You are on page 1of 30

1

A. OBAT ANTI JAMUR


1) Deskripsi Obat Anti Jamur
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan
ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan
infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit
adalah tinea. For example, tinea pedis (athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan
vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang
merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan untuk membunuh atau
menghilangkan jamur.
Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B,
nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol,
itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
2) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, parakoksidoidomikosis,
aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.
Mungkin efektif terhadap maduromikosis (misetoma) & mukomikosis (fikomikosis)
Secara topikal efektif thdp keratitis mikotik
Penderita dg terapi amfoterisin B hrs dirawat di RS, untuk pengamatan ketat ES
Kontra Indikasi
a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Ibu hamil dan menyusui
d. Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
Contoh obat :
Amfoterisin B
Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk kedalam golongan polyene.
Obat ini biasa digunakan untuk membantu tubuh mengatasi infeksi jamur serius.Amfoterisin A
dan B adalah hasil fermentasi Streptomyces nodosus, actinomyces yang ditemukan di tanah.98 %
campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas anti jamur. Kristal seperti
jarum atau prisma berwarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa. Amfoterisin
merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil,
tidak tahan suhu diatas 370C. Tetapi dapat bertahan sampai berminggu-minggu pada suhu
40C.Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas
anti jamur nyata pada pH 6,0 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih

rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan
dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Obat ini digunakan untuk pengobatan infeksi jamur seperti:
a. Koksidiodomikosis
b. Parakoksidioidomikosis
c. Aspergilosis
d. Kromoblastomikosis
e. Kandidiosis
f. Maduromikosis (misetoma)
g. Mukormikosis (fikomikosis)
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidrosis tilbamidin
yang cukup efektif untuk sebagian besar pasien dengan lesi kulit yang tidak progresif.Obat ini
efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus spp,
Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus
neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp,
Rhodotorula spp, dan Sporothrix schenckii.Organisme lain yang telah dilaporkan sensitif
terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan Leishmania protozoa dan Naegleria
spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk rickettsia) dan virus.Beberapa strain yang
resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan jangka panjang dengan
amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.
Infus amfoterisin B seringkali meninbulkan beberapa efek samping seperti kulit panas,
keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, hipotensi, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang
dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapat dosis awal secara iv akan mengalami
demam dan menggigil. Keadaan ini hampir selalu terjadi pada penyuntikan amfoterisin B tapi
akan berkurang pada pemberian berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan dengan memberikan
hidrokortison 25-50 mg dan dengan antipiretik serta antihistamin sebelumnya. Flebitis dapat
dikurangi dengan menambahkan heparin 1000 unit kedalam infuse.
3) Farmakodinamik dan Farmakokinetik

Farmakodinamik
Amfoterisin B bekerja dengan berikatan kuat dengan ergosterol (sterol dominan pada
fungi) yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor
dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel-sel jamur merembas
keluar sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang
tetap pada sel. Efek lain pada membran sel jamur yaitu dapat menimbulkan kerusakan oksidatif
pada sel jamur.
Farmakokinetik
Amfoterisin sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Suntikan yang dimulai dengan
dosis 1,5 mg/hari lalu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari akan
memberikan kadar puncak antara 0,5-2 g/mL pada kadar mantap. Waktu paruh obat ini kira-kira
24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasifase kedua dengan waktu paruh kira-kira

15 hari sehingga kadar mantapnya baru akan tercapai setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini
didistribusikan luas ke seluruh jaringan. Kira-kira 95% obat beredar dalam plasma, terikat pada
lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa yang
mengalami peradangan hanya kira-kira2/3 dari kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga
dapat menembus sawar uri, sebagian kecil mencapai CSS, humor vitreus dan cairan amnion.
Ekskresi melalui ginjal sangat lambat, hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam
sebelumnya ditemukan dalam urine.
4) Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien
B. Keluhan Utama
Nyeri
Luka
Perubahan fungsi seksual
C. Riwayat Penyakit
1.
Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin.
2.
Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
D. Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan Bagian Luar
Inspeksi
Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien
Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan
eksoria
Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
b.
Pemeriksaan Bagian Dalam
Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
- Palpasi
Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan
nyeri tekan
Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan

5) Intervensi dan Health Education


Intervensi

1.
2.
3.

Menjelaskan kepada pasien tentang obat yang akan di berikan (amfoterisin B)


Menjelaskan efek samping dari obat dan dosis obat yang akan diberikan
Menjelaskan kontraindikasi dari obat tersebut

Health Education
Penyebab wanita hamil mengalami keguguran sering kali tidak diketahui dengan pasti.
Ada sejumlah faktor, seperti infeksi atau pengentalan darah yang memang bisa memicu
keguguran, tapi lebih banyak yang tidak bisa dijelaskan.
Di Denmark, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi obat infeksi
anti-jamur untuk keputihan beresiko mengalami keguguran.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association ini dilakukan
dengan melibatkan satu juta wanita hamil di Denmark. Peneliti membandingkan wanita hamil
yang mengonsumsi Flukonazol, yaitu obat anti-jamur, dengan wanita hamil yang tidak
mengkonsumsi Flukonazol.
Hasilnya, wanita hamil yang mengonsumsi Flukonazol pada enam bulan pertama kehamilan,
lebih berisiko 50 persen mengalami keguguran. Wanita hamil yang minum obat infeksi jamur
dalam dosis tinggi juga memiliki risiko lebih besar.
Infeksi jamur rentan dialami wanita saat hamil karena terjadi perubahan hormonal. Menurut
peneliti, dokter pun kini harus hati-hati dalam memberikan resep obat anti-jamur itu.
Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat tahun 2011 pun menyatakan bahwa
dosis tinggi obat anti-jamur pada awal kehamilan berisiko melahirkan bayi yang cacat.
Namun, menurut dokter obstetri dan ginekologi, Scott Sullivan, studi terbaru belum bisa
membuktikan bagaimana risiko keguguran disebabkan oleh konsumsi Flukonazol. Hanya saja,
dokter memang harus berhati-hati meresepkan obat-obatan oral pada 12 minggu pertama
kehamilan.
6) Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.
7 benar pemberian obat untuk menghindari Ketidaksesuaian obat
1. Benar Pasien:
Gunakan minimal 2 identitas pasien.
Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
Anamnesis riwayat alergi.
Anamnesis kehamilan/ menyusui.
Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar obat-obat
tersebut.
Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien di rumah
(termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau
tambahan obat).
Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi dilakukan oleh
dua orang yang kompeten double check.

2. Benar Obat
Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat), dan larutan
lain.
Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak akan segera
dipakai juga harus diberi label.
Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap kali obat atau
larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan volume,
tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal
kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika orang yang
menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak segera
diberikan.
Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat disiapkan/ diisi.
Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat atau
larutan pada satu saat.
Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau prosedur
dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan selesai).
Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama dan petugas
baru secara bersama.
Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang yang
kompeten double check.
3. Benar Dosis
Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung & dicek
oleh dua orang yang kompeten double check.
Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari tiap 8 jam, 2 x sehari tiap 12 jam, Sehari
sekali tiap 24 jam, Selang sehari tiap 48 jam
Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
5. Benar Cara/ Route Pemberian
Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: Slow-Release tidak
boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.

Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.


Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
6. Benar Dokumentasi
Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.
Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang melakukan.
Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang memberikan
obat tersebut.
Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama & paraf
yang mengubahnya.
Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di
ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat (ESO) dicatat
dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping
Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan
Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan Form Pelaporan Insiden
ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan Form Pelaporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien.
7. Benar Informasi
Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien & atau
keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini ditulis dalam
Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien yang ada di dalam paket rekam
medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien/ keluarga pasien.

B. ANTI VIRUS ( VIRUSTATIA)


Virus berasal dari bahasa latin dan sansekerta yaitu visham yang artinya racun, virus
merupakan organisme hidup yang terkecil dengan ukuran antara 20-300 mikron. Diluar, virus
tampak seperti kristal tanpa ada tanda kehidupan.
Antivirus adalah obat yayng digunakan untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh
virus. Penyakit yang diakibatkan oleh virus adalah : influenza, polio, tampak, cacar, herpes,
hepatitis, flu burung, dan HIV/AIDS

1. DESKRIPSI
Virus hervers dihubungkan dengan spectrum luas penyakit-penyakit, yaitu bisul
dingin, essence valitis, dan infeksi genital, yang terakhir merupakan bahaya untuk bayi
baru lahir selama persalinan. Obat-obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama
fase akut infeksi virus dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet,
obat-obat tersebut adalah analokpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis virus
DNA.
A. Asiklovir
Asiklovir merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan karena
efektif terhadap virus hervers. Acyclovir adalah obat antivirus yang dimanfaatkan
dalam pengobatan infeksi virus, misalnya herpes simpleks dan varisela zoster.
Varisela zoster merupakan virus yang mengakibatkan penyakit cacar api atau
herpes zoster. Herpes simpleks bisa memicu serangan penyakit luka melepuh di
daerah bibir (cold sore) dan penyakit herpes genital.

2. INDIKASI & KONTRA INDIKASI

Indikasi
Pengobatan infeksi virus herpes simplex pada kulit dan selaput lender, termasuk
herpes genitalis inisial dan rekuren.
Pengobatan infeksi herpes zoster dan varicella.

Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap acyclovir
Interaksi obat

Probenecid meningkatkan T1/2 dan AUC Acyclovir


Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian asiklovir :
Apakah penderita alergi terhadap asiklovir, atan golongannya, atau mempunyai alergi
terhadap sesuatu misalnya makanan.
Apakah penderita sedang hamil, walaupun dilaporkan bahwa tidak ada efek terhadap
bayi yang dikandung pada ibu yang mengkonsumsi asiklovir.
Apakah penderita sedang menyapih anaknya Asiklovir dapat melewati air susu
walaupun dilaporkan tidak ada efek terhadap si bayi.
Usia sipenderita karena pada anak-anak berbeda dosisnya dengan orang dewasa
Penderita usia lanjut, karena golongan ini sistem saraf sentralnya lebih sensitif
dibandingkan dewasa muda sehingga sering terjadi agitasi, bingung, pusing
dan drowsiness akibat obat ini.
Apakah penderita sedang menjalani terapi tertentu karena beberapa obat dapat
berinteraksi terhadap asiklovir diantaranya :
Carmustin mis : BICNU
Cisplatin mis : Platinol
Kombinasi obat-obatan penghilang nyeri dengna asetaminopen dan aspirin mis
: Eksedin atau salisilat lainnya.
Cyclosporin mis : sandimmune
Deferoksamin mis : Desferal (dengan pemakaian jangka lama)
Garam emas (obat-obatan artritis)
Obat-obatan anti inflamasi atau analgetik keculai narkotik
Litium mis : Lithane
Metotreksat (mexate)
Obat-obatan lain untuk infeksi
Penisilamin mis : cuprimin
Plicamycin mis : Mithracin
streptozocin mis : Zanosari
Tiopronin (thiola) pemakaian bersamaan dengan asiklovir dapat
meningkatkan resiko terjadinya efek samping khususnya penyakit ginjal
Masalah-masalah lain, diantaranya :
Dehidrasi
Penyakit ginjal dehidrasi atau penyakit ginjal dapat meningkatkan kadar
asiklovir, meningkatkan resiko terjadinya efek samping.
Penyakit sistem saraf asiklovir dapat memperberat penyakit ini. 1

3. FARMAKOKINETIK & FARMAKODINAMIK


a. Farmakokinetik
Pemberian obat
Efektivitas
pemberian

bisa secara intravena,


topical diragukan.obat

oral atau topical.


tersebar
keseluruh

tubuh,termaksuk
cairan
serebrospinal.asiklovir
sebagian dimetabolisme
menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi melalui filtrasi
glomerular dan sekresi tubular.
Obat diabsorbsi dengan lambat, tergantung dari dosisnya, dan luas
didistribusikan ketubuh dan jaringan organ. Lima puluh persen melalui cairan
serebrospinal. Sepuluh sampai tiga puluh persen obat berikatan dengan protein.
Waktu paruhnya adalah 2-3 jampada fungsi ginjal normal. Asiklovir disekresikan
tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Asiklovir bersifat konsisten mengikuti
model dua-kompartemen; volume distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan
volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml
setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan
fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 jam pada orang dewasa
dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat
diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan serebrospinal
mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80%
dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui
sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan dapat ditemukan
kembali di urine sebagai metabolit inaktif
b. Farmakodinamik
Asiklovir merupakan analog 2-deoksiguanosin. Asiklovir adalah memiliki
efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat. Langkah
yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang
dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes
atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo
virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk
membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat
menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2-deoksiguanosin
trifosfat dengan substrat DNA polymerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti.
Inkorporasi asiklovirmonofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena
enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif
4. PENGKAJIAN

Kaji pasien: Kaji adanya tanda dan gejala infeksi.


Kaji obat: Asiklovir 400mg tablet oral digunakan sebagai antivirus aturan
pakai 1x sehari.

10

5. INTERVENSI
a.
b.
c.

Menjelaskan kepada pasien tentang obat yang akan di berikan (Asiklovir)


Menjelaskan efek samping dari obat dan dosis obat yang akan diberikan
Menjelaskan kontraindikasi dari obat tersebut

Health education
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan
gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan
cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe
2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas
berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes
genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat
menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan
seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1
biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan
infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan
perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli
kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih
berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah
terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan
infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian
menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau
herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada
25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral
biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah,
dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan
esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan.
Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel
pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadangkadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas
berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis

11

dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan
pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga
kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat
yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang
dewasa.
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis
herpes genitalis.
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit
di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.
7 benar pemberian obat untuk menghindari Ketidaksesuaian obat
1. Benar Pasien:
Gunakan minimal 2 identitas pasien.
Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
Anamnesis riwayat alergi.
Anamnesis kehamilan/ menyusui.
Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar
obat-obat tersebut.
Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien
di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/
menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.
2. Benar Obat
Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat),
dan larutan lain.
Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak
akan segera dipakai juga harus diberi label.
Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap
kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.

12

Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan
volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24
jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika
orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak
segera diberikan.
Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan/ diisi.
Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat
atau larutan pada satu saat.
Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau
prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan
selesai).
Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama
dan petugas baru secara bersama.
Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang
yang kompeten double check.

3. Benar Dosis
Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung
& dicek oleh dua orang yang kompeten double check.
Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari tiap 8 jam, 2 x sehari tiap 12
jam, Sehari sekali tiap 24 jam, Selang sehari tiap 48 jam
Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
5. Benar Cara/ Route Pemberian
Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: SlowRelease tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.
Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.
Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
6. Benar Dokumentasi
Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.

13

Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang
melakukan.
Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut.
Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama
& paraf yang mengubahnya.
Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di
ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat
(ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir
Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan
Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat
dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan Form
Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan Form Pelaporan Insiden ke
Tim Keselamatan Pasien.

7. Benar Informasi
Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien &
atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini
ditulis dalam Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien yang
ada di dalam paket rekam medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien/
keluarga pasien.

C. OBAT AMEBIAZID
1. DESKRIPSI
Ameobiasi Adalah penyakit infeksi yang terjadi di usus besar, penyakit ini disebabkan oleh
parasit jenis komensal usus yang kebanyakan tersebar di daerah tropis. Patut diketahui bahwa
penyakit ini juga disebabkan oleh kepadatan penduduk yang terjadi yang tentunya juga
berpengaruh pada kebersihan lingkungan.
2. INDIKASI & KONTRAINDIKASI
a. Indikasi :
1. Infeksi anaerobik (peritonitis, abses);

14

2.

Pencegahan infeksi paska operasi, terutama pasien yang menjalani


operasi saluran cerna sepertikolon, dan operasi alat reproduksi wanita;
3.
Gingivitis ulseratif akut;
4.
Giardiasis;
5.
Trikomoniasis;
6.
Amebiasis;
7.
Pengobatan infeksi Helicobacter pylori;
8.
Infeksi alat reproduksi wanita (endometritis, endomiometritis, abses
tuba ovarian);
9.
Bakterial septicemia;
10.
Infeksi kulit dan jaringan lunak;
11.
Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah (pneumonia, empiema,
abses paru-paru).
b. Kontraindikasi
Fasigyn tidak boleh digunakan pada orang dengan gangguan diskrasia darah,
gangguan neurologis klinis aktif, ibu hamil trisemester 1 dan ibu menyusui.

3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data Primer
a. Data Subjektif
Keluhan utama : buang air besar lebih dari 3 hari
Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut.
Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan makanan
seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang
mengandung sorbitol dan fruktosa.
b. Data Objektif
Airway :
Jalan nafas paten
Tidak ada obstruksi pada pernafasan
Breathing / Pernafasan
Nafas spontan
Irama nafas cepat
Pola nafas tidak teratur
Jenis pernafasan; Kusmaul
Adanya sesak nafas
Adanya pernafasan cuping hidung
RR > 24x/menit
Circulation
Nadi > 120x/menit
Tekanan darah menurun
Wajah tampak pucat

15

Akral hangat
Kadang Ada sianosis
Suhu > 37,50C
CRT > 2 detik
Mukosa bibir kering
Tidak terjadi perdarahan
Turgor kulit lambat
Riwayat kelebihan cairan akibat diare
Disability
Pasien tampak lemah
c. Data sekunder
a.Eksposure
b.
Tidak adanya edema ekstremitas
c.Tidak ada jejas pada kepala
d.
Five intervention
Pemeriksaan Laboratorium:
- Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit,hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum,ureum dan
kretinin,
- Pemeriksaan
tinja
dan pemeriksaan
enzymelinked
immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes
serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.
e.Give comfort
f. Pasien tampak nyeri
g.
Nyeri di sekitar perut
h.
Head to toe
i. Kepala dan wajah : mata cowong
j. Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal
k.
Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada.
l. Abdomen dan pinggang :
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Bising usus meningkat
Gerakan peristaltic meningkat
Perkusi : suara perut timpani
Palpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.
m.
Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis
dan perenium.

Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.


n.
Inspect the posterior surface
Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang.
4. Intervensi :
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.
2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 010). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

16

R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum defekasi sering
terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus.
Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran
penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung kemih, perporasi, toksik
megakolon.
3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati
dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki perbedaan penunjuk verbal
dan non verbal.
R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan visiologis dan
dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas dari
beratnya masalah.
4. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat (seperti
kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
5. Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman misalnya lutut fleksi.
R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
.

Health education
ManadoToday Amoebiasis adalah penyakit parasit usus yang disebabkan
oleh parasit mikroskopis bersel tunggal yang disebut Entamoeba histolytica.
Parasit ini hidup bergantung pada organisme lain.
Amoebiasis biasanya terjadi karena mengkonsumsi air yang terkontaminasi atau
makanan yang mengandung kista Entamoeba. Paling sering menyebar melalui
lalat dan kecoak.
Anak-anak dengan amoebiasis mengalami gejala seperti kentut berbau
sangat busuk dan terlihat gelisah. Infeksi kronis dapat menyebabkan penurunan
berat badan dan anak kekurangan gizi. Ada rasa sakit di perut bagian bawah. Jika
periode infeksi dibiarkan lama dapat melibatkan hati dan organ tubuh lainnya
yang juga mengarah ke suatu kondisi yang disebut sebagai abses amuba.
Amoebiasis adalah penyakit yang 100 persen dapat diobati dan antibiotik tertentu
seperti metronidazole atau nitazoxanide dapat digunakan untuk pengobatan
berdasarkan resep dokter. Jika penyakit ini berkembang dan menyebabkan
pembentukan abses, maka perlu dilakukan pembedahan.

17

Serta untuk pencegahan, anda dapat melakukan hal-hal dibawah ini:

Perhatikan air minum yang akan dikonsumsi, pilih air mineral atau air
yang direbus selama 20 menit.

Cuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

Potong dan jaga kuku tetap bersih

Cuci sayuran dan buah-buahan baik di air yang mengalir sebelum


dimakan atau dimasak

Hindari berbagi handuk dengan orang yang terinfeksi

Hindari alkohol untuk mencegah komplikasi usus jika memiliki


amoebiasis.

5. HAL HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT


7 benar pemberian obat untuk menghindari Ketidaksesuaian obat
1. Benar Pasien:
Gunakan minimal 2 identitas pasien.
Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
Anamnesis riwayat alergi.
Anamnesis kehamilan/ menyusui.
Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar
obat-obat tersebut.
Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien
di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/
menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.
2. Benar Obat
Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat),
dan larutan lain.
Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak
akan segera dipakai juga harus diberi label.
Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap
kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.

18

Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan
volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24
jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika
orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak
segera diberikan.
Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan/ diisi.
Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat
atau larutan pada satu saat.
Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau
prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan
selesai).
Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama
dan petugas baru secara bersama.
Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang
yang kompeten double check.

3. Benar Dosis
Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung
& dicek oleh dua orang yang kompeten double check.
Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari tiap 8 jam, 2 x sehari tiap 12
jam, Sehari sekali tiap 24 jam, Selang sehari tiap 48 jam
Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
5. Benar Cara/ Route Pemberian
Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: SlowRelease tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.
Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.
Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
6. Benar Dokumentasi
Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.

19

Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang
melakukan.
Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut.
Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama
& paraf yang mengubahnya.
Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di
ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat
(ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir
Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan
Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat
dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan Form
Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan Form Pelaporan Insiden ke
Tim Keselamatan Pasien.

7. Benar Informasi
Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien &
atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini
ditulis dalam Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien yang
ada di dalam paket rekam medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien/
keluarga pasien.

20

D. ANTI PROTOZOA
1. Deskripsi
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan
sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat
melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya
adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak
menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut
Kista.
Obat Metronidazol adalah salah satu antibiotika yang paling banyak diresepkan oleh
dokter di Indonesia. Metronidazol merupakan antibiotik yang cukup bagus untuk
mematikan bakteri anaerob, yaitu bakteri yang hidup dalam suasana tanpa oksigen seperti
di dalam luka tertutup contohnya luka pada kaki penderita kencing manis (diabetes) atau
di dalam organ contohnya pada infeksi pada perut bagian dalam.
2. Indikasi & kontraindikasi
Indikasi Metronidazol Sebagai obat anti bakteri dan anti protozoa fungsi obat
metroidazol adalah untuk : mengatasi penyakit Infeksi menular seksual mengatasi
penyakit Infeksi yang disebabkan bakteri anaerob mengatasi penyakit Infeksi bakterial
vaginosis pada vagina mengatasi penyakit Infeksi parasit amoeba seperti pada diare
mengatasi penyakit Infeksi parasit trichomonas
Kontraindikasi metronidazol tidak dianjurkan untuk dipakai oleh pasien yang
diketahui : memiliki riwayat alergi Metronidazol atau komponen metronidazol sedang
memiliki usia kehamilan trimester pertama yaitu 0 3 bulan
3. Farmakokinetik & farmakodinamik
Absorpsi : Absorbsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemakaian oral.
Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma kirakira 10 g/mL. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitive, ratarata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 g/ml. Konsentrasi plasma maksimum muncul
saat setelah dilakuakan penyuntikan secara intravena. Waktu paruh obat saat pemberian
secara intravena ditetapkan sekitar 7,3 jam 1 jam. Konsentrasi yang dicapai secara
sistemik setelah penggunaan 1 g secara topikal 10 kali lebih kecil dari pada penggunaan
dengan 250 mg peroral (Baxter, 2013).
Distribusi: Metronidazol didistribusikan secara luas dalam jaringan tubuh dan cairan.
Ini berdifusi menembus blood-brain barrier, menembus plasenta, dan muncul dalam air
liur serta air susu ibu dalam konsentrasi yang setara dengan yang ditemukan dalam
plasma (Baxter, 2013).
Metabolisme: Dosis oral atau intravena dari metronidazol sebagian dimetabolisme di hati
melalui ikatan rantai samping oksidasi dan pembentukan glukuronat. Hasil dari
metabolisme oksidaso adalah 1 - (2-hidroksietil) -2 -hidroksimetil-5-nitroimidazole
(hidroksi metabolit), yang memiliki aktivitas antibakteri dan terdeteksi terdapat dalam
plasma dan urin, dan 2-metil-5-nitroimidazole-1-asam asetat (asam metabolit), yang tidak
ada aktivitas antibakteri dan tidak terdeteksi dalam plasma, tetapi diekskresikan dalam

21

urin. Metabolit utama, 2-hydroksimetil metronidazol memiliki aktivitas antiprotozoa


secara in vitro (Baxter, 2013).
Ekskresi: Obat ini diekskresi melalui urin dalam bentuk asal dan bentuk
metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Urin mungkin berwarna coklat kemerahan
karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari obat. Metronidazol juga
disekresi melalui feses, air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan seminal dalam kadar
rendah (Syarif, Amir dkk. 2011)
Waktu paruh Waktu paruh metronidazol berkisar antara 8-10 jam.Waktu paruh
menjadi lebih lama pada neonatus. Pada beberapa kasus terjadi kegagalan karena
rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin dapat disebabkan oleh absorbs yang buruk atau
metabolism yang terlalu cepat (Syarif, Amir dkk. 2011).
FARMAKODINAMIK Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis,
trikomoniasis, dan infeksi bakteri anaerob.Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal
maupun ektraintestinal.Namun, efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar
metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.Untuk amubiasis intestinal dianjurkan
pemberian amubisid intestinal lain setelah pemberian metronodazol. Pada abses hati,
dosis yang digunakan sama besar dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba,
bahkan dengan dosis yang lebih kecil telah diperoleh respons yang baik. Meskipun
metronidazol efektif untuk abses hati, namun aspirasi abses tetap diperlukan. Untuk
pembawa (carrier ) amuba, efektifitasnya paling rendah. Selain untuk amubiasis dan
trikomoniasis, metronidazol juga diindikasikan untuk drakunkuliasis sebagai alternative
niridazol dan untuk giardiasis. Metronidazol digunakan untuk profilaksis pascabedah
daerah abdomen, infeksi pelvic, dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.
fragilis. Untuk maksud ini metronidazol digunakan untuk obat pilihan utama.
4. Pengkajian keperawatan

a. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

22

b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat NutrisiAS
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
-

Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

23

5.

Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj
urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1
lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put

24

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi


terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu
Kriteria hasil : Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

25

Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi
iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Health Education
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan
nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka
menggigit dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang
dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan
berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut
Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan
menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria

26

berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.
PENYEBAB:
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai
berikut
:
- Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria
tertiana.
- Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut
sebagai
malaria
tersiana.
- Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariaeatau malaria kuartana karena
serangan
demam
berulang
pada
tiap
hari
keempat.
- Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malari vivax.
Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri
TANDA DAN GEJALA
Gejala serangan malaria pada penderita biasanya ditemukan pada penderita yang berasal
dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas);
atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang
terdiri
dari
tiga
stadium
berurutan:
- menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan
keluar
zat-zat
antigenik
yang
menimbulkan
mengigil-dingin.
- demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu
badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5
persen)
suhu
meningkat
sampai
lebih
dari
40
derajad
celcius.
- berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan
metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam
keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah
berkeringat,
penderita
merasa
sehat
kembali.
CARA PENULARAN:
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke
manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang
darahnya mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk
Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat
menularkan malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk
Anopheles betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.

PENCEGAHAN:

27

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang
penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan
langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa
obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan
kelambu berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang
nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang
bergantungan serta genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate)
pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau
sepanjang pantai.
6. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN
OBAT
7 benar pemberian obat untuk menghindari Ketidaksesuaian obat
1. Benar Pasien:
Gunakan minimal 2 identitas pasien.
Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
Anamnesis riwayat alergi.
Anamnesis kehamilan/ menyusui.
Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar obatobat tersebut.
Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien di
rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan,
interaksi, atau tambahan obat).
Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.

2. Benar Obat
Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat), dan
larutan lain.
Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak akan
segera dipakai juga harus diberi label.

28

Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap kali
obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan
volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam
dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika
orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak
segera diberikan.
Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat disiapkan/
diisi.
Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat
atau larutan pada satu saat.
Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau
prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan
selesai).
Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama dan
petugas baru secara bersama.
Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang yang
kompeten double check.

3. Benar Dosis
Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung &
dicek oleh dua orang yang kompeten double check.
Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari tiap 8 jam, 2 x sehari tiap 12
jam, Sehari sekali tiap 24 jam, Selang sehari tiap 48 jam
Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
5. Benar Cara/ Route Pemberian
Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: SlowRelease tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.
Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.
Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
6. Benar Dokumentasi

29

Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.
Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang
melakukan.
Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut.
Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama &
paraf yang mengubahnya.
Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di
ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat (ESO)
dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan
Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di
Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite
Farmasi dan Terapi.
Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan Form Pelaporan
Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan Form Pelaporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien.

7. Benar Informasi
Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien & atau
keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini ditulis
dalam Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien yang ada di dalam
paket rekam medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien/ keluarga pasien.

30

Daftar pustaka
http://arifapertiwi95.blogspot.co.id/2016/04/farmakologi-obat-jamur.html
http://ahmadfirmanismail.blogspot.co.id/2012/06/asuhan-keperawatan-dengan-klien.html
https://mediacerebri.wordpress.com/2010/05/18/penggolongan-obat-anti-virus/
http://dokita.co/store/acyclovir-400-mg/
http://exdeath-health.blogspot.co.id/2008/02/asiklovir.html
http://dokumen.tips/documents/asiklovir-55b4fa9143d7e.html
http://dokumen.tips/documents/asep-file-2.html
http://www.inijalanku.info/pengobatan-penyakit-amoebiasis.html
http://googleweblight.com/?lite_url=http://annaregina25.blogspot.com/2013/06/amebiasis.html?
m%3D1&ei=wzga8MIf&lc=idID&s=1&m=354&host=www.google.co.id&ts=1462536423&sig=APY536x1S09WvXMB93WpiBEaOJxBM0ovg
Bersumber dari: Metronidazol Indikasi Obat, Dosis, Efek Samping | Mediskus.com
http://faizinh.blogspot.co.id/2014/08/kerja-obat-anti-protozoa-dan-fungsi.html
http://mediskus.com/metronidazol
https://defkanurse.wordpress.com/2010/08/04/asuhan-keperawatan-disentri/
http://www.manadotoday.co.id/2015/05/5613/tips-mencegah-dan-mengobati-amoebiasis/
http://www.kerjanya.net/faq/8739-fasigyn-500-mg.html
http://nursebedont.blogspot.co.id/2011/06/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html

You might also like