You are on page 1of 3

PEMBAHASAN

Paper yang berjudul Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Identifikasi sebaran Batubara
permukaan di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan oleh Ananda P. Ambodo dan Retnadi
Heru Jatmiko membahas mengenai penggunaan metode penginderaan jauh citra landsat 5 TM
(Thematic Mapper) yang diaplikasikan untuk mengetahui persebaran batubara permukaan di
Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Dalam penelitiannya penulis membagi 3 tahapan
metode penelitian, yaitu tahap pra lapangan, tahap lapangan dan tahap pasca lapangan.
Pada tahap pra lapangan peneliti melakukan studi kepustakaan berupa jurnal mengenai
parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian. Kemudian dilakukan pengolahan citra
satelit Landsat 5 TM. Dimana dalam pengolahannya dilakukan beberapa tahapan koreksi.
Pertama adalah koreksi geometri, yaitu transformasi dari citra penginderaan jauh sehingga
memiliki sifat seperti peta dalam bentuk, skala, dan proyeksi. Koreksi ini dilakukan karena citra
hasil rekaman mempunyai berbagai kesalahan. Ada dua kesalahan geometris yaitu kesalahan
sistimatik (kecondongan penyiam, kecepatan kaca penyiam, kesalahan panoramik, kecepatan
wahana, rotasi bumi dan perspektif) dan kesalahan non sistimatis yang disebabkan oleh variasi
ketinggian dan posisi (Lillesand, et.al., 2007). Kedua adalah koreksi radiometrik citra, yaitu
untuk memperbaiki kualitas visual citra sekaligus memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak
sesuai dengan nilai pantulan obyek yang sebenarnya. Koreksi radiometrik dilakukan karena ada
kesalahan respon detektor dan kesalahan akibbat pengaruh atmosfer, sehingga menjadi
penyimpangan pada kualitas visual citra maupun nilai spektral. Kesalahan radiometrik yang
ditujukan untuk memperbaiki kualitas visual citra berupa pengisisan kembali baris yang kosong
karena drop out baris maupun kesalahan awal pelarikan (scanning start). Baris atau bagian baris
yang bernilai tidak seharusnya, koreksi kembali dengan mengambil nilai piksel satu baris diatas
dan dibawahnya, kemudian dirata-rata (Giundon, 1984 dalam Danoedoro, 1996). Selain
dilakukan koreksi, dilakukan juga penajaman citra yang meliputi semua operasi yang
menghasilkan citra baru dengan kenampakan visual dan karakteristik spektral yang berbeda.
Penajaman citra bertujuan untuk peningkatan mutu citra, yaitu menguatkan kontras kenampakan
yang tergambar dalam citra digital. Kemudian dilakukan Penyusunan komposit warna yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran visual yang lebih baik.
Setelah peta hasil transformasi citra selesai, peneliti melakukan interpretasi mengenai
bentuk lahan dan litologi. Interpretasi bentuk lahan dilakukan dengan mengamati struktur
geomorfologi. Dimana struktur geomorfologi ini digambarkan oleh relief yang mencerminkan
tingkat pengikisan pada batuan. Interpretasi litologi memberikan informasi jenis dan
karakteristik batuan serta batuan penyusunnya. Karakteristik citra yang dianalisis dalam
interpretasi litologi meliputi karakteristik umum / kunci interpretasi (pola, tekstur, bentuk, dan
lokasi topografik) dan karakteristik khusus (morfologi / ekspresi topografi, pola dan kerapatan
aliran, serta vegetasi).

Kemudian tahap uji lapangan yang lebih ditujukan untuk pembuktian dan pengambilan
data primer berupa sampel uji pada beberapa titik yang telah ditentukan. Dimana pengambilan
sampel dilakukan pada masing-masing unit satuan batuan dan formasi yang mewakili. Penentuan
titik pengambilan sampel berdasarkan peta hasil interpretasi citra Landsat 5 TM. Selain itu uji
lapangan ini dilakukan untuk koreksi penarikan batas formasi dan pembuktian kebenaran hasil
interpretasi.
Tahap yang terakhir adalah tahap pasca lapangan yang ditujukan untuk mengetahui
koreksi dan uji ketelitian interpretasi citra dengan melakukan reinterpretasi berdasarkan data
primer yang telah didapat. Kemudian setelah itu dapat dilakukan analisis data. Pada tahap ini
mengurai seberapa jauh integrasi citra satelit Landsat 5 TM. Lokasi potensi batubara ditentukan
melalui analisa hasil pemetaan yaitu hasil interpretasi dilakukan uji ketelitian menggunakan
matriks uji ketelitian hasil interpretasi (Sutanto, 1986).
Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis berdasarkan interpretasi pada citra landsat 5
TM pada sebagian daerah Lahat dan Muara Enim, Sumatera Selatan didapatkan hasil berupa peta
pola aliran, peta bentuklahan, peta struktur geologi, peta hasil klasifikasi penutup lahan, dari
keempat peta tersebut dapat dibuat peta land unit dimana peta tersebut digunakan untuk
mengecek hasil interpretasi dengan kenyataan yang ada dilapangan. Dimana setelah dilakukan
uji di lapangan maka dapat dilakukan rekonstruksi struktur geologi dan persebaran singkapan
batubara. Dimana setelah dilakukan uji keakuratan, peneliti mendapatkan angka 81,33 % dengan
rata-rata uji keakuratan interpretasi citra yang cukup baik bekisar pada angka 60 %. Setelah
dilakukan pengolahan data berupa koreksi-koreksi dan uji akurasi didapatkan peta sebaran
batubara permukaan Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Gambar 1. Peta Sebaran Batubara Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

Citra Satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 5 TM dengan
resolusi spasial 30 m x 30 m. Dimana identifikasi awal persebaran batubara berdasarkan citra
Landsat 5 TM dengan beberapa pengolahan. Unsur penarikan interpretasi berdasarkan dari pola,
bentuk, selain itu perlu diperhatikan juga arah patahan, lipatan, dan tekstur. Menurut penulis,
Suatu lokasi yang teridentifikasi mengandung batubara (lapisan batubara) pada citra Landsat 5
TM setelah di filter akan nampak menonjol, berbentuk seperti bukit yang memanjang dan
berukuran tidak besar serta memiliki tekstur berupa torehan-torehan atau gerigi yang tidak terlalu
lebar. Jika teksturnya halus maka tidak terduga mengandung batubara karena materinya terlalu
resisten. Polanya teratur dan biasanya paralel dengan lokasi-lokasi lainnya yang terindikasi
mengandung batubara. Setelah dihasilkan beberapa lokasi yang terindikasi batubara selanjutnya
dicocokan secara fisiografis (genesa) lokasi tersebut dengan peta geologi yang ada dan peta
geologi hasil interpretasi citra Landsat 5 TM.
Ketika uji lapangan penulis menentukan 37 titik sampel yang menyebar di 4 formasi,
yaitu formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, Formasi Qa. Dan terdapat 10
titik dtemukannya batubara yang tersingkap. Permasalahan yang cukup sulit bagi penulis ketika
melakukan interpretasi citra Landsat 5 TM adalah ketika topografi kurang menonjol, sedangkan
faktor topografi dan tutupan vegetasi sangat mempengaruhi interpretasi citra. Beberapa
kelemahan pada citra Landsat 5 TM yang terdiri dari 7 band adalah dimana pada band-band
tersebut julatnya masih terlalu lebar sehingga tingkat kedetilan yang dihasilkan masih jauh dari
yang diharapkan. Penulis juga menyadari beberapa kekurangan dalam metodenya, yaitu penulis
tidak menggunakan klasifikasi multispektral untuk analisis tutupan lahan. Kaitannya adalah dari
vegetasi seperti apa yang dapat tumbuh di formasi batuan seperti apa dimana pada formasi
tertentu terdapat batubara. Selain itu penulis memberikan saran bagi peneliti lain, untuk
menggunakan citra hyperspectral karena pada citra tersebut julatnya pendek sehingga
memungkinkan digunakan untuk mengidentifikasi batubara secara lebih mendetail.
Kesimpulannya adalah citra Landsat 5 TM ini cukup baik untuk mengidentifikasi
kenampakan - kenampakan morfologi, litologi, dan fenomena geologi. Namun masih
terdapat kekurangan dari segi resolusi dan kedetilan. Komposit 4,5, dan 7 (false
color) mampu menghasilkan variable - variabel untuk identifikasi batubara. Metode
penginderaan jauh ini sangat efektif untuk pemetaan persebaran batubara,
sehingga tidak perlu meneliti keseluruhan area. Setelah dilakukan evaluasi uji
keakuratan, didapatkan angka yang cukup baik yaitu 81,33%.

You might also like