You are on page 1of 12

NAMA KELOMPOK:

RAI HENDRIANI
NILUH YANI LESTARI
NI WAYAN LESTARI
NURHASANAH
NI NYOMAN KARIANI
PIPIN NOVITASARI
NI LUH WAYAN NITA
NI NYOMAN ALIT ARIYATI

NI MADE WIDYAWATI
NURIZAH
NURWAINI
NOVITA
NI KOMANG SRI DANI


POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2013/2014

1. ASUHAN PERSALINAN KALA III


1.1 FISIOLOGI KALA III
1.1.1 MEKANISME PELEPASAN PLASENTA

Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan mendadak ukuran


kavum uteri selama dan setelah bayi lahir, pengurangan ukuran uterus secra
bersamaan berarti penurunan area perlekatan plasenta.

Plasenta berdaptasi dengan penurunan uterus sehingga plasenta


menebal, tetapi pada sisi perlekatan plasenta tidak mampu menahan tekanan
dan melengkung sehingga berakibat terjadinya pelepasan plasenta dari dinding
uterus pada lapisan spongiosa desidua.

Pada saaat plasenta terlepas mnjadi hematoma antara plasenta yang


terlepas dengan desisua, darah berasal dari dalam ruang yang intervili yang
biasa disebut hematoma retroplasenta yang memvasilitasi terjadinya pelepasan
plasenta secara lengkap.

Setelah plasenta terlepas, plasenta akan turun ke segmen bawah


rahim (SBR) dan menyebabkan timbulnya tanda gejala kala III, yang terdiri
dari :
1. Keluaranya darah secara mendadak baik tetesan atau pancaran kecil
2. Tali pusat yang bertambah panjang terlihat diintroitus vagina.
3. Terjadi peerubahan bentuk Uterus dari discoid ke bentuk globular
sewaktu uterus berkontraksi dengan sendirinya,
4. Terjaddi perubahan posisi uterus, uterus meninggi didalam abdomen
karena bagan terbesar plasenta dalam segmen bawah uterus dan
mendesak uterus keatas.

1.1.2 MACAM-MACAM PELEPASAN PLASENTA


1) Mekanisme schultze
Pelepasan plasenta dengan mekanisme schultza di mulai dari arah sentral atau bagian
tengah sehingga menimbulkan bekuan atau pendarahan retroplasenta.
2) Mekanisme Duncan
Pelepasan plasenta dengan mekanisme Duncan di mulai dari arah pinggir plasenta atau
bersamaan dengan bagian sentral plasenta sehingga menimbulkan terjadinya semburan

1.1.3

darah sebelum plasenta lahir

MEKANISME PENGELUARAN PLASENTA

Pengeluaran plasenta di mulai dengan penurunan plasenta ke segmen bawah

uterus, plesenta keluar melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar.
Pada saat di lakukan penarikan plasenta dengan menarik tali pusat maka plasenta akan
terlahir dan terlihat di introitus vagina.
1.1.4

PENGAWASAN PERDARAHAN

Selama proses pelepasan plasenta, tindakan pengawasan yang di lakukan oleh


seorang bidan adalah di lakukannya pengawasan mengenai kemungkinan terjadinya
perdarahan serta dengan segera melaksanakan penenganan sesuai dengan factor

penyebabnya.

1.2 MANAJEMEN AKTIF KALA III

Syarat: janin tunggal

Keuntungan:
1) Lama kala III singkat
2) Mencegah pendarahan post partum
3) Menurunkan kejadian retensio plasenta

Langkah-langkah manajemen aktif kala III


1) Pemberian oksitosin
a) Setelah bayi lahir, pastikan tidak ada bayi ke dua dengan melakukan
palpasi pada abdomen

Alasan : oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi, sehingga bila


ada janin ke dua dalam rahim akan menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen pada bayi
b) Beritahu ibu bahwa dia akan di suntik.

c) Segera suntikan oksitosin 10 unit secara IM oada 1/3 bagian atas paha
bagian luar, lakukan aspirasi sebelum oksitosin di masukkan.

Alasan :oksitosin merangsang fundus uteri bernkontraksi untuk


pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah, aspirasi di lakuakn
untuk menghindari masuknya oksihtosin dalam pembuluh darah.
d) Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat

Alasan : selama proses penyuntikan akan memberikan waktu pada


bayi untuk mendapatkan darah sampai penjepitan tali pusat.
e) Berikan bayi pada ibu untuk inisiasi menyusu dini

Alasan : IMD dapat mencegah terjadinya hipotermi, pergerakkan


janin pada abdomen serta isapan mulut bayi pada putting susu dapat
menimbulkan kontraksi uterus untuk mencegah terjadinya pendarahan.
2) Peregangan tali pusat terkendali
a) Bidan berdiri di samping ibu bersalin
b) Pindahkan klem tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva untuk mencegah
terjadinya avulse
c) Letakkan tangan kiri di atas perut ibu tepat di atas simpisis untuk
memeriksa kontraksi uterus
d) Setelah terjadi kontraksi uterus yang kuat, teganggkan tali pusat dengan
tangan kaanan daan tangan kiri menekan uterus ke arah lumbal

Dan kepala ibu( dorsokranial)


e) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi dan ulangi
kembali peregangan tali pusat terkendali(PTT)
f) Saat terlihat ada tanda pelepasan plasenta, anjurkan ibu untuk sedikit
meneran sambil tetap melakukan PTT.
g) Jika plasenta terlihat di introitus vagina lahirkan plasenta searah jalan lahir,
karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua
tangan dan secara lembut putar plasenta sehingga selaput jetuban terpilin
menjadi satu.
h) Lakukan penarikan perlahan dan lembut untuk melahirkan selaput ketuban
untuk mencegah tertinggalnya selaput ketuban.
3) Masase fundus uteri
a) Tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri
b) Gerakkan dengan perlahan tangan dengan sedikit di tekan memutar searah
jarum jam
c) Kaji kontraksi selama 1-2 menit, dan bombing ibu dan keluarga untuk
melakukan masase uterus

TINDAKAN YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN PAADAA

MANAJEMEN AKTIF KALA III


Masase uterus sebelum plasenta lahir
Menarik plasenta keluar sebelum ada tanda pelepasaan plasenta
Melakukan kateterisasi yang tidak perlu
Tidak melakukan masaase uterus
Membiarkan plasenta yang sudah terlepas dalam kavum uteri
Melakukan PTT yang terlaalu kuat

1.3 PEMERIKSAAN PLASENTA

Cara yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan plasenta adalah :


1) Periksa bagian membrane atau selaput, dengan cara tangan kiri memegang tali
1)
2)
3)
4)
5)
6)

pusat dan bagian selaput dibiarkan menggantung kemudian masukkan tangan dan
direntangkan dalam membrane untuk memeriksa kelengkapannya.
2) Periksa bagian maternal, dengan cara plasenta diletakkan pada permukaan yang
rata dengan keadaan bagian maternal sebelah atas dibawah cahaya yang baik,
apabila terdapat bekuan darah pada permukaan plasenta lakukan pembersihan,
lakukan pemeriksaan kotiledon, apabila ada kotiledon yang pecah harus
diletakkan kembali/ disatukan kembali untuk memastikan tidak ada bagian
tertinggal.
3) Periksa tali pusat, pada permukaan bagian fetal periksa insersi tali pusat,
umumnya insersi tali pusat terdapat ditengah, tetapi ada pula yang terdapat
disamping.

Jika terdapat dugaan bahwa terdapat plasenta atau membrane yang tidak
lengkap, lakukan penatalaksanaan sesuai dengan factor penyebabnya.

1.4 PEMANTAUAN KALA III


1) Kontraksi
Setelah plasenta terlepas dan lahir, uterus melakukan kontraksi, kontraksi harus
terus dipantau sampai kala IV persalinan, bila didapatkan uterus yang kontraksinya
jelek atau bahkan tidak berkontraksi kemungkinan terjadi atonia uteri sebagai salah
satu penyebab perdarahan setelah persalinan.
2) Robekan jalan lahir
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum
dan vagina, nilai perluasan laserasi jalan lahir dan perineum untuk mengetahui jenis
penatalaksanaan yang akan dilakukan.
3) Tanda tanda vital

a) Tekanan darah : tekanan sistolik dan diastolic mulai kembali ketika sebelum
b)
c)
d)
e)

persalinan.
Nadi : secara bertahap kembali ketingkat sebelum persalinan.
Suhu : suhu tubuh meningkat secara perlahan.
Pernapasan : kembali bernafas normal.
Aktivitas gastrointestinal : jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung

dan absorpsi kembali ke aktivitas normal.

1.5 KEBUTUHAN IBU BERSALIN KALA III


1) Ketertarikan ibu pada bayinya
Setelah kelahiran bayi, ibu dan keluarga dengan penuh rasa ingin tahu
menanyakan pada bidan mengenai keadaan bayinya, apakah jenis kelaminnya,
apakah bayi dalam keadaan normal, apakah bayi dalam keadaan baik dan bisa
beradaptasi dengan lingkungan barunya.
2) Keadaan ibu
Setelah ibu bersalin mengetahui bahwa jenis kelamin bayinya dan keadaan
fisiknya, perhatian itu baralih pada keadaan dirinya, apakah plasentanya sudah lahir,
apakah terdapat luka pada jalan lahir, apabila terdapat keadaan yang

abnormal

maupun yang fisiologis terjadi, seorang bidan perlu menjelaskan mengenai keadaan
ibu, proses persalinan selanjutnya serta tindakan apa saja yang dilakukan pada ibu
bersalin.
1.6 DETEKSI KOMPLIKASI KALA III
Berikut ini komplikasi yang terjadi pada kala III :
1) Retensio plasenta

Adalah plasenta yang belum terlepas dan mengakibatkan perdarahan yang tidak
terlihat. Keadaan ini terjadi apabila placenta belum lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir. Hal ini terjadi akibat :
a) Perlekatan plasenta yang erat pada dinding uterus karena villi korialis menembus
desidua sampai ke peritoneum.
b) Plasenta sulit terlepas karena beberapa sebab yaitu :
Terletak disudut tuba.
Ukuran plasenta yang terlalu kecil.
Plasenta yang berbentuk melebar seperti membran.
c) Kurang kuatnya kontraksi uterus untuk melepaskan plasenta.
2) Plasenta terlepas sebagian

Salah satu penyebab perdarahan kala III terjadi akibat pelepasan plasenta
sebagian. Tindakan massase uterus sebelum plasenta lahir merupakan penyebab utama
terjadinya pelepasan plasenta sebagian.

3) Sisa plasenta

Apabila setelah plasenta lahir masih terdapat perdarahan secara terus menerus
tetapi TFU tidak turun segera periksa kelengkapan plasenta, potongan- potongan
plasenta yang tertinggal biasanya menimbulkan perdarahan postpartum.
4) Inversion uteri

Adalah keadaan uterus yang membalik dari bagian dalam keluar sehinggga bagian
dalam fundus menonjol keluar melalui orifisium serviks sampai ke introitus vagina.

Penyebab terjadinya inversio uteri adalah :


a) Uterus yang tidak berkontraksi.
b) Kanalis servikalis yang longgar.
c) Tekanan atau tarikan pada fundus dan tarikan pada tali pusat.

Gejala yang terjadi :

a) Ibu mengalami syok.


b) Fundus uteri tidak teraba/ teraba lekukan pada fundus.
c) Tampak sebuah tumor berwarna merah diluar vulva atau didalam vulva yaitu bagian
fundus uteri yang terbalik.
d) Terjadi perdarahan.

Penanganan : lakukan reposisi ulang.

1.7 TINDAKAN TINDAKAN PADA KALA III


1) Manual plasenta
Adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual ( menggunakan tangan
dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Prosedur manual plasenta:
a) Pasang infuse set dan cairannya
b) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
c) Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal
d) Sapkan menjalankan pencegahan infeksi.
Tindakan:
a) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
b) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
c) Secara obstetric, masukkan tangan kanan ( punggung kanan menghadap ke
bawah ) ke daam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.

d) Setelah mencapai bukaan servik, minta asisten untuk memegang klem tali
pusat, dan pindahkan tangan kiri penolong untuk menahan fundus.
e) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan kanan sampai ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
f) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member salam ( posisi jari
merapat )
g) Tentukan tempat implantasi plasenta dan temukan tepi plasenta paling
bawah.
h) Masukkan ujung jari di atas plasenta dan didnding uterus dan perluas
pelepasan plasenta dengan menggeser tangan kea rah kanan dan kiri sambil
di geserke atas sampai terlepas seluruhnya.
i) Lakukan eksporas untuk menilai tidak adanya sisa plasenta yang tertinggal.
j) Tindakan tangan kiri ke supra simpisis untuk menahan segmen bawah rahim,
kemudian tangan kanan membawa plasenta keluar.
k) Setelah plasenta di lahirkan lakukan penekanan pada tangan kiri kea rah
dorsokranial
l) Lakukan tindakan pencegahan infeksi dan pemantauan pasca tindakan.

2. KBI ( KOMPRESI BIMANUAL INTERNA )

Adalah melakukan penekanan pada bagian forniks anterior dan dinding

posterior uterus untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah bekas
implantasi plasenta di dinding uterus yang terbuka dan merangsang miometrium
berkontraksi.

Prosedur KBI:
a) Pakai sarung tangan DTT atau steril dengan lembut masukkan tangan
kanan psecara obsteri, melalui introitus kedalam vagina ibu.
b) Periksa vagina dan serviks dari selaput ketuban dan bekuan darah,
mungkin hal ini sebagai penyebab uterus tidak berkontraksi
c) Kepalkan tangan kanan dan tempatkan dalam verniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kea rah tangan luar yang menahan dan mendorong
dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus di tekan dari arah
deoan dan belakang
d) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan
e) Lakukan evaluasi:

Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang teruskan KBI

selama 2 menit, kemudian keluarkan tangan perlahan


Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan masih ada, periksa
perineum, vagina dan serviks untuk memastikan adanya robekan

jalan lahir, lakukan penjahitan.


Jika uterus tidak berkontraksi dalam 5 menit, ajari keluarga KBE

dan lakukan rujukan.


f) Berikan ergometrin 0,2mg secara IM (jangan berikan pada penderita
hipertensi),
g) Pasang infuse ukuran jarum 16/18 berikan 500cc RL yang mengandung 20
unit oksitosin
h) Dalam perjalanan ke tempat rujukan lanjutkan KBI, cairan infuse di
habiskan dalam 10 menit, beri tambahan 500mL/jam hingga ke tempat
rujukan itu.

3. KBE (KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA)

Bila setelah melakukan KBE selama 5 menit tidak di daapatkan uterus


berkontraksi ajari pendamping persalinan/keluarga KBE.

KBE adalah tindakan penghentian perdarahan dan merangsang kontraksi


uterus dengan cara penekanan pada bagian dinding depan dan belakang uterus
dengan maksud untuk menjepit pembuluh udara uterus.

Prosedur KBE:
a) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus
uteri dan di atas simpisis pubis
b) Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus
uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk
mencakup/pegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c) Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan
dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman endometrium dapat
di jepit secara manual.

4. KAA (KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS)

Yaitu tindakan penekanan pada aorta abdominalis yang berada di dekat


kolumna vertebralis untuk menghentikan aliran darah yang melalui aorta
abdominalis sehingga perdarahan berhenti.

Prosedur KAA:

a. Penolong berada di sebelah kanan ibu


b. Atur posisi penolong sehingga ibu berada di ketinggian yang sama dengan
pinggul penolong
c. Tungkai ibu di letakkan pada dasar yang rata dengan sedikit flekssi
d. Cari dan rabaa arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanan paada lipatan paha, pastikan pulsasi arteri
berada dengan baik
e. Kepalkan tangan kiri dan tekan bagian punggung jari telunjuk sampai
kelingking pada umbilicus kearah kolumna vertebralis kea rah tegak lurus
f. Dengan tetap mempertahankan posisi tangan kiri pastikan pulsasi arteri
femoralis tidak teraba, bila pulsasi arteri femoralis nasih teraba berarti
tekanana belum sanpai ke aorta abdominalis perbaiki posisi dan lakuakn
penekanan kembali
g. Bila perdarahan berhenti atau berkurang, pertahaankan posisi dan minta
assistant untuk melakuakn massage uteruss sampai adaa kontraksi
h. Kompresi bisa di lepaskan bila perdaarahan berhenti dan uterus berkontraksi
dengan baik.

QUIS:
1) Dari beberapa pernyataan di bawah ini, mana sajakah yang menyebabkan penurunan
kepala janin?
Jawaban:
Tekanan cairan amnion
Tekanan langsung fundus pada bokong
ekstensi dan penurunan badan janin atau tulang belakang
2) Posisi yang tidak di anjurkan untuk ibu hamil adalah?
Jawaban : terlentang
3) Dari pernyataan berikut ini manakah yang merupakan penyebab terjadinya inversion
uteri pada saat persalinan?

Jawaaban: uterus yang tidak berkontraksi, kanalis servikalis yang longgar dan
tekanan atau taarika pada fundus dan tarikan pada tali pusat
4) Pada gambar di bawah ini, tunjukkan bagian yang akan melakukan perputaran pada
rotasi luar yang biasanya perputaran tersebut mengikuti dengan punggung janin!
Jawaban: ubun-ubun kecil/fontanel minor/lambda
5) yang merupakan indikasi episiotomy adalah?
Jawaban: mencegah robekan dari perineum kaku
6) perasat yang di gunakan pada persalinan sungsang yang bertujuan untuk melahirkan
bahu depan terlebih dahulu?
Jawaban: cara muller
7) dari gambar di bawah ini, manakah yang merupakan penangan untuk retensio
plasenta
jawaban: gambar no 3
8) cocokan perasat berikut dengan prinsip pelaksanaanya!
Jawaban: cara klasik adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu
Cara muller adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu
Cara lovset adalah memutar bahu belakang yang berubah menjadi bahu depan
Cara mouritceau adalah melahirkan kepala janin
9) keuntungan dari posisi duduk atau setengah duduk adalah mengikuti gaya gravitasi
untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
Jawaaban: benar
10) cocokkan istilah komplikasi yang terjadi pada proses persalinan di bawah ini dengan
pengertiannya.
Jawaban: sulosio plasenta adalah plasenta yang lepas sebelum bayi lahir.
Inversio uteri adalah keadaan uterus yang terbalik dari bagian dalam keluar
sehingga bagian dalam fundus menonjol keluar melalui orifium serviks sampai ke
introitus vagina.
Sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi sebagai akibat dari tidak lengkapnya
plasenta
Retensio plasenta plasenta yang tidak lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
11) Urutkan bebrapa langkah asuhan peralinan normal berikut ini sesuai dengan 50
langkah APN!
Jawaban: a. memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
b. saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengringkan janin pada perut ibu
c. memriksa adanya liltan tali pusat pada leher janin
d. menunggu hingga kepaa jainin seleai melakukan putaran paksi luar secaraara
spontan
e.setalah kepaa melakukan putaran paksi luar, pegang secara bi parietal.

12) pada kala II terjadi perubahan bentuk uterus yang menjadi oval karena adanya
pergerakan janin?
Jawaban: benar
13) dari gambar dibawah ini manakah posisi yang dapat mempercepat persalinan, namun
beresiko terjadinya laserasi perinieum?
Jawaban: posisi jongkok
14) jenis episiotomy yang kerugiannya dapat memperluas robekan hingga spinkter anus
disebut.
Jawaban: episiotomo medialis
15) berikut ini merupakan tindakan yang harus dilakukan pada menjemen aktif kala III
yaitu?
Jawaban: melakukan massase uterus setelah plasenta lahir
16) manakah dari ke empat video disamping ini yang merupakan cara melakukan KBE
yang benar?
Jawaban: video C
17) berikut ini merupakan keuntungan dari dilaksanakannya menejemen aktif kala III
persalinan,kecuali?
jawaban: menurunkan kejadian distosia bahu
18) perasat yang digunakan dalam menolong distosia bahu disebut..
jawaban: maneuver Mc.robet
19) secara fisiologis kala III persalinan terbagi atas 3 kejadian yaitu pelepasan plasenta,
pengeluaran plasenta, dan massase uterus?
Jawaban: salah
20) Urutan mekanisme persalinan normal berikut denagn benar!
Jawaban: a. penurunan
b. fleksi
c. rotasi dalam
d. ekstensi
e. rotasi luar

You might also like