You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait
dengan gizi, nutrition related disease, pada semua kelompok rentan dari ibu
hamil sampai usia lanjut, memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kekurangan
gizi dan untuk mempercepat masa penyembuhan. Resiko kurang gizi akan
muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada penderit anoreksia,
kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare,
infeksi berat, koma dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna, dan
pasien yang mendapat kemoterapi. Disamping itu masalah gizi lebih dan
obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes
mellitus, jantung koroner dan hipertensi, serta penyakit kanker, memerlukan
terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (Tim AGK Jurusan Gizi, 2012).
Asuhan gizi merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
secara optimal baik pada pasien rawat inap maupun konseling gizi pada
pasien rawat jalan.Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat
baik di dalam maupun di luar rumah sakit sebagai salah satu upaya
mewujudkan masyarakat sehat mandiri sesuai dengan visi Kementerian
Kesehatan yang menjadi salah satu tanggung jawab tenaga kesehatan,
khususnya tenaga yang bergerak dibidang gizi (Tim AGK Jurusan Gizi,
2012).
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang sebagai institusi
yang menghasilkan tenaga ahli madya gizi, dimana salah satu kompentensi
yang harus dicapai adalah sebagai pelaksana asuhan gizi klinik.Untuk dapat
mewujudkan kompetensi tersebutdi dalam perkuliahan mahasiswa telah
dibekali dengan teori-teori yang mendukung, namun perlu disadari agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan teori tersebut diperlukan suatu bentuk
Praktek Kerja Lapangan (PKL).Oleh karena itu mahasiswa Diploma III Gizi
Semester VI Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemkes Malang diwajibkan

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) manajemen asuhan gizi klinik


di rumah sakit sebagai bahan mewujudkan kompetensi (Tim AGK Jurusan
Gizi, 2012).
Dalam hal ini kasus yang digunakan pada pasien CKD yang dirawat
di Instalasi Rawat Inap (IPD) Ruang 26 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Di seluruh dunia, jumlah penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
terus meningkat dan dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang
dapat berkembang menjadi epidemi pada dekade yang akan datang.1
Konsekuensi kesehatan utama dari CKD bukan saja perjalanan penyakit
menjadi gagal ginjal, tapi juga peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler.
Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa konsekuensi ini dapat
diperbaiki dengan terapi yang dilakukan lebih awal
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Gizi Rumah Sakit di bagian Unit
IPD

pada Pasien Rawat Inap dengan diagnosa penyakit SOB Severe

Hiperkalemia CKD St 5 atas bimbingan instruktur klinik.


2. Tujuan Khusus
a. Mampu membantu pengkajian gizi (nutrition assessment) pada pasien
CKD St 5
b. Mampu membantu merencanakan asuhan gizi pasien.
c. Mampu melaksanakan asuhan gizi pada pasien CKD.
d. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi pada pasien
CKD St 5

C. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
BBA
TL
LILA

: Tn. Kholis Wijayanto


: 30 Tahun
: Laki Laki
: Buruh
: 54 kg
: 47 cm
: 28,5 cm

BBI
% LILA
Agama
Alamat
Tanggal MRS
Nomor MR
Diagnosa Medis

: 56,02 kg
: 89,34 %
: Islam
:
::
: akut long odem + uremik long + CKD St 5 +
Hipertensi Nefrosklerosis + Hipertensi St 2 +

Tempat Rawat

Hipertensi sekunder + hipertensi primer.


: Ruang 26 IPD lantai 1 bad 3

D. Data Subyektif Pasien


1. Riwayat Penyakit Pasien Dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus dan Hipertensi.
2. Kondisi Penyakit Sekarang
CKD dan Hipertensi
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
4. Keadaan Gizi Saat Ini
Kebiasaan makan pasien 3x sehari, nafsu makan berkurang, asupan
menurun dan makanan rumah sakit jarang dihabiskan.
5. Keadaan Sosial Ekonomi
Pasien seorang BURUH dengan penghasilan tidak menentu.
E. Data Obyektif Pasien
1. Antropometri
BB
= 54 kg
Est. TB
= 176 cm
BBI
= 56,02 kg
% LILA
= 89,34 %
2. Biokimia
Hb 6,40 g/dL

()

13,4 17,7

Eritrosit 2,40 106/ L

()

4,0 5,5

Leukosit 12,88 103/ L

()

4,3 10,3

Hematokrit 19,00 %

()

40 - 47

Trombosit 142 103/ L

(N)

142 - 424

MCV 79,20 fL

()

80 - 93

MCH 26,70 pg

()

27 - 31

MCHC 33,70 g/dL

(N)

32 - 36

Albumin 3,67 g/dl

(N)

3,5 - 5,5

GDS 122 mg/dl

(N)

< 200

Ureum 243,20 mg/dl

()

16,6 - 48,5

Kreatinin 16,37

()

< 1,2

3. Fisik / Kinis
Keadaan Umum = Tampak Lemas
Tekanan Darah
= 100/60 mmHg
Nadi
= 89x/menit
Respi Rasi
= 23x/menit
Suhu
= 37 oC
4. Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi
- Energi
= 1155 kkal (58,90%)
- Protein
=33,49 gram (103,36%)
- Lemak
= 33,12 gram (60,81%)
- Karbohidrat
= 180,26 garam (54,08%)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penyakit
1. Definisi Gagal ginjal kronik

a. Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal,
diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m
1) Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi
ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
berdasarkan:
a) Kelainan patologik
b) Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan
pada pemeriksaan pencitraan
2) Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2005)
2

Klasifikasi

Sistem klasifikasi CKD yang sekarang dipakai diperkenalkan


oleh NKFK/DOQI berdasarkan tingkat GFR, bersama berbagai parameter
klinis, laboratorium dan pencitraan. Tujuan adanya sistem klasifikasi
adalah untuk pencegahan, identifikasi awal gangguan ginjal, dan
penatalaksanaan yang dapat mengubah perjalanan penyakit sehingga
terhindar dari end stage renal disease (ESRD).
3

Etiologi CKD
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian
Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi
terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus
(23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).
a. Glomerulonefritis
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit
ginjal yang etiologinya tidak jelas, akan tetapi secara umum
memberikan gambaran histopatologi tertentu pada glomerulus
(Markum,

1998).

Berdasarkan

sumber

terjadinya

kelainan,

glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis


primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri
sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi
akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus
eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis
(Prodjosudjadi, 2006). Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin
tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan urin
rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat medik yang harus
memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis (Sukandar, 2006).
b. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
antihipertensi

(Mansjoer,

2001).

Berdasarkan

penyebabnya,

hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau


hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik,

dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal (Sidabutar,


1998).
c. Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi
cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista.
Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua
ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena
kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau
penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang
paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai
adalah penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney
disease), oleh karena sebagian besar baru bermanifestasi pada usia di
atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat ditemukan pada fetus, bayi
dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat
dipakai
4

daripada

istilah

penyakit

ginjal

polikistik

dewasa

(Suhardjono,1998)
Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus
meskipun penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini
menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan
pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik.
Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya
gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang
disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron
yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut.
Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang
berakhir dengan gagal ginjal terminal (Noer, 2006).

B. Penatalaksanaan Diet

1. Jenis Diet
Diet Rendah Protein Rendah Garam 40 gr Makanan Lunak cincang.

2. Tujuan Diet
Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta
menghambat laju kerusakan ginjal dengan cara :
a. Mengendalikan kadar Natrium dan tekanan darah
b. Mencegah menurunnya fungsi ginjal
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Syarat Diet
a. Energi cukup yaitu 1500 kkal.
b. Protein cukup yaitu 0,6 gr/kg BB
c. Lemak cukup yaitu 25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup yaitu 68% dari energi total.
e. Kolestrol dibatasi kurang dari 300 mg
f. Vitamin cukup, terutama vitamin A, C, E sebagai antioksidan.
g. Mineral cukup, terutama kalsium, mangan, dan kalium.
Penggunaan natrium dibatasi.
h. Serat cukup
i. Cairan cukup
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
k. Makanan diberikan sesuai dengan standar diet.
4. Prinsip Diet

BAB III
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
A. Rencana Asuhan Gizi
Rencana Asuhan Gizi terdapat pada Lampiran ke 1
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Diet Pasien
Pasien diberikan Diet DM RP (Makanan saring) sesuai dengan
keadaan/kondisi klinisnya. Berdasarkan hasil pengamatan hari ke I, II,
dan III, pada pasien ini telah terjadi perubahan tingkat konsumsinya
karena nafsu makan pasien sudah membaik. Namun di hari ke II, tingkat
konsumsi energi, protein, dan KH nya menurun, disebabkan nafsu makan
pasien mendadak menurun, tetapi hari ke III, nafsu makan pasien sudah
kembali membaik, dan tingkat konsumsi nya juga sudah meningkat.
Tingkat konsumsi pasien per harinya sudah terjadi perubahan tapi belum
mencukupi kebutuhannya.
2. Edukasi dan Konseling Gizi
Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang Penyakit
CKD + DM dan terapi diet yang diberikan yaitu Diet DM RP (Makanan
saring). Konseling yang diberikan berupa Definisi, Faktor Resiko, Tanda
Gejala, Cara Pencegahan, Bahan makanan yang dianjurkan, dan yang
tidak dianjurkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rencana Terapi Diet


1. Intervensi yang diberikan
Pasien diberikan Diet DM RP Energi 1492,6 kkal, Protein 40,5 gr,
Lemak 40,4 gr, dan KH 241,5 gr, bentuk makanan saring. Diet ini
diberikan karena keadaan pasien sudah membaik. Dan pada kasus ini,
tidak terjadi perubahan Diet. Selain itu pasien juga diberikan intervensi
edukasi, Intervensi bertujuan memberikan informasi tentang kecukupan
makanan dan minuman dikaitkan dengan penyakit CKD + DM, agar
pasien dan keluarganya mengerti tentang makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi, serta pasien dapat menjalankan diet yang dianjurkan
dengan benar.
B. Hasil Monitoring Gizi
Hasil monitoring gizi yang dilakukan pada pasien CKD
berlangsung mulai dari tanggal 8 April 2016 sampai 10 April 2016, meliputi
monitoring terhadap Terapi Diet, Perkembangan Hasil Laboratorium,
Perkembangan Fisik Klinis, Perkembangan Hasil Pengukuran Antropometri,
dan Hasil Edukasi.
1. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Konsumsi energi dan zat gizi adalah asupan zat gizi pasien selama
dirawat di Rumah Sakit rawat inap IPD ruangan 25 sesuai kebutuhan
pasien yang telah dihitung pada saat pasien dirawat di Rumah Sakit Umum
Dr.Saiful Anwar Kota Malang dengan menggunakan rumus :
Tingkat Konsumsi = Asupan/ Intake x 100 %
Kebutuhan

Tabel. 1
Kriteria Tingkat Konsumsi dari Widya Karya Pangan Gizi 2003
No.
Kategori
1.
Lebih
2.
Baik
3.
Kurang

Range
> 110 %
80 110 %
<80 %

10

Tabel. 2
Monitoring Intake Energi Dan Zat Gizi Pasien Selama 3 Hari Pengamatan
Zat-Zat Gizi
Protein
Lemak

Energi
Hari
I

II

III

Intake

(gr)
56,25gra

KH (gr)

Kebutuhan

(kkal)
2025kkal

(gr)
54 gram

Intake

517,7kkal

13,9gram m

TK.Konsumsi

25,56%

25,74%

gram

67,98%

(%)

Kurang

Kurang

15,20%

Kurang

Kurang
56,25gra

146,2gram

146,2gram

8,6 99,4gram

Kategori
Kebutuhan

2025kkal

54 gram

Intake

453,0kkal

11,3gram m

TK.Konsumsi

22,37%

20,92%

gram

61,28%

(%)

Kurang

Kurang

14,04%

Kurang

Kategori
Kebutuhan

2025kkal

54 gram

Kurang
56,25gra

146,2gram

Intake

453,4kkal

8,7gram

105,8gram

TK.Konsumsi

22,39%

16,11%

1,9gram

72,07%

(%)

Kurang

Kurang

3,3%

Kurang

Kategori

7,9 89,6gram

Kurang

Intake energi dan zat gizi pasien dilihat dengan cara melakukan
recall 3 x 24 jam kepada pasien untuk mengetahui makanan apa saja
yang dikonsumsi dalam tiga hari penuh selama pasien dirawat inap di
rumah sakit. Kemudian hasil tersebut dihitung dan dianalisa. Hasil
analisa

dibandingkan

dengan

kebutuhan

pasien

untuk

menghitung/mengetahui intake makanannya.


Dari hasil yang didapatkan, ternyata intake/tingkat konsumsi Energi
dan Zat Gizi pasien sampai dengan pengamatan hari ke 3 belum
mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan tetapi tingkat
konsumsinya sudah membaik. Untuk asupan makanan pasien selama
pengamatan 3 hari tidak memenuhi dari kebutuhan energi dan zat gizi.
11

Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien selama di rawat inap masih
belum membaik.
2. Perkembangan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Penilaian biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Penilaian biokimia digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesimen, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. Berdasarkan
hasil pemeriksaan biokimia pada hari pertama pengamatan (8 April 2016)
yaitu pemeriksaan Hb yang hasilnya rendah dari pemeriksaan awal terjadi
perubahan menjadi normal pada saat hari terakhir pengamatan.
Pasien melakukan pemeriksaan laboratorium pada pra pengamatan,
dan hari ketiga. Dari hasil laboratorium terjadi perkembangan dari tanggal
8 April 2016 sampai 10 April 2016.

Tabel. 3
Hasil Pemeriksaan Biokimia Pra Pengamatan
Tanggal 8 Mei 2016
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Keterangan

Klorida (CI)

111mmol/L

98 106

()

Kalium (K)

19,2mmol/L

3,5 5,0

()

Natrium (N)

132 mmol/L

136 145

()

Asam urat

12,5 mg/dl

3,4 7,0

()

Kreatinin

1,85 mg/dl

<1,2

()

Ureum

87,70 mg/dl

16,6 48,5

()

12,10 g/dl

13.4 17,7 g/dl

()

Hemoglobin (HGB)

12

Eritrosit (RBC)

4,69 106 /ul

4,0 5,5 106 /ul

(N)

Leukosit (WBC)

23,31 103/ul

4,7 10,3 103/ul

()

37,70 %

40 47 %

()

362 103/ul

142 424 103/ul

(N)

MCV

80,40 fL

80 - 93 fL

(N)

MCH

25.80 pg

27 31 pg

()

MCHC

32.10 g/dl

32 36 g/dl

(N)

Hematokrit
Trombosit (PLT)

Tabel. 4
Hasil Pemeriksaan Biokimia
Tanggal 9 Mei 2016
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Keterangan

Gula dara puasa

77mg/dl

60 100

(N)

Gula dara 2 jam pp

118mg/dl

<130

(N)

Hemoglobin (HGB)

13,90 g/dl

13,4 17,7 g/dl

(N)

Eritrosit (RBC)

5,00 106 /ul

4,0 5,5 106 /ul

(N)

Leukosit (WBC)

7,34 103/ul

4,7 10,3 103/ul

(N)

41,40 %

40 47 %

(N)

592 103/ul

142 424 103/ul

()

Hematokrit
Trombosit (PLT)

13

MCV

82,80 fL

80 - 93 fL

(N)

MCH

27,80 pg

27 31 pg

(N)

MCHC

33,60 g/dl

32 36 g/dl

(N)

3. Perkembangan Pemeriksaan Fisik Klinis


Pemeriksaan fisik/klinis bertujuan untuk melihat kondisi pasien yang
dilihat dari Kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi serta keadaan umum.
Berdasarkan pemeriksaan fisik/klinis pasien untuk CKD + DM untuk
kesadaran pasien terjadi peningkatan saat pengamatan hari ke I, II, dan III.
Untuk nilai tekanan darah, nadi pasien masih dalam nilai normal.
Sedangkan keadaan umum pasien dari saat pra pengamatan sampai hari ke 2 pengamatan untuk monitoring dan evaluasi masih dalam keadaan lemah
dan terjadi perubahan saat hari ke 3 yaitu KU cukup (dalam batasan
normal).

Tabel. 5
Pemeriksaan Fisik/Klinis
Uraian
Kondisi
Suhu
Nadi
Respirasi
Tekanan Darah

8 April 2016
Lemah
36C
88 x/ menit
28 x/ menit
125/90 mmHg

9 April 2016
Lemah
36C
76 x/ menit
28 x/ menit
90/60 mmHg

10 April 2016
Membaik
36C
80 x/ menit
28 x/ menit
120/80 mmHg

4. Perkembangan Hasil Pengukuran Antropometri


Perkembangan antropometri pasien hanya diukur melalui BB dan
TB, Karena pasien masi bisa berdiri walaupun kondisi fisik lemah.
Tabel 6
Pengukuran Antropometri
Jenis

Hasil Pengukuran

14

Pengukuran
BB
TB
BBI
Berdasarkan

8 Mei 2015
9 mei 2015
10 mei 2015
90 kg
90 kg
90 kg
176 cm
176 cm
176 cm
69,5 kg
69,5 kg
69,5 kg
tabel diatas pengukuran antropometri selama 3 hari

tidak mengalami perubahan pada BB,dan untuk pengukuran Tinggi Lutut


juga tidak mengalami perubahan. Ini karena pengukuran antropometri tidak
akan terjadi perubahan dalam waktu singkat dan sedangkan pengamatan
hanya dilakukan selama 3 hari yang relatif singkat.
5. Perkembangan Hasil Edukasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, untuk perkembangan
edukasi sudah menunjukkan peningkatan, karena selain keluarga yang
diberikan edukasi, pasien juga diberikan edukasi dan juga motivasi agar
dapat menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit.

BAB V
RINGKASAN ASUHAN GIZI
Identitas Pasien/Klien
Hasil Assesment Gizi

Sex: Laki-laki
Usia: 56 tahun
Diagnosa Medis: Emphyema Dextra
BB : 90 kg
TB
: 176 cm
BBI : 69,5 kg
IMT : 30 kg/m2 (Obesitas)
Riwayat Gizi Dahulu:
Pasien mempunyai kebiasaan makan 3-4 kali
sehari biasa mengkonsumsi gorengan soto daging
serta biasa mengkonsumsi minumman bersoda dan
pasien juga sering mengkonsumsi bubur sum-sum
dan juga sering mengkonsumsi jamu dan jarang
belolahraga.
Hasil Recall Energi: 555,8 kalori (27,44%), Protein:
15,8 gram (29,25%), Lemak: 6,6 gram (11,73%),

Diagnosa Gizi

KH: 114,3 gram (78,18%)


NI-5.1

15

-Peningkatan zat gizi tertentu (fe) berkaitan dengan


sesak nafas karena kurangnya oksigen dalam darah
ditandai dengan HB 12,7 g/dl (N= 13,4-17,3)
NI-5.4
-Penurnan zat gizi tertentu (protein) berkaitan
dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan
hasil kretinin 1,85 mg/dl (N= <1,2) dan ureum
87,70 mg/dl (N= 16,6-48,5)
NI-5.4
-Penurunan zat gizi tertentu (karbohidrat) berkaitan
dengan ganguan metabolisme glukosa ditandai
dengan hasil GDP 386 mg/dl (N= 60-100)
NI-5.8.2
-Kelebihan
intake
KH
berkaitan
dengan
mengkonsumsi nasi 2-4 kali sehari ditandai dgan
hasil recoll KH 171 gr (152%),(N= 90-119)

NB-1.1
-Kekeliruan pola makan ditandai dengan kurangnya
pengetahuan pasien tentang pangan dan gizi ditandai
dengan mempunyai kebiasaan makan gorengan, soto
daging dan biasa mengkonsmsi minuman yg
bersoda sepeti big cola dan minuman dingin,dan
kebiasaan makan 3-4 sehari jarang berolah raga dan
jarang mengkonsumsi sayuran.
Intervensi Gizi

Diet yang diberikan:


- Jenis diet: Diet DM RP (Makanan Saring)
- Energi & Zat Gizi: Energi : 2025 kalori,
Protein: 54 gr, Lemak 56,25 gr, Karbohidrat
-

Hasil Monitoring Evaluasi Gizi

84,25 gr.
Bentuk Makanan: Saring
Cara Pemberian: Melalui Oral
Intake energi dan zat gizi pasien dilihat

dengan cara melakukan recall 3 x 24 jam kepada


pasien untuk mengetahui makanan apa saja yang
dikonsumsi dalam tiga hari penuh selama pasien
dirawat inap di rumah sakit. Kemudian hasil

16

tersebut dihitung dan dianalisa. Hasil analisa


dibandingkan dengan kebutuhan pasien untuk
menghitung/mengetahui intake makanannya.
Dari hasil yang didapatkan, ternyata
intake/tingkat konsumsi Energi dan Zat Gizi pasien
sampai dengan pengamatan hari ke 3 belum
mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan
tetapi tingkat konsumsinya sudah membaik. Untuk
asupan makanan pasien selama pengamatan 3 hari
tidak memenuhi dari kebutuhan energi dan zat gizi.
Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien selama di
rawat inap masih belum membaik.

17

You might also like