Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Gde Parie Perdana
1529061037
PENDIDIKAN IPA
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Belajar ..................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
mampu
menciptakan
suasana
yang
kondusif
yang
lebih
bisa
pembelajaran. Dengan didukung lingkungan belajar yang efektif proses belajar dan
mengajar akan lebih efektif pula. Oleh karena itu, dipandang penting untuk
membahas lingkungan belajar efektif dalam makalah.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5 Untuk mengetahui strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering
dilakukan.
1.3.6 Untuk mengetahui penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan siswa.
1.3.7 Untuk mengetahui cara pencegahan masalah perilaku yang serius.
1.4 Manfaat
Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat membatu pembaca untuk
memahami lingkungan pembelajaran yang efektif dan mengetahui cara untuk
menciptakan lingkungan belajar efektif di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
seperti
kegiatan-kegiatan
prosedural,
dan
kegiatan
organisasional.
Guru dan seluruh civitas akademik memiliki dalam menciptakan lingkungan
belajar efektif disekolah, namun guru memegang peranan lebih karena langsung
berinteraksi dengan siswa dalam poses pembelajaran dan dalam pengelolaan
lingkungan belajar terutama di dalam kelas.
itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal.
a. Guru sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya. Guru adalah acuan bagi
peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat
diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan model bagi peserta
didik.
b. Guru sebagai Evaluator
Evaluator atau penilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik
kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain,
1) mengetahui, 2) mengerti, 3) mengaplikasikan, 4) Analisis, 5) Sintesis
(analisis dalam berbagai sudut), dan 6) Evaluasi.
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa
sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi
untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal-hal
yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh
semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan
secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi
dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka
c. Guru sebagai Pengelola Kelas
Tanpa kemampuan ini maka performa dan karisma guru akan menurun,
bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai
Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas: 1) Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa
sumber pembelajaran. 2) Memotivasi (reward dan punishment), mendorong,
Guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa
betah, nyaman, dan termotivasi. Menurut USAID (2013), pengelolaan kelas yang
efektif paling tidak memenuhi hal-hal yaitu sebagai berikut.
1. Mobilitas: peserta didik mudah bergerak ke bagian lain dalam kelas.
2. Aksebilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia.
3. Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada
seluruh teman di kelas.
4. Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun
antar peserta didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah.
5. Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika
individu, dan dinamika pembelajaran.
6. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerja secara
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Misalnya dalam berdiskusi,
melakukan percobaan, dan presentasi.
Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya
penempatan alat bantu belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa
memiliki jarak yang relatif sama dalam mengaksesnya daripada alat tersebut
ditempatkan di salah satu pojok ruangan.
Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika
(keindahan) juga perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan
pandang/sentuh siswa agar mereka benar-benar memperoleh manfaat dari
pemajangan hasil karya tersebut, seperti termotivasinya siswa untuk menghasilkan
karya yang lebih bagus dan tumbuhnya kompetisi positif antar siswa untuk
menciptakan hasil/karya yang lebih baik.
Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak
ada satu bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan
yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas juga perlu dirancang
sehingga peserta didik menjadi betah. Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi
kelas
dalam
kerangka
mendukung
penerapan
pembelajaran
Setting atau formasi kelas tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang
permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas.
1.
Formasi Huruf U
2.
3.
Meja Konferensi
4.
Formasi Lingkaran
5.
6.
7.
8.
Susunan Chevron
9.
Kelas Tradisional
10. Auditorium/Aula
10
Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada
awal pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat
waktu, mereka mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas
dengan tepat waktu dan sikap ini akan menyebabkan pelajaran yang dimulai
dengan tepat waktu makin sulit pada masa mendatang.
c. Mencegah gangguan
Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman tertentu, urusan
sekolah, atau dapat disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak
hanya langsung mengurangi waktu untuk pembelajaran, gangguan juga dapat
memutuskan semangat pembelajaran tersebut, yang dapat mengurangi
perhatian siswa pada tugas yang ada. Untuk mengindari gangguan diperlukan
perencanaan
d. Menangani prosedur rutin
Beberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana
di ruang kelas, seperti memanggil nama siswa satu persatu, menghapus papan
tulis, membagiakan mengumpulkan woksheet, ini kurang efektif. Guru
seharusnya menggunakan tenaga siswa sebanyak mungkin.
e. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin
Kalau memungkinkan kalimat atau tindakan disipliner seharusnya tidak
menggangu jalannya pelajaran. Tatapan tajam, pergerakan dengan diam dekat
siswa yang mengganggu atau isyarat tangan seperti meletakkan jari pada bibir
untuk mengingatkan siswa untuk diam, biasanya berjalan efektif untuk
masalah perilaku kecil yang harus diatasi guru.
Waktu untuk menyelesaikan tugas adalah waktu yang digunakan masingmasing siswa untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sungguhsungguh. Alokasi waktu dan waktu untuk menyelesaikan tugas memiliki pengertian
yang berbeda. Alokasi waktu merujuk pada kesempatan bagi seluruh kelas untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan waktu untuk menyelesaikan tugas
dapat berbeda untuk masing-masing siswa tergantung pada daya perhatian siswa
dan kesediaan bekerja. Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan
tugas dengan cara berikut (Slavin, 2011).
11
12
13
14
kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat menimbulkan
kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan
kegiatan, dan merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar.
b. Isyarat nonverbal
Guru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan
isyarat nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu;
menatap siswa saat ada siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang
berperilaku buruk saat pelajaran sedang berlangsung. Kelebihan pemberian
isyarat nonverbal yaitu pembelajaran tidak terganggu. Sedangkan,
penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas, misalnya; banyak siswa
berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh guru.
c. Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk
Pujian adalah salah satu strategi yang ampuh untuk mengurangi perilaku
buruk siswa. Misalnya, pujilah siswa yang melakukan perilaku yang baik, hal
ini dapat mengurangi kecenderungan siswa berperilaku buruk.
d. Memuji siswa lainnya
Sering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan
memuji siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang
telah mengumpulkan tugas tepat waktu, maka siswa yang belum
mengumpulkan tugasnya akan berupaya segera mengumpulkan tugas agar
memperoleh pujian juga.
e. Peringatan lisan
Jika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan
sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan
tersebut seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk.
Peringatan yang tertunda biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya
bersifat positif dan terfokus pada perilaku, bukan pada siswanya. Walaupun
perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan, namun siswa itu
sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.
f. Peringatan berulang
Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi
untuk dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru
15
Prosedur
Pencegahan
Contoh Penerapan
Guru memperlihatkan antusiasme, mengubahubah kegiatan, mengupayakan siswa tetap
tertarik
Isyarat non-verbal
Peringatan lisan
Peringatan berulang
16
Konsekuensi
17
b.
18
c.
d.
e.
b.
c.
19
d.
e.
f.
g.
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat
belajar mengajar berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara
efektif dan mendukung perkembangan belajar siswa.
2. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang
digunakan guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan
menanggapi perilaku buruk di kelas berupa pengelolaan kelas, penataan
sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.
3. Peranan waktu dalam pembelajaran siswa amat penting, yaitu menentukan
guru mengajar, siswa membuat tugas, mencegah gangguan dalam
pembelajaran, dan lain sebagainya.
4. Faktor yang berperan mewujudkan pembelajaran yang efektif adalah
rancangan tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas yang efektif,
penetapan prosedur kelas, penjelasan harapan guru terhadap siswa.
5. Strategi mengelolaan perilaku buruk, yaitu memberikan intervensi terkecil,
yang terdiri dari; pencegahan, isyarat nonverbal, memuji perilaku yang
baik, memuji siswa lainnya, peringatan lisan, peringatatan berulang, dan
menerapkan konsekuensi.
6. Penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan karena kurangnya Perhatian
Guru, Perhatian Teman Sebaya dan Pembebasan dari keadaan atau
kegiatan yang tidak menyenangkan.
7. Pencegahan perilaku buruk meliputi; program pencegahannya, identifikasi
penyebabnya, keterlibatan keluarga, mediasi teman sebaya dan pemberian
konsekuensi.
3.2 Saran
22
23
DAFTAR PUSTAKA
24