You are on page 1of 5

Absorpsi dan Distribusi Monosodium Glutamat pada Organ Target

DAMPAK NEGATIF (TOKSIK DALAM TUBUH)


-

Ginjal

Ren (ginjal) adalah organ yang bertanggung jawab untuk ekskresi


berbagai sisa metabolisme tubuh dan membantu mengatur homeostatis.
Adapun pengaturan homeostatis ini meliputi : pengaturan keseimbangan air,
pengaturan pH, pengaturan tekanan osmose, pengaturan elektrolit dan
konsentrasi berbagai substansi di dalam plasma (Frandson & Whitten, 1981).
Ren mengatur susunan kimia lingkungan interna dengan proses filtrasi,
absorbsi aktif, absorbsi pasif, dan sekresi. Filtrasi berlangsung dalam
glomerulus, di mana ultra filtrat plasma darah dibentuk. Tubulus kontortus
proksimalis berfungsi untuk mereabsorbsi zat zat dalam filtrat yang berguna
untuk metabolisme tubuh, jadi untuk mempertahankan homeostatis
lingkungan interna. Loop of Henle terutama bertanggung jawab untuk
pembentukan urin akhir yang hipertonik, dan hanya hewan yang mempunyai
loop of Henle di dalam rennya yang mampu menghasilkan urin hipertonik
(Junqueira & Carneiro, 1980).
Secara farmakokinetik, obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (Agustie, 2006). Monosodium
glutamat (MSG) yang dikonsumsi akan melalui proses absorbsi di usus,
didistribusikan ke seluruh tubuh untuk mengalami proses metabolisme di
hepar dan selanjutnya akan diekskresikan melalui empedu dalam feses
maupun melalui ginjal dalam urin.
Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang
tidak sengaja masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan keadaan stres
oksidatif. Menurut Farombi & Onyema (2006), pemberian MSG 4 mg/g BB
secara interperitoneal dapat menyebabkan keadaan stres oksidatif yang
menimbulkan senyawa oksigen reaktif (ROS). Menurut Syahrizal (2008), stres
oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok ROS yang toksik
melebihi pertahanan antioksidan dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan
kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak, protein, dan asam
nukleat seluler sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu.
Monosodium glutamat adalah senyawa kimia, yang kemungkinan dapat
manyebabkan terjadinya interaksi dalam tubuh, sisa-sisa metabolismenya,
maupun kandungan senyawa lain yang belum diketahui bentuk dan sifatnya,
dapat mempengaruhi struktur ginjal sebagai organ ekskresi yang mengalami
kontak dengan senyawa-senyawa tersebut. Kerusakan ginjal karena zat toksik
dapat diidentifikasi berdasarkan perubahan struktur histologis. Perubahan
struktur histologis ginjal ini tentu dipengaruhi oleh jumlah senyawa yang
masuk ke dalam tubuh. Efek toksik sangat mungkin muncul apabila
masyarakat menggunakannya dengan dosis yang berlebihan.

STUDI KASUS PEMBERIAN MSG PADA SAMPEL MENCIT


Pada penelitian Zulfiani et al., (2013), pemberian MSG dengan perbedaan
dipaksa dan tidak dipaksa pada sampel mencit (Mus musculus L.) selama 30
hari dengan pemberian dosis MSG yang diberikan untuk setiap mencit yaitu 4
mg/g BB yang dilarutkan dalam 0,2 ml akuades dan diberikan 1 kali dalam
sehari. Setelah 30 hari perlakuan mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher.
Selanjutnya mencit dibedah, diambil organ ginjal dan dicuci dalam larutan
fisiologis (NaCl 0,9%), ditimbang kedua organ ginjal (kanan dan kiri) dan
hasilnya dirataratakan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan bouin.
Didapatkan hasil yang dilihat dari gambaran tubulus proksimal ginjal tikus.
Pada pengamatan dilakukan dengan melihat tubulus proksimal ginjal
abnormal. Dikatakan abnormal apabila terdapat pembengkakan pada sel-sel
penyusun epitel, sehingga lumen tubulus proksimal menjadi menyempit
bahkan menutup. Pada hasil pengamatan perubahan struktur histologis
tubulus proksimal diketahui bahwa pada semua perlakuan ditemukan adanya
perubahan pada tubulus proksimal berupa penyempitan lumen bahkan
menutup. Menurut Anggriani (2008), gambaran mikroskopis berupa sel-sel
epitel tubulus proksimal yang membengkak dengan sitoplasma granuler
karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke dalam sel. Pergeseran cairan ini
terjadi karena toksin (MSG) menyebabkan perubahan muatan listrik
permukaan sel epitel tubulus, transpor aktif ion dan asam organik, dan
kemampuan mengkonsentrasikan dari ginjal yang akhirnya mengakibatkan
tubulus rusak, aliran menurun. Gambaran pembengkakan sel ini disebut
degenerasi albuminosa atau degenerasi parenkimatosa atau cloudy swelling
(bengkak keruh), yang merupakan bentuk degenerasi yang paling ringan
serta bersifat reversibel. Hal inilah yang mungkin menyebabkan lumen
tubulus proksimal mengalami penyempitan hingga menutup.
Hasil pengamatan dilihat bahwa kerusakan tubulus proksimal paling tinggi
yaitu pada P1 dengan perlakuan pemberian MSG (4mg/g BB) dengan cara
dicekok ke tubuh mencit (Mus musculus L.). Hal tersebut disebabkan karena
P1 hanya mendapat pemajanan MSG saja, sehingga MSG dianggap sebagai
senyawa yang berpotensi bersifat toksik. Menurut Syaifuddin (2001),
keberadaan bahan yang bersifat toksik akan mempengaruhi kerja organ yang
bersangkutan. Ginjal adalah organ ekskresi yang utama untuk membuang
sisa produksi metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Ginjal
mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan
memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung
pada kebutuhan tubuh.
Menurut Soeksmanto (2003), fungsi glomerulus pada ginjal sebagai
penyaring dan tubulus sebagai tempat mangkoleksi bahan buangan dan
kelebihan air pada tubuh. Berdasarkan fungsi tersebut, tubulus dan jaringan
interstitium korteks ginjal lebih mudah terkena toksin yang bersirkulasi
dibandingkan dengan jaringan-jaringan lainnya. Faktor lain yang mungkin
menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasikan substansi xenobiotik di dalam sel. Jika suatu zat kimia


disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu
diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini
direabsorbsi dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan
konsentrasi tinggi. Proses pemekatan tersebut mengakibatkan zat-zat toksik
ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan kerusakan ginjal (Anggriani,
2008).
-

Otak

Pemberian MSG menurut Olney, konsentrasi di atas 60 u Mol/dl dapat


menyebabkan kerusakan pada otak. Telah dibuktikan dengan baik bahwa lesi
dapat terjadi pada nukleus arkuata hipotalamus pada mencit muda oleh
pemberian MSG secara per oral atau subkutan. Setelah penyuntikan tunggal
subkutan MSG, terjadi peningkatan kadar glutamat empat kali lipat pada
nukleus arkuata hipotalamus, diikuti dengan kenaikan glutamat dalam
plasma. Puncak dari kadar glutamat dalam plasma terjadi setelah 15 menit,
dan kadar puncak di dalam nukleus arkuata dicapai setelah 3 jam. Hasilnya
menunjukkan bahwa konsentrasi plasma setelah tingkat tertentu
menyebabkan lesi pada otak. Stegink dan kawan-kawan menetapkan bahwa
kerusakan nukleus arkuata tidak terjadi pada tikus pada kadar MSG plasma di
bawah 50 u Mol/dl. Selain itu beberapa peneliti lain mengatakan bahwa MSG
dapat menyebabkan gangguan endokrinal melalui mekanisme hipotalamushipofisis.
-

Sistem Reproduksi

Pemberian MSG sebenarnya mempengaruhi ovarium secara keseluruhan


dan saling berhubungan. Secara umum gangguan yang menyebabkan
penurunan jumlah folikel sekunder akan menurunkan jumlah folikel tersier
dan kemudian mempengaruhi penurunan jumlah korpus luteum dan
peningkatan jumlah folikel atresia. Jika sejak tahap awal perkembangan folikel
sudah terganggu maka tahap selanjutnya akan semakin terganggu. Jumlah
korpus luteum yang sedikit menunjukkan jumlah folikel yang berovulasi juga
sedikit karena banyak folikel yang mengalami atresia. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Vitt et al (2000) dan Olney (1970), pemberian MSG
pada hewan percobaan dapat menyebabkan gangguan produksi hormon FSH
dan LH. Gangguan produksi hormon ini selanjutnya akan mempengaruhi
gangguan struktur histologis ovarium. Penelitian terbaru dilakukan oleh
Eweka AO dan OmIniabohs (2007) yang memberikan MSG pada tikus Wistar
dengan dosis 6 gr menyebabkan beberapa perubahan pada gambaran
histologis ovarium berupa hipertrofi sel, dan degenerasi serta atrofi pada
lapisan sel granulosa. Penemuan ini mengindikasikan bahwa dengan dosis
yang lebih tinggi akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan oosit
bahkan infertilitas. Pada penelitian ini juga memberikan gambaran
kemungkinan bahwa monosodium glutamat bertindak sebagai toksin
terhadap oosit dan folikel di dalam ovarium. Proses nekrosis sel melibatkan
perusakan pada struktur dan integritas membran sel.

DAMPAK POSITIF
Monosodium glutamat dimetabolisme di dalam tubuh sama seperti metabolisme
asam glutamat. Asam amino dekarboksilat, glutamat dan aspartat menempati
posisi unik dalam metabolisme perantara. Mereka memegang peranan penting di
dalam :
1. produksi energi,
2. sintesis urea,
3. sintesis glutation dan
4. sebagai neurotransmiter.
Asam amino ini merupakan asam amino utama yang didapatkan di dalam
mitokondria sel dan merupakan 50-70% dari total asam amino bebas.Glutamat
menjalankan beberapa fungsi penting di dalam proses metabolisme di dalam
tubuh, antara lain :
- Substansi untuk sintesa protein Glutamat sebagai salah satu asam amino yang
banyak terdapat di dalam sumber alami. Diperkirakan 10-40% glutamat
terkandung di dalam protein. L-glutamic acid merupakan bahan yang penting
untuk sintesa protein. Asam glutamat memiliki karakter fisik dan kimia yang
dapat menjadi struktur sekunder dari protein yang disebut rantai .5
- Pasangan transaminasi dengan -ketoglutarate L-glutamate disintesa dari
ammonia dan -ketoglutarate dalam suatu reaksi yang dikatalisir oleh Lglutamate dehydrogenase (siklus asam sitrat). Reaksi ini penting dalam
biosintesa seluruh asam amino. Glutamat yang diserap ditransaminasikan
dengan piruvat dalam bentuk alanin. Alanin dari hasil transaminasi dari piruvat,
oleh asam amino dekaboksilatmenghasilkan aketoglutarat atau oksaloasetat.
Glutamat yang lolos dari metabolisme mukosa, dibawa melalui vena portal ke
hati. Sebagian glutamat dikonversikan oleh usus dan hati dalam bentuk glukosa
dan laktat, kemudian dialirkan ke darah perifer.6
- Prekursor glutamin Glutamin dibentuk dari glutamat oleh glutamin sintetase. Ini
juga merupakan reaksi yang sangat penting di dalam metabolisme asam amino.
Ammonia akan dikonversikan menjadi glutamin sebelum masuk ke dalam
sirkulasi. Glutamat dan glutamin merupakan mata rantai karbon dan nitrogen di
dalam proses metabolisme karbohidrat dan protein. 7
- Prekursor dari N-acetylglutamate N-acetylglutamate merupakan allosterik yang
penting untuk mengaktifkan carbamyl - phosphate synthetase I, suatu enzim
yang berperan penting di dalam siklus urea

- Neurotransmitter Glutamat adalah transmitter mayor di otak, berfungsi sebagi


mediator untuk menyampaikan transmisi post sinaptik. Selain itu juga glutamat
berfungsi sebagai prekursor dari neurotransmiter Gamma Ammino Butiric Acid
(GABA).
DAPUS
Agustie, M. C. 2006. Pengaruh Pemberian Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)
Dengan Dosis Bertingkat Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Mencit
BALB/C. Artikel Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro. hlm. 2.
Anggriani, Y. W. 2008. Pengaruh Pemberian Teh Kombucha Dosis Bertingkat Per
Oral Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Mencit BALB/C. Artikel Karya Tulis
Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro. hlm. 5-6.
Eweka A.O., Om Iniaboh F.A.E.2007. Histological Studies of The Effects Of Msg on
The Ovaries of Adult Wistar Rats. The internet journal of gynecology and
obstetrics 2007;8(2)
Farombi, E. O. & Onyema, O. O. 2006. Monosodium Glutamate-induced Oxidative
Damage And Genotoxity In The Rat: Modulatory Role of Vitamin C, Vitamin
E And Quercetin. Hum Exp Toxicol. 25: 251-9.
Frandson, R. D. and Whitten. 1981. Anatomy and Physiology of Farm Animals.
Third Edition. Lea & Febriger. Philadelphia
Junqueira L. C. and J. Carneiro. 1980. Histologi Dasar. CV. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Septadina, I.S. 2014. Pengaruh Monosodium Glutamat terhadap Sistem
Reproduksi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sriwijaya. Hlm 1-12.
Soeksmanto, A. 2003. Pengaruh fraksi aktif tumbuhan Aglaia angustifolia
terhadap ginjal mencit (Mus musculus). Jurnal Natur Indonesia 61: 50.
Syaifuddin. 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Penerbit Widya Medika, Jakarta.
hlm. 218-219.
Syahrizal, D. 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase
Dan Gambaran Histopatologis Hati Mencit Yang Dipapar Plumbum. [Tesis].
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Zulfiani, S. Ilyas, Salomo, H. 2013. Pengaruh pEmberian Vitamin C dan E
terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit (Mus musculus L.) yang
Dipajankan Monosodium Gluamat.

You might also like