You are on page 1of 4

STABILISASI DAN ISOLASI SENYAWA TEMBAGA (I)

TUJUAN
Mempelajari cara isolasi senyawa tembaga (I) melalui pembentukan senyawa kompleks
tris(thiourea)tembaga(I)sulfat.

DASAR TEORI
Tembaga dalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pada 10380C. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya
oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida Cu2O yang merah, dan
mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam
tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I). Mereka mudah
dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida,
CuO, hitam (Svehla, 1990).
Thiourea adalah thiokarbamida, hablur tanpa warna, titik leleh 445 K. larut dalam air
panas dan etanol, pereaksi analisis dan zat antara bagi zat farmasi dan zat celup. Thiourea
memiliki rumus molekul (NH2)2CS (Pass, 1974).
Thiourea digunakan sebagai alternatif pengganti sianida. Thiourea secara relatif tak
beracun dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi senyawa ini bersifat karsinogenik (dapat
menimbulkan kanker). Tingkat pelarutan menggunakan thiourea sangat cepat, jauh lebih
cepat dibanding pelarutan sianida.. bisa 4 hingga 5 kali lebih cepat dibanding proses sianida
(El-Sayed,1999).
Rekristalisasi merupakan satu dari metode untuk pemurnian zat padat, didasarkan
atas perbedaan antara kelarutan zat yang diinginkan dan kotorannya. Dalam rekristalisasi,
sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa bila larutan tersebut mencapai titik
jenuhnya terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan
mensolvatasinya pada tingkat partikel individual (Oxtoby, 2008).
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotornya. Syarat syarat pelarut yang sesuai adalah sebagai
berikut (Kotz, 2006):
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan
Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat
pencemarnya
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar
zat tersebut tidak terurai

PROSEDUR PERCOBAAN

k.wr 2015

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini meliputi gelas ukur 50 ml, gelas
beker, pengaduk gelas, corong gelas, gelas arloji, termometer 100C, alat timbang,
kompor listrik, oven, dan penangas es.
Sedangakan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi
thiourea, tembaga (II) sulfat pentahidrat, larutan H2SO4 1 M, alkohol, es batu,
akuades, dan kertas saring.

CARA KERJA
Larutan thiourea dibuat dengan 2,5 gram thiourea dicampur dengan 15 ml
akuades. Sedangkan larutan Cu (II) sulfat pentahidrat dibuat dengan 2,5 gram Cu (II)
sulfat pentahidrat dicampur dengan 15 ml akuades. Kedua larutan lalu didinginkan
dalam penangas es. Larutan Cu (II) sulfat pentahidrat ditambahkan perlahan ke
dalam larutan thiourea sambil terus diaduk dan larutan kemudian didiamkan hingga
terbentuk kristal putih pada dinding gelas beker. Sementara itu disiapkan 1 gram
thiourea dalam 10 ml air dan didinginkan, lalu larutan itu ditambahkan ke campuran
reaksi. Campuran reaksi diaduk cepat dan didiamkan, setelah jumlah kristal yang
terbentuk maksimum lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan dari campuran
reaksi. Proses rekristalisasi dilakukan dengan hasil yang diperoleh dicampurkan
dalam larutan thiourea (0,5 gram dalam 30 ml akuades) yang ditambahkan 5 tetes
larutan H2SO4 1 M. Pelarutan dilakukan dengan dipanaskan pada suhu 40-500C.
Setelah itu, larutan disaring dan kristal dicuci dengan 5 ml akuades dan 5 ml alkohol.
Kristal lalu dikeringkan dalam oven semalam dan ditimbang beratnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PERCOBAAN
Pembentukan kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat
Keterangan
Karakterisasi
Penambahan thiourea pertama
Terbentuk gumpalan padat berwarna
putih kekuningan
Penambahan thiourea kedua
Terbentuk padatan kristal berwarna
putih
Karakterisasi produk kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat
o Bentuk : padatan kristal
o Warna : putih
o Bau : tidak berbau
o Berat : 7,031 gram

PEMBAHASAN

k.wr 2015

Pada percobaan ini dilakukan proses stabilisasi senyawa Cu+, di mana proses
stabilisasi dilakukan melalui pembentukan suatu senyawa larut. Tembaga (Cu)
mempunyai keadaan oksidasi +1 dan +2. Keadaan oksidasi tembaga yang normal dan
berada di alam yakni +2 (Cu2+), sementara itu untuk keadaan oksidasi tembaga +1
(Cu+) tidak ada di alam sehingga keberadaannya harus melalui proses isolasi.
Isolasi senyawa tembaga(I) dapat dilakukan dengan membentuk suatu
senyawa kompleks, di mana pada percobaan ini akan dibuat senyawa tembaga(I)
dalam bentuk senyawa kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat. Reaktan yang
dibutuhkan untuk membuat senyawa kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat yakni
berupa thiourea dan tembaga (II) sulfat pentahidrat. Sementara itu, untuk teknik
pemurnian kristal dilakukan dengan rekristalisasi.
Pada pembuatan kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat, kedua reaktan
yakni thiourea dan tembaga (II) sulfat pentahidrat dicampurkan dalam suhu rendah
(kondisi dingin). Suhu pada proses reaksi harus dijaga pada kondisi yang rendah
karena agar kristal kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat dapat terbentuk. Pada
proses pendinginan kedua reaktan sebelum dicampurkan, pendinginan thiourea
dijaga agar tidak terlalu dingin karena justru akan memicu terbentuknya kembali
kristal thiourea.
Saat penambahan awal thiourea ke dalam Cu(II)sulfat, terbentuk gumpalan
(seperti padatan) yang berwarna agak kekuningan. Warna kuning ini dimungkinkan
masih adanya kandungan sulfur dalam campuran. Oleh sebab itu, dilakukan
penambahan larutan thiourea yang kedua untuk menyempurnakan dan
mengoptimalkan pembentukan kristal yang terjadi. Hasilnya, terbentuk padatan
berupa butiran kristal yang lebih putih. Hal ini menunjukkan bahwa kristal
tris(thiourea)tembaga(I)sulfat telah terbentuk.
Larutan Cu(II)sulfat saat dilarutkan dalam air akan terurai menjadi:
4 ( ) 2+( ) + 4 2( )
Pencampuran larutan CuSO4 ke dalam larutan thiourea akan menyebabkan
terjadinya reaksi redoks sebagai berikut.
162+ + 16 16+
8 2 2 + 162 16+ + 8 + 164 + + 82 + 16
162+ + 8 2 2 + 162 16+ + 16+ + 8 + 164 + + 82
Ion Cu+ kemudian bereaksi dengan thiourea membentuk ion kompleks:
+ + 3 2 2 2 2 3 +
Ion kompleks tersebut selanjutnya dengan adanya sulfat bereaksi menjadi
senyawa kompleks.
2 2 2 3 + + 4 2 2 2 3 2 4

k.wr 2015

Kompleks tris (thiourea) tembaga(I) sulfat yang diperoleh berupa padatan


kristal, sehingga perlu dilakukan rekristalisasi untuk menghilangkan pengotor yang
terkadung pada kristal agar memiliki kemurnian yang tinggi. Proses rekristalisasi
kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat menggunakan pelarut thiourea yang
kemudian dilakukan dengan pemanasan dalam kondisi asam (H2SO4). Penggunaan
pelarut thiourea karena larutan thiourea dapat melarutkan kompleks tris (thiourea)
tembaga(I) sulfat dalam kondisi panas, sehingga dapat dipisahkan dari pengotornya.
Pencucian kristal menggunakan akuades dan alkohol untuk membersihkan kristal
dari senyawa yang bersifat polar karena pengotor polar akan ikut larut saat dicuci
dengan akuades dan alkohol.
Pada hasil percobaan diperoleh padatan kristal tris (thiourea) tembaga(I)
sulfat berwarna putih dan tidak berbau dengan berat 7,031 gram.

KESIMPULAN
... (cari sendiri yaa :D)

DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G., 1990, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
(Diterjemahkan Oleh: Setiono, L.), Edisi Kelima, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Oxtoby, dkk., 2008, Principles of Modern Chemistry, Seventh Edition, Cengage Learning,
USA.
Kotz, 2006, Chemistry and Chemical Reactivity, Seventh Edition, Belmont, USA.
Pass, G., 1974, Practical Inorganic Chemistry, Chapman and Hall, London.
El-Sayed and Sallam, M. M., 1999, Temperature and frequency dependent electrical
transport in thiourea and tris(thiourea)coupper(I)sulphate, J. Mater. Sci. Vol. 10, Hal
63-66.

k.wr 2015

You might also like