Professional Documents
Culture Documents
Gagal jantung
Kebutuhan O2 meningkat
Gangguan oksigenasi
Aliransistemik
Preload meningkat
Aliran O2
menurun
Alirandarahkeginja
l
Tekanan vena pulmo
Intoleransi aktivitas
Retensi Na, K
Edema
Acites
3.Dispneu deffort
4.Hepatomegali
5.Efusi pleura
6.Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7.Takikardi (.120x/menit)
F. PENATALAKSANAAN
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung
dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium,baik
secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari :
1) beban awal,
2) kontraktilitas,dan
3) beban akhir.
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :
1.Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2.Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible,termasuk tirotoksikosis,miksedema,dan aritmia.
Digitalisasi ;
1.Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
2.Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.Untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
3.Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
4.Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg iv perlahan lahan
Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
3.Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam,diuretic dan vasodilator
a)Diet rendah garam
Pada gagak jantung dengan NYHA kelas IV,penggunaan diuretic,digoksin dan
penghambat angiotensin converting enzyme (ACE),diperlukan mengingat usia harapan
hidup yang pendek.Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan ;
1)Diuretik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg)
2)Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan sinus
3)Penghambat ACE (captopril mulai dari dosis 2 X 6,25 mg atau setara penghambat ACE
yang lain,dosis ditingkatkan secara bertahap dengan memperhatikan tekanan darah
pasien); isorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang
terganggu atau adanya iskemia yang menetap,dosis dimulai 3 X 10-15 mg.Semua obat
harus dititrasi secara bertahap.
b)Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80 mg.Dosis penunjang rata-rata 20 mg.Efek samping
berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan
spironolakton.Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid,klortalidon,triamteren,amilorid,dan asam etakrinat.
Dampak diuretic yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau
kelangsungan ,tapi merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi gejala dan
pengobatan dan perawatan di rumah sakit.Penggunaan penghambat ACE bersama
diuretic hemat kalium harus berhati hati karena memungkinkan timbulnya
hiperkalemia.
c)Vasodilator
1)Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 g/kg BB/menit iv.
2)Nitroprusid 0,5-1 g/kgBB/menit iv
3)Prazosin per oral 2-5 mg
4)Penghambat ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.
G. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung,
kongesti vena sekunder terhadap kegagalan kompensasi jantung.
2. Potensial komplikasi : shock kardiogenik
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan akumulasi cairan dalam alveoli
paru berlebihan volume cairan, sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil
4. Resiko hipoksia berat
5. Resiko terhadap kelebihan volume cairan : edema yang berhubungan dengan
peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, penurunan aliran darah ke ginjal,
penurunan laju filtrasi glomerulus (peningkatan produksi ADH )
6. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri, sesak nafas dan lingkungan
rumah sakit yang asing bagi klien.
7. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit : ulkus dekubitus yang berhubungan
dengan imobilisasi/intoleransi aktivitas,oedema dan perubahan perfusi jaringan.
8. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan efek terapi diuretic yang
berlebihan
9. Kecemasan atau takut yang berhubungan dengan keadaan fisik yang tidak dapat
diperkirakan/tidak diketahui, lingkungan yang tidak familiar, dan ancaman kematian
akibat proses penyakit
10. Perubahan konsep diri (peran, harga diri) yang berhubungan dengan perubahan
kondisi fisik dan prognosa penyakit.
NOC :
Cardiac Pump effectiveness
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran NIC :
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
Monitor adanya perubahan tekanan darah
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor kualitas dari nadi
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Pembatasan komplikasi yang diakibatkan dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokardial dan kebutuhan pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi jantung
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL INTERVENSI
RASIONAL
2 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
b/d obstruksi jalan nafas
NOC :
Respiratory status : Airway patency
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu
Menunjukkan jalan nafas yang paten, tidak ada suara nafas abnormal
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
BAB III
ANALISA
A. ETIOLOGI
Penyebab Decompensasi Cordis secara umum adalah adanya kelainan fungsi jantung.
Sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Kelainan fungsi jantung secara intrinsic adalah adanya penurunan
kontraktilitas otot jantung. Secara eksternal seperti pada kasus dapat disebabkan
nkarena usia tua. Sehingga penurunan kemampuan organ menyebabkan penurunan
kemampuan fungsi jantung.
B. TANDA DAN GEJALA
Secara teori tanda dan gejala dibagi dua yakni criteria mayor dan criteria minor.
Berdasarkan akibat dari kegagalan dibagi dua yakni gagal jantu8ng kanan dan gagal
jantung kiri. Pada kasusu terdapat tanda dan gejala dypsneu, cardionegali, ronkhi paru,
kembung dan edema kaki. Tanda dan gejala tersebut masuk dalam 4 jenis kategori di
atas namun tidak secara spesifik mengarah ke kategori yang mana. Hal tersebut dapat
terjadi karena respon individu berbeda-beda untuk mengkomkpensasi masalah kelainan
fungsi organ.
C. KOMPLIKASI
Melihat fungsi jantung adalah sebagai pompa darah ke seluruh bagian tubuh, maka
komplikasi secara sistemik yang bisa muncul pada Docompensasi Cordis. Pada kasus
hanya terjaditanda dan gejala khas Docompensasi Cordis. Secara sistemik misalnya
penurunan fungsi glomerolus atau penurunan perfusi jaringan tidak muncul pada
kasusu ini.
D. PENATALAKSANAAN
Secara umum penanganan pada Decompensasi Cordis adalah mengurangi beban kerja.
Pada teoro dan kasus menunjukan penatalaksanaan yang sama. Antara lain : pemberian
O2 untuk meningkatkan oksigenasi, pemberian obat Digoxin untuk memperbaika
kontraktilitas oto jantung, diet tinggi kalori tinggi tinggi protein dan deuretik. Yang perlu
diperhatikan adalah tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan, yang sering
dialami pasien pada kasusu penyakit kronik. Belum terlaksananya prosedur tindakan
pendekatan yang menenangkan menyebabkan masih adanya tanda kecemasan pada
kasus.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Antara teori dan kasus kurang lebih sama. Hal ini tergantung kondisi kasus, misalnya
kondisi fisik pasien atau ketersediaan fasilitas untuk mendukung proses terapi pasien.
Pada teori terdapat diagnosa kerusakan integritas kulit, namun tidak muncul pada
kasus. Hal ini karena pasien kasus memiliki mobilisasi cukup.
F. EVALUASI
Evaluasi kasusu dengan assessment masalah belum teratasi muncul pada diagnosa
penurunan curah jantung. Hal ini karena peda penyakit kronik sangat mustahil untuk
dikembalikan seperti semula. Diagnosa ini akan selalu muncul pada Decompensasi
Cordis walaupun tidak pada status actual. Diagnosa banding pada penurunan kerja
jantung juga akan muncul selama kasus masih ada, namun dengan intervensi
selanjutnya masalah akan teratsi.
Diposkan oleh mbah jito OK la..yaw di 01.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest