tekanan O2, proses breathing
ini juga harus difasilitasi oleh patensi airway yang baik.
CIRCULATION. Normalnya konsentrasi O2 di alveoli
lebih tinggi daripada di kapiler sehingga terjadi proses difusi

O2 dari alveoli ke kapiler. Sirkulasi O2 dipengaruhi oleh


pompa (jantung), cairan (darah) dan pipa (pembuluh
darah). Kemudian O2 ini dibawa ke jaringan perifer yang
konsentrasi O2nya rendah sehingga O2 masuk jaringan dan
CO2 masuk ke kapiler dan dibawa lagi ke paru. O2 di jaringan
ini digunakan untuk metabolisme sel.
CELL METABOLISM. Metabolisme ini berfungsi untuk
mengolah molekul nutrient sehingga menghasilkan energy
(ATP) untuk mempertahankan hidup. Metabolisme sel ada
yang aerob (34ATP + 2ATP) dan anaerob (2ATP). Pada
metabolisme aerob dibutuhkan O2 dan glukosa untuk
menghasilkan ATP yang berfungsi untuk:
 Menjaga milieu interieur (lingkungan di dalam sel)
melalui pompa Na-K.
Aktivitas

Intra
sel

Aktivasi Sel




Na




Mengembali
kan
keseimbang
an ion

Arah

Ekstra
sel

Keterangan

Na

Difusi

Melalui pompa
Na-K yg terbuka
jika berikatan
dengan ATP.

Na masuk ke dalam sel bersama air, jika terjadi


kekurangan ATP maka Na dan air akan tertahan di dalam
sel (karena pembukaan pompa Na-K terganggu), lamalama sel akan edema dan kemudian lisis. Organ yang
paling rawan adalah otak edema cerebri.
 Menjaga aktivitas sel, jaringan dan organ. Misal:
kontraksi otot, sekresi glandula, dst.
Jadi teori di atas menjelaskan kenapa kita perlu
melakukan ABC terlebih dahulu, jadi rangkaian tsb
sebenarnya merupakan filosofi bagaimana O2 masuk sampai
ke metabolisme sel.
ANATOMI Maxillofacial
 Regio maxillofacial dapat dibagi menjadi 3:
- Upper face: os frontal dan sinus frontalis
- Mid face: os nasalis, os zygomaticus, os ethmoidalis
dan os maxillaries.
- Lower face: os mandibularis
- Yang berpengaruh pada airway kebanyakan adalah
trauma di mid face atau lower face.
 Vaskularisasi oleh cabang-cabang dari a. carotis eksterna
 Persyarafan motorik oleh n. facialis (N. VII)
 Persyarafan sensoris oleh n. trigeminalis (n. ophtalmicus,
n. masxillaris dan n. mandibularis)
GENERAL ASSESSMENT of Maxillofacial Injury
 Amati apakah ada kondisi yang mengancam jiwa seperti
C-spine injury atau significant head injury.
 Nilai airway, breathing dan circulation, manajemen sesuai
kondisinya.
 Situasi spesifik pada trauma maxillofacial yg berpengaruh
pada airway:
- Posteroinferior displacement pada fraktur maxilla yang
parallel terhadap basis crani  menutup saluran
nasopharyngeal. (Biasanya terjadi pada fraktur Le Fort)
- Fraktur bilateral mandibula anterior  fraktur
symphisis (tempat lidah ber-insersi)  geser ke
posterior pada posisi supinasi pangkal lidah akan
turun  menutup oropharynx.

- Fraktur gigi, fragmen tulang, vomitus, darah, dan benda


asing dapat menghambat jalan nafas di sepanjang
saluran aerodigestivus superior.
- Hemorrhage (baik dari pembuluh darah di luka terbuka
maupun dari nasal)  obstruksi jalan nafas.
- Trauma kepala leher atau trauma inhalasi
pembengkakan soft tissue atau edema  delayed
airway compromise.
- Trauma larynx dan trachea  pembengkakan dan
perpindahan struktur seperti epiglottis, kartilago
arytenoids dan plica vocalis  resiko obstruksi jalan
nafas cervical meningkat.
MANAGEMENT
 Poin penting saat menerima pasien trauma
maxillofacial:
- Identifikasi pasien yg beresiko (triase)
- Amati tanda-tanda penyakit kritis
- Stabilisasi kemudian tentukan diagnosis
- Anamnesis riwayat pasien secara detail
- Monitor respon dari terapi yg diberikan
 Situasi emergency: Management airway harus segera
dilakukan karena kondisi pasien bisa memburuk dgn
cepat (filosofi ABC). Tindakan intubasi darurat berkaitan
dengan tingkat komplikasi yg tinggi (lebih dari 20%).
 Situasi yang memperburuk:
- C-spine Injury, tanda-tandanya:
 Tidak bisa menggerakkan leher atau nyeri saat
digerakkan.
 Lebam atau bengkak di bagian belakang leher.
 Kehilangan kemampuan sensoris di lengan atau kaki.
 Kelemahan otot atau paralisis di anggota gerak.
 Nyeri di salah satu bagian leher atau nyeri di leher
yang menjalar ke pundak atau lengan.
Complete C-spine clearance membutuhkan waktu
berjam-jam atau berhari-hari, sehingga leher pasien
perlu disupport dgn collar neck dan pasien tidak boleh
menggerakan lehernya sama sekali. Pada saat
melakukan intubasi, lakukan in-line stabilitation (jadi
posisinya supinasi yang segaris, nanti ada 1 orang yang
pegang kepala pasien pake 2 tangan supaya segaris
sama sumbu tubuhnya)
- Full stomach. Semua pasien trauma dianggap full
stomach, pada kondisi ini beresiko tinggi terjadi
regurgitasi dan aspirasi.
 Primary Survey:
- Airway and C-spine Control:
Assessment
(look, listen, and feel, dilakukan bersamaa, hemat
waktu)
Look: Lihat gerakan dada ada atau tidak? Simetris
tidak? Gerakan abdomen?
Listen: Bagaimana suara nafasnya? Adakah suara yg
menandakan adanya obstruksi airway, seperti
 Gurgling: terdapat bahan cair atau semisolid di jalan
nafas utama (suara seperti kumur).
 Snoring: oklusi partial di pharynx karena palatum
molle atau epiglottis (suara ngorok).
 Crowing: spasme laryngeal (suara seperti gagak).
 Inspiratory stridor: obstruksi jalan nafas bagian atas
(setinggi larynx ke atas), suara terdengar saat
inspirasi.

 Expiratory wheezing: obstruksi jalan nafas bagian


bawah, suara mengi terdengar saat ekspirasi.
Feel: Rasakan aliran udara di mulut atau hidung
Management
Prinsipnya adalah kita harus membuka patensi jalan
nafas, supaya oksigen bisa masuk. Sebelum melakukan
management, ada 2 point yg diperhatikan terlebih
dahulu: Apakah pasien sadar? Jika iya, hati-hati dengan
penggunaan sedasi atau analgesic karena dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Apakah pasien
nafas spontan? Jika iya, rujuk ke operating room untuk
management airway dengan kondisi terbaik oleh tim
berpengalaman.
Buka jalan nafas, metodenya:
 Head tilt and Chin lift: Merupakan cara standar dan
paling simple untuk management airway pada pasien
tidak sadar, posisi agak hyperekstensi  lidah yg ke
belakang jadi naik  jalan nafas terbuka.
 Jaw thrust: Disarankan pada pasien dengan trauma
cervical (pada pasien maxillofacial anggap aja ada
trauma di cervicalnya), pasien posisi supinasi dan
dilakukan oleh orang terlatih. Cara ini hanya
memungkinkan untuk pasien dgn GCS <8 (cidera
berat)
Hilangkan material dari vomit atau regurgitasi, pada
klinisi terlatih hal ini biasa dilakukan menggunakan
suction device. Pada pasien tidak sadar yg mengalami
regurgitasi isi gaster, sebaiknya dilakukan recovery
position (kepala dan tubuh dimiringkan ke kanan, jaga
alignment vertebrae, sehingga regurgitasinya tadi akan
tumpah ke samping tidak ter-aspirasi)
Management berikutnya pemasangan alat pendukung
(definitive  oropharyngeal airway/ mayotube,
nasopharyngeal airway, laryngeal mask airway/ LMA.
non-definitive  orotracheal tube, nasotracheal tube,
endotracheal tube, surgical airway) dan ventilasi O2.
Indikasi intubasi: gangguan kesadaran (terjadi
gangguan
mempertahankan
patensi
airway);
tracheobrochial toilet; trauma pulmo atau multisystem
yang parah dengan gagal nafas (misal pada sepsis,
obstruksi jalan nafas, hypoxemia, hypercarbi); dan
indikasi operasi.
Breathing:
Assessment  cek repiratory rate, suara paru
(auskultasi dan perkusi), cek gerakan dada.
Circulation:
Assessment  cek heart rate dan tekanan darah, cek
waktu pengisian kapiler, cek adakah tanda perdarahan.
Disability
Assessment  cek kesadaran dengan AVPU (Alert?
Responds to voice? To pain? Unresponsive?), cek pupil,
GCS.
Exposure
Assessment  inspeksi seluruh tubuh pasien.
Kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat
Buat kelompok 5 ivan, rufi, maesaroh, adit, eva, disa,
guruh, iwan, william, semoga tambah rame nggosipnya
:D

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Airway Disorders in Inhalation and Blast Trauma


dr. Sunoko, Sp.B-KBTKV
Catatan kuliah oleh Shinta Septiarina

JENIS- JENIS AIRWAY DISORDER PADA INHALASI


Tentang ini dokternya ga jelasin banyak, hee..mari kita cari
lagi bareng-bareng ya. ^_^
 Airway/Inhalation Injuries dapat terjadi karena ada
ledakan dari reaksi oksigen, asap, gas super panas, dan
4
produk beracun.

Apa yang perlu kita ketahui dari lecture ini?


Berdasarkan buku blok 4.1 , isi lecture ini mencakup:
Kinds of airway Disorders & Blast trauma
Pressure effect & action
Thermal effect & action
Intubation ( Preparation, procedure & assesment).
ANATOMI AIRWAY atau jalan nafas,
 Terdiri dari: Hidung/mulutfaring/LaryngTrakea
1
Bronkusbronkiolus Alveoli-Pleura.
 Dosen kita dr.Sunoko sekedar mengingatkan, bahwa
bronkus kanan lebih lebar, pendek, lebih vertikal,
bercabang menjadi 3 bronkus lobaris dan bronkus kiri
bercabang menjadi 2 bronkus lobaris.
 !! Ingat, di Laryng ada Plica Vocalis. Ada kepentingan
klinisnya ga? Pasti ada, hanya saja kepentingan klinis
yang terkait lecture ini tidak dijelaskan langsung oleh
2,3
dokternya. Hehe.. Sebagai tambahan aja: ( Tidak wajib
baca, hee..)
Laring berfungsi untuk regulasi nafas, menelan,
3
bicara,
batuk. Disfungsi mekanisme laring dapat
menyebabkan life-threatening respiratory obstruction.
Kerusakan pada laring bukan hanya karena trauma, tapi
juga bisa karena intubasi, merokok, atau inhalasi zat
2
kimia, dan reflux disease.
Misal ada kerusakan pada Plica Vocalis, contohnya
paralisis plica Vocalis (Vocal Fold Paralysis), biasanya
karena nervus nya yang rusak, permanen ataupun recover
(mungkin juga bisa rusak karena trauma mekanik kayak
yang disebutkan diatas ??). Kerusakan ini menyebabkan
Plica vocalis tidak bergerak dengan normal. Laring butuh
plica vocalis membuka untuk fungsi bernafas, dan
menutupny plica vocalis untuk memfasilitasi kita
menelan, bicara, dan batuk. Ketika plica vocalis tidak bisa
bergerak normal, fungsi yang diatas tidak berjalan (suara
3
nafas lemah, kesulitan menelan, susah untuk batuk).

 Apa saja jenisnya?


1. Tekanan (Mekanik )
2. Thermal, yang pada akhirnya menyebabkan
1
jalan nafas dan luka bakar.

cedera

EFEK TEKANAN DAN TINDAKANNYA


 Apa yang dimaksud dengan Blast trauma ?
Arti gampangnya, trauma karena ledakan. Blast Trauma /
blast injury adalah jenis kompleks dari trauma fisik yang
terjadi karena paparan langsung maupun tidak langsung
5
dari suatu ledakan.
6
 Klasifikasi Blast Injuries :
a. Primary: Injury from over-pressurization force (blast
wave) impacting the body surface.
ex: TM rupture, pulmonary damage and air
embolization, hollow viscus injury
b. Secondary: Injury from projectiles (bomb fragments,
flying debris).
ex: Penetrating trauma, fragmentation injuries, blunt
trauma
c. Tertiary: Injuries from displacement of victim by the
blast wind.
ex: Blunt/penetrating trauma, fractures and traumatic
amputations
d. Quaternary: All other injuries from the blast.
ex: Crush injuries, burns, asphyxia, toxic exposures,
exacerbations of chronic illness
 Apa saja yang terjadi ketika ada Tekanan (Pressure
effect) ?
1. Airway injury alveoli pleura
2. Pneumothorax
1
3. Mediastinal/subcutan emphysema.
Bagaimana proses terjadinya? (sesuai
penjelasan
dr.Noko):
Tekanan dari suhu yang panas ini dapat
menyebabkan trauma pada jalan nafas , tekanan udara
yang masuk ke jalan nafas diteruskan hingga ke alveoli
yang dindingnya tipis sehingga mudah ruptur/pecah.
Pecahnya dinding alveolus menyebabkan alveolus yang
satu dengan yang lainnya bergabung membentuk bulla.

Udara yang ada dalam bulla ini terus mendesak dinding


alveoli yang kemudian masuk ke mediastinum dan
pleura Visceralis.
Kita tahu bahwa proses pernafasan terjadi dengan
adanya inspirasi dan ekspirasi. Udara dari luar (atmosfer)
dapat masuk ke paru-paru ketika Rongga dada
mengembang (otot-otot pernapasan kontraksi, diafragma
turun) yang membuat tekanan di pleura lebih kecil atau
tekanan negatif dibanding udara atmosfer, inilah yang
terjadi saat inspirasi. Proses ini sesuai dengan prinsip
hukum gas Boyle, yaitu Tekanan berlawanan dengan
Volume.*
P1V1=P2V2
Proses inspirasi dengan membawa udara panas
seperti yang telah dijelaskan di atas dapat menyebabkan
pleura bocor, sehingga membentuk katup (satu arah)
yang menyebabkan udara masuk ke cavum pleura. Ketika
terjadi ekspirasi, udara tadi tidak bisa keluar paru, yang
kemudian proses pernafasan ini berulang hingga volume
udara yang terperangkap bertambah yang menyebabkan
tekanan (desakan) pada paru Ipsilateral hingga kolaps.
Hal ini disebut dengan Tension Pneumothorax yang
sangat mengancam nyawa karena oksigenasi menurun.
Desakan udara tadi menekan mediastinum.
 Apa saja yang ada di mediastinum?
Review  Mediastinum adalah rongga di antara
paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar
timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
7
salurannya.
7
Mediastinum terbagi atas 4 rongga penting :
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada
sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah
sternum
2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum
superior ke diafragma di depan jantung
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum
superiro ke diafragma di belakang jantung
4. Mediastinum medial (tengah) dari garis batas
Mediastinum superior ke diafragma di antara
mediastinum anterior dan posterior.

Penjelasan dokternya yang ku catat...


a. Aorta: susah di desak karena dindingnya tebal, dan
tekanannya tinggi.
b. Vena Cava: mudah di desak karena dindingnya tipis,
dan tekanannya rendah. Jika Vena cava ini terdesak,
maka darah sulit masuk ke jantung (kanan), yang nanti
aliran ke paru-paru juga sedikit. Venous return pada
Jantung kiri menjadi turun, sehingga stroke volume
menurun yang menyebabkan turunnya oksigenasi di
seluruh tubuh sehingga terjadi Shock.

Evaluasi tanda-tanda shock dengan:


Look: lihat wajahnya ( karena wajah vaskularisasi nya
banyak sehingga sangat mencerminkan kondisi
oksigenasi)
Listen: dengarkan suara nafasnya
Feel: Jari-jari di tekan (suhu), nadi, dll.
Desakan pada mediastinum ini membuat darah dari
bagian atas tubuh*( ex: Cranial, leher) juga akan sulit
kembali
ke jantung sehingga tekanan pada Vena
Jugularis meningkat ( terlihat mentol2 pada leher )
*v. jugularis eksterna posterior yang ngurusin bagian kulit
kepala dan leher bergabung dengan vena jugularis
eksterna; v. supraskapularis menerima darah dari otot
bahu bagian atas ; dan v. jugularis anterior , berawal
tepat dibawah dagu , menyatu turun ke leher di atas
insisura jugularis ,berjalan di bawah membran
sternokleidomastoideus, dan mencurahkan isinya ke vena
jugularis ekterna.
 Klasifikasi Pneumothorax : (ada di HSC lagi blok 3.2,
silakan buka lagi ya...)
a. Simple pneumothorax
b. Tension
Mengancam nyawa
c. Open
 Pemeriksaan fisik :
a. Look : Lihat pengembangan dada dari arah cranial, ada
gerakan dada yang tertinggal atau tidak ( paradoks )
b. Listen : Suara nafas ( vesicular ), pada pneumothorax
suara nafas akan menurun , jika diperkusi maka akan
terdengar Hipersonor.
c. Feel : nafas, nadi.
 Pemeriksaan penunjang:
a. X-ray examination

- Pneumothorax: Corakan bronkovaskular tidak


sampai ke tepi ( daerah dinding dada).
Corakan Bronkovaskular yang putih itu sebenarnya
berasal dari vaskular yang ada di bronkus, bukan
dari bronkus itu sendiri, karena bronkus kan isinya
udara harusnya hitam kan?
Biar gampang ingetnya dr.Noko ngasih tips : Putih
di dalam hitam
- Tension Pneumothorax : Mediastinum bergeser
(termasuk trakea ) . Apa warna corakan trakea?
yup, HITAM... isinya kan udara,. (Hitam dalam putih,
dibandingkan dengan jaringan lain pada leher yang
berwarna putih)
b. Bronchoscopy

 Terapi:
- Oxygenation.
- Needle Decompression immediately for tension
pneumothorax
- WSD ( Water Seal Drainage ) for pneumothorax
- Multiple incision/ punction for subcutan emphysema.
- Mediastinal drainage for mediastinal emphysema.
- Repair for tracheal / bronchial rupture

2. Procedure( skills lab )


a. Pasien dalam posisi supinasi, operator di sisi
kranial pasien.
b. Amankan vertebra cervical (jangan di gerakin
sendi leher)
c. preoxygenation
d. Operator harus kendalikan pernafasan,
lihat
oxymeter (monitor)
e. Buka mulut ( cross finger maneuver )
f. Laryngoscope di sisi kanan lidah, di depan
vallecula.
g. Tekan lidah ke arah caudolateroanterior dengan
gerakkan lengan bawah (lower arm)
h. Masukkan endotracheal tube (ET) melewati plica
i. Inflasikan baloon
Warning!!
- Jika inflasi balon terlalu kuat nekrosis pada
trakea
- Jika
inflasi balon terlalu lemah dapat
membuat udara terperangkap dalam ventilasi
dan bisa aspirasi.
 Jika infalsi gagal, stop! Lalu ulangi oksigenasi dan
ventilasi
 Jika inflasi Fiksasi ET dengan plester
 Jika masih gagal  chrycotiroidotmy
j. Needle jet insuflation
Karena ini tentang prosedur...lebih gampang kalo
lihat video, silakan buka video nya di
http://emedicine.medscape.com/article/1413327overview.
k. Surgery

trakheostomy
pipe

EFEK THERMAL DAN TINDAKANNYA


 Apa saja yang dapat terjadi karena efek thermal ?
- Luka bakar pada wajah
- Hairly burning (eyelash,whisker): terbakarnya rambut
pada wajah (kumis, janggut, alis, bulu mata)
- Pembekakan dan hiperemis pada mukosa jalan nafas /
plica Vocalis Hoarsness / dispneu
- Hypersecretion carbonized sputum. Lihat sputumnya
ada kehitaman/tidak, jika hitam maka bisa di curigai
ada inhalsai karbon.
 Terapi
- Definitive airway
(Insert endotracheal tube, secure with inflate ballon)
- Oxygenation,Ventilation
 INTUBASI
1. Persiapan
a. ET ( Endo Tracheal Tube )
 Ambil ET dengan 3 ukuran yang berbeda:
1 sesuai ukuran kelingking pasien
1 ukuran lebih kecil dan
1 ukuran lebih besar dari ukuran kelingking
pasien.
 Cek balon dan konektor
 Lubricate with jelly
 Letakkan di sisi kanan kepala pasien dan urutkan
sesuai ukuran.
b. Laryngoscope

3. Assesment
 Lihat pergerakan dinding dada.
 Palpasi dada
 Auskultasi dada
Sekedar mengingatkan bahwa setiap terapi/tindakan
pasti ada alasannya (clinical reasoning) yang menjadi
dasar/prinsip dari dilakukannya tindakan tsb.

1. Sunoko. 2013. AIRWAY DISORDERS IN INHALATION AND


BLAST TRAUMA. Kuliah umum PD Reg 2010.
2. Vocal Fold Paralysis | University of Maryland Medical Center
http://umm.edu/programs/voice/services/vocal-foldparalysis#ixzz2eGbXORiX
3. Airway Disorders | University of Maryland Medical Center
http://umm.edu/programs/ent/services/laryngology/airway#ixzz2
eGayyPZw
4. sorry, ke selip ga tau dimana...susah nyarinya cz ga ke save.
5. Blast Injury Translating Research Into Operational Medicine.
James H. Stuhmiller, PhD. Edited by William R. Santee,
PhD Karl E. Friedl, PhD, Colonel, US Army. Borden
institute
(2010)
on
http://en.wikipedia.org/wiki/Blast_injury.
6. http://www.bt.cdc.gov/masscasualties/blastinjurythermal.asp.
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Mediastinum

Mohon maaaaf banget kalo tulisanku ini malah bikin


belibet...kritik dan saran sangat diharapkan. Kalo ada yang
salah, mohon langsung disampaikan ke aku atau CP hsc,
tolong jangan dibiarkan saja ya teman. Makasih banyak
^_^
Siapa yang bersungguh-sunguh, maka dia akan
mendapatkannya ( man jadda wa jada)!

Choking, Near Drowning and Aspiration


Slide : dr. Purnomo Suryantoro
Oleh : Wiwid Santiko el-Qudsy

sempit dan bahkan tertutup total, sehingga aliran udara


terhambat.
3. Crushing trachea  hancurnya dan rusaknya struktur
trachea, seperti pada trauma, akibatnya membuat
pendarahan dan serpihan cenderung mengobstruksi dan
teraspirasi ke paru-paru. Akibatnya seseorang akan
kesulitan bernafas akibat ada benda asing di paruparunya.
Apabila kita menemukan pasien choking, maka ada
beberapa gejala yang dapat kita temui.Gejala ini dapat
muncul beriringan dari gejala satu ke gejala lainnya, atau
bisa juga muncul satu persatu. Gejala yang dapat timbul
diantaranya adalah :
1. Tidak dapat bicara dan menangis  akibat sumbatan
akan membuat aliran udara yang seharusnya mengalir
ke plica vocalis, menjadi terhambat, akibatnya pasien
tidak dapat bersuara. Biasanya pada anak-anak yang
mengalami choking, akan berusaha menangis, tetapi
tidak bisa karena aliran udara terhambat.
2. Wajah Membiru  akibat udara gagal masuk paru,
saturasi O2 turun, dan distribusi O2 jadi turun drastic
membuat cyanosis pada muka dan paling mudah terlihat
pada jaringan mukosa seperti bibir yang didahului
dengan pucat terlebih dahulu.
3. Ada sesuatu di kerongkongannya  dapat ditemukan
benjolan benda asing yang menyumbat.
4. Batuk-batuk kecil dengan nada tinggi  pasien akan
cenderung mengeluarkan benda asing dengan cara
mekanisme reflex batuk, baik yang berada di bifurcation
trachea (reseptor carina) maupun reseptor disepanjang
saluran nafas.
5. Pasien tidak sadar  akibat saturasi O2 turun, membuat
otak khususnya pada sistem ARAS menjadi hipoksia dan
akhirnya kesadaran seseorang turun. Kondisi biasanya
terjadi pingsan bahkan bila parah bisa terjadi coma &
kematian batang otak permanen.
6. Ada nafas gasping (megap-megap), pause breathing (ada
periode apnea) dan sudden awakening (tiba-tiba
terbangun)

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan


sedikit mengutarakan ilmu yang sedikit ini, harapannya ilmu
yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Allahumma Aamiin. Baik, pada kesempatan ini kita akan
sama-sama belajar tentang choking-tersedak-. Baik,
sebelum memulai membaca dan menimba ilmu mari kita
berdoa. Berdoa mulai.
CHOKING  secara pengertian diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk bernafas karena trachea dan
saluran nafas tersumbat sesuatu, terkontriksi da nada
pembengkakan. Artinya jalur nafasnya lebih sempit bahkan
bisa tersumbat total sehingga aliran udara yang diperlukan
untuk bernafas berkurang.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, apabila
terjadi sumbatan udara, maka udara tidak dapat masuk ke
paru-paru dan dalam waktu 5-6 menit akan memicu
kematian. Sehingga kondisi ini dikategorikan kondisi
emergensi. Pada kasus anak-anak, kebanyakan disebabkan
masuknya benda asing, seperti : mainan, biji-bijian dan
benda kecil lainnya yang masuk baik melalui mulut maupun
terhirup (terinhalasi) melalui hidung. Sedangkan penyebab
sumbatan karena pembengkakan (swelling) bisa dipicu dari
obat, alergi, infeksi, congesti, strangulasi dll.Adapun
penyebab lain seperti, gangguan saat tidur seperti pada
sleep apnea (tidak bernafas pada saat tidur), obese, orang
yang sering merokok, pengkonsumsi alcohol, emphysema
dan beberapa kasus seperti macrognotia (lidah besar yang
cenderung jatuh ke posterior dan menyumbat jalan nafas)
dan pada small mandibular (treacher Collins syndrome.
Etiologi :
Sebenarnya dalam dunia klinis, terdapat banyak sekali
penyebab yang dapat menjadi causa dari choking, tetapi
dalam kuliah, penyebab-penyebab itu dapat dikategorikan
sebagai :
1. Obstruksi Mekanik  adanya sumbatan biasa yang
bersifat mekanis, seperti benda asing yang masuk
(bakso, mainan kecil, biji-bijian)
2. Tissue Swelling  adanya pembengkakan pada jaringan
jalur nafas sehingga lumen jalur nafas menjadi semakin

Sahabat pembaca sekalian, ternyata ada beberapa Faktor


Resiko Choking. Faktor resiko tersebut diantaranya :

Angina (pectoris)  pada Pasien angina pectoris (baik


pada unstable angina, NSTEMI dan STEMI), pasien
akan merasakan sesak pada nafasnya dibarengi
dengan nyeri retrosternal seperti tertindih benda
berat di dadanya.

Cervical spondylolitis

Caustic material (NO, Amonia)  NO respon


parasimpatis otot-otot di saluran nafas.

Cancer esophageal

Respirasi track bleeding  pendarahan dapat


teraspirasi ke paru-paru baik yang massif maupun
yang pendarahan kecil.

Swallowing disorder  kesulitan menelan seperti


pada orang tua membuat makanan salah masuk, yang
seharusnya ke esophagus, justru ke trachea.

Estrogen replacement

Drug overdose  dapat memicu muntah, akibatnya


memicu dan berisiko terjadi aspirasi.

Pseudo membranous angina

Electro convusive terapi

Monocytic angina

Reaksi alergi
Bagaimana kita membantu korban?
Apabila kita menemukan korban dengan choking di
tempat umum (diluar tempat pertolongan medis), maka
prinsipnya adalah JANGAN BUANG WAKTU. Segera
dudukkan atau berdirikan korban dan berikan 5 pukulan ke
punggung, yaitu antara 2 scapula dengan pukulan dengan
pangkal pergelangan tangan, untuk memicu reflex batuknya
dan membuat benda asing keluar segera. Apabila masih
gagal, lakukan hemlich maneuver, yaitu 5 kali penekanan
abdominal dengan tangan dan sendi. Jika masih gagal lagi,
dan pasien tidak sadarkan, buka mulut, dan buang segala
benda asing yang terlihat, bila gagal lagi, lakukan
crichothyroidostomy dengan memakai bahan apa adanya
seperti sedotan atau bolpoin yang ditusukkan pada cartilage
cricoid (dibawah cartilage thyroid).
Berikut perhatikan gambar teknik backblow, hemlich
maneuver dan abdominal trust.

Gambar dibawah ini adalah cricothyroidotomy.Perhatikan


letak penusukannya.

Sahabat pembaca HSC sekalian yang dirahmati


Alloh, dalam menolong, sebagai seorang tenaga kesehatan,
hendaknya mengetahui bahwasanya antara dewasa dan
anak-anak terdapat perbedaan struktur anatomi dan
morfologi dari saluran nafas.
Perihal
Dewasa
Anak-Anak
1. Lidah
Relative kecil
Relative besar
2. Laryng
Setinggi C4-C5
Setinggi
C3-C4,
lebih anterior
3. Epiglottis
Lebar dan elastis
Sempit dan kaku
4. Minimal size
Pada pita suara
Pada
cartilage
cricoid
5. Panjang
10-13 cm
1 bulan = 4-5 cm
trachea
18 bulan = 7 cm
Pada seseorang dengan usia dibawah 15 tahun,
maka diameter laringnya relative lebih kecil, cartilage lebih
kecil ukurannya dan laringnya berbentuk seperti terompet
(kerucut). Pada keadaan normal, lumen trachea pada anakanak 4mm dan pada dewasa 8mm, apabila terjadi edema

Aspirasi pd gasternya dimonitor & jangan sampai terjadi


Hipoglikemia
Antidotum
sesifik,
naloxone

narcotics,
desferrioxamine  iron, atropine and PAM 
organophosphates.
Induksi muntah agar racunnya terbuang bersama
muntahan bila tidak ada kontraindikasi seperti ingesti
petroleum, ingesti agen korosif,, drowsiness dan pasien
tidak sadarkan diri (unconscious).

dengan ketebalan sama, maka anak-anak cenderung


tersumbat lebih parah dibanding dewasa. Perhatikan
gambar dibawah ini. Lihat pada bagian edema, maka
resistensi pada anak-anak 16 : 3 lebih parah daripada
dewasa.

>BEBERAPA ALAT BANTUAN PERTOLONGAN CHOKING<


OROPHARYNGEAL TUBE (MAYO TUBE)
Dalam membantu jalan nafas pada anak-anak data
digunakan oropharyngeal tube (Mayo tube) dengan ukuran
panjang 4-10 cm yang di ukur panjangnya agar sesuai dari
bibir dan angulus mandibular. Apabila terlalu panjang maka
akan menekan epiglottis dan justru menutupnya, bila
terlalu pendek, maka akan menekan dorsal lingua sehingga
lidah menutup bagian itsmus faucium.

Pada anak-anak, pernafasan ditopang oleh


diafragma, karena otot respirasi lainnya belum berkembang
sempurna. Pada anak-anak lebih mudah gasping (terengahengah) dibanding dewasa, sehingga kebutuhan oksigennya
2 kali lipat dewasa, yaitu pada dewasa 3-4ml/kg/s
sedangkan pada anak-anak sebesar 6-8 ml/kg/s. adanya
cairan pada paru-paru dapat menyebabkan distress
respirasi. Biasanya dibutuhkan waktu 5-6 menit, dan pada
anak-anak 1-3 tahun cairannya hanya 1-3 cc/kg BB
sedangkan bila usia anak > 3 tahun, maka cairan yang dapat
memicu distress sebesar 4-6 cc/kg BB. Distress juga dapat
terjadi bila cairan mengisi 1/3 dari volume tidal.
Dalam menilai progresifitas choking, ternyata ada
derajat-derajat seperti halnya pada trauma terbakar. Yaitu
berdasarkan usia. Antara anak-anak dan dewasa
perhitungannya berbeda.
Bagian Tubuh
0-3 tahun (%)
>3 tahun (%)
Kepala leher
18
12
Badan
32
38
Tangan
20
20
Kaki
30
30
Pada perokok, maka pada saluran nafasnya akan
terjadi pembengkakan dan obstruksi bahkan kerusakan
pada jalur nafas bawah. Selain itu juga menyebabkan gas
CO masuk tubuh sehingga mengganggu distribusi O2. Jika
terjadi kondisi seperti ini, maka hendaknya diperlukan :
1. Assessment meliputi berat, area terbakar dan status
pernafasan
2. Analgesic dan sedasi
3. Penggantian cairan (10% dari permukaan tubuh secara
intravena) dimana volume cairan dapat dihitung
dengan rumus : BW (Kg) x 2 x % body surface.

Cara memasukkannya adalah pertama sesuaikan


ukurannya, lalu tekan kebawah lidah, putar ke kiri dari
kanan atau sebaliknya bila sudah terpasang, evaluasi
apakah sudah membuka jalan nafasnya atau belum.
NASOPHARYNGEAL TUBE
Pemasukan alat bantu nafas berupa pipa kecil
melalui hidung ke pharyng. Biasanya tersedia ukuran 12-36
F. prinsipnya sama, yaitu pertama sesuaikan ukuran dengan
ukuran pasien. Cara mengukurnya dari nasal ke meatus
acusticus externa.Tube yang dipilih haruslah lebih kecil dari
lubang hidung, dan pada saat memasukkannya dapat
digunakan vaselin water solube sebagai pelumas
mukosa.Pada saat pemasukan alat haruslah hati-hati karena
pada posterior cavum nasi terdapat anyaman arteri (plexus
kiesselbah) yang bila pecah bisa menimbulkan
epitaxis.Adapun kontraindikasi tidak boleh dipasangnya alat
ini seperti pada kasus fraktur basis cranii dan leak of CSF.

KERACUNAN
Keracunan mempunyai prevalensi dan insidensi tinggi
di Indonesia. Pada pasien keracunan dapat didapati kondisi
: drowniness, coma, tachycardia, flushing (memerah),
hiperventilasi. Apabila terjadi kondisi seperti ini bahkan
disertai dengan pasien tidak sadarkan diri, maka segera
lakukan pertolongan :
Jaga airway
Butuh bantuan ventilator
Lihat penyebab kecarunan dari muntahannya, bau di
nafasnya dan diameter pupilnya. Seseorang dengan
keracunan organofosfat maka pupil cenderung dilatasi,
sedangkan orang dengan keracunan opiate dan
bicarbonate maka pupil cenderung kontriksi.

SUCTION CATHETER
Seperti pada prosedur neonatal resuscitation, cateter yang
digunakan juga harus
disesuaikan
dengan
ukuran pasien.
Komplikasinya :
Hipoksia & bradycardi
(vagal reflex)
RESUSITATION MASK
Merupakan mask
biasa transparan yang
dipasang dari mandibular
melingkupi dari nares dan
tidak boleh menekan mata.
Masknya dibuat transparan
karena apabila pasien
mengalami muntah, maka
dengan mudah kita dapat mendeteksinya, sehingga dapat
dilakukan pertolongan segera.
Untuk penggunaan mask resuscitator, yaitu bila
anak-anak, dengan usia dibawah 5 tahun (termasuk bayi),
maka jempol dan jari kedua tangan kiri penolong menekan
mask dan jari ketiga membuat dagu pasien posisi head tilt
position. Sedangkan pada anak yang besar, jempol dan dari
kedua penolong menekan mask, ketika jari ke 3,4,5
membuat dagu posisi jaw thrust dan leher terekstensi.
Perhatikan gambar dibawah ini :

STATICS RESUTITATION BALOON


Berupa seperangkat alat bantu nafas ada balloon (gambar
lihat dibawah ini), dimana memiliki beberapa segi positif
yaitu : pemberian oksigen yang continue, pada saat
pemberian oksigen dapat diukur, dapat mendeteksi
komplikasi dan PEEP possible. Sedangkan sisi negatifnya
adalah diperlukan aluran oksigen yang continue.

LARYNGOSCOPE
Sudah familiar ya, dengan tipe plain blade (Miller)
dan bent blade (Machintos). Laryngoscope digunakan untuk
melihat dan mempermudah akses ke trachea dalam
pemasangan alat bantu nafas. Dapat mempermudah karena
dapat untuk melihat rima vocalis.

BLOWN RESUSITASI BALOON


Diberikan, dengan level of oxygen content :
Without O2 21 %
Pediatric baloon without reservoir + O2 10 L/minute 
30-80 %
Pediatrics Balloon with reservoir + O2 10-15 L/minute
60-95 %

>TEKNIK INTUBASI<
Dalam melakukan intubasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.Yaitu aseptic, persiapan alat-alat dan
dipastikan berfungsi dengan baik serta oksigenasinya
dengan masked-balloon.
1. Pertama masukkan laryngoscope pada sudut kanan
dari mulut, lalu buat mulut, trachea dan pharyng
dalam satu garis lurus. Apabila pada pasien dengan
kondisi injury pd kepala dan leher, jangan lupa untuk
stabilissasi sebagai langkah pertama jika diperlukan.
2. Kedua, tekan cartilage cricoid (sellick menouver) untuk
melihat glottisnya.
3. Ketiga, masukkan laryngoscope blade kosongan
sampai kebawah epiglottis dan move upward. Pastikan
terpasang dibawah valecula glossoepiglotika lalu move
backward.
4. Keempat, coba untuk liha epiglottis, cavitas
infraglotidis dan plica vocalis. Lalu masukkan
Endotracheal tube sampai plica vocalis, lalu
sambungkan ET dengan resuscitator dan ventilator
dimana maksimal kita melakukannya dalam 30 detik.
Jika posisi ET sudah benar segera fiksasi. Tanda dari
benarnya posisi ET adalah : simetris dari pergerakan
dada, nafas sama 2 sisi, menaikkan frekuensi denyut
jantung, warna kulit dan perfusi, dapat mengakses
untuk melihat plica vocalis.
5. Kelima, fiksasi ET, lalu catat batas ET, dan segera
auskultasi untuk konfirmasi dan lalukan foto roentgen.
Jangan rekatkan ET di mandibular, takut lepas.

KOMPLIKASI INTUBASI

Aspirasi

Bradikardi

Kinking pipa (kegagalan alat)

Pneumotoraks

Salah letak (ke esofagus, endobronkhial)

Hipoksia

Obstruksi ETT (mukus)

Trauma (bibir, gigi, lidah, jaringan lunak orofaring)


BEBERAPA CATATAN KECIL PEMASANGAN ET

Anak biru, suara napas (-) Cabut ETT, ventilasi


dengan masker, coba intubasi ulang

Suara napas di paru kanan saja Tarik ETT

Bradikardi (bayi <80;anak<60) hentikan tindakan,


ventilasi dengan masker

Bila posisi benar, tetap biru kemungkinan:

Balon bocor ganti balon

Teknik pompa tidak adekuat

Compliance paru tekan katup pembatas balon


resusitasi

ETT terlalu kecil ganti


LANGKAH LANJUTAN

Ventilation Mode :

CMV, IMV, SIMV

Volume mode

Pressure mode

High Frequency
->>khollash<<-

Airway Management
Dr.Djayanti Sari, MKes, SpAn
Rhama P. B.

Assalamualaikum,, kita udah belajar kan tentang


 Snoring: penyumbatan jalan nafas atas karena benda
penanganan emergency. Dulu di tahun pertama juga udah
padat misalnya lidah
 Gurgling: penyumbatan jalan nafas atas karena cairan
diajari tentang resusitasi jantung paru, trus ada juga rumus
 Wheezing: penyempitan jalan nafas bagian bawah
ABC.. nah, lecture ini menerangkan tentang penanganan
 Crowing
bagian A (Airway). Btw, kenapa penanganan jalan nafas
 Tidak bunyi apa-apa: complete airway obstruction
ini penting? Karena meskipun tidak ada masalah dalam
- (look) indrawing of the supraclavicular , suprasternal and
proses bernafas, tetapi kalau jalan nafasnya terhambat ya
intercostal spaces
sama aja tidak ada aliran oksigen yang masuk ke dalam
- (look) penggunaan otot asesoris pernafasan
tubuh sekalipun dibantu dengan suplementasi oksigen.
Maka dari itu penanganan airway lebih diutamakan terlebih
- (look) pengembangan dada yang paradox
- (feel) ada tidak hembusan nafas melalui hidung/ mulut
dahulu daripada breathing.
Setelah kita mengenali tanda-tanda masalah
Oke, sebelumnya kita harus tau dulu apa aja
masalah yang ada pada jalan napas. Bisa ketauan jika kita
airway, kita perlu memikirkan penyebabnya dengan cepat.
memeriksanya (Look, Listen, and Feel) dan ditemukan
Masalah jalan napas bisa terjadi di bagian mana saja. Jika
dengan tanda-tanda berikut
dikelompokkan berdasarkan kejadian tersering adalah
- (listen) Ada bunyi tambahan saat bernafas :
sebagai berikut:
UPPER AIRWAY
LARYNG
LOWER AIRWAY

Terutup lidah

Benda asing

Sekresi, edema, darah

Pembengkakan soft tissue

Cedera lansung

Bronchospasme

Ada darah atau muntahan

Pembengkakan soft tissue

Aspirasi dari cairan lambung

Cedera langsung
Oke, jika kita dihadapkan dalam suasana darurat,
Di ruang emergency, manajemen jalan nafas dapat
tidak boleh mikir diagnosis lama-lama, karena kondisi
dilakukan dengan peralatan sebagai berikut:
hipoksia dapat membunuh pasien dengan cepat. Maka dari
Oro/naso pharyngeal airway
itu, kita perlu melakukan airway management. Cara paling
Endotracheal intubation
simpel adalah dengan membuka jalan nafas. Nah, gimana
Laryngeal mask airway (LMA)
caranya? Jika kita tidak mempunyai peralatan khusus, ada
Sip.. kita bahas satu per satu yukk..
teknik head tilt, chin lift, dan jaw thrust.

10

A. Oropharyngeal airway

Adalah tabung melengkung terbuat dari plastik, pipih, dan melebar di bagian
mulut. alat ini diletakkan di atas lidah sehingga menc
mencegah
egah lidah jatuh menutup
faring.
Sebelum dipasang, dokter harus memilih ukuran yang tepat. Jika yang dipasang
ukurannya terlalu pendek tidak bisa menahan lidah sehingga pangkal lidah bisa
jatuh ke faring. Jika yang dipasang ukurannya terlalu panjang, ujun
ujungg orofaringeal
airway malah menempel ke epiglotis, udara tidak akan bisa lewat. Maka dari itu,
ukurannya harus pas. Cara mengukurnya yaitu dengan membandingkan panjang
jalan nafas dari ujung mulut sampai dengan angulus mandibularis.
Prosedurnya adalah
asien posisi supine dengan kepala ekstensi
- pasien
- alat disisipkan ke bawah sepanjang palatum durum (ujung bawah
oropharyngeal airway menghadap palatum, bukan lidah)
- diputar 180 derajat (sehingga ujung bawah oropharyngeal airway bisa masuk
ke faring)
- dimasukkan
kan lagi sampai flange tepat di depan gigi atau gusi.

B. Nasopharyngeal airway

Seperti oropharyngeal airway, tapi bentuknya bulat (beda dengan oropharyngeal


airway tadi yang pipih). Untuk memilih ukuran yang tepat bisa dengan menguk
mengukur
ur
diameter nares eksternal.
Sebelum diinsersikan, harus dipastikan nostril dalam keadaan utuh dan
dilubrikasi.

C.

Endotracheal intubation

Indikasi
1.untuk pemberian ventilasi
tekanan positif
2.menjaga jalan nafas tetap paten
3.menghindari resiko aspirasi

Peralatan yang digunakan


1. laringoskop
2. ET
3. spuit cuff
4. suction
5. stetoskop
6. plester
7. magill's forcep
8. stylet

Prosedur
1. Laringoskop dipegang
2. Melakukan tekanan pada cricoid (Sellick Manuver)
Caranya adalah kita cari tau dulu yang mana sih cricoid itu. Kartilago
cricoid adalah satu satunya cincin yang melingkari laring. Nah, kalau udah
nemu, cricoid itu ditekan pakai ibu jari dan telunjuk, tangan yang lain di
belakang leher untuk menstabilkannya. Manuver ini menyebabkan cincin
posterior
erior mendesak ke belakang yaitu menjepit esofagus. Regurgitasi pasif
dapat dicegah karena esofagus terjepit oleh cincin cricoid dari depan, dan Vertebra Cervical 7 dari belakang.
3. Mulut dibuka
4. Laringscope blade dimasukkan untuk mengontrol lidah, disingkirkan
disingkirkan sampai terlihat epiglotis
5. Laringoskop ditempatkan pada posisi yang sesuai
- laringoskop dengan blade melengkung diletakkan pada valecula
- laringoskop dengan blade lurus diletakkan di bawah epiglotis
6. Pangkal lidah diangkat sehingga glotis terbuka
te
7. endotracheal tube dimasukkan dengan penglihatan langsung
8. stilet dan laringoskop dilepaskan, lalu cuff dikembangkan
9. mengevaluasi posisi tube, suara nafas, dan deteksi CO2
10. endotracheal tube distabilkan dengan plester

11

Komplikasi dari Intubasi


si Trachea

1. hipoxia
- Hal ini terjadi jika terjadi kesalahan saat memasukkan ET, malah masuk esofagus.
- Atau bisa juga intubasi terpasang dengan baik, namun tidak mampu untuk melakukan ventlasi.
- Hipoksia juga terjadi jika karena prosedur ini memicu muntah
muntah atau regurgitasi, sehingga aspirasi ke jalan nafas.
2. Trauma: bibir, gigi, lidah, faring, laring, hidung, nasofaring bisa bengkak atau berdarah
3. Aktivitas reflex
- hipertensi dan dysrhytmia
- vomiting
- spasme laring
D. Supraglotic Airway
Terdapat 3 jenis alat untuk perbaikan jalan nafas atas (supraglotic), yaitu: LMA, Laryngeal tube, dan Combitube.
1. LMA (Laryngeal Mask Airway)
Terdiri dari masker yang diletakkan pada pembukaan laring.
Keuntungannya adalah
 tidak mengganggu waja
wajah pasien
 tidak perlu menahan selang pada posisinya
 mengurangi resiko aspirasi (meskipun sebenernya bisa bisa aja sih)
 Bisa digunakan untuk melakukan prosedur ventilasi tekanan positif,
namun tekanannya jangan terlalu tinggi
Indikasi
1. Prosedur anestesi rut
rutin
2. Kondisi intubasi dan ventilasi sulit. Sangat berguna pada prosedur CPR
jika susah dilakukan intubasi trakea
3. Kondisi darurat / resusitasi pasien tidak sadar, reflek laring dan
glosofaringeal negatif dan tidak memungkinkan intubasi
Kontaindikasi
a. Pasien tidak puasa
b. Pasien mengalami gangguan pengosongan lambung, obstruksi saluran
cerna
c. Penurunan compliance paru
d. Prosedur dengan posisi prone

E.

2. Laryngeal tube

3. Combitube

Hampir sama dengan


LMA, hanya saja lebih
efektif untuk mencegah
keluarnya
konten
lambung ke atas. Namun
untuk pemasangan lebih
sulit dibandingkan LMA.

Combitube efektif digunakan


pada kasus facial burn, trauma,
perdarahan jalan nafas atas,
vomiting, dan kasus lain yang
menyebabkan vocal cord tidak
terlihat. Namun hanya bisa
digunakan pada pasien dewasa,
karena belum ada ukuran anak
anakanak.

Needle Cricotyroidotomy

1.
2.
3.
4.

Membran cricothyroid dilakukan pungsi mnggunakan jarum kanula besar


(12-14
14 gauge) yang tersambung pada syringe
Syring diaspirasi untuk memastikan bahwa yang jarum tepat di dalam trakea
(yang tersedot adalah udara)
Kanula dibuat sudut 45 derajat secara kaudal
Aliran suplementasi oksigen dialirkan pada kanula selama 1 detik, lalu 4
detik istirahat. Dan seterusnya

Penggunaan teknik ini hany


hanyaa boleh sampai 30 menit untuk menghindari
hypercarbia danger. sehingga diperlukan manajemen definitif berikutnya

12

F.

Surgical cricothyroidotomy

1. Membuat irisan pada membran cricothyroid


2. Memasukkan tracheostomy atau tracheal tube
Prosedur
sedur ini lebih sulit dilakukan dan menyebabkan perdarahan. Namun
keuntungannya yaitu sekali berhasil terpasang, sudah adekuat dalam jangka
waktu lama.
Fungsinya dari prosedur ini adalah
- untuk melakukan ventilasi, oksigenasi
- menyedot darah, debris, atau
tau benda lain pada saluran napas.

Well setelah tau apa aja peralatan yang bisa digunakan, apa indikasinya, apa kontraindikasinya, kita bisa lebih mudah
untuk memilih bagaimana alur manajemen yang mau kita lakukan. Mungkin ada kasus obstruksi jalan nafa
nafas,
s, dicoba ditolong
pakai ET gak bisa, padahal kita harus segera meresusitasi, trus gimana dunkz...
Nah, untuk alur manajemen jalan nafas nya bisa kita lihat di algoritmanya ini nihhh:

Alhamdulillah.. sekian catatan kuliah mengenai Airway Manajement..


Semoga
emoga bermanfaat dan membuat kita semakin bersyukur akan nikmat yang diberikan Allah SWT,
bisa nafas normal, gratis, ga usah pakai intubasi atau repot
repot-repot
repot beli tabung oksigen..
Udah yaaa.. met belajar teman teman semuaa..!
Wassalamualaikum wr wb..

Introduction Fluid Resucutacion (Skills Lab)


Introduction

dr. Yunita Widyastuti, Sp.An


Tika Vandasari
Maaf banget tulisan ini dibuat hanya dari slide, karena ibunya juga gak jelasin jadi ini cuma isi slide aja, Semoga bermanfa
bermanfaat
at
Tujuan Terapi Intravena (IV)
 Menyediakan akses nutrisi parenteral
 Menyediakan akses dyalisi/ apheresis
 Tranfusi darah
 Menyediakan akses monitoring haemodynamic

13

 Menyediakan akses untuk test diagnostic


 Memasukkan cairan atau obat karena dibutuhkan
perubahan konsntrasi darah secara cepat dan akurat
dengan pemberian continues, intermittent atau pushpush
method.

CRYSTALLOID
 Larutan ini memiliki komposisi seperti ECF (Extra Cell
Fluid)
 Larutan crystalloid merupakan larutan aqueous dengan
low molecular-weight ion (garam) dengan atau tanpa
glukosa. Cairan jernih yg dibuat dari air dan larutan
elektrolit.
 Larutan ini bisa melewati membrane semi-permeable,
sehingga sebagian akan masuk ke cairan ekstrasel.
 Memilki waktu paruh 20-30 menit.
 Crystalloid dipakai pada resusitasi cairan pada pasien
hemorrhagic atau septic shock, burn trauma, head injury
(jaga tekanan perfusi otak), serta pada pasien yang akan
melakukan plasmapharesis atau reseksi hepar.
 Contoh: Normal saline; Hypotonic saline; Hypertonic
saline; Dextrose; Ringers Lactate; Hartmanns.
COLLOID
 Larutan colloid mengandung partikel yang tidak melewati
membrane semi-permeable (misal membrane kapiler)
 Aktifitas osmotic dari substansi dgn berat molekul tinggi
pada larutan koloid akan menjaga larutan ini tetap di

Perbandingan Crystalloid vs Colloid


Crystalloid
Murah

Advantage

Menginduksi aliran urin (volume


intravascular)
Pilihan untuk initial resuscitation pada
kasus trauma atau perdarahan
Ekspansi volume intravascular (1/4
volume yg tertahan di intravascular)
Mengembalikan 1/3 cairan yg hilang





intravascular, sehingga volume cairan yang dimasukkan


akan tetap berada di intravascular.
Kebanyakan memiliki waktu paruh 3-6 jam, dibandingkan
dgn crystalloid, larutan colloid memilki waktu lebih lama
berada di intravascular.
Tapi, larutan colloid juga bisa merembes keluar dari
intravascular jika ada perubahan permeabilitas kapiler yg
signifikan, misal pada severe trauma atau sepsis.
Sampai saat ini larutan colloid menjadi gold standard
untuk resusitasi intravascular. (Tapi kalo dari lecture
week 3, crystalloid tetep first linenya, ntar baru
dikombinasikan dengan colloid untuk jaga cairan tetap di
intravascular dan mencegah edema terutama edema
paru)
Karena kandungan gelatinnya, larutan colloid dapat
menyebabkan gangguan dan disfungsi platelet dengan
mempengaruhi fibrinolisis dan factor koagulasi (factor
VIII) dapat menyebabkan coagulopathy yg signifikan
jika larutan colloid diberikan volume yg besar.
Contoh: Albumin; Dextrans; Hydroxyethyl starch (HES);
Haemaccel dan Gelofusine.

Colloid
Lebih tahan lama di intravascular (1/3 volume masih bertahan di
intravascular setelah 24jam administrasi)
Menjaga atau  tekanan onkotik plasma
Membutuhkan volume yg lebih sedikit (daripada crystalloid)
untuk mencapai efek yg sama
Dapat menurunkan tekanan intracranial
Resiko edema perifer rendah (karena larutan ini tertahan di
intravascular)

14

Crystalloid
Mengencerkan osmotic colloid (jadi
gampang terjadi ekstravasasi cairan)
Menginduksi edema perifer
Resiko tinggi edema pulmo
Disadvantages

Membutuhkan volume yg banyak


(daripada colloid) untuk mencapai efek
yg sama
Efeknya transient (cepet hilang, waktu
paruh sebentar)

Colloid
Mahal
Menginduksi coagulopathy (Dextrans dan Helastrach)
Jika terjadi kebocoran kapiler sangan berpotensi terjadi
kehilangan cairan ke interstitial
Impairs subsequent cross matching of bool (Dextrans)
Mengencerkanfaktor pembekuan darah dan platelet, 
penempelan platelet (absorption on to platelet membrane
receptor)
Berpotensi terjadi hambatan di tubulus renalis dan di sel
retikuloendothelial heoar.
Mungkin terjadi reaksi anaphylactic (Dextrans)
 Digital Vessels
Sepanjang aspek lateral jari, infiltrasi mudah, nyeri
banget, susah diimmobilisasi, jadi pilihan terakhir deh.
 Metacarpal Vessels
Berada di antara aendi dan tulang metacarpal. Terbentuk
dari penyatuan digital vein. Area ini sering tidak berhasil
pada geriatric.karena jaringan ikat dan lemaknya sedikit
dan skin turgornya rendah.
 Cephalic (Interns Vein)
Dimulai dari aspek radial pergelangan tangan. Hati-hati
terhadap arteri atau nervus radialis.
 Medial Cephalic (On ramp to Cephalic Vein)
Hasil gabungan vena cephalic yg ada di bawah siku. Bisa
dipasang IV canula yg besar, tapi pemasangan susah.
 Basilic
Berasal dari sisi ulnar vena metacarpal dan berjalan
sepanjang aspek medial lengan. Sering tidak terlihat
karena lokasinya agak belakang, tapi dengan fleksi lengan
pembuluh darah ini bisa terlihat.
 Medial Basilic
Paralel terhadap tendon. Menerima canula IV ukuran
gede tapi susah nyari venanya. Hati-hati terhadap arteri
atau nervus brachial.
Kalkulasi Jumlah Tetesan Infus
 Drop factor= (60)/ (jumlah tetesan yg diperlukan untuk
1 ml cairan)
 Jumlah tetesan/ menit= (jumlah cairan yg
dibutuhkan/lama pemberian dalam menit) x (jumlah
tetesan yg diperlukan untuk 1ml cairan)= (jumlah cairan
yg dibutuhkan/lama pemberian dalam jam)/ drop factor
 Jumlah
tetesan/
jam=
(jumlah
cairan
yg
dibutuhkan/lama pemberian dalam jam) x (jumlah
tetesan yg diperlukan untuk 1ml cairan)
 Jumlah tetesan/ menit= (Jumlah tetesan/ jam) x (1/60)
 Jumlah tetesan/ jam= (Jumlah tetesan/ menit) x (60)

Poin Penting Pemasangan IV Line Perifer


 Cari pembuluh darah dengan palpasi, jangan hanya
diinspeksi.
 Vena yang bagus konsistensinya kenyal (tapi belum
tentu terlihat juga), pilih dari yang distal, hindari area di
daerah persendiaan.
 Gunakan penekanan hangat dan biarkan tangan rileks
supaya vena terisi secara leluasa.
 Tourniquet Jika pasien tidak alergi latex gunakan yg
latex aja soalnya congesti venanya lebih bagus ntar. Tapi
kalo gak bisa, pake tensimeter aja, manset dipompa
sampe 10mmHg di bawah tekanan sistolik (aliran arteri
tetap jalan walaupun vane konstriksi maksimum)
 Pakai IV canula sesuai ukuran dan tujuan.
 Hati-hati karena aliran darah di tangan sekitar
95ml/menit.
Vena di Upper Extremities

15

You might also like