You are on page 1of 26

LINGKUNGAN BELAJAR EFEKTIF

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh:
Gde Parie Perdana
1529061037

PENDIDIKAN IPA
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015

DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................

1.4 Manfaat ....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Belajar ..................................................................................

2.2 Lingkungan Belajar Efektif ......................................................................

2.3 Menciptakan Lingkungan Belajar Efektif di Sekolah ..............................

2.4 Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran ................................................ 10


2.5 Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif .............. 11
2.6 Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan .......... 13
2.7 Penyebab Perilaku Buruk Tetap Dipertahankan Siswa............................ 17
2.8 Pencegahan Masalah Perilaku yang Serius .............................................. 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 22
3.2 Saran ......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dalam dirinya. Syarat dasar pembelajaran didasari oleh
hubungan timbal-balik antara guru dan siswa. Proses pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian mutu pendidikan yang
baik.
Proses pembelajaran memerlukan beberapa komponen pendukung agar
suasana belajar mengajar bisa mencapai pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
harus

mampu

menciptakan

suasana

yang

kondusif

yang

lebih

bisa

menyeimbangkan usaha, proses serta hasil. Suasana belajar meliputi lingkungan


belajar serta lingkungan sekolah. Namun, pada kenyataan di sekolah-sekolah,
seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat
pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak
efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas
pembelajaran tidak akan dapat dicapai.
Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan. Lingkungan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan selalu mengitari manusia dari
waktu ke waktu, sehingga antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal
balik dimana lingkungan mempengaruhi manusia dan sebaliknya manusia juga
mempengaruhi lingkungan. Begitu pula dalam proses belajar belajar mengajar,
lingkungan merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam proses belajar dan
perkembangan anak. Sehingga diperlukan lingkungan belajar yang efektif untuk
memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau dan mampu belajar aktif
Terjadinya proses pembelajaran yang kondusif tidak terlepas dari tersedianya
lingkungan pembelajaran yang efektif pula. Lingkungan belajar menjadi tempat
siswa untuk berinteraksi, menjadi tempat belajar siswa dan tempat untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya maupun dari hasil proses

pembelajaran. Dengan didukung lingkungan belajar yang efektif proses belajar dan
mengajar akan lebih efektif pula. Oleh karena itu, dipandang penting untuk
membahas lingkungan belajar efektif dalam makalah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana lingkungan pembelajaran yang efektif?
1.2.2 Bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar efektif di sekolah?
1.2.3 Bagaimana pengaruh waktu dalam pembelajaran?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor dalam mewujudkan lingkungan belajar efektif?
1.2.5 Apa strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan?
1.2.6 Apa penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan siswa?
1.2.7 Bagaimana pencegahan masalah perilaku yang serius?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.3.1

Untuk memahami lingkungan pembelajaran yang efektif.

1.3.2

Untuk memahami cara menciptakan lingkungan belajar efektif disekolah.

1.3.3

Untuk memahami pengaruh waktu dalam pembelajaran.

1.3.4

Untuk mengetahui faktor dalam mewujudkan lingkungan belajar efektif

1.3.5 Untuk mengetahui strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering
dilakukan.
1.3.6 Untuk mengetahui penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan siswa.
1.3.7 Untuk mengetahui cara pencegahan masalah perilaku yang serius.

1.4 Manfaat
Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat membatu pembaca untuk
memahami lingkungan pembelajaran yang efektif dan mengetahui cara untuk
menciptakan lingkungan belajar efektif di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Belajar


Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan
pendidikan. Lingkungan belajar secara umum dapat diartikan sebagai segala
macam kondisi dan tempat yang dapat menunjang terjadinya pembelajaran. Oleh
karena itu, lingkungan belajar memiliki dua arti, yang pertama menunjuk pada arti
lingkungan yang bersifat fisik yang sering digunakan sebagai tempat terjadinya
proses belajar mengajar, dan yang kedua menunjuk pada arti lingkungan non fisik
atau segala sesuatu yang bersifat suasana pembelajaran, baik yang diciptakan oleh
guru, keluarga, dan siswa.

2.2 Lingkungan Belajar Efektif


Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna
dan atau pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2003). Lingkungan belajar
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu
sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar.
Hal ini mempunyai arti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran
merupakan faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan
merupakan faktor yang berperan penting dalam belajar seorang siswa.
Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar
mengajar berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan
mendukung perkembangan belajar siswa. Penciptaan lingkungan pembelajaran
yang efektif sering dipandang sebagai cara dalam mengatasi perilaku buruk siswa.
Namun, kini penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif diartikan sebagai
menejemen pembelajaran, yaitu keseluruhan cara yang membuat siswa yang
berperilaku buruk menurun/berkurang jumlahnya. Manajemen pembelajaran juga
mengandung pengertian upaya untuk membuat siswa tetap tertarik, terlibat, dan
menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran yang sekaligus untuk mencegah
munculnya perilaku buruk.

Lingkungan belajar yang efektif difokuskan pada sekolah, khususnya kelas.


Ketika kelas dikelola secara efektif, maka siswa akan terlibat aktif dalam
pembelajaran. Kelas adalah tempat dimulainya seluruh proses pembelajaran di
sekolah. Berawal dari kelas dapat membangun karakter individu siswa dan anak
didik. mereka juga akan mulai belajar berbagi dengan sesama, belajar bertoleransi,
dan belajar bertanggungjawab. Maka, menyajikan kondisi kelas yang nyaman dan
menyenangkan adalah langkah awal untuk memulai membangun komunitas sebuah
kelas yang menyenangkan dan dinamis.
Suatu lingkungan pendidikan pasti mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari
lingkungan pendidikan menurut Hamalik (2003) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi psikologis
Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan
rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan
tingkah laku tertentu.
2. Fungsi pedagogis
Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik,
khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga
pedidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembagalembaga sosial.
3. Fungsi Instruksional
Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau
pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah
laku siswa.
Ketiga fungsi diatas menunjukkan bahwa secara psikologis lingkungan
belajar yang efektif secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkah laku belajar
ataupun tingkah laku secara keseluruhan seorang siswa. Siswa akan menikmati dan
termotivasi belajar lebih baik dalam suasana kelas yang efektif. Oleh karena itu,
pentingnya manajemen ruang kelas atau lingkungan belajar yang efektif ini sangat
berpengaruh bagi pola pembelajaran ataupun strategi yang diciptakan oleh guru dan
pada pola belajar siswa. Tujuan dari manajemen ruang kelas (Syaefudin, 2007)
adalah:

1.

agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga


tujuan proses belajar mengajar dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2.

untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan peserta


didik dalam proses belajar mengajarnya.

3.

untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting


untuk perbaikan proses belajar mengajar pada masa mendatang.

2.3 Menciptakan Lingkungan Belajar Efektif di Sekolah


Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang
digunakan guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan menanggapi
perilaku buruk di kelas. Upaya agar siswa tetap tertarik, terlibat, dan
memperlihatkan antusiasme berperan penting untuk mencegah terjadinya perilaku
buruk di kelas. Lingkungan kelas sangat berperan dalam menciptakan suasana yang
efektif. Penataan lingkungan belajar efektif dapat berupa pengelolaan kelas,
penataan sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.
Slavin (2011) mengungkapkan bahwa penciptaan lingkungan pembelajaran
yang efektif melibatkan penggorganisasian kegiatan di kelas, pembelajaran, ruang
kelas untuk memungkinkan penggunaan waktu yang efektif, menciptakan
lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan
gangguan. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif menyangkut beberapa
teknik yang dapat dipelajari dan diterapkan setiap guru. Pada masa lalu, penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai cara mengatasi
perilaku buruk masing-masing siswa. Pemikiran saat ini menekankan manajemen
kelas sebagai keseluruhan cara yang mengakibatkan masing-masing orang yang
berperilaku buruk menjadi semakin jarang. Upaya membuat siswa tetap tertarik,
untuk terlibat dan bersedia memperlihatkan antusiasme berperan penting untuk
mencegah perilaku buruk.
Lingkungan belajar yang efektif sering disebut dengan manajemen ruang
kelas (classroom management).

Manajemen ruang kelas menggambarkan

keterampilan guru dalam merancang, menata, dan mengatur kurikulum,


menjabarkannya ke dalam prosedur proses belajar mengajar dan sumber-sumber
belajar, serta menata lingkungan belajar yang merangsang untuk tercapainya

suasana proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kegiatan-kegiatan


manajemen kelas yang dilakukan guru harus dipandang secara sistemik dan
sistematik. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup:
1. Kegiatan akademik; dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching),
diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan
pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran
yang sudah disajikan itu berhasil dikuasai peserta didik.
2. Kegiatan administratif; dikategorikan sebagai kegiatan non teaching
sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran
mengajarnya

seperti

kegiatan-kegiatan

prosedural,

dan

kegiatan

organisasional.
Guru dan seluruh civitas akademik memiliki dalam menciptakan lingkungan
belajar efektif disekolah, namun guru memegang peranan lebih karena langsung
berinteraksi dengan siswa dalam poses pembelajaran dan dalam pengelolaan
lingkungan belajar terutama di dalam kelas.

2.3.1 Peran Guru


Dalam menciptakan kondisi yang baik untuk belajar, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal siswa yaitu kondisi yang ada
pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan
sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi
manusia, sepeti kebersihan ruangan, penerangan serta keadaan lingkungan fisik
yang lain. Dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif, maka perlu
dilakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Melibatkan siswa secara aktif
2. Menarik minat dan perhtian siswa
3. Membangkitkan motivasi siswa
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
5. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena

itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal.
a. Guru sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya. Guru adalah acuan bagi
peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat
diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan model bagi peserta
didik.
b. Guru sebagai Evaluator
Evaluator atau penilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik
kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain,
1) mengetahui, 2) mengerti, 3) mengaplikasikan, 4) Analisis, 5) Sintesis
(analisis dalam berbagai sudut), dan 6) Evaluasi.
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa
sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi
untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal-hal
yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh
semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan
secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi
dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka
c. Guru sebagai Pengelola Kelas
Tanpa kemampuan ini maka performa dan karisma guru akan menurun,
bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai
Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas: 1) Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa
sumber pembelajaran. 2) Memotivasi (reward dan punishment), mendorong,

dan menstimulasi siswa. 3) Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan


dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
d. Guru sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan
juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk
sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang
siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh
karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu
siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang
media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga
pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta
didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya
misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

2.3.2 Pengelolaan Kelas


Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang
turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuantujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya:
a. Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.
b. Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana
yang menggairahkan dalam belajar.
c. Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa itu sendiri.

Guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa
betah, nyaman, dan termotivasi. Menurut USAID (2013), pengelolaan kelas yang
efektif paling tidak memenuhi hal-hal yaitu sebagai berikut.
1. Mobilitas: peserta didik mudah bergerak ke bagian lain dalam kelas.
2. Aksebilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia.
3. Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada
seluruh teman di kelas.
4. Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun
antar peserta didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah.
5. Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika
individu, dan dinamika pembelajaran.
6. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerja secara
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Misalnya dalam berdiskusi,
melakukan percobaan, dan presentasi.
Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya
penempatan alat bantu belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa
memiliki jarak yang relatif sama dalam mengaksesnya daripada alat tersebut
ditempatkan di salah satu pojok ruangan.
Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika
(keindahan) juga perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan
pandang/sentuh siswa agar mereka benar-benar memperoleh manfaat dari
pemajangan hasil karya tersebut, seperti termotivasinya siswa untuk menghasilkan
karya yang lebih bagus dan tumbuhnya kompetisi positif antar siswa untuk
menciptakan hasil/karya yang lebih baik.
Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak
ada satu bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan
yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas juga perlu dirancang
sehingga peserta didik menjadi betah. Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi
kelas

dalam

kerangka

mendukung

penerapan

pembelajaran

kontekstual/pembelajaran aktif (Melvin L. Silberman, 1996 dalam USAID, 2013).

Setting atau formasi kelas tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang
permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas.
1.

Formasi Huruf U

2.

Formasi Corak Tim

3.

Meja Konferensi

4.

Formasi Lingkaran

5.

Kelompok untuk Kelompok

6.

Tempat Kerja (Workstation)

7.

Pengelompokan Terpisah (Breakout groupings)

8.

Susunan Chevron

9.

Kelas Tradisional

10. Auditorium/Aula

2.4 Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran


Waktu adalah suber daya yang terbatas. Istilah untuk waktu pembelajaran
yang tersedia adalah alokasi waktu (time alocation) atau waktu yang tersedia bagi
siswa untuk memperoleh kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa belajar
dengan memberikan perhatian. Aspek terpenting waktu ialah sesuatu yang berada
dalam pengendalian langsung oleh guru, pengorganisasian dan penggunaan waktu
di ruang kelas. Metode untuk memaksimalkan alokasi waktu meliputi; pencegahan
waktu yang hilang, pencegahan waktu yang hilang dengan cara tepat waktu saat
memulai dan mengakhiri pelajaran, mencegah gangguan, menangani prosedur rutin
dengan lancar dan cepat, meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin, dan
menggunakan waktu sibuk dengan efektif.
a. Mencegah waktu yang hilang.
Salah satu penyebab banyak waktu pembelajaran hilang ialah banyaknya
waktu efektif yang digunakan untuk ujian, libur nasional, rapat sekolah dan
lain-lain. Penggunaan semua waktu di kelas dengan baik bukan berarti
memadatkan beberapa menit atau jam pengajaran setiap tahun, tetapi
mengkomunikasikan kepada siswa bahwa pembelajaran adalah persoalan
penting yang sebanding dengan waktu dan upaya mereka.
b. Mencegah keterlambatan memulai dan penyelesaian dini.

10

Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada
awal pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat
waktu, mereka mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas
dengan tepat waktu dan sikap ini akan menyebabkan pelajaran yang dimulai
dengan tepat waktu makin sulit pada masa mendatang.
c. Mencegah gangguan
Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman tertentu, urusan
sekolah, atau dapat disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak
hanya langsung mengurangi waktu untuk pembelajaran, gangguan juga dapat
memutuskan semangat pembelajaran tersebut, yang dapat mengurangi
perhatian siswa pada tugas yang ada. Untuk mengindari gangguan diperlukan
perencanaan
d. Menangani prosedur rutin
Beberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana
di ruang kelas, seperti memanggil nama siswa satu persatu, menghapus papan
tulis, membagiakan mengumpulkan woksheet, ini kurang efektif. Guru
seharusnya menggunakan tenaga siswa sebanyak mungkin.
e. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin
Kalau memungkinkan kalimat atau tindakan disipliner seharusnya tidak
menggangu jalannya pelajaran. Tatapan tajam, pergerakan dengan diam dekat
siswa yang mengganggu atau isyarat tangan seperti meletakkan jari pada bibir
untuk mengingatkan siswa untuk diam, biasanya berjalan efektif untuk
masalah perilaku kecil yang harus diatasi guru.
Waktu untuk menyelesaikan tugas adalah waktu yang digunakan masingmasing siswa untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sungguhsungguh. Alokasi waktu dan waktu untuk menyelesaikan tugas memiliki pengertian
yang berbeda. Alokasi waktu merujuk pada kesempatan bagi seluruh kelas untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan waktu untuk menyelesaikan tugas
dapat berbeda untuk masing-masing siswa tergantung pada daya perhatian siswa
dan kesediaan bekerja. Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan
tugas dengan cara berikut (Slavin, 2011).

11

a. memberikan pelajaran yang memikat, sehingga siswa memberikan perhatian


dan senang mengerjakanya.
b. mempertahankan momentum, mengacu pada upaya menghindari gangguan
atau hambatan.
c. mempertahankan kelancaran pembelajaran, mengacu pada urutan pengajaran
yang bermakna dan berkesinambungan.
d. mengelola peralihan, mengacu pada penggantian kegiatan dari satu kegiatan
ke kegiatan lain yang memerlukan managemen kelas yang berbeda.
e. mempertahankan fokus kelompok, mengacu pada strategi pengorganisasian
ruang kelas dan teknik bertanya yang memastikan semua siswa terlibat
sekalipun hanya satu siswa yang dipanggil.
f. Penyiagaan kelompok, mengacu pada stategi bertanya yang dirancang untuk
membuat semua siswa waspada selama pengajaran atau diskusi.
g. Mempertahankan focus kelompok selama pekerjaan kelas, dapat dilakukan
dengan memantau kegiatan siswa dengan berkeliling menghampiri meja
siswa
h. kejelian, tindakan guru yang menunjukan kesadaran terhadap prilaku siswa
setiap saat.
i. Berbuat tumpang tindih, mengacu pada kemampuan guru memberikan
perhatian pada gangguan atau masalah prilaku sambil melanjutkan pelajaran.

2.5 Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif


Faktor yang memberi andil pada manejemen ruang kelas yang efektif meliputi
waktu untuk memulai tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas demi
pembelajaran yang efektif, dan penetapan peraturan dan prosedur kelas tentang
perilaku siswa. Menurut Bimo Walgito (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan belajar yang efektif sebagai berikut.
a. Tempat.
Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,
mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak
terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Disamping itu juga perlu
diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik.

12

b. Alat-alat untuk belajar.


Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar
merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran.
Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan dari perlatan yang memadai. Dalam proses belajar dan
mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka PBM akan dapat
berjalan dengan lebih baik.
c. Suasana.
Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan
yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal atau
peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya.
Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses
belajar siswa. Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam
proses belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram
dan damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah
maupun di sekitar tempat tinggalnya.
d. Waktu.
Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan
dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di
sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan
bahwa diwaktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar. Masalah
waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang ada untuk
belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam pengaturan waktu
belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu yang ada dengan
adil antara waktu untuk belajar, bermain, aktivitas lain-lain dan juga waktu
istirahat.
e. Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan
berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih
dengan teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan
sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka akan
membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.

13

2.6 Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan


Pelajaran yang efektif dan penggunaan waktu kelas yang baik bukanlah satusatunya sarana untuk mencegah atau mengatasi perilaku yang tidak baik. Guru pun
harus mempunyai strategi untuk mengatasi masalah perilaku siswa.
Sebagian besar masalah perilaku yang harus diatasi guru adalah gangguan
yang relatif kecil, seperti berbicara saat tidak mendapat gilirannya, bangkit dari
tempat duduk tanpa permisi, tidak menaati peraturan kelas, dan tidak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa seharusnya menyadari
bahwa mereka adalah siswa yang berkompeten dan pembelajaran yang mereka lalui
itu menyenangkan dan memuaskan. Lingkungan ruang kelas yang hangat, penuh
motivasi, dan perhatian akan menumbuhkan sifat siswa yang diinginkan tersebut.
Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak dapat tercipta, jika siswa tidak
menghormati guru atau guru tidak menghormati siswa. Dalam mewujudkan hal
tersebut, guru layaknya menjadi seorang pemimpin di kelas yang berwenang dalam
mengatur dan menegakkan peraturan di kelas. Guru yang belum menanamkan
wewenangnya di kelas, kemungkinan akan menghabiskan waktu yang banyak
untuk mengatasi masalah atau berteriak pada siswa dalam pembelajaran. Namun,
apabila struktur dan prosedur rutin di kelas sudah jelas, maka makin banyak
kebebasan yang dapat diberikan guru kepada siswanya. Beberapa strategi guru
untuk mengatasi masalah perilaku siswa adalah, sebagai berikut. Guru seharusnya
memperbaiki perilaku buruk siswa dengan memberikan intervensi yang paling
sederhana serta benar-benar bermanfaat. Apabila benar-benar memungkinkan, guru
mengajar di kelas sambil terus mengatasi masalah perilaku buruk siswanya.
Beberapa contoh intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.
a. Pencegahan
Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan materi pelajaran
yang menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas,
mengupayakan siswa tetap sibuk dalam tugas-tugasnya yang bermakna, dan
menggunakan keterampilan dasar dalam mengajar yang efektif lainnya. Guru
dapat melaksanakan berbagai hal dalam pembelajaran, seperti mengubah isi
pelajaran, menggunakan berbagai jenis humor, menggunakan pembelajaran

14

kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat menimbulkan
kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan
kegiatan, dan merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar.
b. Isyarat nonverbal
Guru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan
isyarat nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu;
menatap siswa saat ada siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang
berperilaku buruk saat pelajaran sedang berlangsung. Kelebihan pemberian
isyarat nonverbal yaitu pembelajaran tidak terganggu. Sedangkan,
penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas, misalnya; banyak siswa
berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh guru.
c. Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk
Pujian adalah salah satu strategi yang ampuh untuk mengurangi perilaku
buruk siswa. Misalnya, pujilah siswa yang melakukan perilaku yang baik, hal
ini dapat mengurangi kecenderungan siswa berperilaku buruk.
d. Memuji siswa lainnya
Sering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan
memuji siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang
telah mengumpulkan tugas tepat waktu, maka siswa yang belum
mengumpulkan tugasnya akan berupaya segera mengumpulkan tugas agar
memperoleh pujian juga.
e. Peringatan lisan
Jika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan
sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan
tersebut seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk.
Peringatan yang tertunda biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya
bersifat positif dan terfokus pada perilaku, bukan pada siswanya. Walaupun
perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan, namun siswa itu
sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.
f. Peringatan berulang
Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi
untuk dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru

15

seharusnya memutuskan apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh


siswa, mengungkapkan hal ini dengan jelas kepada siswa tersebut, dan
kemudian mengulanginya hingga siswa tersebut taat.
g. Menerapkan konsekuensi
Jika semua langkah sebelumnya tidak efektif memaksa siswa menaati
permaintaan yang diungkapkan dengan jelas dan masuk akal, langkah terakhir
adalah yaitu menerapkan konsekuensi kepada siswa. Contoh penerapan
konsekuensi adalah; meminta siswa keluar dari kelas, membuat siswa
kehilangan waktu istirahat, memanggil orang tua siswa untuk menghadap
kepala sekolah, memanggil siswa untuk menghadap wali kelas atau kepala
sekolah, dan sebagainya. Setelah siswa memperoleh konsekuensi tersebut,
maka seharusnya guru menerima kembali siswa tanpa menyindir atau
menuduhnya kembali. Siswa tersebut berhak memulai sesuatu yang baru.
Urutan strategi untuk mengatasi perilaku buruk siswa di kelas, mulai dari yang tidak
mengganggu hingga yang paling mengganggu disajikan dalam tabel berikut.
No.
1

Prosedur
Pencegahan

Contoh Penerapan
Guru memperlihatkan antusiasme, mengubahubah kegiatan, mengupayakan siswa tetap
tertarik

Isyarat non-verbal

Guru mengerutkan dahi ketika ada siswa yang


terlambat mengumpulkan tugas

Pujian atas perilaku yang

Guru memuji siswa yang memperoleh prestasi

benar yang bertentangan

dalam pembuatan makalah atau olimpiade

dengan perilaku yang


buruk
4

Pujian terhadap siswa lain

Guru memuji siswa lainnya di kelas yang telah


mengumpulkan tugas tepat pada waktunya

Peringatan lisan

Guru menyuruh dengan tegas agar siswa


menyerahkan tugas makalah tepat waktu

Peringatan berulang

Guru menyuruh siswa menyerahkan makalah


tepat waktu, namun peringatan tersebut
diberikan pada siswa lebih dari satu kali

16

Konsekuensi

Guru menyuruh siswa yang terlambat


mengumpulkan makalah untuk mengulang
membuat makalahnya dengan topik yang baru

2.7 Penyebab Perilaku Buruk Tetap Dipertahankan Siswa


Prinsip dasar teori pembelajaran perilaku ialah bahwa, apabila perilaku
apapun berlangsung dari waktu ke waktu, maka perilaku itu dipertahankan oleh
penguatan. Untuk mengurangi perilaku buruk, maka harus dipahami terlebih dahulu
tindakan penguatan mana yang mempertahankan perilaku buruk sejak awal, berikut
prilaku yang dapat mempertahakan prilaku buruk siswa (Slavin, 2011).
a. Perhatian Guru. Terkadang siswa berperilaku buruk karena menginginkan
perhatian guru, walaupun hal itu bersifat negatif. Ketika siswa terlihat
berperilaku buruk karena alasan ini, maka jalan keluarnya yaitu; berikan
mereka perhatian ketika mereka berperilaku baik, dan abaikan mereka
sebanyak mungkin ketika mereka berperilaku buruk. Apabila tindakan
tersebut tidak berpengaruh pada perilaku mereka, maka berikanlah skorsing.
b. Perhatian Teman Sebaya. Alasan yang sangat lazim lainnya dari
diterapkannya perilaku buruk oleh siswa adalah untuk memperoleh perhatian
dan dukungan teman sebaya mereka. Bahkan, motivator utama dari banyak
bentuk perilaku buruk pada siswa adalah adanya perhatian dan dukungan dari
sebaya. Beberapa siswa yang berperilaku buruk tidak menghiraukan
kemungkinan dampak perilakunya terhadap teman sekelas mereka.
Pengabaian perilaku buruk tidak akan efektif jika perilaku tersebut didukung
oleh teman sebayanya.Ada dua tanggapan utama terhadap perilaku buruk
yang didukung teman, yaitu; (1) mengeluarkan orang yang bersalah dari kelas
tersebut, (2) menggunakan kebergantungan kelompok.
c. Pembebasan dari keadaan atau kegiatan yang tidak menyenangkan. Kegiatan
ini berupa pembebasan diri dari kebosanan, frustasi, kelelahan atau kegiatan
yang tidak menyenangkan. Solusi terbaik bagi perilaku buruk yang timbul
dari kebosanan, frustasi, atau kelelahan ialah pencegahan. Siswa jarang
berperilaku buruk selama pelajaran di kelas dia rasakan menarik, bervariasi,
dan memikat.

17

2.8 Pencegahan Masalah Perilaku yang Serius


Setiap orang memiliki perilaku buruk. Namun, terkadang perilaku buruk
beberapa orang jauh lebih sering atau serius daripada perilaku buruk kebanyakan
orang. Apabila perilaku buruk yang serius ini dialami oleh siswa, maka akan
menimbulkan persoalan yang besar bagi dirinya sendiri, orang tua, guru dan
pengurus sekolah. Masalah perilaku yang serius tidak terdistribusi secara merata di
kalangan siswa.
Siswa laki-laki cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk
mempunyai masalah perilaku yang parah dibandingkan dengan siswa perempuan.
Angka perbandingannya yaitu 1:3 hingga 1:8. Kenakalan serius lebih sering
ditemukan di kalangan siswa berlatar belakang miskin, khususnya di daerah
perkotaan. Siswa yang mengalami masalah dalam keluarganya, juga mempunyai
kecenderungan besar untuk berperilaku buruk atau terlibat kasus kenakalan serius.
Hal yang sama juga dapat menimpa siswa yang tidak berprestasi, serta sering
membolos dari kegiatan pembelajaran di sekolah.
Sekolah berperan penting untuk mencegah atau mengelola perilaku buruk dan
kenakalan siswa yang serius. Namun, kehidupan siswa tidak hanya di sekolah, di
mana sebagian besar aktivitas siswa terjadi di luar jangkauan sekolah. Sehingga
perilaku nakal sering melibatkan kepolisian, pengadilan, lembaga pelayanan sosial,
orang tua dan teman siswa. Meskipun demikian, ada beberapa pedoman untuk
mencegah siswa berperilaku buruk dan terlibat dalam masalah kenakalan yang
serius.
1. Program Pencegahan Masalah Perilaku yang Serius
Beberapa program mencegah masalah perilaku yang serius, yaitu sebagai
berikut.
a.

Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan prososial dan dengan


terbuka membahas perilaku yang berisiko dan cara untuk
menghindarinya.

b.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan sosial sebagai


sukarelawan, pengajar pribadi, atau pemimpin dalam kegiatan yang
member manfaat bagi sekolah atau komunitas mereka.

18

c.

Menciptakan pembelajaran yang demokratis dan partisipatif.

d.

Menciptakan program yang meningkatkan pencapaian akademis.

e.

Pengadaan sekolah yang kecil dan tidak begitu personal.

2. Mengidentifikasi Penyebab Perilaku Buruk


Munculnya perilaku buruk pada siswa cenderung disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu sebagai berikut. (1) Adanya anggapan bahwa imbalan berperilaku
buruk lebih besar daripada berperilaku baik, misalnya siswa yang tidak
berprestasi cenderung lebih mudah terjerumus dalam perilaku buruk, dan (2)
dukungan teman sebaya atau kelompok yang memiliki perilaku yang buruk
atau bertindak antisosial, misalnya perkelahian yang terjadi antar kelompok
remaja (geng), dan tawuran antar siswa di sekolah.
3. Menegakkan Pelaksanaan Peraturan yang telah ditetapkan
Peraturan sekolah yang telah ditetapkan harus selalu diingatkan terusmenerus. Misalnya hukuman bagi yang mencoret-coret dan melakukan
pengrusakan fasilitas sekolah yaitu harus memperbaiki segera fasilitas yang
dirusak tersebut. Pelaksanaan peraturan yang konsekuen akan menciptakan
lingkungan belajar yang tertib dan aman.
4. Menegakkan Kehadiran di Sekolah
Kemalasan dan kenakalan siswa sangat berkaitan, sebab saat siswa membolos
dari sekolah, mereka sering menimbulkan masalah dalam masyarakat. Oleh
sebab itu, salah satu cara untuk mengatasi siswa membolos dari sekolah
adalah memperketat pengecekan/pemeriksaan kehadiran siswa di sekolah.
Hal ini akan membuat siswa yang sering membolos merasa segan membolos
karena akan ketahuan guru serta orang tua mereka di rumah.
5. Sistem Pemeriksaan dan Hubungan Berbagai Komponen Masyarakat
Sistem ini adalah sistem yang berbasis sekolah dan bekerja sama dengan
siswa, keluarga, dan karyawan sekolah untuk meningkatkan kehadiran dan
keterlibatan siswa di sekolah. Unsur-unsur sistem pemeriksaan dan hubungan
adalah sebagai berikut.
a.

Pembinaan hubungan; saling percaya dan komunikasi dan terbuka

b.

Pemantauan rutin indikator yang dapat diubah

c.

Intervensi individualisasi dan ketepatan waktu

19

d.

Komitmen jangka panjang

e.

Ketekunan plus; mempertahankan sumber motivasi akademis yang


tetap, keberlanjutan pengenalan komponen terdekat, dan konsistensi
pada pesan.

f.

Penyelesaian masalah; meningkatkan perolehan kemampuan untuk


menyelesaikan konflik

g.

Afiliasi dengan sekolah dan pembelajaran

6. Menghindari Jalur Khusus


Penggunaan jalur khusus (pengelompokkan kemampuan antar kelas)
seharusnya dihindari kalau memungkinkan. Hal ini dikarenakan, kelas yang
berlajur rendah adalah tempat perkembangan kelompok siswa yang nakal dan
antisosial. Masalah perilaku dan akademis siswa sebaiknya diatasi dalam
konteks kelas biasa sebanyak mungkin, tidak di kelas khusus yang terpisah.
7. Melaksanakan Intervensi dan Ikut Keterlibatan Keluarga
Strategi pengelolaan ruang kelas seharusnya digunakan untuk mengurangi
perilaku buruk siswa sebelum hal tersebut menjadi kenakalan. Peningkatan
perilaku baik dan keberhasilan siswa di sekolah dapat mencegah kenakalan.
Intervensi guru di kelas perlu dilakukan serta ditingkatkan frekuensi
pemakaiannya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Apabila perilaku buruk anak semakin menjadi-jadi maka diperlukanlah
keterlibatan keluarga siswa dalam mengatasinya, terutama orang tua siswa.
8. Menggunakan Mediasi Teman Sebaya
Siswa dapat berperan sebagai mediator teman sebaya, khususnya untuk
menyelesaikan konflik antara sesama siswa. Siswa yang mempunyai masalah
dengan siswa lain dapat diminta membawa masalah ini kepada mediator
sebaya, bukannya kepada orang dewasa. Teman sebaya sebagai mediator
akan aktif menawarkan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah di
antara temannya. Namun mediator perlu dilatih dan dipantau dengan saksama
agar tampil efektif.
9. Menerapkan Konsekuensi dengan Bijaksana
Guru harus menghindari pemberian hukuman dengan cara mengeluarkan atau
mengusir siswa apabila dia berperilaku buruk, kecuali jika perilakunya

20

memang sangat keterlaluan. Seringkali, pengusiran siswa berakibat


memperburuk masalah perilaku siswa, karena hal tersebut mengakibatkan
siswa tertinggal dalam pelajaran atau pekerjaannya. Oleh sebab itu perlu
dipikirkan cara lain untuk memberikan hukuman bagi siswa.
Hukuman yang terlalu keras atau tidak memungkinkan siswa untuk kembali
ke kelas dengan kedudukan setara dengan siswa lainnya mempunyai risiko siswa
akan masuk ke budaya yang antisosial dan nakal. Setelah siswa membayar utangnya
dengan kehilangan hak istimewa, atau jenis hukuman lainnya, dia harus sepenuhnya
diterima kembali sebagai anggota kelas tersebut.

21

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat
belajar mengajar berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara
efektif dan mendukung perkembangan belajar siswa.
2. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang
digunakan guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan
menanggapi perilaku buruk di kelas berupa pengelolaan kelas, penataan
sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.
3. Peranan waktu dalam pembelajaran siswa amat penting, yaitu menentukan
guru mengajar, siswa membuat tugas, mencegah gangguan dalam
pembelajaran, dan lain sebagainya.
4. Faktor yang berperan mewujudkan pembelajaran yang efektif adalah
rancangan tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas yang efektif,
penetapan prosedur kelas, penjelasan harapan guru terhadap siswa.
5. Strategi mengelolaan perilaku buruk, yaitu memberikan intervensi terkecil,
yang terdiri dari; pencegahan, isyarat nonverbal, memuji perilaku yang
baik, memuji siswa lainnya, peringatan lisan, peringatatan berulang, dan
menerapkan konsekuensi.
6. Penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan karena kurangnya Perhatian
Guru, Perhatian Teman Sebaya dan Pembebasan dari keadaan atau
kegiatan yang tidak menyenangkan.
7. Pencegahan perilaku buruk meliputi; program pencegahannya, identifikasi
penyebabnya, keterlibatan keluarga, mediasi teman sebaya dan pemberian
konsekuensi.

3.2 Saran

22

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dalam menciptakan


lingkungan belajar efektif bagi siswa untuk mendukung proses pembelajaran harus
memperhatikan berbagai faktor dan didukung oleh keluarga, guru, sekolah,
masyarakat, dan siswa itu sendiri. Lingkungan pembelajaran yang efektif
diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajar.

23

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi


Hamalik,O. 2003. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
USAID, 2013. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran: Bahan Rujukan bagi
LPTK. siapbelajar.com dapat diakses pada http://siapbelajar.com
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Penddikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Syaefudin, U. 2007. Manajemen Ruang Kelas. Tersedia pada http://file.upi.edu.
Walgito, B. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi

24

You might also like