You are on page 1of 6

TUGAS PSIKOSOSIAL KESEHATAN REPRODUKSI

KEBIJAKAN DIRECT DAN INDERECT

Kelompok 4
1. Diyan Reni Jayanti 150785955
2. Marella

1506705273

3. Puri Kresna

156786806

4. Siti Fatimah

1506786983

5. Yaneu Nuraineu

1506787166

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2016

1. MASALAH PERNIKAHAN
KEBIJAKAN INDIRECT YANG TIDAK SESUAI
Pasal 7 Ayat 1 menyatakan bahwa,
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam
belas) tahun.
Dalam hal ini artinya, negara mengizinkan wanita untuk melakukan
pernikahan dan legal secara hukum. Padahal dalam kesehatan, wanita dengan
usia muda yaitu 16 tahun mempunyai risiko mengalami komplikasi pada
kehamilan. Selain itu secara psikologis, wanita masih terlalu muda untuk dapat
mempersiapkan diri menjadi seorang ibu yang harus merawat dan
membersarkan anaknya. Pada usia muda dan mereka sudah diperbolehkan
untuk menikah, akan merugikan wanita untuk dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, terutama jika wanita tersebut hamil. Beberapa
institusi melarang wanita untuk hamil jika mereka masih duduk di dalam
bangku sekolah, walaupun secara undang-undang tidak ada yang melarang hal
tersebut.
KEBIJAKAN DIRECT SESUAI
a. BkkbN
BkkbN berpendapat bahwa perkawinan usia muda adalah perkawinan
yang dilakukan di bawah usia 20 tahun.
b. WHO
WHO berpendapat bahwa pernikahan dini atau pernikahan muda adalah
yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangannya yang masih
dikategorikan remaja yaitu berusia dibawah 19 tahun.
Ketentuan usia menikah yang dibuat oleh BkkbN dan WHO adalah dengan
alasan kesiapan perempuan terhadap kehamilan. Program kependudukan yang
pernah dibuat adalah melalui program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk. Program PUP ini
merupakan upaya untuk meningkatkan usia perkawinan pertama, sehingga
mencapai usia inimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25
tahun bagi pria.
2

2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI


TENTANG AKI
KEBIJAKAN INDIRECT
Undang-undang no. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia.
PASAL 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hati nurani................
KEBIJAKAN DIRECT YANG SESUAI
a. UU no

52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga :
Pada pasal 30 .
ayat 1:
pemerintah menetapkan kebijakan penurunan angka kematian untuk
mewujudkan penduduk penuh seimbang dan kualitas pada seluruh
dimensinya
Ayat 2:
Penurunanan angka kematian sebagai mana dimaksud di ayat 1 berupa
pemberian prioritas pada :
Penurunan AKI pada waktu hamil
Ibu melahirkan
Pasca persalinan
Bayi serta anak
b. MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS)
dalam Tujuan 5 : Menurunkan Angka Kematian Ibu
c. BKKBN tentang KELUARGA BERENCANA (Pasal 20 -21 UU 52/2009
ttg PKPK )
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
Pemerintah

menetapkan

kebijakan

keluarga

berencana

melalui

penyelenggaraan program keluarga berencana. (Pasal 20)


Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung
jawab tentang:

a. usia ideal perkawinan,


b. usia ideal untuk melahirkan; tidak boleh Hamil Usia < 20 tahun dan >35
Tahun
c. jumlah ideal anak (Terlalu Banyak Jumlah Anaknya >2 Anak)
d. jarak ideal kelahiran anak (Terlalu Dekat Jarak Melahirkan <2 Tahun), dan
e. penyuluhan kesehatan reproduksi
d. Peraturan presiden RI No. 12 tahun 3013 tentang jaminan kesehatan

KEBIJAKAN DIREC YANG BERTENTANGAN TENTANG AKI


1. PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)
Pelayanan yang didapatkan dalam program jampersal :

a. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di


trimester I, 1 kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)
b. Persalinan normal
c. Pelayanan nifas normal
d. Pelayanan bayi baru lahir normal
e. Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi
f. Pelayanan pasca keguguran
g. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
h. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
i. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi
j. Penanganan rujukan pasca keguguran
k. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
l. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif
m. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
n. Pelayanan KB pasca persalinan
o. Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta
berhak mendapatkan pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) / Identitas diri lainnya.
Dengan adanya pelayanan Jampersal di atas banyak sekali yang merasa
bahwa proses kehamilan dan melahirkan mutlak mendapatkan jaminan
sehingga terjadi peninggatan AKI dengan meningkatnya jumlah kehamilan
dan persalinan..

Daftar Pustaka

Health Sector Review: Kumpulan Policy Brief. (2015). http://aiphss.org/wpcontent/uploads/2014/12/Kumpulan-Policy-Brief_Bahasa-Indonesia_Bagian-I22Nov2014.pdf. Diunduh tanggal 13 April 2016
Undang-undang

Republik

Indonesia.

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm.

Diunduh tanggal 13 April 2016

You might also like