Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Keberadaan kontraktor kecil tetap menjadi bagian penting dari usaha pengembangan
jasa konstruksi nasional, karena dari segi jumlah sekitar 90% perusahan pelaksana
konstruksi yang terdaftar di LPJKN adalah kontrakor kecil. Kemampuan kontraktor
kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi, sesuai dengan namanya, masih relatif
rendah, yang menjadi tantangan sendiri dalam usaha pengembangan jasa konstruksi di
Indonesia. Makalah ini menyampaikan suatu penelitian lanjutan dari usaha untuk
mendapatkan gambaran sejauh mana praktek pengelolaan proyek konstruksi dilakukan
oleh kontraktor kecil. Penelitian tersebut terfokus kepada bagaimana kontraktor kecil
melakukan estimasi biaya penawaran serta penggunaan hasil estimasi tersebut dalam
pengendalian proyek. Dalam penelitian ini, sebuah survey, dengan menggunakan
metoda lokakarya, dilakukan kepada beberapa perusahaan kontraktor klasifikasi kecil di
kota Bandung. Hasil dari survey tersebut memberikan gambaran umum praktek estimasi
biaya penawaran yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi, serta potensi
pengembangan sistem estimasi biaya penawaran yang terkait dengan pengelolaan
proyek di lingkungan kontraktor kecil. Gambaran mengenai praktek estimasi biaya
penawaran ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perancangan implementasi sistem
estimasi biaya penawaran dan integrasi modul estimasi biaya tersebut pada suatu
aplikasi komputer pengelolaan proyek konstruksi untuk kontraktor kecil yang telah
dikembangkan sebelumnya.
1. Pendahuluan
Kompleksitas proyek konstruksi semakin hari semakin meningkat sehingga
membutuhkan pengelolaan sumber daya lebih baik lagi. Industri konstruksi di Indonesia
pada saat ini dan saat yang akan datang akan menghadapi tugas berat untuk
merekonstruksi infrastruktur dan fasilitas produksi yang sudah menurun kondisinya
serta membangunan komunitas, infrastruktur dan kompleks industri yang baru. Hal ini
tentunya membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih
efesien dalam pengelolaan proyek konstruksinya (Hendrickson 2000, Oberlender 2000).
Suatu studi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana kesiapan pelaksana konstruksi di
Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan nilai (value) suatu produk konstruksi
dengan mengurangi pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses pelaksanaan proyek
konstruksi, atau lebih sering disebut prinsip konstruksi ramping (lean construction),
telah menunjukkan kelemahan kontraktor besar di Indonesia dalam hal perencanaan dan
penjadwalan (planning and schedulling), evaluasi, dan pengendalian (Abduh dan Roza
2006). Penyebab dari kelemahan tersebut adalah faktor sumber daya manusia, serta
ketersediaan dan penggunaan teknologi yang mempermudah penguasaan dan
pelaksanan pengelolaan konstruksi di lapangan. Di lain pihak, sebagaimana diketahui,
data statistik dari Lembaga Pengembagan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)
menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 120.000 perusahan pelaksana
konstruksi dan 90% dari jumlah tersebut adalah kontrakor kecil. Hal ini menimbulkan
tantangan dalam upaya pengembangan jasa konstruksi di Indonesia, dengan mengingat
kemampuan kontraktor kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi relatif lebih rendah
dari kontraktor besar.
Dengan demikian, suatu kebutuhan yang nyata, bahwa diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan proyek konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor
kecil. Namun demikian, fakta yang nyata dari bagaimana praktek pengelolaan proyek
oleh kontraktor kecil masih diperlukan untuk lebih fokus kepada permasalahan inti dari
kelemahan pengelolaan proeyek yang dimiliki kontraktor kecil. Diharapkan gambaran
yang nyata dari kondisi cara pengelolaan proyek kontraktor kecil tersebut dapat
memberikan jalan usaha peningkatakan yang harus dilakukan dalam pengembangan jasa
konstruksi di Indonesia, melalui pemberdayaan kontraktor kecilnya.
Makalah ini menyampaikan suatu penelitian lanjutan dari usaha untuk mendapatkan
gambaran sejauh mana praktek pengelolaan proyek konstruksi dilakukan oleh
kontraktor kecil. Penelitian tersebut terfokus kepada bagaimana kontraktor kecil
melakukan estimasi biaya penawaran serta penggunaan hasil estimasi tersebut dalam
pengendalian proyek. Gambaran mengenai praktek estimasi biaya penawaran ini
selanjutnya digunakan sebagai dasar perancangan implementasi sistem estimasi biaya
penawaran dan integrasi modul estimasi biaya tersebut pada suatu aplikasi komputer
pengelolaan proyek konstruksi untuk kontraktor kecil yang telah dikembangkan
sebelumnya. Diharapkan aplikasi komputer pengelolaan proyek konstruksi tersebut
dapat berperan serta dalam meningkatkan kemampuan kontraktor kecil di Indonesia.
Hasil penelitian awal mengenai praktek pengelolaan proyek konstruksi oleh kontraktor
kecil di kota Bandung adalah antara lain sebagai berikut:
1. Kontraktor kecil telah melakukan perencanaan, pemantauan atau pemutahiran
kemajuan, serta pengendalian proyek konstruksi sebagai bagian kegiatan
bisnisnya untuk mencapai harapan pemilik.
2. Untuk mendukung pengelolaan proyek tersebut, kontraktor kecil tidak
menggunakan kakas yang canggih maupun yang mahal, karena kompleksitas
proyek yang mereka tangani adalah rendah dengan durasi maksimal 7 bulan
dengan jumlah item pekerjaan kurang dari 70 buah.
3. Bar-chart dan kurva-S merupakan metoda yang sering digunakan dalam
perencanaan jadwal pekerjaan, namun jarang digunakan untuk pengendaliannya.
4. Kendala yang terbesar adalah ketersediaan sumber daya manusia, biaya dan
waktu untuk kebutuhan pemantauan atau pemutahiran kemajuan pekerjaan dan
pengendalian proyek.
5. Microsoft Excel merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan untuk
kegiatan perencanaan proyek, namun masih jarang digunakan untuk
pengendalian proyek. Namun demikian, Microsoft Excel adalah perangkat lunak
yang paling popular dibandingkan dengan Microsoft Project dan Primavera
Project Planner.
Aplikasi Gnome PM ini telah diuji oleh 11 kontraktor kecil di kota Bandung dan tingkat
kepuasan mencapai 80%. Beberapa batasan terdapat pada aplikasi ini dan lebih terkait
dengan kebutuhan nyata dari kontraktor kecil, seperti durasi maksimal 7 bulan,
hubungan antar pekerjaan hanya Start-to-Start dan Finish-to-Start, jumlah item
pekerjaan maksimal 70 buah. Pada saat ini Gnome PM sedang dikembangkan lebih
lanjut untuk memadukan modul estimasi biaya ke dalamnya agar perencanaan
penawaran dapat dilakukan pada aplikasi ini dan secara otomatis dapat digunakan untuk
kebutuhan pengelolaan proyek lebih lanjut. Saat ini, aplikasi masih dalam versi Beta
dapat digunakan secara cuma-cuma dan tersedia untuk di-download pada alamat website
berikut: http://si.itb.ac.id/~abduh/GnomePM.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka suatu usaha pengembangan aplikasi
spreadsheet untuk estimasi biaya bagi kontraktor kecil dilakukan. Aplikasi ini nantinya
harus terintegrasi dengan Gnome PM versi 1.0 sehingg menjadi Gnome PM versi 2.0.
Aplikasi ini dikembangkan dengan berdasarkan hasil survey praktek estimasi biaya pada
kontraktor kecil yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, arsitektur Gnome PM
versi 2.0 adalah sebagaimana digambarkan pada Gambar 6. Nampak dalam gambar
tersebut, tambahan berupa modul estimasi biaya untuk mendukung perencanaan proyek
pada awal yang telah terintegrasi.
Input Data Biaya Input Data Waktu
Input
Pelaporan
Laporan Biaya (RAB) Laporan Pengendalian Proyek
Lebih detail arsitektur khusus modul estimasi biaya dapat dilihat pada Gambar 7
berikut.
Perencanaan Proyek
Estimasi Biaya
Pengolahan
Volume Pekerjaan
Gambar 7. Arsitektur Lengkap Modul Estimasi Biaya pada Gnome PM versi 2.0.
Pada gambar di atas, terlihat bahwa modul estimasi biaya ini melingkupi tahapan
estimasi biaya berupa input, pengolahan, analisa, serta pelaporan. Selain itu dari segi
jenis estimasi yang dilakukan, terlihat pula pada gambar bahwa modul ini melingkupi
estimasi biaya langsung berupa analisa harga satuan pekerjaan, estimasi biaya langsung,
serta pembuatan RAB untuk penawaran.
Dengan adanya tambahan modul estimasi ini, maka Gnome PM versi 2.0 memiliki
tampilan awal sebagai terlihat pada Gambar 8 berikut.
Gambar 7. Arsitektur Lengkap Modul Estimasi Biaya pada Gnome PM versi 2.0.
Pada gambar di atas, terlihat bahwa menu Gnome PM pada tahapan perencanaan proyek
menjadi bertambah bukan saja perencanaan waktu, tetapi juga telah mengakomodasi
perencanaan biaya dan dapat diintegrasikan dalam baentuk Barchart dan Kurva-S.
Adapun sub-menu dalam perencanaan estimasi biaya melingkupi database, biaya
langsung, biaya tidak langsung, dan pelaporan. Format pelaporan biaya, dalam bentuk
tabulasi untuk penawaran, yang diakomodasi adalah format yang biaya digunakan di
lapangan oleh kontraktor kecil. Adapun contoh formulir elektronik yang digunakan
dalam analisa harga satuan pekerjaan terlihat pada Gambar 8 berikut.
Daftar Pustaka
Abduh, M., Rosyad, A.Y., Hadi, S., dan Yudha, R. (2007) “Spreadsheet Application for
Small Enterprises in Managing Construction Projects”. Proceedings of the 1st
International Conference of European Asian Civil Engineering Forum, UPH,
September 26-27, Tangerang, Indonesia.
Abduh, M., Rosyad, A.Y., and Hadi, S. (2006). “Praktek Perencanaan dan Pengendalian
Proyek pada Kontraktor Kecil“. Prosiding 2nd National Civil Engineering
Conference on Design, Operation, Maintenance and Risk Management of
Constructions, UNIKA Soegijapranata, Desember 20-21, Semarang, Indonesia.
Abduh, M., dan Roza, H.A. (2006). “Indonesian Contractor Readiness towards Lean
Construction”, Prosiding the 14th Annual Conference of the International Group
of Lean Construction, Santiago, Chile, July 2006.
Hendrickson, C. (2000). “Project Management for Construction,” 2nd Edition, Prentice
Hall.
Oberlender, Garold D. (2000). Project Management for Engineering and Construction,”
2nd edition, McGraw-Hill.