You are on page 1of 25

MINI PROJECT

UPAYA PENINGKATAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


MELALUI PROGRAM ARISAN JAMBAN DI DESA HARAPAN BARU,
KECAMATAN MANDAU, KABUPATEN BENGKALIS, RIAU

Disusun Oleh:
dr. Nugraha Septian Bahrun
Pendamping:
dr. Novi Novera

PUSKESMAS KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS, RIAU


PROGRAM DOKTER INTERNSHIP PERIODE NOVEMBER 2015-MARET 2016

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: dr. Nugraha Septian Bahrun

Judul Laporan

: Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Melalui Program Arisan Jamban di Desa Harapan Baru,
Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau

Laporan Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Melalui


Program Arisan Jamban telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship
dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Upaya Kesehatan
Lingkungan.

Duri , Februari

2016

Mengetahui
Pembimbing Dokter Internship

dr. Novi Novera

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum

1.3.2

Tujuan Khusus

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi masyarakat

1.4.2 Manfaat bagi puskesmas

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE

16

IV. HASIL

21

V. DISKUSI

26

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

27

DAFTAR PUSTAKA

28

DOKUMENTASI

29

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan
sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Data dari studi dan survey sanitasi pedesaan di
Indonesia memperlihatkan bahwa sangat sedikit rumah tangga di pedesaan yang benar-benar
memilki akses ke jamban sehat. Menurut laporan Joint Monitoring Program hanya 37%
penduduk pedesaan yang mempunyai akses ke sanitasi yang sesuai standar hidup bersih dan
sehat.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan
kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto. Kondisi seperti ini
dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini
dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku
penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air
yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat untuk merubah perilaku
hygienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam
mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses
air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk
yang belum mendapatkan akses.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
Selama ini di Desa Harapan Baru belum pernah mendapat pemicuan dan penyuluhan
mengenai sanitasi total berbasis masyarakat dari Puskesmas Mandau, oleh karena itu

kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat setempat masih rendah. Untuk itu, perlu dilakukan
suatu intervensi terhadap masyarakat di desa tersebut agar tujuan program SToPS (Sanitasi Total
dan Pemasaran Sanitasi) yaitu ODF (open defecation free) di Desa Harapan Baru dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di Desa Harapan Baru
1.3.2 Tujuan khusus

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat

Meningkatkan kebersihan lingkungan

Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi

Sebagai landasan menuju ODF (Open Defecation Free)

14.2 Bagi Puskesmas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
Sejak Mei 2005, World Bank Water and Sanitation Program --- East Asia and the Pasific
(WSP-EAP) melalui proyek Waspola di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) dan dukungan pendanaan pemerintah Australia melalui AusAID telah
melakukan uji coba (Community Led Total Sanitation ) CLTS, yang lebih dikenal dengan sebutan
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) STBM di enam kabupaten yaitu Muara Enim (Sumsel),
Muaro Jambi (Jambi, Bogor (Jawa Barat), Lumajang (Jawa Timur), Sumbawa (NTB) dan
Sambas (Kalbar).
Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah suatu pendekatan perubahan perilaku
higiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat untuk Stop BAB
Sembarangan / open defecation free (ODF). Ribuan jamban keluarga di desa-desa yang
menerapkan pendekatan CLTS telah dibangun oleh masyarakat tanpa subsidi pihak luar. Program
Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan cikal bakal gerakan Sanitasi Total yang
dipimpin oleh masyarakat, yang juga merupakan suatu proses untuk menyemangati serta
memberdayakan masyarakat untuk menghentikan BAB di tempat yang terbuka, membangun
serta menggunakan jamban, dan mengajak masyarakat untuk menganalisais profil sanitasinya.
Dalam pelaksanaannya terdapat prinsip prinsip dalam pemicuan CLTS seperti tanpa subsidi
kepada masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa, masyarakat sebagai pemimpin, serta
prinsip totalitas (seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisis permasalahan,
perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan).
World Bank dan Gate Foundation meluncurkan program Total Sanitation and Sanitation
Marketing atau SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi) di Jawa Timur sebagai pilot
project. Program ini diluncurkan setelah melihat keberhasilan program CLTS. Adapun tujuan

dari Program Sanitasi Total adalah menciptakan suatu kondisi masyarakat (pada suatu wilayah)
yang mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat, mencuci tangan pakai sabun dan benar
saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan
sebelum menyiapkan makanan, mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman,
serta dapat mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) (Depkes RI, 2008).
2.2 Program Stops
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kabupaten melalui
pembangunan jamban dan lingkungan yang sehat secara mandiri perlu disusun rencana strategi
Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) kabupaten sehingga dapat mencapai kabupaten
dengan sanitasi total melalui peningkatan 3 komponen program (SToPS) yang meliputi:
1. Peningkatan demand masyarakat terhadap jamban yang sehat melalui pemicuan
masyarakat tentang lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat yang berdampak
terhadap kehidupan social masyarakat, promosi tentang berbagai pilihan jamban serta
pentingnya hidup bersih dan sehat.
2. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang disediakan di
pasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan daya beli masyarakat
terhadap material sanitasi dan permintaan untuk penyediaan material sanitasi yang
lebih banyak.
3. Peningkatan kemampuan stakeholder dalam upaya memfasilitasi pengembangan
program sanitasi secara swadaya oleh masyarakat dan mengubah paradigm bahwa
pendekatan program sanitasi tidak berorientasi pada peningkatan cakupan fisik
melalui subsidi, namun perubahan perilaku secra kolektif dan inisiatif dilakukan oleh
masyarakat. Pendanaan yang disediakan oleh lembaga public termasuk pemerintah
dan lembaga donor lainnya difokuskan pada fasilitas masyarakat.
Strategi kabupaten tentang SToPS merupakan rencana yang sistematis dan efektif dalam
upaya mencapai kabupaten sanitasi total dengan melakukan pemicuan terhadap masyarakat agar
mempunyai jamban sesuai dengan kemampuannya dan motivasi/promosi untuk mencapai
kondisi lingkungan yang lebih baik setelah mancapai status ODF dengan kegiatan lainnya seperti
cuci tangan, pengelolaan limbah rumah tangga dan perlakukan air untuk kebutuhan rumah
tangga. Pencapaian kabupaten sanitasi total akan sangat mempengaruhi performance kabupaten

tidak hanya pada kehidupan social masyarakat, namun juga akan mempengaruhi terhadap
kesehatan, ekonomi, dan budaya.
Strategi Program SToPS ini bertujuan untuk mempercepat tercapainya lingkungan yang
sehat yang dikembangkan sesuai kemampuan dan inisiatif masyarakat sehingga dapat
mewujudkan kabupaten sanitasi total dan tercapainya target yang telah disepakati dalam tujuan
Millenium DevelopmentGoal (MDG).
Semua stakeholders yang berada di kabuaten yang peduli kabupaten dengan motor
penggerak adalah pemerintah strategi SToPS kabupaten dengan motor penggerak adalah
pemerintah kabupaten yang didukung oleh semua stakeholders termasuk aparat pemerintah,
LSM, Ormas, PKK, Karang Taruna dan masyarakat sekolah.
Strategi akan mengutamakan pendekatan partisipatif melalui pemberdayaan masyarakat
yang terlibat secara aktif sejak observasi lapangan, analisa situasi, penentuan pilihan opsi, jadwal
pembangunan jamban untuk masing-masing individu dan pengembangan terhadap program yang
mendukung tercapainya sanitasi total.
Pembinaan masyarakat sesuai dengan pentahapan yang harus dilalui masyarakat dalam
upaya menuju sanitasi total yang dimulai dengan pemicuan agar tidak buang air disembarang
tempat, masyarakat mencapai status (Open Defecation Free) ODF dan menuju sanitasi total.
Sanitasi total dicapai dengan memenuhi:
1. Semua masyarakat berhenti buang air besar (BAB) di sembarang tempat
2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang sehat dan
memeliharanya dengan baik
3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan yang benar dengan sabun setelah
BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelu memei makan bayi, dan
sebelum menyiapkan makanan
4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan makanan dengan
aman
5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar
Sementara itu satu komunitas dikatakan telah ODF, apabila:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar

3. Tidak ada bau tidak sedap, akibat pembuangan tinja/kotoran manusia


4. Ada peningkatan kuaitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat
7. Ada
mekanisme
monitoring
umum

yang

dibuat
masyarakat
untuk
mencapai
100%

KK

mempunyai
jamban sehat
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana Jamban dan
tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam
sekolah.

Analisa kekuatan kelembagaan di kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan


kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan
strategi dapat dicapai. Pendekatan program tidak hanya dikembangkan melalui struktur
kelembagaan formal, namun melalui lembaga informal yang dinilai cukup kuat pengaruhnya di

masyarakat dan efisien dalam menyampaikan pesan kepada kelompok sasaran. Strategi
pengembangan program sesuai dengan karakter wilayah dan prioritas permasalahan, identifikasi
sumber daya dan sistim penyaluran yang paling tepat, identifikasi sistim pembinaan dan
pengembangan program melalui reward system dam kompetisi dalam upaya menuju sanitasi
total.
Dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang ada, program SToPS
dikembangkan ke wilayah yang lain terintegrasi dengan program kabupaten. Strategi pendekatan
program SToPS mempertimbangkan:
1. Kesiapan tenaga yang terampil dalam memfasilitasi masyarakat sebagai tim inti
dalam meningkatkan kapasitas di wilayah tersebut
2. Geografi wilayah dan sarana transportasi
3. Ketersediaan dan penyebaran material sanitasi di seluruh wilayah kabupaten
4. Mempertimbangkan kerangka waktu dikaitkan dengan proyek SToPS (periode 20072010) dan komitmen global MDGs, diharapkan pada tahun 2010 separuh dari wilayah
kabupaten telah mencapai desa ODF dan minimal separuh dari desa ODF telah
mencapai sanitasi total sesuai kriteria strategi hygiene dan sanitasi pedesaan.
5. Menetapkan kerangka waktu untuk mencapai sanitasi total tingkat kabupaten melalui
gradasi pembinaan yang berjenjang, diharapkan maksimal pada tahun 2015
6. Kelembagaan informal yang dapat membantu dalam mengembangkan program
SToPS
7. Pola pembinaan dan pengembangan program yang efektif dapat dilaksanakan sesuai
dengan karakter kabupaten missal : melalui ormas, lembaga keagamaan, PKK atau
Dinas Pemerintah
8. Pola pembinaan promosi dan motivasi masyarakat melalui pemberian penghargaan,
kunjungan Camat atau Bupati, pemberian bantuan program dikaitkan dengan program
yang sedang dikembangkan di wilayh tersebut seperti Paket Desa Siaga, paket
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau program daerah
9. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan progrm SToPS di kabupaten dengan
memanfaatkan instrumen SToPS yang telah dikembangkan melalui bantuan Gates
Foundation

10. Sistem monitoring yang dikembangkan mengacu pada konsep yang disusun oleh
proyek SToPS dan diintegrasikan dengan sistim yang telah dignakan di wilayah
tersebut (Dinkes Kabupaten Jombang, 2007).
2.3 Jamban Sehat
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit. Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban
disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
tidak mengotori permukaan tanah di seliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di
sekitarnya, tidak mengotori air tanah di sekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama
lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan
dipelihara (maintenance), sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain
sebagai berikut: Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari
panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang
(privacy), bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pandangan, tidak manimbulkan bau, sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau
kertas pembersih.

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda
dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah
pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan-persyaratan jamban sehat seperti telah
diuraikan di atas, juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan.
Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain: jamban cemplung
berventilasi, jamban empang, jamban pupuk, dan septic tank.
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa. Tetapi sering
dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa
tutup. Sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bias dihindari. Di samping itu karena tidak
ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh oleh air. Hal lain yang
perlu diperhatikan di sini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila
terlalu dalam akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5-3
meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari
bamboo, dinding bamboo dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.

Jenis jamban kedua ialah jamban cemplung berventilasi, jamban ini hampir sama dengan
jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah
pedesaan, pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
Jenis jamban ketiga adalah jamban empang. Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Di
dalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,
demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping mencegah
tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan
ikan).
Keempat yaitu jamban pupuk. Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya
lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan
sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai beriku: mula-mula membuat jamban
cemplung biasa, di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan, diatasnya ditaruh kotoran
dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari, setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagi dengan
daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. Demikian seterusnya sampai penuh, setelah
penuh ditimbun tanah dan membuat jamban baru. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan
sebagai pupuk tanaman.
Terakhir jenis jamban septic tank. Jamban ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank terdiri
dari tangki sedimentasi yang kedap air dan tinja masuk dan mengalami dekomposisi. Didalam

tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2
proses, yakni proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, akibat penghancuran
tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki
sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan
ini disebut scum yang berfunsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang
akan berfungsi pada proses berikutny, sedangkan pada proses biologis terjadi dekomposisi
melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic alam,
sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi
volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent
sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan
enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
2.4 Bagian Bagian Jamban Sehat
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu : 1) bangunan bagian atas
disebut rumah jamban, 2) bagian bagian tengah disebut slab atau dudukan jamban, 3) bangunan
bagian bawah disebu penampung tinja.
1. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban)
Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan dinding. Namun dalam
prakteknya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari
masyarakat daeah tesebut
-

Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari, angin


dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng dan lain-lain.

Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari bamboo, kayu
dan lain-lain.

Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan privasi dan
perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman
bamboo, batu bata, seng, kayu dan lain-lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian atas


o Sirkulasi udara yang cukup
o Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas dan hujan

o Kemudahan akses di malam hari


o Bangunan menghindarkan penggunan terlihat dari luar/ pandangan dari luar
o Disarankan untuk menggunakan bahan local
o Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk mmencuci
tangan.
2. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)
-

Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab
dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan
yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton,
bamboo dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.

Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu pembersih atau air.
Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan
mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban dan membuatnya idak menarik
bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci
tangan dan membersihkan bagian yang lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah


o Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga
atau binatang lain
o Dudukan jamban/ slab penutup dibuat dengan memperhatikan keamanan
pengguna (tidak licin, runtuh dan terperosok ke dalam lubang penampungan tinja,
dsb)
o Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak sedap yang
berasal dari tinja dalam lubang penampungan
o Mudah dibersihkan dan dipelihara
o Diutamakan menggunakan bahan local
o Vntilasi udara cukup
3. Bangunan bagian bawah ( Penampung Tinja )
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi,
lingkaran/bundar atau empat persegi panjang sesuai dengan kondisi tanah.Kedalaman
bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah

yag kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan
bahan penguat seperti anyaman bamboo, batu bata, ring beton, dan lain-lain.
Petimbangan untuk bangunan bagian bawah
o Ketinggian muka air tanah
o Daya resap tanah (jenis tanah)
o Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadapa sumber
air minum (lebih baik diatas 10 m)
o Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
o Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/ kapasitas)
o Diutamakan dapat meggunakan bahan local
o Bangunan permanen yang dilengkapi dengan manhole

BAB III
MATERI DAN METODE

BAB IV
HASIL
4.1 Data Geografis
4.1.1 Lokasi Puskesmas
UPT Kesehatan Puskesmas Kecamatan Mandau merupakan Puskesmas rawat
jalan yang berada di tengah kota Kecamatan Mandau, berlokasi di Jalan Jendral
Sudirman yang merupakan jalan utama Kota Duri , berjarak 150 km dari ibukota
Kabupaten Bengkalis dan 125 km dari ibukota Provinsi Riau.
Transportasi antar waktu dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa dan
kelurahan sebagian besar sudah beraspal dan mudah di jangkau dengan sarana
transportasi. Tetapi akses jalan dalam satu desa dan kelurahan masih ada yang belum
beraspal dan masih sulit dijangkau oleh sarana transportasi darat hal ini akibat kondisi
jalan yang masih berupa pengerasan dan berlobang.
4.1.2 Luas Wilayah
Luas Wilayah kerja UPT Kesehatan Puskesmas Kecamatan Mandau 12.576 km2
yang terdiri dari 2 desa dan 8 kelurahan.
4.1.3 Batas Wilayah
Wilayah kerja UPT Kesehatan Puskesmas Kecamatan Mandau merupakan daerah
dataran rendah, dengan batas batas wilayah sebagai berikut :
o Sebelah Utara
: Wilayah kerja Puskesmas Sebangar
o Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Pinggir
o Sebelah Barat
: Pustu Tegar Desa Petani
o Sebelah Timur
: Puskesmas Balai Makan
4.2 Data Demografis
Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kecamatan Mandau
Tahun 2014 sebanyak 130.504 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 10/km2.
Dimana jumlah penduduk wanita sebanyak 62.738 (48.07%) jiwa dan penduduk laki-laki
sebanyak 67.766 (51.92%), yang terbagi atas beberapa kelompok, yaitu :
1. Bayi
2. Balita
3. Remaja

: 2.662 jiwa
: 16.848 jiwa
: 18.271 jiwa

4.
5.
6.
7.
8.
9.

WUS
PUS
Bumil
Bulin
Busui
Usila

: 36.541 jiwa
: 21.644 jiwa
: 3.015 jiwa
: 2884 jiwa
: 2.741 jiwa
: 9.788 jiwa

Rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam 1 KK berjumlah 4 orang. Jumlah penduduk
terbanyak adalah Kelurahan Air Jamban dengan jumlah 39.189 jiwa, sedangkan yang paling
sedikit adalah Kelurahan Batang Serosa yaitu sebesar 2.485 jiwa.
4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan
4.3.1 Fasilitas Kesehatan
UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kecamatan Mandau merupakan Puskesmas
rawat jalan, yang melaksanakan program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
maupun Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP). Untuk lebih jelasnya distribusi
pelayanan kesehatan yang ada di Wilayah UPT Puskesmas Dinas Kesehatan
Kecamatan Mandau .
Distribusi fasilitas kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Dinas Kesehatan
Kecamatan Mandau Tahun 2014
No

Jenis Pelayanan

Jumlah

Puskesmas pembantu (Pustu)

1 buah

Pondok Bersalin Desa (Polindes)

1 buah

Posyandu Balita dan Lansia

86 buah

Puskesmas Keliling

1 buah

Ambulance

1 buah

4.3.2. Sumber Daya Manusia


Untuk upaya peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan, maka tenaga
kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kecamatan Mandau harus
memadai jumlahnya. Adapun distribusi ketenagaan di UPT Puskesmas Dinas
Kesehatan Kecamatan Mandau :
Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkat pendidikan di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kecamatan Mandau Tahun 2014

No

Jenis Tenaga

Jumlah

Dokter Umum

3 Orang

Dokter Gigi

2 Orang

Apoteker

1 Orang

S-1 Kesehatan masyarakat

4 Orang

D-III Keperawatan

7 Orang

D-III Kebidanan

11 Orang

D-III Gizi

1 Orang

D-III Farmasi

2 Orang

Sanitarian ( DI Kesling )

1 Orang

10

SPRG

2 Orang

10

Analis ( SMAK )

1 Orang

11

SMA

3 Orang

12

SD

1 Orang
Jumlah

39 Orang

BAB V
DISKUSI

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

You might also like