You are on page 1of 34

LAPORAN PENDAHULUAN ATRITIS GOUT (ASAM URAT)

LAPORAN PENDAHULUAN
ATRITIS GOUT (ASAM URAT)
Pengertian
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin atau
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang
biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim
ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2010)

I.

II.

III.
1.
2.
3.
4.
5.

Etiologi
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30
tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).
Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada
jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi
asam urat.
Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol
mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout. Misalnya
makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan hiperurisemia
dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.
Patofisiologi
Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika konsentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl.
Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit.
Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol disekeliling kristal bersatu
dengan membran leukositik lisosom.
Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim dan oksida
radikal ke dalam sitoplasma.
Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal
dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada
menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh.

Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
IV.
Tanda dan Gejala
Stadium Arthritis Gout Akut
Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam
menggigil dan merasa lelah.
Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo dll), kelelahan fisik,
stres, diuretic.
Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat
menyebabkan kekambuhan.
Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode interkritikal
asimptomatik.
Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam waktu lama tidak
berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang
berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini
akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila
ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu
lagi.
V.

VI.
1)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin..
Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine 24
jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium, Peningkatan
kecepatan waktu pengendapan
Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak

Penatalaksanaan
Non farmakologi
Pembatasan makanan tinggi purin ( 100-150 mg purin/hari.
Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang dari 100
g/hari.
Rendah protein yang bersumber hewani.
Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas
sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat meningkatkan
asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat

2) Farmakologi
a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine,
indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor
xantin (alopurinol ).
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa ( 30 th
keatas) danWanita terjadi pada usia menopause ( 50 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah.
Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
Nyeri tekan pada sendi yang terkena
Nyeri pada saat digerakkan
Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
Denyut jantung berdebar
Riwayat psikososial
Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

2.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang
sakit reumatik
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang
sakit reumatik
3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah b.d kurangngnya mengenal
masalah kesehatan

3.

Perencanaan dan Implementasi


1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang
sakit reumatik.
$0D

Tujuan umum :
Setelah 3x kunjungan rumah, resiko gangguan mobilisasi klien tidak terjadi
Tujuan Khusus :
1) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengenal masalah rheumatik pada
anggota keluarga. Dengan cara:
a. Menyebutkan pengertian reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga pengertian reumatik dengan menggunakan lembar balik

b) Tanyakan kembali pada keluarga.tentang pengertian reumatik


c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
b. Menyebutkan penyebab reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab reumatik dengan menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab reumatik
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
c. Menyebutkan tanda dan gejala reumatik
Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda reumatik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda-tanda reumatik
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
2) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan cara:
a. Menyebutkan akibat lanjut tidak diobatinya reumatik

a)
b)
c)
b.
a)
b)
3)
a.
a)
b)
c)
b.
a)
b)
c)
d)
c.
a)
b)

Intervensi
Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila reumatik tidak diobati dangan menggunakan
lembar baik
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat lanjut dari reumatik yang tidak diobati
Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
Memutuskan untuk merawat
Intervensi
Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk merawat anggota kelurga yang
mengalami reumatik
Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan
reumatik :
Menyebutkan cara perawatan reumati
Intervensi
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan reumatik dengan menggunakan lembar balik
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali perawatan reumatik
Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
Mendemonstrasikan cara latihan gerak
Intervensi
Demonstrasikan pada keluarga tentang cara latihan gerak pada persendian, sendi kepala
sampai sendi kaki
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mencoba melakukan latihan gerak
Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
Pastikan keluarga akan melakukan tindakan yang diajarkan jika diperlukan
Menyebutkan jenis makanan untuk reumatik
Intervensi
Diskusikan bersama keluarga tentang jenis makanan/diit untuk reumatik
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali diit reumatik

c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga


4. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memelihara/ memodifikasai
lingkungan rumah yang sehat:
a. Cara memelihara/ memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi
a) Menjelaskan lingkungan yang dapat mencegah reumatik
b) Memotivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang diberikan
c) Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan keluarga

5. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan


dengan cara:
a. Menyebutkan kembali manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan

a)
b)
c)
b.
a)
b)

Intervensi
Menginformasikan mengenai pengobatan dan pendidikan kesehatan yang dapat diperoleh
keluarga di pelayanan kesehatan
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi
Beri reinforcement positif atas hasil yang dicapai keluarga
Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat reumatik
Intervensi
Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan
Berikan reiforcement positif atas tindakan tepat yang dilakukan oleh keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi
8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. http://dr-suparyanto-m.kes.blogspot.com(Online) 01
Juli 2012.

(TERBARU) Laporan Pendahuluan Gout Artritis


GOUT ARTRITIS
A. PENGERTIAN
Gout Artritis adalah :
1. Suatu sindrom yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut yang banyak pada pria
daripada wanita (Helmi, 2011).
2. Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan terjadi kelainan
metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
3. Suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu jenis penyakit reumatik dimana
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan / penurunan ekskresi asam urat (Arif, 2010).
B. ETIOLOGI
Gejala artritis akut disebabkan karena inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Dilihat dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan
kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
Hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit
lain seperti leukemia terutama bila diobati dengan sitostatika; psoriasis; polisitemia vera,
mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal terjadi karena gangguanekskresi asam urat ditubuli disital ginjal yang sehat,
penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal misalnya pada glomerulonefritis kronik
/gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang.
C. PATOFISIOLOGI

Goat akut biasanya monoatikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan gout
adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien juga menderita demam dan jumlah
sel darah putih meningkat. Serangan akut biasanya didahului oleh tindakan pembedahan, obat,
alkohol dan stress emosional. Meskipun yang paling sering terserang pertama adalah ibu jari
kaki (Sendi metatarsofa longeal) tetapi sendi lainnya dapat juga terserang, semakin lama
penyakit makan sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang
gout. Serangan akut akan berkurang setelah 10-14 hari walapun tanpa pengobatan. Produk
buangan termasuk asam urat dan garam-garam anorganik dibuang melalui saluran ginjal,
kandung kemih, dan saluran kemih dalam bentuk urin. Kegagalan ginjal dalam proses
pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah. Hal tersebut juga dapat, menimbulkan komplikasi yaitu pengendapan asam urat
dalam ginjal yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Artritis Akut
Artritis Akut ini bersifat sangat berat. Pasien tidak dapat berjalan (kalau yang terkena adalah
kaki) tidak dapat memakai sepatu dan tidak dapat terganggu, perasaan sakit sangat hebat
(excruciating). Rasa sakit ini mencapai puncaknya dalam 24 jam setelah mulai timbul gejala
pertama.
2. Lokasi Sendi
Serangan akut biasnaya bersifat monoartikular disertai gejala lengkap proses inflamasi yaitu :
merah, bengkak, teraba panas dan sakit. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama
adalah sendi metaatarso falongeal pertama (MTPI). Hampir semua kasus lokasi artritis
terutama ada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.
3. Remisi sempurna antara serangan akut (Inter Critical Gout)
Serangan akut dapat membaik pada serangan pertama dan selanjutnya diikuti oleh remisi
sempurna sampai serangan berikutnya. Apabila hiperurisemia (kalau ada) tidak dikoreksi, akan
timbul artritis gout menahun.
4. Hiperurisemia
Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan artritis gout akut artinya tidak selalu artritis
gout akut disertai dengan peninggalan kadar asam urat darah. Banyak orang dengan peninggian
asam urat, namun tidak pernah menderita serangan artritis gout ataupun terdapat tofi.
5. Thopy

Thopy adalah penimbunan kristal urat pada jaringan. Mempunyai sifat yang karakteristik sebagai
benjolan dibawah kulit yang bening dan tofi paling sering timbul pada seseorang yang menderita
artritis gout lebih dari 10 tahun.

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Serangan Akut
Obat yang diberikan :
a. Kolkisin merupakan pilihan utama dalam pengobatan serangan artritis gout maupun
pencegahan dengan dosis rendah.
b. Obat anti inflamasi non steroid (DAINS) yang paling sering digunakan adalah indometasin.
c. Kortikosteroid.
d. Analgesik diberikan bila rasa nyeri sangat berat.
e. Tirah baring.
2. Penatalaksanaan periode antara
Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan frekuensi serta
keparahan serangan
a. Diet
1) Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing dan
sebagainya).
2) Perbanyak minum.
b. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti tiozid, diaretik, aspirin, dan
asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dan ginjal.
c. Kolkisin secara teratur
1) Mencegah serangan gout yang akan datang.
2) Menekan serangan akut.
d. Penurunan kadar asam urat serum
Diindikasikan pada artrtitis akut yang sering dan tidak terkontrol dengan kolkisin terdapat tofi /
kerusakan ginjal.
1) Obat Urikosurik menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam urat yang telah difiltrasi dan
mengurangi penyimpanannya, mencegah pembentukan tofi baru dan mengurangi ukuran yang
telah terbetnuk.
2) Inhibitar Xantin Oksidase / Alopurinal
a) Menurunkan produksi asam urat
b) Meningkatkan pembentukan xantin dan hipoxantin dengan menghambat enzim xantin

oksidase.
3) Tujuan Utama Pengobatan Artritis Goat adalah :
a) Mengobati serangan akut secara baik dan benar.
b) Mencegah serangan ulangan artritis goat akut.
c) Mencegah kelainan sendi yang berat akibat penimbunan kristal urat.
d) Mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peninggian asam urat pada jantung, ginjal dan
pembuluh darah.
e) Mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memastikan seseorang terkena gout adalah dengan dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan pada wanita lebih dari
6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat tinggi yang memicu terjadinya gout.
2. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam.
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam pada diet biasa
atau lebih dari 600 mg / 24 jam.
G. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
alamat, Tgl MRS, No. Reg., dx medis.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluahan Utama
Nyeri disertai pembengkakan dan kemerahan dari sendi yang sakit (terutama pada sendi
metatarsofalongeal) pertama dari ibu jari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokatif / Pallatif / Penyebab
Kaji penyebab
Q : Quantitas / Quantitas Nyeri
Kaji seberapa sering px menyerangiai, tindakan apa yang dapat menyebabkan nyeri.
R : Regional / area yang sakit
Sering mengenai sendi dipangkal ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan
sikut.
S : Severtity / Tingkat Keparahan

Kaji derajat nyeri px


- demam - menggigil
T : Time
Kapan keluhan dirasakan ?
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama
seperti saat ini ?
4. Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien ?
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang lain seperti (HT, DM, TB,
Pneumonia, dll.)
5. Riwayat Psikologis Spiritual
a. Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima penyakit yang dideritanya ?
b. Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di Rumah Sakit dan apakah klien bisa
beradaptasi dengan klien yang lain ?
c. Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan melaksanakan ibadahnya menurut agamanya ?
6. Pemenuhan Kebutuhan
a. Pola Nutrisi
Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit rendah putin pantangan makanan
kaya protan.
Minum : Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan indikasi
b. Pola Eliminasi
BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.
BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna
c. Pola Aktivitas
Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas mengalami keterbatasan tentang
gerak, kontrktur / kelainan pada sendi.
d. Istirahat tidur
Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun di rumah sakit.
e. Personal Hygiene
Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci tangan, kebersihan rambut,
dll.)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Kesadaran

d. GCS
8. Pemeriksaan Persistem
a. Otot, Tulang, integumen
Otot, tulang
1) Mengalami atrofi pada otot.
2) Kontraktur / kelainan pada sendi.
Integumen
3) Kaji tumor kulit.
4) Kulit tampak merah, keunguan, kencang, licin, teraba hangat pada waktu sendi membengkak.
b. Pulmonaile
1) Kaji bentuk dada, frekwensi pernafasan. Apakah ada nyeri tekan.
2) Dan apakah ada kelainan pada bunyi nafas.
c. Cardiofaskuler
1) Inspeksi : terjadi distensi vena
2) Palpasi : Takhikardi
3) Auskultasi : Apakah ada suara jantung normal S1 dan S2 tunggal
d. Abdomen
Pada penderita Gout Artritis biasanya terjadi anoreksia dan konstipasi.
e. Urologi
Hampir pada 20 % penderita Gout Artritis memiliki batu ginjal.
f. Muskuluskeletal
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronik, ini temuan paling bermakna. Tofi adalah pembesaran jaringan
permanen diakibatkan dari deposit kristal urat natrium, dapat terjadi dimana saja pada tubuh
tetapi umum ditemukan pada sendi sinovial, bursa alecranon dan vertebrate.
3) Laporan episode serangan gout adalah nyeri berdenyut, berat dan tak dapat ditoleransi.
g. Reproduksi
Biasanya mengalami gangguan pada saat melakukan aktivitas sexual akibat kekauan sendi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
2. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
3. Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan
keletihan
4. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap

penyakit.
5. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap
penyakit.
I.INTERVENSI
3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
Tujuan :
Kriteria Hasil :
a. Adanya dan tingkat nyeri.
b. Fungsi dan mobilitas sendi :
1) Keterbatasan pada rentang gerak.
2) Adanya deformitas.
c. Kekuatan Otot
Intervensi :
a. Berikan penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
Rasional : Nyeri dapat berperan dalam menurunkan mobilitas.
b. Berikan dorongan kepatuhan pada program latihan yang ditentukan, yang dapat meliputi
latihan berikut :
1) Rentang gerak
2) Penguatan otot
3) Ketahanan
Rasional : Program latihan teratur meliputi aktivitas rentang gerak, isometrik dan aerobik
tertentu dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi.
c. Berikan dorongan untuk melakukan latihan yang sesuai denga tingkat aktivitas penyakit.
Rasional : Selama periode inflamasi akut, individu dapat mengimbolisasi sendi pada posisi yang
paling nyaman.
4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan Tidur yang lazim, pola, terbangun pada malam hari.
b. Adanya nyeri pada malam hari.
c. Adanya fibrositis sekunder, ditandai oleh :
1) Kesulitan mempertahankan tidur atau tidur non restoratif.
2) Karakteristik titik tubuh nyeri tekan setempat.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mandi dengan air hangat / pancur sebelum tidur, juga mungkin
bermanfaat mandi pancur pada pagi-pagi untuk mengurangi kekakuan pagi.

Rasional : Air hangat meningkatkan sirkulasi sendi yang emngalami inflamasi dan merilekskan
otot
b. Dorong pelaksanaan ritual menjelang tidur. Misal : aktivitas hygiene, membaca atau minum
hangat.
Rasional : Ritual menjelang tidur membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur.
c. Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur distraksi dan relaxsasi.
Rasional : Klien dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami gejala yang memburuk pada
malam hari.
d. Anjurkan posisi sendi yang tepat :
1) Bantal untuk posisi ekstremitas.
2) Bantal servikal
Rasional : Posisi tepat dapat membantu mencegah nyeri selama tidur dan terjaga.
5. Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan
keletihan
Kriteria Hasil :
a. Pola sosial ini dan sebelumnya.
a. Perubahan yang diantisipasi, keinginan terhadap suatu

peningkatan.

Intervensi :
a. Dorong px untuk mengungkapkan perasaan dan mengevaluasi pola sosialisasinya.
Rasional : klien yang dapat menentukan apakah ola sosialisasinya memuaskan atau tidak.
b. Diskusikan keuntungan menggunakan waktu luang untuk mempercayai diri (Membaca /
membuat kerajinan tangan).
Rasional : Aktivitas hiburan dapat membuat seseorang lebih tertarik pada orang lain.
c. Hindari menonton televisi berlebihan.
Rasional : Selain pendidikan dokumenter, TV mendorong partisipasi pasif dan biasnaya tidak
menantang intelektual.
d. Identifikasi hambatan utnuk kontak sosial.
1) Kurang transportasi
2) Nyeri
3) Penurunan mobilitas.
Rasional : Masalah mobilitas umumnya menghambat mobilisasi, tetapi banyak kesulitan yang
berkaitan dapat diatasi dengan perencanaan.
6. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap
penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan akan dan kemampuan untuk menggunakan alat bantu.

b. Besarnya ketidakmampuan pada aktivitas perawatan diri bisa teratasi.


Intervensi :
a. Rujuk ke terapi akupasi untuk instruksi teknik penghematan energi dan penggunaan alat
bantu.
Rasional : Terapi akupasi dapat memberikan instruksi khusus dan bantuan lebih lanjut.
b. Berikan privasi dan lingkungan kondusif untuk melakukan setiap aktivitas.
Rasional : Lingkungan yang nyaman, aman, dapat menurunkan ansietas dan meningkatkan
kemampuan perawatan diri.
c. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat adekuat.
Rasional : Kelelahan menurunkan motivasi untuk aktivitas perawatan diri.
d. Jelaskan keterbatasan bahan rujukan swa.bantu sepertii dari Yayasan Rematik.
Rasional : Meningkatkan swa.bantu untuk meningkatkan harga diri.
7. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap
penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan px tentang atau pengalaman kondisi artritis baik pribadi
atau saudara, teman : perasaan beban dan pertanyaan.
b. Membantu kesiapan dan kemampuan px dan keluarga px untuk belajar dan menyerap
informasi.
Intervensi :
a. Jelaskan tentang artritis inflamasi menggunakan alat bantu. Pengajaran yang sesuai dengan
tingkat pengertian px dan keluarga px tentang :
1) Proses inflamasi
2) Fungsi dan Struktur sendi
3) Penyakit kronis alamiah
Rasional : Untuk menekankan pengertian yang baik terhadap proses penyakit dan tindakan yang
dilakukan klien utnuk mengatasi gejala dan meminimalkan dampak.
b. Ajarkan klien untuk menggunakan obat yang diresepkan dengan tepat dan untuk segera
melaporkan gejala efek samping.
Rasional : Mentaati jadwal dapat membantu mencegah fluktuasi kadar obat dalam darah yang
dapat menurunkan efek samping.
c. Jelaskan penggunaan modalitas tindakan lain seperti :
1) Penggunaan pemanas atau pendingin lokal.
2) Alat bantu
3) Latihan
Rasional : Cedera dapat menurunkan mobilitas lebih jauh dan motivasi untuk melanjutkan terapi

d. Jelaskan hubungan stress pada penyakit inflamasi. Diskusikan tentang teknik penatalaksanaan
stress :
1) Relaksasi pronfesik
2) Bimbingan imajinasi
3) Latihan teratur.
Rasional : Penggunaan efektif teknik penatalaksanaan stress dapat membantu meminimalkan
efek stress pada proses penyakit.
e. Pertegas pentingnya perawatan tindak lanjut rutin.
Rasional; : Perawatan tindak lanjut dapat mengidentifikasi dini komplikasi dan membantu
mengurangi ketidakmampuan karena disuse.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Cetakan kedua.

Jakarta :

Salemba Medika.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima.Jakarta : Yarsif
Watampone.

APORAN PENDAHULUAN ATRITIS GOUT (ASAM URAT)

LAPORAN PENDAHULUAN ATRITIS GOUT (ASAM URAT)


A.
1.
a.

Konsep Medis
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap
dan posisi.

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar


206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh.
Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian
tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi
rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.

1)
Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
a)

Kolumna vertebra

b)

Tengkorak

Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ


panca indera.

Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.

Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.

Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.

2)

3)

Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan


tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya
lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Fungsi Sistem Rangka :


1)

Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat


melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga
memberi bentuk pada tubuh.

2)

Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat


bergerak, adanya persendian.

3)

Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.

4)

Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).

5)

Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow


marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :


F Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
F Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri
dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.

F Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2
tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
F Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan
bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam
tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang
memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya. Bagian
tulang tumbuh secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse
yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf
simpatis sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan
nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :

Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor.
Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila
kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika
kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH bekerja
untuk memelihara keseimbangan.

Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam


menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh
ginjal bila di perlukan.

Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam


darah untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus
halus, juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.

Proses Pembentukan Tulang


Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah
ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia
pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit
atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa globulin
sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25
dihidroksi kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian
dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin
D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol.
Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone
parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic
dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol
meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan
darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari
usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan
pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.

Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun


sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.

Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang


dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum
pubertas.

Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan


hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.

Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan


menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti

pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang


(osteoporosis).

Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur
(berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang
yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan
paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan
jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Klasifikasi struktural persendian :
Persendian fibrosa
Persendian kartilago
Persendian synovial.
Klasifikasi fungsional persendian :
Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat
fibrosa atau kartilago.
Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .
Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi
yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial
dilapisi kartilago artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju
ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :
persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang
radius dan ulna.
Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut
kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang
karpal.

Sendi pelana : Contoh : ibu jari.


Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang
dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
a.

Anatomi Fisiologi Otot.


Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat
tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.

Fungsi sistem Muskular


Pergerakan
Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Produksi panas.
Ciri-ciri otot
Kontraktilitas
Eksitabilitas
Ekstensibilitas
Elastisitas
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya,volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
Jenis-jenis Otot
Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih
dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi
darah.
Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada
jantung.
1.

Pengertian

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan


asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada
kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie,
Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh
penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau,
David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia.
(Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai
deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan
terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu
penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri
pada tulang dan sendi.

2.

Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal
dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam
urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

a.

Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang


menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat,
atau keduanya.

b.

Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,


hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan :

3.

Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.


Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
aseta zolamid dan etambutol..

Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang
tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan
di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan

kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan


iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.
b.
c.

Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine


abnormal.
Menurunnya ekskresi asam urat.
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan
konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya
kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul.
Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama
kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya
penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini
sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa
panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling
pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam
ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala
selama serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua
pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan
berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang
tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam.
Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada
kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga,
tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri
dari Kristal asam urat.

4.

Manifestasi Klinis

Nyeri

tulang sendi

Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi


Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
Peningkatan suhu tubuh.

Gangguan akut :
Nyeri hebat
Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
Sakit kepala
Demam.

Gangguan kronis :
Serangan akut
Hiperurisemia yang tidak diobati
Terdapat nyeri dan pegal
Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)

5.

Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.

a.

b.
c.
d.
e.

Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian


oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Kompres dingin
Diet rendah purin
Terapi farmakologi (Analgesic

dan antipiretik)

f.

Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah


fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri
berkurang.

g.

Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan


inflamasi.

h.

Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan


untuk mencegah serangan.

i.

Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan


ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya
dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).

j.

Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat


menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane)
pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan
pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.

6.
a.
b.
c.

7.
a.
b.
c.

Komplikasi
Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi
kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
Hipertensi dan albuminuria.
Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

Pemeriksaan Penunjang
Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan
inflamasi
SDP meningkat (leukositosis)
Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah

d.

Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop


khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur

e.

Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan


masa tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

8.

Pencegahan

a.

Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :


Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan
herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.

b.

Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar


disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat
badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,
berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.

c.

Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi,


singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita
gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat
melalui urine.

d.

Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat


meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,
ginjal, otak, paru dan limpa.

e.

Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui


urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen
dari total kalori.

f.

Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh


melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan
yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing
manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang
lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah
alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang
tinggi.

g.

Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam


urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol
akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh

A.

Konsep Keperawatan

1.

Pengkajian

a.

Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin
(biasanya 95% penderita gout adalah pria), dll

b.

Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu
jari kaki (sendi lain)

c.

Riwayat Penyakit Sekarang

katif)

ty / qualitas)

n)

Kaji penyebab nyeri


Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien

:
Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari)

ity)

:`

Apakah mengganggu aktivitas motorik ?

:
Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya
terjadi pada malam hari)
d.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?

e.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.

f.

Pengkajian Psikososial dan Spiritual

Biasanya klien mengalami peningkatan stress


:

Cenderung menarik diri dari lingkungan

:
Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya
g.

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1)

Kebutuhan nutrisi

Makan

:
protein)

Minum

:
2)

Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya


Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)

Kebutuhan eliminasi
a)

BAK

b)

BAB

: kaji frekuensi, jumlah, warna,

bau
: kaji frekuensi, jumlah, warna,

bau
3)

Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas seharihari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan

2.
a.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :

1)

Tingkat kesadaran

2)

GCS

3)

TTV

b.

Peningkatan penginderaan

1)

Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba
hangat

2)

Mata

Sistem penginderaan
:
Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan
bola mata

Hidung

Telinga

Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak

:
Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak,
biasanya terdapat tofi pada telinga
3)

Sistem kardiovaskuler

Inspeksi

Palpasi

Apakah ada pembesaran vena jugularis


:

Auskultasi

:
Apakah suara jantung normal S1 + S2tunggal / ada suara
tambahan

4)

Sistem penceranaan

Inspeksi

Palpasi

Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen


:

Perkusi

Auskultasi
5)

Kaji frekuensi nadi (takhikardi)

Apakah ada nyeri tekan pada abdomen


Apakah kembung / tidak
Apakah ada peningkatan bising usus

Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan
nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendisendi perifer, deformitas (pembesaran sendi)

6)

Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal

c.

Pemeriksaan diasnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang
berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus
lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch
out).

3.

Diagnosa Keperawatan

a.

Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada


membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan,
prolifera sinovia dan pembentukan panus.

b.

Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,


kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan
panus.

c.

Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk


tofus.

d.

Perubahan pola tidur b.d

4.

Intervensi Keperawatan

a.

kaki dan terbenuknya

nyeri

Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal


pada membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan,
prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan

: Nyeri berkurang, hilang, teratasi.

Kriteria hasil

o Klien melaporkan penelusuran nyeri.


o menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o Skala nyeri 0 1 atau teratasi.

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI

Kaji lokasi,
intensitas,an tipe nyeri.
Observasi kemajuan nyeri ke
daerah yang baru. Kaji nyeri
dengan skala0 4.

Bantu klien
dalam mengidentifikasi
factor pencetus.

Nyeri merupakan respon


subjektif yangbdapat dikaji
dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan
nyeri biasanya di atas
tingkat cedera.

Nyeri dipengaruhi oleh


kecemasan dan peradangan
pada sendi.

Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan
farmakologilain menunjukan
keefektifan dalam

Jelaskan dan bantu klien


terkait dengan tindakan
pereda nyeri nonfamakologi
dan non invasif.

Ajarkan relaksasi: teknik


terkait ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri.

Ajarkan metode distraksi


selama nyeri akut.

Tingkatkan
pengetahuaan tentang
penyebab nyeri dan hubungan
dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung.

Hindarkan klien meminum


alcohol, kafein, dan obat
diuretik.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan tim


medis untuk pemberian
alopurinol

mengurangi nyeri.
Akan melancarkan
peredaran darah sehingga
kebutuhan oksigen pada
jaringan terpenuhi dan
mengurangi nyeri.
Mengalikan perhatian
klien terhadap nyeri ke hal
yang menyenangkan.
pegetahuan tersebut
membatu mengurangi nyeri
dan dapat
menbatumeningkatkan
kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik
pemakaian alkohol,
kafein, dan obat-obatan
diuretik akan menambah
peningkatan kadar asam urat
dalam serum.

Alopurinol menghambat
biosentesis asam urat
sehingga menurunkan kadar
asam urat serum.

b.

Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,


kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan
panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil

o Klien ikut dalam program latihan


o Tidak mengalami kontraktur sendi
o Kekuatan otot bertambah
o Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI

Kaji mobilitas yang ada


dan observasi adanya
peningkatan kerusakan.

Ajarkan klien melakukan


latihan gerak aktif pada

ekstermitas yang tidak


sakit.

Bantu klien melakukan


latihan ROM dan perawatan
diri sesuai toleransi.
Pantau kemajuan dan
perkembangan kemamapuan
klien dalam melakukan
aktifitas

Mengetahui tingkat
kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas.

Gerakan aktif memberi


masa tonus, dan kekuatan
otot, serta memperbaiki
fungsi jantung dan
pernafasan.

Untuk mempertahankan
fleksibilitas sendi sesuai
kemampauan.

Untuk mendeteksi
perkembangan klien.

Kemampuan mobilisasi
ekstermitas dapat
ditingkatkan dengan latihan
fisik dari tim fisioterapi.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan ahli


fisioterapi untuk latihan
fisik klien.

c.

Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk


terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan

kaki dan

: Citra diri klien meningkat

Kriteria hasil

o Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan


tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o Mampu menyatakan penerimaan

orang terdekat

diri terhadap situasi

o Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara


yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI
Menetukan bantuan
Kaji perubhan perspsi dan
individual dalm
hubungannya dengan
menyusun rencana
derajat kletidak
perawatan atau
mampuan.
pemilihan intervensi
Membantu klien
melihat
Ingantkan kembali
bahwa peraat
realitas bahwa masih
menerima kedua
dapat menggunakan sisi
bagian dari seluruh
yang sakit dan belajar
tubuh dan mulai
mengontrol sisi yang
menerima situasi
sehat.
baru.
Membantu meningkatkan
Bantu dan ajurkan
perasaan harga diri
perawatan yang baik dan
dan mengontrol lebih
memperbaiki kebiasaan.
dari satu area
kehidupan.
Menghidupkan kembali

Anjurkan orang terdekat


untuk mengizinkan klien
melakukan sebanyak
mungkin hal untuk
dirinya.

perasaan mandiri dn
membatu
perkemabangan harga
diri serta
memengaruhi proses
rehabilitasi.
Dukungan perawat
kepada klien dapat
meningkat kan rasa
percaya diri klien.

Bersama klien mencari


alternatif koping yang
Klien dapat
positif.
beradaptasi terhadap
perubahan dan
memahami peran
Dukung prilaku atau usaha individu dimasa
mendatang.
peningkata minat atau
partisipasi dalam
aktifitas rehabilitasi.
KOLABORASI

d.

Kolaborasi
denagn ahli
neuropsikologi
dan konseling
bila da indikasi
.

Dapat memfasilitasi
perubahan peran yang
penting untuk
perkembangan
perasaan.

DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.


Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

INTERVENSI

RASIONAL

Tentukan kebiasaan

Mengkaji pola tidurnya dan


tidurnya dan perubahan saat
mengidentifikasi intervensi
tidur.
yang tepat.

Buat rutinitas tidur baru

Bila rutinitas baru


mengandung aspek sebanyak
kebiasaan lama, stress dan

yang dimasukkan dalam pola


lama dan lingkungan baru.

ansietas yang berhubungan


dapat berkurang
Membantu menginduksi tidur

Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi hangat dan
massage.

Dapat merasakan takut


jatuh karena perubahan ukuran
dan tinggi tempat tidur,
memberikan kenyamanan pagar
tempat untuk membantu
mengubah posisi.

Tidur tanpa gangguan lebih


menim-bulkan rasa segar, dan
pasien mungkin tidak mampu
untuk kembali ke tempat tidur
bila terbangun.

Gunakan pagar
tempat tidur sesuai
indikasi ; rendahkan tempat

tidur jika memungkinkan.

Kolaborasi dalam
pemberian obat sedative,
hipnotik sesuai dengan
indikasi.

Di berikan untuk membantu


pasien tidur atau istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg

http://yadikustiyadi.blogspot.com/2013/05/laporanpendahuluan-arthritis-gout_13.html

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ;


Cet. 1. Jakarta : EGC.

You might also like