Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Upaya Kesehatan Transfusi darah adalah serangkai
an kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian donor
sampai dengan pendistribusian darah .Transfusi darah
merupakan tindakan klinis yang penting untuk mengatasi
penyakit dan menyelamatkan jiwa serta memperbaiki
kesehatan pasien yang memerlukan darah. Hal penting
yang harus diperhatikan dalam praktek transfusi darah
adalah faktor keamanan dan kualitas darah.
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 1457
tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
kesehatan di Kabupaten/Kota , dinyatakan bahwa salah
satu indicator-nya adalah ketersediaan darah yang aman.
Yang dimaksud dengan ketersediaan darah yang aman
adalah :
1. Darah yang bebas dari penyakit infeksi yang dapat
menular lewat transfusi darah ( IMLTD).
2. Darah mudah didapat dan tepat waktu, dalam jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan.
3. Transfusi darah diberikan atas indikasi yang tepat
4. Didistribusikan dalam system distribusi tertutup (cold
chain).
5. Aman dari praktek jual beli.
6. Rumah Sakit Pemerintah dan RS Swasta ( Bank darah
RS) berperan untuk melaksanakan transfusi darah bagi
pasien di RS yang membutuhkan transfusi dengan
indikasi yang tepat (rasional), dengan mengaktifkan
peran Komite Transfusi Darah Rumah Sakit.
Namun dalam penerapannya masih banyak masalah
yang ditemukan dilapangan terkait dengan keamanan
darah antara lain :
Masih banyak rumah sakit yang melibatkan keluarga
pasien untuk mengambil darah.
Penggunaan darah yang rasional dengan jumlah dan
indikasi yang tepat masih belum optimal.
Pemahaman tentang penatalaksanaan pemberian transfusi darah dirumah sakit masih kurang.
Permasalah tersebut diatas akan berdampak kepada
keamanan darah sehingga slogan bahwa satu tetes darah
dapat menyelamatkan nyawa seseorang akan menjadi pertanyaan besar, apakah benar demikian?
PEMBAHASAN
Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting
pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah
dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi
yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna
yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. WHO Global
Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia berada di negara maju dan sebanyak 80% telah
memakai darah donor yang aman, sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20%
memakai darah donor yang aman.
90
WHO telah mengembangkan strategi untuk transfusi darah yang aman dan meminimalkan risiko tranfusi.
Strategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah
yang terkoordinasi secara nasional; pengumpulan darah
hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah;
pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari
penyebab infeksi, antara lain HIV, virus hepatitis, sifilis
dan lainnya, serta pelayanan laboratorium yang baik di
semua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan komponen, penyimpanan dan transportasi
darah/komponen darah; mengurangi transfusi darah yang
tidak perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah dan
komponen darah yang tepat, dan indikasi cara alternatif
transfusi.
Apabila darah bisa dikatakan sebagai organ. Mungkin
tak banyak yang menyangsikan bahwa darah adalah organ yang paling penting dalam tubuh. Begitu pentingnya
darah, sampai-sampai darah pun harus didonorkan dan ditransfusikan kepada yang memerlukan.
Pengetahuan mengenai transfusi darah mulai berkembang sejak digagaskannya teori sirkulasi darah oleh dokter Willam Harvey pada tahun 1613. Sejak itu, berbagai
praktik transfusi darah dari hewan ke hewan, hewan ke
manusia, dan manusia ke manusia mulai dicobakan.
Di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) adalah
satu-satunya organisasi yang diperbolehkan oleh pemerintah (tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun
1980) untuk melakukan prosedur transfusi darah. Meski
pun demikian, sebenarnya prosedur transfusi darah sudah
dilakukan sejak zaman perjuangan revolusi oleh PMI.
Prosedur transfusi darah menyisakan banyak risiko.
Paling fatal adalah risiko kematian. Pada tahun 1970an,
mulai diketahui adanya risiko tinggi transmisi virus. Saat
itu, virus hepatitis C terdeteksi pada lebih kurang 1% unit
kantong darah. Selain hepatitis C, virus lain yang mengancam adalah HIV. Langkah-langkah pengurangan risiko
transmisi pun segera dijalankan yaitu melalui pemeriksaan uji saring darah (blood screening). Perlahan tapi
pasti, risiko transmisi virus bisa dikatakan sudah sangat
kecil. Di Amerika, risiko transmisi virus hepatitis C adalah 1/1.000.000 unit sedangkan HIV 1/1,5-2,5 juta unit.
Dalam perkembangannya, prosedur transfusi darah
layaknya dua sisi mata uang. Di satu sisi, banyak orang
yang akan terselamatkan. Di sisi lain, banyak risiko yang
bisa terjadi dan mengganggu kesehatan resipien. Oleh
karena itulah, sudah saatnya prosedur transfusi darah
itu dilandasi oleh suatu disiplin ilmu yang disebut Ilmu
Transfusi Darah (Transfusion Medicine)
Indikasi Transfusi Komponen Darah
1. Kapan transfusi sel darah merah dilakukan?
Rekomendasi:
Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama
pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien
asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi
spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima.
91
92
94
Trombosit
5. Trombosit diberikan untuk mengatasi perdarahan pada
pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit
<50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular
difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF
dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.
6. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/
uL pada pasien yang akan menjalani operasi, prosedur
invasif lainnya atau sesudah transfusi masif.
7. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.
Plasma beku segar
8. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau bawaan
bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kombinasi.
9. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila
terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.
10. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang
abnormal setelah transfusi masif atau operasi pintasan
95
DAFTAR PUSTAKA
British Society for Haematology. Guidelines for the
use of platelet transfusions. Brit J Haematol
2003;122:10-23.
Clinical practice guidelines on the use of blood components (red blood cells, platelets, fresh frozen
plasma, cryoprecipitate) [draft document]. Australia: NHMRC-ASBT, 2002;1-75.
McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indications and options. Chest 1999;115:113S-21S.
Carson JL, Duff A, Berlin JA, Lawrence VA, Poses RM,
Huber EC, dkk. Perioperative blood transfusion
and postoperative mortality. JAMA 1998;279:199205.
Clinical Resource Efficiency Support Team. Guidelines
for blood transfusion practice. Irlandia 2001.
URL: http://www.crestni.org.uk/publications/blood_
transfusion.pdf
College of American Pathologists. Practice parameter
for the use of fresh frozen plasma, cryopresipitate,
and platelets. JAMA 1994;271:777-81.
Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman pelayanan
transfusi darah: skrining untuk penyakit infeksi.
Modul 2. Jakarta, April 2001:1,13-5,25-6,2733,36.
National Blood Users Group. A guideline for transfusion
of red blood cells in surgical patients. Irlandia,
Januari 2001. Didapat dari URL: http://www.doh.
ie/pdfdocs/blood.pdf.