You are on page 1of 31

SINUSITIS

Disusun oleh :
Anumillah Arini Zidna
Widya Kesuma Astuti
Adrian Cristianto Yusuf

PENDAHULUAN
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus
paranasal yang terjadi karena alergi atau infeksi
virus, bakteri maupun jamur.
Rinosinusitis adalah suatu peradangan pada mukosa
hidung dan sinus paranasal.
Sinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik
dapat berlanjut menjadi sinusitis kronik.
Sinusitis kronik dapat menjadi berbahaya karena
menyebabkan komplikasi ke orbita dan intrakranial

Fungsi Hidung

RESPIRASI
PENYARINGAN / PERTAHANAN
KELEMBAPAN
PENGHIDU / PENCIUMAN
REFLEK NASAL

FUNGSI SINUS PARANASAL


Kondisi Udara
Penahan Suhu
Keseimbangan
Kepala
Resonansi
Peredam Tekanan
Udara
Produksi Mukosa

SINUSITIS

DEFINISI

Suatu peradangan pada


sinus paranasal yang terjadi
karena alergi atau infeksi
virus, bakteri maupun jamur.

ETIOLOGI

Penyakit sinusitis selalu dimulai dengan


penyumbatan daerah kompleks
osteomeatal, yang disebabkan oleh:
Infeksi bakteri
Reaksi Alergi
Trauma
Kelainan kongenital
Penjalaran infeksi gigi

EPIDEMOLOGI
Penyakit ini terjadi pada :
semua ras
semua jenis kelamin
semua kelompok umur
Jarang menancam jiwa, tetapi
dapat menimbulkan komplikasi
ke orbita dan intrakranial

PATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGI
KERUSAKAN
INFLAMASI
STAGNASI
EDEMA
PENYEMPITAN
DRAINASE
MUKOSA
MUKOS
TERGANGGU
MUKOSA
/ OBSTRUKSI
+ BAKTERI
& DISFUNGSI
JALUR
BERKOLONISASI
OSTIUM
MUKOSILIAR
SINUS

GEJALA SUBJECTIVE
Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari :
Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada
hidung dan sekret pasca nasal (post nasal drip)
Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh
karena terjadinya sumbatan tuba eustachius
Gejala laring dan faring, yaitu rasa tidak nyaman dan
gatal di tenggorokan.
Ada nyeri atau sakit kepala.
Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui duktus
nasolakrimalis.
Gejala saluran nafas, berupa batuk dan komplikasi di
paru berupa bronkhitis atau bronkhiektasis atau asma
bronkhial.
Gejala di saluran cerna, mukopus tertelan sehingga
terjadi gastroenteritis.

GEJALA OBJECTIVE

International Conference on Sinus Disease


1995 membuat kriteria mayor& minor u/
mendiagnosa sinusitis kronis.
Sinusitis didiagnosa apabila dijumpai :
2 atau lebih gejala mayor, atau
1 gejala mayordan 2 gejala minor.

GEJALA MAYOR

Obstruksi hidung
Sekret pada daerah hidung/ sekret
belakang hidung (Postnasal drip)
Sakit kepala
Nyeri /rasa tertekan pada wajah
Kelainan penciuman (Hiposmia /
anosmia)

GEJALA MINOR

Demam
Halitosis
Batuk
Iritabilitas

SINUSITIS AKUT

Akut hingga 4 minggu


Sebab :
Penyebab :
Rinitis akut
Infeksi faring, tonsil, adenoid
Infeksi gigi rahang atas : M1, M2, M3,
P1, P2 sinusitis dentogen
Berenang / menyelam
Trauma ( perdarahan mukosa sinus )

SINUSITIS KRONIK

Berlangsung > 3 bulan


Merupakan lanjutan dari sinusitis akut
yang tidak mendapatkan pengobatan
adekuat
Perubahan histologik mukosa sinus
sudah ireversibel (sudah berubah
menjadi jaringan granulasi atau polipoid)

DIAGNOSIS
Pemeriksaan rhinoskopi
anterior dan posterior
Pemeriksaan penunjang yang
sederhana bisa digunakan
transluminasi

TRANSILUMINASI

FOTO WATERS

gambara
n air fluid
level

FOTO SPN 3 POSISI DAN


ENDOSKOPI

PRINSIP PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Pencegahan infeksi
Memperbaiki ostium
Memperbaiki fungsi mukosiliar
Menekan proses inflamasi pada mukosa
saluran nafas
Pada kasus-kasus kronis atau rekuren
penting juga menyingkirkan faktor-faktor
iritan lingkungan.

Sinusitis akut
Antibiotic selama 10-14 hari
Antibiotic yang diberikan amoksilin
klavulanat
Dapat juga diberikan
klindamisin+levofloksasin
Diberikan juga dekongestan local
Boleh diberikan analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri.

Sinusitis kronik
Antibiotik diberikan selama sekurangkurangnya 2 minggu
Untuk sinusitis maksila dilakukan
pungsi dan irigasi sinus
Sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid
dilakukan tindakan pencucian proetz.

Gejala-gejala superfisial sinusitis, biasanya


berupa pilek yang tak sembuh-sembuh, pada
prinsipnya dapat dikurangi dengan
dekongestan, steroid topikal, antibiotik, irigasi
salin normal ke hidung, kromolin tropikal, atau
mukolitik.

Semua obat ini tidak menyembuhkan, tapi


dapat membantu memotivasi pasien untuk bisa
sembuh. Agar cepat reda, kelembaban sekresi
mukus dari sinus harus tetap dijaga, edema
mukosa mesti dikurangi, serta viskositas mukus
sebaiknya dikurangi

OPERATIF

Radikal
Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc
Sinus etmoit dengan etmoidektomi
Sinus frontal dan sphenoid dengan operasi
killian
Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF)

PENCEGAHAN

Meningkatkan daya tahan tubuh


dengan cukup istirahat dan konsumsi
makanan dan minuman yang memiliki
nilai nutrisi baik dan berolahraga yang
teratur

KOMPLIKASI

Abses mata
Meningitis dan Abses Otak
Bronkhitis dan Pneumonia
Radang Telinga

Daftar pustaka

Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Rhinosinusitis: Current Concepts And
Management. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head & neck surgeryotolaryngology Vol.3. Edisi ke-3. Philadelphia-New York: Lippincott Raven
publ; 2001. h.345-56.
E.Mangunkusumo . Fisiologi flidung dan Parasanal Dalam Iskandar N.dkk
(Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FK Ul Jakarta; 1990.
h.85-87.
Blumenthal MN, AdamGL, fli'ger P. Alergic Conditions in Otolaryngology
Patients. Dalam: Boles LR Jr, penyunting. Boles Fundamental of
otolaryngology. Edisi ke-6. Philadelphia; 1989. h 195 205.
Michael A, Kaliner lvH3. Recurent Sinusitis Examine Medical Treatment
Options. American Journal of Rhinologi. Vol 2. April; 1997. h 123-30.
Suetjipto D. Anatomi llidung dan sinus Parasanal. Dalam: Iskandar N.,
penyunting. Buku ajar Ilmu penyakit THT. Balai Penerbit FK 111, Jakarta;
1990. h 75-E4.
Ballenger JJ. The Clinical Anatomy and Phisiology of The Nose And
Accessory Sinuses. Dalam: Ballenger JJ, penyunting. Diseases of the
nose,throatear, head and neck. Edisi ke-13. Philadelphia; 1985. h I
25.
Mygind RN. Alergic Diagnosis. Allergic dan Non Allergic Rinitis. Dalam
Frankland AW, penyunting. Nasal allergy. Edisi ke-2. Blackwell
ScientificPublication Oxford London Edinbergh, Melbourne;1978 . h 18298.
Becker W. at all. Inflamation of Sinuses. Clinical Aspects of Desease of
the Nose and Throat Desease. A Pocket Reference. Edisi ke-2.Thieme
New York; 1994. h 224-37.
Hiker PD. Disease of Paranasal Sinuses. Dalam: Adam GL Boies,
penyunting. Fundametal of Oyolaryngology, Edisi ke45. Philadelphia;

Irawati N. Panduan Penatalaksanaan Terkini Rinitis Alergi. Dalam :


Kumpulan Makalah Simposium "Current Opinion In Allergy and Clinical
Immunology". Divisi Alergi-lmunologi Klinik FK UURSUPN-CM, Jakarta;
2002.
Kennedy DW, Lee . Endoscopic Sinus Surgery. Dalam: Byron J.Bailey,
penyunting. Head and Neck Surgery Otolaryngology Vol I. Edisi ke-4.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia; 2006. h 459-75.
Sakakura Y. Mucociliary Transport in Rhinologic Disease. Dalam: Bunnag C,
Muntharbornk, penyunting. Asean Rhinological Practice, Siriyot Co, Ltd,
Bangkok; 1997.h 137-43.
Suprihati. Patotisiologi Rinitis Alergi. Dalam Kumpulan Naskah Simposium
Nasional Perkembangan Terkini Penatalaksanaan Beberapa Penyakit
Penyerta Rinitis Alergi dan 'Kursus Demo Rinotomi Lateral,Maksilektomi
dan Septorinoplasti, Malang; 2006.h 10-15.
Bosquet et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma. Dalam: World
Health Organization Initiative Management ref Allergic Rhinitis and its
Impact of Asthma (ARIA), WHO; 2000. h 3-7.
Waguespack R. Mucociliary Clearance Patterns Following Endoscopic Sinus
Surgery, Laryngoscope(Supplement); 1995. h 1-40
Weir N, Golding-Wood DG. Infective rhinitis and Sinusitis. Dalam: Mackay,
penyunting. Scott-Brown otolaryngology (Rhinologi). Edisi ke4i.0xford.
Boston, Singapore;1997. It 1449.
Sumarman I. Patofisiologi dan Prosedur Diagnostic Rinitis Alergi. Dalam :
Kumpulan Makalah Simposium "Current and Future Approach in Treatment
of Allergic Rhinitis" kerjasama PERHATI Jaya - Bagian THT FK U1 / RSCM.
Jakarta; 2001. h 14-18.

You might also like