You are on page 1of 30

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
I.1. BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
I.1.1 Definisi
Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan:

Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.5002.500 gram.

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.

Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1.000
gram.
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin
juga cukup bulan (dismatur).
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal
Medicine ke 2 di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut :

Bayi kurang bulan (pre-term) ialah bayi dengan masa


kehamilan kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari).

Bayi cukup bulan (term) ialah bayi dengan masa


kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259293 hari).

Bayi lebih bulan (posterm) ialah bayi dengan masa


kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

I.1.2

Epidemiologi
Angka kejadian BBLR di RSCM pada tahun 1986 adalah 24%. Angka

kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70% dan 73% dari
seluruh kematian yang disebabkan oleh BBLR. Dibandingkan dengan bayi cukup
bulan, BBLR mempunyai insidens rawat inap di rumah sakit lebih tinggi selama
satu tahun pertama hidupnya, yang disebabkan premturitas, infeksi, neurologis,
dan gangguan psikoilogis
1

I.1.3

Klasifikasi

I.1.3.1 Dismaturitas
I.1.3.1 Definisi
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu
(kecil masa kehamilan = KMK). Batasan yang diajukan oleh Lubchenco
(1963) adalah setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih
rendah dari 10th percentile untuk masa kehamilan pada Denver
intrauterine growth curves atau di bawah 2SD menurut kurva
pertumbuhan intrauterine Usher dan Mc lean. Ada 2 bentuk menurut
renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR: Janin menderita distress lama, gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir, sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam
proporsi seimbang, tetapi secara keseluruhan masih di bawah masa
gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted,
karena retardasi pada janin terjadi sebelum pembentukan jaringan
adiposa
2. Disproportionate IUGR: Terjadi akibat distress subakut. Gangguan
terjadi beberapa hari sampai minggu sebelum lahir. Panjang dan
lingkaran kepala normal, tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda bayi kurus dan lebih panjang,
jaringan lemak di bawah kulit sedikit, kulit kering keriput dan mudah
diangkat.
Pada bayi IUGR terjadi juga perubahan organ-organ tubuh, dimana
perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.
I.1.3.1.2. Etiologi
1. Faktor ibu, seperti hipertensi dan penyakit ginjal kronik, diabetes
melitus berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik), gizi buruk, drug abuse,
alkoholisme.
2

2. Faktor uterus dan plasenta, seperti kelainan pembuluh darah


(hemangioma), insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis,
infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu ke kembar yang
lain,sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin, seperti ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan (TORCH, sifilis).
4. Penyebab lain, seperti keadaan sosial ekonomi yang rendah, idiopatik.
I.1.3.1.3. Gambaran klinis
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gr, karakteristik fisis
sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi
pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol ialah wasting demikian pula pada post-term dengan
dismaturitas.
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat
dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya wasting tersebut
(Clifford), yaitu :
1.

Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan lebih panjang, kulitnya


longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda
mekonium.

2.

Stadium kedua. Tanda stadium pertama ditambah dengan warna


kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan
oleh mekonium yang tercampur dengan amnion yang kemudian
mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoksia
intrauterin.

3.

Stadium ketiga. Tanda stadium kedua ditambah dengan kulit, kuku,


dan tali pusat yang berwarna kuning serta anoksia intrauterin yang
lama.

I.1.3.2

Prematuritas murni

I.1.3.2.1 Definisi
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok :
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) : Masa gestasi 24
30 minggu.
2. Bayi prematur derajat sedang (moderately premature) : Masa gestasi
3136 minggu.
3. Borderline premature : Masa gestasi 3738 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti
bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul
problematika seperti yang dialami bayi prematur, seperti sindrom
gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan
sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
I.1.3.2.2 Etiologi
1.

Faktor ibu

Penyakit

yang

berhubungan

langsung

dengan

kehamilan, misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,


kelainan uterus, hidarmnion, penyakit jantung atau penyakit infeksi
atau kronik lainnya, hipertensi, nefritis akut, diabetes melitus,
tindakan operatif, trauma psikis dan psikologis.

Usia. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35


tahun. Jarak dua kehamilan terlalu dekat.

2.

Riwayat kelahiran prematur sebelumnya.


Faktor janin, seperti cacat bawaan, hidramnion, ketuban pecah

dini dan kehamilan ganda pada umumnya akan mengakibatkan lahir


bayi BBLR.
3.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah

4.

Kebiasaan, seperti pekerjaan yang melelahkan, merokok.

5.

Tidak diketahui.
4

I.1.3.2.3 Gambaran klinis


Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya
umur kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir
kurang dari atau sama dengan 2.500 gr, panjang badan kurang dari atau
sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.
Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur.
Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum
tertutup oleh labia major. Pembuluh darah kulit banyak terlihat. Rambut
biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu.
Tulang rawan dan daun telinganya belum cukup, sehingga elastisitas daun
telinganya masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna, demikian
pula puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih
posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya masih kurang dan
lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun.
Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan belum teratur dan sering
terdapat serangan apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih
dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen
lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi atau
lurus dan kepala mengarah ke satu sisi.
Refleks tonik-leher biasanya lemah dan refleks moro dapat positif.
Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks
batuk. Bayi yang lapar akan menangis, gelisah dan mengerak-gerakkan
tangannya. Bila dalam waktu 3 hari tanda-tanda lapar ini tidak terlihat, maka
harus dicurigai adanya perdarahan intraventrikuler atau infeksi.
Edema biasanya sudah terlihat segera setelah lahir dan makin
bertambah jelas dalam 2448 jam berikutnya. Kulit tampak mengkilat, licin,
serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan
5

perubahan posisi. Edema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi
tersebut. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum,
diabetes mellitus dan toksemia gravidarum.
Frekuensi nadi berkisar antara 100140 kali/menit. Frekuensi
pernapasan bervariasi, terutama pada hari-hari pertama. Pada hari pertama
frekuensi pernapasan 4050 kali/menit. Pada hari berikutnya 3545
kali/menit. Bila frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu di atas 60
kali/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya sindrom gangguan
pernapasan, seperti membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau
gangguan susunan saraf pusat.
I.1.3.2.4 Permasalahan
1. Suhu tubuh tidak stabil. Karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibatnya kurangnya
jaringan lemak bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas
yang berkurang oleh karena lemak coklat yang sedikit, serta pusat
pengaturan suhu yang belum sempurna fungsinya.
2. Gangguan pernapasan. Disebabkan oleh kurangnya jumlah surfaktan (rasio
lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga
yang mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering
diderita bayi prematur adalah penyakit membrane hialin dan pneumonia
aspirasi. Disamping itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea
yang disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla oblongata belum
matur.
3. Gangguan pencernaan dan nutrisi. Terjadi distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan

lambung

bertambah,

daya

untuk

mencerna

dan

mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut lemak dan beberapa


mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio-esofagus yang

belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke


esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
4. Hati imatur. Memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K. Hiperbilirubinemia disebabkan faktor kematangan hepar
kurang, sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum sempurna.
5. Ginjal imatur. Baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin
yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi
kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah
terkadi edema dan asidosis metabolik.
6. Perdarahan. Mudah terjadi perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh,
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII dan faktor
Chrismast.
7. Gangguan imunologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
mampu membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik
8. Perdarahan intraventrikuler. Lebih dari 50% bayi prematur menderita
perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi
prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan
pernapasan.

Akibatnya

bayi

menjadi

hipoksia,

hipertensi,

dan

hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah.


Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak
adanya autoregulasi serebral pada bayi premature, sehingga mudah
terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia
di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara
nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler
dapat didiagnosis dengan USG atau CT-Scan.
9. Fibroplasia retrolental. Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur dan
disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2
lebih dari 115 mmHg = 15 kPa), maka akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru
7

ke daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan fibrosis, distorsi dan


parut retina sehingga bayi menjadi buta. Stadium akut penyakit ini dapat
terlihat pada umur 3 6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena
retina. Kemudian dikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak
teratur pada ujung vena. Kumpulan pembuluh darah baru ini tampak
sebagai perdarahan. Akhirnya sebagian kapiler baru ini tumbuh kea rah
korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan
retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan
yang irreversible. Pada stadium akhir akan terdapat massa retrolental
yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan
mikroftalmus, kamar depan menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur,
serta visus menghilang. Selain itu dapat pula disertai retardasi mental dan
cerebral palsy.
Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan memberikan ACTH
atau kortikosteroid. Hal yang paling penting ialah pencegahannya, yaitu :
(1) Pada BBLR penggunaan oksigen tidak melebihi 40% dan hal ini
dapat dicapai dengan memberikan oksigen 2 liter/menit, (2) , (3)
Pemberian oksigen pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg,
harus hati-hati dan sebaiknya PaO2 selalu dimonitor.
I.1.3.2.5 Penatalaksanaan
Karena belum sempurnanya kerja organ-organ tubuh yang diperlukan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, dan pencegahan infeksi.
1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator,
maka suhu untuk bayi berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 C, dan
untuk bayi dengan berat badan 22,5 kg adalah 34 C. Kelembaban
inkubator berkisar antara 5060%. Kelembaban yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindrom gangguan pernapasan. Suhu
8

inkubator dapat diturunkan 1 C perminggu untuk bayi dengan berat badan


2 kg, dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 2729 C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan
dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol air
hangat atau lampu petromak didekat tempat tidur bayi.

Bayi dalam

inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan


sehingga kelainan yang timbul dapat dikenal sedini-dininya dan tindakan
serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.
2. Makanan
Pada bayi premature refleks mengisap, menelan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang, di samping itu kebutuhan protein 35 gr/hari dan
kalori tinggi (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah. Pemberian
minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam, agar bayi tidak
mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubunemia. Pada umumnya bayi
dengan berat lahir 2.000 gr atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi
dengan berat kurang dari 1.500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu
botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum
melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya.
Bila daya isap cukup baik maka pemberian ASI diteruskan. Pemberian
melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang lebih sering
dalam jumlah susu yang sedikit. Frekuensi pemberian minum makin
berkurang dengan bertambahnya berat bayi. Jumlah cairan yang diberikan
pertama kali adalah 15 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit
demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 80
mL/kgBB/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 180 mL/kgBB/hari pada
akhir minggu kedua. Bila tidak ada ASI dapat diberikan susu buatan yang
mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglyserides)
dan mengandung 20 kal/30 mL air atau sekurang-kurangnya 110
kal/kgBB/hari.
3. Pencegahan infeksi.

Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya tahan fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik.
I.1.4

Prognosis
Angka kematian bayi dianggap disebabkan oleh infeksi, kematian ini

dapat dicegah. Ada juga kenaikan insidens kegagalan untuk tumbuh, sindrom
kematian bayi mendadak, penyiksaan anak, dan tidak adequatnya ikatan
antara ibu-bayi prematur.
Pada umunya, semakin hebat tingkat prematuritasnya dan semakin
rendahnya berat badan lahir bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya
deficit intelektual dan neurologis.
I.1.5

Pemulangan Pasien
Sebelum pemulangan, bayi premature harus dapat minum smua nutrisi

melalui putting atau botol. Pertumbuhan harus terjadi dengan penambahan


yang stabil 10-30 g/hari. Suhu harus stabil dalam tempat tidur yang terbuka.
Tidak terdapat apnea atau bradikari dan pemberian obat parenteral harus
sudah dihentikan. Bayi premature dapat dipulangkan bila berat badan
mendekati 1.800-2.000 gr. Vaksinasi standart dengan dosis penuh harus
dimulai sesudah bayi dipulangkan atau jika di rumah sakit, dengan vaksin
yang tidak mengandung virus hidup

10

BAB II
AFTER CARE PATIENT
II.1. Identitas Pasien Dan Keluarga
II.1.1. Identitas Pasien
Nama
: By. Sena
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 bulan
Alamat
: Bawen
Agama
: Islam
Pendidikan
: Pekerjaan
:II.1.2. Identitas Kepala Keluarga
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Agama
Pendidikan
Suku Bangsa
Pekerjaan

: Tn. Tri Atmojo


: Laki-laki
: 46 tahun
: Bawen
: Islam
: SD
: Jawa
: Buruh Bangunan

II.2. Profil Keluarga Yang Tinggal Satu Rumah


II.2.1 Tabel Daftar Anggota Keluarga
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
Jenis
Usia
No
Nama
Kedudukan
Pendidikan
Kelamin
1.

Tri Atmojo

Kakek

Laki-laki

2.

Watik
Rahayu

Nenek

Wanita

3.

Wawan

Bapak

Laki-laki

4.

Noviyanti

Ibu

Wanita

5.

Fitri

Bibi

Wanita

6.

Arif

Paman

Laki-laki

7.

An. Sena

Pasien

Laki-laki
11

46
tahun
39
tahun
26
tahun
17
tahun
6
tahun
1,5
tahun
1

Pekerjaan

SD

Buruh
Bangunan

SD

IRT

SMK

Buruh
Bangunan

SMP

IRT

bulan
II.2.2. Genogram Keluarga

Keterangan :
Laki-laki

Pasien

Perempuan
Gambar 1. Diagram Genografi keluarga
II.2.3. Denah Rumah

Dapur 2

Dapur 1

W
C

Kama
r
pasie
Ruang
keluarga

Kamar
2
Guda

Kama
r 1

Gambar 3. Denah Rumah

II.3. Resume Penyakit Dan Penatalaksanaan Yang Sudah Dilakukan Kepada


Pasien
12

II.3.1. Hasil rekam medis pasien saat masuk :


a. Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang bayi laki-laki lahir tanggal 14 Agustus 2014, lahir spontan
dengan bantuan bidan, dengan kepala yang terlebih dahulu keluar. Berat
badan lahir 1450 gr. Setelah lahir, bayi tidak langsung menangis. Warna
ketuban jernih. Warna kulit setelah lahir pucat kebiru-biruan (+), dengan
gerakan kurang aktif. Apgar skor 5/6/7
b. Riwayat ibu:

Rujukan dari bidan dengan G1PoAo, usia kehamilan 30


minggu dengan keluhan kencang-kencang pada perut, keluar lendir
dan darah (+) di rasakan setelah coitus.

Riwayat hipertensi (-), DM (-), perdarahan selama kehamilan (-),


penyakit jantung (-) merokok (-), asma (-), muntah-muntah saat
hamil (-), alergi (-)

Riwayat Menstruasi : menarche 12 th, lama 7 hari, siklus 28 hari.


HPHT : 07-01-2014, HPL : 14-10-2014

R iwayat Kehamilan: Periksa kehamilan teratur di bidan. Selama


hamil ini ibu menyangkal konsumsi obat tertentu ataupun sakit
tertentu.

c. Riwayat Nutrisi :
ASI ibu keluar sedikit, ibu di rawat Ruang Bougenville. Pasien di
beri susu formula BBLR menggunakan dot dan NGT
d. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum:
Vital Sign :
- Nadi
- RR
- Suhu

gerakan kurang aktif, tangisan lemah


:150x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
: 45x/menit, reguler
: 37,3 C , Axiller

BBL : 1450 gr
PB

: 39 cm

LK

: 26 cm
13

LL : 8,5 cm
LD

Kulit

: 28 cm
: licin, tipis,lanugo banyak, kemerahan (+), pucat (-),
sianosis (-), ikterus (-)
Kepala : Mesocephal, UUB (+) belum menutup, Suturae:

tidak

melebar, Fontanel belum menutup, Caput succedaneum


(+), Sephal hematom (-), Rambut hitam, lanugo (+) di

pipi,kening
Mata
: Pupil bulat isokor, reflek cahaya +/+, Ca(-/-),SI (-/-),
Hidung
: Simetris, nafas cuping hidung (-), deformitas (-),

secret (-)
Telinga
:Lentur, secret (-/-), septum deviasi (-) , terdapat tulang
rawan pada pinggir pinna, cepat rekoil.
Mulut
: bibir kering (-), sianosis (-), labio palatoschicic (-)
Leher : pembesaran limfonodi (-)
Thorak: aerola datar, diameter < 0,75 cm dan pinggir rata
Pulmo:
Inspeksi
: Dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi
: Fremitus Taktil Kiri = Kanan,
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
: Suara nafas vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/

Cor:

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: S1 > S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:
Inspeksi

Auskultasi
Palpasi

Perkusi

: Datar, tali pusat (+) basah, vena


membayang
: Bising usus (+) normal
: Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
turgor baik
: tidak dilakukan

Ekstremitas
Superior
14

Inferior

Deformitas
-/-/Akral dingin
-/-/cyanosis
-/-/Capilary refil
< 2 detik
< 2 detik
- Tonus otot lemah
- Kedua lengan dan tungkai dalam posisi semi fleksi, Garis
lipatan telapak kaki jelas pada 2/3 anterior
Punggung : spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia : anus (+),testis belum turun, rugae scrotum sedikit meliputi

seluruh scrotum

Refleks Neonatal
-

Moro -/-

Rooting (+)

Isap (-) belum baik

Menggenggam +/+

e. Pemeriksaan Lab

Hb

: 14,3 g/dL

Leukosit

: 10,6 ribu

Eritrosit

: 4,12 juta ( )

Ht

: 41,8 %

MCV

: 101,5 mikro m3

MCH

: 35 pg

MCHC

: 34,2 %

RDW-CV

: 14,9 %

Trombosit

: 222.000/mm3

( )

f. Diagnosis :
BBLSR (prematuritas murni), Neonatus Preterm, Asfiksia Sedang
g. Penatalaksanaan
:
Non Farmakologi:

Jaga kehangatan : pertahankan suhu tubuh 36,5-37,5 C


15

Rawat incubator

Pijat bayi dan ASI

Farmakologi:

O2 1 tpm

Kebutuhan cairan hari 1: 80 cc/kg/hari +10% 130 cc/hari

NGT: 8x2,5 cc

Infus D10% 130 cc/24 jam

Cefotaxim 2x75 mg

Gentamisin 2 x 8 mg

Aminofilin 3x6 mg

Monitoring

Monitoring keadaan umum,nutrisi, tanda vital, tanda hipoglikemik,


hipotermi, masalah pernapasan, infeksi neonatus, masalah nutrisi,
komplikasi oftalmologi

II.3.2. Hasil rekam medis Perkembangan Perawatan Selama Di Rumah Sakit


1. Tanggal 18/8/2014:
Tangisan lemah
Gerak tidak aktif, demam
Menyusu kurang , muntah (-)
Ku : lemah, warna kemerahan
Mata: cekung (+), cuping hidung (+)
BB: 1250 gr,PB: 39,1 cm, LK: 26 cm, LD: 28 cm, LL: 8,5 cm
Vital sign :
HR : 154 x/menit,
RR : 36x/menit,
T : 38,6 C

Thorak : retraksi suprasternal (+), cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), sklerem (+)

2. Tanggal 27/8/2014
Tangisan kuat , Gerak aktif
Menyusu (+) NGT 205 cc sejak kemarin
Bak dan bab (+)
Ku : lemah, warna kemerahan
BB: 1100 gr,PB: 39,1 cm, LK: 26 cm, LD: 28 cm, LL: 8,5 cm
Mata: cekung (-), cuping hidung (-)
16

Vital sign :
N : 102x/menit
RR : 44 x/menit
T : 36,7 (Axiller)

Thorak : pulmo dan cor dalam batas normal, retraksi suprasternal (-)
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas :akral hangat (+), cyanosis (-) sklerem (-)
Hasil konsul mata:
- Perdarahan retina
- Kemungkinan ROP belum dapat disingkirkan

II.3.3. Hasil rekam medis Keadaan Ketika Pasien Pulang


(4 September 2014)

Tangisan kuat

Gerak kurang aktif

Menyusu (+) NGT 205 cc sejak kemarin

Bak dan bab (+)


BB: 1250 gr, PB: 40 cm, LK: 26 cm, LD: 28 cm,bLL: 8,5 cm

Ku : lemah, warna kemerahan

Mata: cekung (-), cuping hidung (-)

Vital sign :
N : 102x/menit
RR : 44 x/menit
T : 37 (Axiller)

Thorak : vesikuler (+/+), retraksi suprasternal (-)

Abdomen : turgor baik, tali pusat (+) mengering

Ekstremitas :akral hangat (+), cyanosis (-) sklerem (-)

Edukasi :

Jaga kehangatan, nest, metode kanguru

Pijat bayi

Cara pemberian ASI jangan sampai bayi tersedak, diberikan ASI


setiap 2 jam sekali atau ketika bayi lapar, selesai di beri susu bayi
di tepuk bagian punggung sampai sendawa dan posisi bayi
dimiringkan
17

Jika ada keluarga yang sedang flu atau batuk agar menggunakan
masker, bayi jangan di cium

Timbang berat badan bayi setiap minggu

Jika terdapat tanda bahaya pada bayi atau bayi malas minum susu
segera bawa ke dokter

II.3.4. Hasil kunjungan rumah pasien :


Anamnesis dilakukan secara aloanamnesa anamnesis pada tanggal
23 September 2014.
1. Keluhan Utama :

Demam (-)
Batuk (-) pilek (-)
Minum susu (+)
BAK dan BAB normal

2. Riwayat Penyakit Dahulu :


3. Riwayat neonatus preterm, asfiksia sedang, BBLSR,
4. Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
5. PemeriksaanFisik :

Keadaan umum : tampak kecil, lemah

LK

: 31 cm

LD

: 28 cm

LL

: 9 cm

PB

: 42

Tanda Vital

- RR
- HR
- Suhu
- BB
Kepala
Rambut

Wajah
Mata

Hidung

: 40 x/menit
: 126 x/menit
: 36,7 C
: 1300 gr
: Bentuk normocephal, lanugo menipis
: Hitam, Distribusi merata, tipis, tidak mudah di
cabut
: Simetris
: Konjungtiva anemis (-/-), seklera ikterik (-/-),
Pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
: Nafas cuping hidung (-), discharge (-)
18

Mulut

: Bibir sianosis (-), bibir kering (-), sianosis (-),

Leher
Thoraks

labioschisis (-), palatoschicic (-)


: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
: Bentuk normochest, aerola berbintil-bintil,
penonjolan 1-2 mm

Pulmo

Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi (-)


Palpasi : Fremitus Taktil Kiri = Kanan,
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikular +/+, ronkhi -/-,wheezing -/-

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : ictus cordis teraba V linea midclav sinistra, kuat

angkat (-)
Perkusi : Tidak terdapat pelebaran batas jantung
Auskultasi : S1 > S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:
Inspeksi : Datar, jaringan parut (-), tali pusat sudah lepas
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit <
2detik
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen

Ekstremitas:
Superior
Deformitas
-/Akral dingin
-/Cyanosis
-/Capilary refil
< 2 detik
- Kedua lengan dan tungkai dalam posisi fleksi,
- Garis lipatan telapak kaki jelas pada 2/3 anterior

Genitalia

: Anus (+),testis sudah turun, rugae jelas

Refleks

: Moro +/+
19

Inferior
-/-/-/< 2 detik

Rooting (+)
Isap (+)
Menggenggam +/+

II.4 Identifikasi Fungsi Fungsi Keluarga


II.4.1. Fungsi Biologis
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 1 bulan dengan riwayat lahir
prematur, berat badan lahir sangat rendah, asfiksia sedang dan neonatus
infeksi.
II.4.2. Fungsi Psikologi
Pasien tinggal bersama keluarganya dengan jumlah anggota keluarga
sebanyak 6 orang. Pasien lebih dekat dengan ibunya dan sehari-hari pasien
di rawat oleh ibunya. Sedangkan ayah pasien yang merupakan seorang
Buruh Bangunan.
II.4.3. Fungsi Ekonomi
Pasien adalah anak tunggal, dan tinggal bersama 6 anggota
keluarganya. Untuk biaya kebutuhan sehari-hari didapatkan dari
pendapatan kakek dan bapaknya yang seorang Buruh Bangunan dengan
penghasilan massing-masing Rp. 200.000,00 per bulan, namun 1 bulan ini
bapak pasien tidak memiliki pekerjaan, sehingga untuk biaya listrik dan
kebutuhan sehari-hari pasien dan keluarga didapatkan dari uang
penghasilan kakeknya.
II.4.4. Fungsi Pendidikan
Pasien belum menduduki bangku pendidikan
II.4.5. Fungsi Religius

20

Keluarga pasien adalah seorang muslim yang taat beragama, selalu


menjalankan ibadah sholat lima waktu. Di rumah pasien tidak terdapat
tempat khusus untuk ibadah..

II.4.6. Fungsi Sosial Budaya


Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosial adalah warga biasa,
namun keluarga pasien cukup dikenal bersosialisasi dengan kalangan di
rumahnya.
II.4.7. Pola Konsumsi Pasien
Frekuensi minum

susu ratarata pasien dirumah setiap hari

sebanyak 6-7x/hari menggunakan susu formula khusus berat badan lahir


rendah, di selingi dengan ASI 1-2x/hari karena ASI ibu keluar hanya sedikit.
Ibu pasien membuat susu formula dengan mencampurkan sendok takar
susu ke dalam air hangat 90 cc. Ibu pasien mengaku jika anaknya minum
susu formula 30 cc setiap kali minum.
II.5. Identifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
1. Faktor Perilaku
Perilaku orang tua pasien terhadap kesehatan adalah pasien tidak
pernah kontrol perkembangan kesehatannya ke rumah sakit, orang tua
pasien membawa pasien ke bidan dekat rumahnya sebanyak 1x sejak
keluar dari rumah sakit untuk memeriksa berat badan pasien. Selama di
rumah, ibu pasien belum pernah memandikan pasien dengan alasan
takut, dan keluarga pasien memelihara 3 ekor ayam yang di biarkan
bebas berkeliaran hingga kamar pasien, serta rumah pasien yang tidak
rapih dan tidak terjaga kebersihannya.
2. Faktor Non-Perilaku

21

Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup dekat


yaitu Bidan Orin yang berjarak kurang lebih 300 meter dari rumah
pasien. Jika ingin berobat keluarga pasien terbiasa untuk jalan kaki ke
rumah bidan dan jika ke RSUD ambarawa menggunakan angkutan
umum. Jika berobat di rumah sakit, keluarga pasien menggunakan
fasilitas SKTM
II.6. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di pemukiman yang cukup padat, berada di tengah
gang yang cukup sempit yaitu kurang lebih 1,5 meter dan jalan terbuat dari
tanah yang mudah becek jika hujan, dengan kebersihan lingkungan
pemukiman yang kurang baik. Rumah tidak bertingkat,

berukuran 8x8

meter, terdiri dari tiga kamar, satu ruang keluarga, dua dapur, satu gudang,
dan tidak memiliki kamar mandi, namun memiliki 1 jamban berjenis leher
angsa di samping rumahnya. Lantai rumah pasien sebagian berupa semen
yang dikeraskan dan sebagian berupa tanah. Dinding rumah pasien berupa
tembok bata yang tidak di semen dan atap rumah pasien sebagian terbuat
dari asbes dan sebagian dari genting dan tidak memiliki langit-langit.
Sinar matahari tidak dapat masuk rumah dengan baik. Rumah tidak
mempunyai ventilasi yang tidak mencukupi dan kamar pasien hanya
mempunyai 1 jendela berukuran 50 cm X 50 cm dan tidak dapat di buka.
Kebersihan dan kerapian rumah kurang baik. Ketika mandi keluarga pasien
mandi di sungai dekat rumahnya, untuk keperluan memasak sumber air
didapatkan dari sumur di belakang rumah pasien.
II.7 Diagram Realita Pada Keluarga

Genetik

Yankes

Status Kesehatan

22
Perilaku

Tidak ada gangguan dari materi


genetik yang diturunkan kedua
orang tua
Lingkungan

Pelayanan kesehatan

Lingkungan kurang baik

terjangkau

Ventilasi tidak memadai

Adanya jaminan kesehatan


Kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat pasien dan membuat susu formula

rh
d

II.8. Tabel Permasalahan


Tabel 2. Tabel Permasalahan
Permasalahan
- Kurangnya pengetahuan

keluarga

Penyelesaian
Menjelaskan

tentang

pasien tentang permasalahan bayi

permasalahan pada bayi dengan

prematur dengan berat badan lahir

berat

sangat rendah, cara merawat bayi

kenaikan

dan cara membuat susu formula

diharapkan,menjaga kehangatan

badan

sangat

berat

rendah,

badan

yang

bayi, cara merawat bayi, dan


cara membuat susu formula
- Mengajarkan cara pijat bayi,
nest,

dan

metode

kanguru

kepada keluarga pasien


- Keadaan rumah pasien yang kurang
bersih

- Memberitahukan agar menjaga


kebersihan

dan

kerapihan

rumah, meletakkan ayam di

Kurangnya
untuk

perhatian

merawat

bayi,

keluarga

kandang

dan

kandang

ayam

pasien
- Memberitahukan

menjauhkan
dari

kamar

agar

sering

tidak

memberikan ASI kepada bayi

melakukan pijat bayi dan metode

dan rajin memeriksakan bayi ke

kanguru

pelayanan kesehatan terdekat


untuk tahu perkembangan berat
badan bayi
23

- Menyarankan orangtua bayi agar


membawa anaknya kontrol ke
rumah sakit
- Memberitahukan jika terdapat
keluarga yang flu atau batuk
agar jangan mendekati bayi dan
menggunakan

masker,

serta

menghindari bayi dari asap


rokok, kapuk, barang-barang
berbulu
II.9. Pembinaan Dan Hasil Kegiatan
Tabel 3. Jadwal pembinaan dan hasil kegiatan
Tanggal

23

Kegiatan yang

Keluarga

dilakukan

yang

- Menjelaskan tentang

Hasil kegiatan

terlibat
Orang tua

Orang tua pasien

September

permasalahan pada

memahami

2014

bayi dengan berat

penjelasan yang

badan sangat rendah,

diberikan yaitu:

kenaikan berat badan


-

yang diharapkan, cara

Orang tua mengerti

merawat bayi, dan

tentang cara

cara membuat susu

membuat susu

formula

formula dengan

Mengajarkan cara

benar
-

pijat bayi, nest, dan

Orang tua pasien


mengerti cara pijat

metode kanguru

bayi dan metode


-

Memberitahukan agar

Orang tua

kanguru
Orang tua pasien

menjaga kebersihan

akan membuat

dan kerapihan rumah,

kandang ayam dan

meletakkan ayam di

meletakkan
24

kandang dan

kandang tersebut di

menjauhkan kandang

luar rumah

ayam dari kamar


-

Orang tua pasien

pasien

akan menyediakan

Memberitahukan jika

masker dan tidak

terdapat keluarga yang

merokok di dekat

flu atau batuk agar

rumah namun tidak

jangan mendekati bayi

dapat mengganti

dan menggunakan

kasur dengan alasan

masker, serta

tidak mempunyai

menghindari bayi dari

biaya

asap rokok, kapuk,


-

barang-barang berbulu
Memberitahukan agar Orang tua

Orang

tua

akan

sering memberikan

membawa

ASI kepada pasien

kontrol ke RSUD

dan rajin

ambarawa

memeriksakan pasien

tanggal

ke pelayanan

september 2014

kesehatan terdekat

BAB III
KESIMPULAN
25

pasien
pada
26

Hasil pembinaan keluarga dilakukan pada hari Selasa tanggal 23


September 2014. Dari pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut :
a. Tingkat pemahaman
Saat pulang dari rumah sakit, orang tua pasien kurang
memahami bagaimana cara membuat susu formula cara merawat
pasien dengan benar.
b. Hasil Pemeriksaan
Dari anamnesis dengan orang tua pasien, pasien minum susu
formula 6-7 kali per hari sebanyak 30 cc setiap kali minum, dan
minum ASI 1-2 kali perhari. Berat badan pasien tidak mengalami
peningkatan yang bermakna yaitu 1300 gram (naik 50 gram setelah 20
hari pulang dari rumah sakit).
c. Faktor pendukung
-

Keluarga bersedia untuk didatangi rumahnya.

Keramahan keluarga menyambut kedatangan dokter muda.

Keluarga antusias dan memperhatikan dengan baik ketika


dilakukan pembinaan.

Tempat tinggal pasien dekat dengan sarana kesehatan (Bidan).

d. Faktor penyulit
-

Kurangnya pengetahuan keluarga pasien tentang permasalahan


bayi prematur dengan berat badan lahir sangat rendah, cara

merawat bayi dan cara membuat susu formula


Keadaan rumah pasien yang kurang bersih
Faktor pendidikan keluarga yang rendah
Kurangnya biaya
Kurangnya perhatian keluarga untuk merawat bayi, tidak
melakukan pijat bayi dan metode kanguru

e. Indikator ketidakberhasilan
26

Berat badan pasien tidak mengalami peningkatan yang


bermakna sejak keluar dari rumah sakit

LAMPIRAN FOTO KUNJUNGAN


RUANG KELUARGA

27

HALAMAN BELAKANG

DAPUR 1

28

DAPUR 2

KAMAR PASIEN

RUANG KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I Cetak Ulang 2002.
Balai Penerbit FKUI : Jakarta , 2002.
29

2. Saifuddin AB, dkk Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal. Edisi Ke 1. Cetakan Ke 3. Penerbit : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta, 2002.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Cetakan ke 7.
Penerbit : Percetakan Infomedika K : Jakarta, 1997.
4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke 3. Cetakan Ke 6. Penerbit :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta, 2002.
5. http://www.tempointerkatif.com/medika/arsip/022001/hor-1.com. Horison.
Hipotermia Pada Neonatus. Bangun Lubis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan.

30

You might also like