You are on page 1of 11

Estimasi Biaya Penawaran Kontraktor Kecil: Praktek dan Kebutuhan

Implementasi dalam Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi

Muhamad Abduh dan Usman Sukmana


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Email: abduh@si.itb.ac.id

Abstrak
Keberadaan kontraktor kecil tetap menjadi bagian penting dari usaha pengembangan
jasa konstruksi nasional, karena dari segi jumlah sekitar 90% perusahan pelaksana
konstruksi yang terdaftar di LPJKN adalah kontrakor kecil. Kemampuan kontraktor
kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi, sesuai dengan namanya, masih relatif
rendah, yang menjadi tantangan sendiri dalam usaha pengembangan jasa konstruksi di
Indonesia. Makalah ini menyampaikan suatu penelitian lanjutan dari usaha untuk
mendapatkan gambaran sejauh mana praktek pengelolaan proyek konstruksi dilakukan
oleh kontraktor kecil. Penelitian tersebut terfokus kepada bagaimana kontraktor kecil
melakukan estimasi biaya penawaran serta penggunaan hasil estimasi tersebut dalam
pengendalian proyek. Dalam penelitian ini, sebuah survey, dengan menggunakan
metoda lokakarya, dilakukan kepada beberapa perusahaan kontraktor klasifikasi kecil di
kota Bandung. Hasil dari survey tersebut memberikan gambaran umum praktek estimasi
biaya penawaran yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi, serta potensi
pengembangan sistem estimasi biaya penawaran yang terkait dengan pengelolaan
proyek di lingkungan kontraktor kecil. Gambaran mengenai praktek estimasi biaya
penawaran ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perancangan implementasi sistem
estimasi biaya penawaran dan integrasi modul estimasi biaya tersebut pada suatu
aplikasi komputer pengelolaan proyek konstruksi untuk kontraktor kecil yang telah
dikembangkan sebelumnya.

Kata Kunci: estimasi biaya, kontraktor kecil, penawaran, proyek

1. Pendahuluan
Kompleksitas proyek konstruksi semakin hari semakin meningkat sehingga
membutuhkan pengelolaan sumber daya lebih baik lagi. Industri konstruksi di Indonesia
pada saat ini dan saat yang akan datang akan menghadapi tugas berat untuk
merekonstruksi infrastruktur dan fasilitas produksi yang sudah menurun kondisinya
serta membangunan komunitas, infrastruktur dan kompleks industri yang baru. Hal ini
tentunya membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih
efesien dalam pengelolaan proyek konstruksinya (Hendrickson 2000, Oberlender 2000).

Suatu studi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana kesiapan pelaksana konstruksi di
Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan nilai (value) suatu produk konstruksi
dengan mengurangi pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses pelaksanaan proyek
konstruksi, atau lebih sering disebut prinsip konstruksi ramping (lean construction),
telah menunjukkan kelemahan kontraktor besar di Indonesia dalam hal perencanaan dan
penjadwalan (planning and schedulling), evaluasi, dan pengendalian (Abduh dan Roza
2006). Penyebab dari kelemahan tersebut adalah faktor sumber daya manusia, serta
ketersediaan dan penggunaan teknologi yang mempermudah penguasaan dan
pelaksanan pengelolaan konstruksi di lapangan. Di lain pihak, sebagaimana diketahui,
data statistik dari Lembaga Pengembagan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)
menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 120.000 perusahan pelaksana
konstruksi dan 90% dari jumlah tersebut adalah kontrakor kecil. Hal ini menimbulkan
tantangan dalam upaya pengembangan jasa konstruksi di Indonesia, dengan mengingat
kemampuan kontraktor kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi relatif lebih rendah
dari kontraktor besar.

Dengan demikian, suatu kebutuhan yang nyata, bahwa diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan proyek konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor
kecil. Namun demikian, fakta yang nyata dari bagaimana praktek pengelolaan proyek
oleh kontraktor kecil masih diperlukan untuk lebih fokus kepada permasalahan inti dari
kelemahan pengelolaan proeyek yang dimiliki kontraktor kecil. Diharapkan gambaran
yang nyata dari kondisi cara pengelolaan proyek kontraktor kecil tersebut dapat
memberikan jalan usaha peningkatakan yang harus dilakukan dalam pengembangan jasa
konstruksi di Indonesia, melalui pemberdayaan kontraktor kecilnya.

Makalah ini menyampaikan suatu penelitian lanjutan dari usaha untuk mendapatkan
gambaran sejauh mana praktek pengelolaan proyek konstruksi dilakukan oleh
kontraktor kecil. Penelitian tersebut terfokus kepada bagaimana kontraktor kecil
melakukan estimasi biaya penawaran serta penggunaan hasil estimasi tersebut dalam
pengendalian proyek. Gambaran mengenai praktek estimasi biaya penawaran ini
selanjutnya digunakan sebagai dasar perancangan implementasi sistem estimasi biaya
penawaran dan integrasi modul estimasi biaya tersebut pada suatu aplikasi komputer
pengelolaan proyek konstruksi untuk kontraktor kecil yang telah dikembangkan
sebelumnya. Diharapkan aplikasi komputer pengelolaan proyek konstruksi tersebut
dapat berperan serta dalam meningkatkan kemampuan kontraktor kecil di Indonesia.

2. Praktek Pengelolaan Proyek Konstruksi oleh Kontraktor Kecil


Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
bagaimana praktek perencanaan, pemutahiran kemajuan, serta pengendalian proyek
dilakukan oleh kontraktor kecil. Selanjutnya, dengan menggunakan informasi mengenai
praktek yang dilakukan di lapangan, penelitian ini dilanjutkan untuk membangun suatu
perangkat lunak pengelolaan proyek konstruksi untuk kontraktor kecil yang mudah
digunakan dengan bertumpu pada aplikasi komputer spreadsheet (Microsoft Excel)
(Abduh et al. 2006).

Hasil penelitian awal mengenai praktek pengelolaan proyek konstruksi oleh kontraktor
kecil di kota Bandung adalah antara lain sebagai berikut:
1. Kontraktor kecil telah melakukan perencanaan, pemantauan atau pemutahiran
kemajuan, serta pengendalian proyek konstruksi sebagai bagian kegiatan
bisnisnya untuk mencapai harapan pemilik.
2. Untuk mendukung pengelolaan proyek tersebut, kontraktor kecil tidak
menggunakan kakas yang canggih maupun yang mahal, karena kompleksitas
proyek yang mereka tangani adalah rendah dengan durasi maksimal 7 bulan
dengan jumlah item pekerjaan kurang dari 70 buah.
3. Bar-chart dan kurva-S merupakan metoda yang sering digunakan dalam
perencanaan jadwal pekerjaan, namun jarang digunakan untuk pengendaliannya.
4. Kendala yang terbesar adalah ketersediaan sumber daya manusia, biaya dan
waktu untuk kebutuhan pemantauan atau pemutahiran kemajuan pekerjaan dan
pengendalian proyek.
5. Microsoft Excel merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan untuk
kegiatan perencanaan proyek, namun masih jarang digunakan untuk
pengendalian proyek. Namun demikian, Microsoft Excel adalah perangkat lunak
yang paling popular dibandingkan dengan Microsoft Project dan Primavera
Project Planner.

3. Aplikasi Spreadsheet untuk Kontraktor Kecil


Berdasarkan hasil temuan tersebut di atas, maka sebuah prototype aplikasi spreadsheet
dikembangkan dengan nama Gnome PM (Abduh et al. 2007). Nama ‘gnome’, yang
berarti kurcaci yang kerdil, diambil untuk mewakili kondisi kontraktor kecil. Sedangkan
PM berarti Project Management. Aplikasi spreadsheet yang dikembangkan ini
menggunakan banyak kemampuan Microsoft Excel secara otomatis sehingga pengguna
akan tidak sadar telah menggunakan utilitas tersebut dan mendapatkan manfaat berupa
kecepatan dan kemudahan.
Gnome PM dapat membantu kontraktor dalam tiga tahapan pengelolaan proyek berikut:
• Perencanaan Proyek. Dalam tahapan ini pengguna dapat membuat daftar
pekerjaan pada proyek yang direncanakan, menetapkan hubungan logika satu
pekerjaan dengan pekerjaan yang lain (Start-to-Start atau Finish-to-Start), serta
menetapkan durasi, volume, dan biaya masing-masing pekerjaan. Pemasukan
data tersebut dibantu oleh suatu formulir elektroknik yang mudah (Gambar 1).
Hasil pemasukan data tersebut selanjutnya akan diolah oleh aplikasi dan secara
otomatis akan dihasilkan kurva-S dan bar-chart rencananya.
• Pemantauan atau Pemutahiran. Selanjutnya aplikasi ini dapat digunakan
untuk memantau pekerjaan perminggu dengan melakukan pemutahiran data
kemajuan masing-masing pekerjaan, baik dari segi mulai dan akhir pelaksanaan,
maupun dengan menggunakan prosentase kemajuan pekerjaan fisik. Untuk
proses pemutahiran ini, sebuah formulir elektronik yang mudah disediakan
(Gambar 2).
• Pengendalian. Untuk melakukan pengendalian, tentunya harus ada data rencana
dan data aktual untuk dibandingkan. Aplikasi ini telah menyediakan laporan
mingguan dalam bentuk tabulasi yang mempersandingkan rencana pekerjaan
serta aktual capaian pekerjaan. Selain itu grafik terpadu berupa kurva-S dan bar-
chart baik rencana maupun aktual disediakan pula oleh aplikasi ini dengan
otomatis. Dengan demikian, kontraktor kecil tidak perlu susah payah membuat
laporan mingguan untuk diserahkan kepada pengawas atau pemilik (Gambar 3
dan 4).
Gambar 1: Formulir Elektronik untuk Pemasukan Data Pekerjaan

Gambar 2. Formulir Elektronik untuk Pemutahiran Pekerjaan


Gambar 3. Kurva-S dan Bar-chart Rencana dan Aktual untuk pengendalian

Gambar 4. Formulir untuk Membuat Laporan Tabulasi Mingguan

Aplikasi Gnome PM ini telah diuji oleh 11 kontraktor kecil di kota Bandung dan tingkat
kepuasan mencapai 80%. Beberapa batasan terdapat pada aplikasi ini dan lebih terkait
dengan kebutuhan nyata dari kontraktor kecil, seperti durasi maksimal 7 bulan,
hubungan antar pekerjaan hanya Start-to-Start dan Finish-to-Start, jumlah item
pekerjaan maksimal 70 buah. Pada saat ini Gnome PM sedang dikembangkan lebih
lanjut untuk memadukan modul estimasi biaya ke dalamnya agar perencanaan
penawaran dapat dilakukan pada aplikasi ini dan secara otomatis dapat digunakan untuk
kebutuhan pengelolaan proyek lebih lanjut. Saat ini, aplikasi masih dalam versi Beta
dapat digunakan secara cuma-cuma dan tersedia untuk di-download pada alamat website
berikut: http://si.itb.ac.id/~abduh/GnomePM.

4. Survey Praktek Estimasi Biaya Kontraktor Kecil


Terkait dengan adanya kebutuhan penyempurnaan perangkat lunak Gnome PM dalam
hal modul estimasi biaya. Suatu studi lanjutan dilakukan untuk menjawab hal ini dengan
melakukan suatu survey praktek estimasi biaya konstruksi yang dilakukan oleh
kontraktor kecil serta mencoba mengakomodasinya dalam bentuk aplikasi spreadsheet
yang terintegrasi dengan Gnome PM.
Survey dalam studi tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat kuesioner
dengan tujuan untuk mengetahui praktek estimasi biaya yang biasa dilakukan di
lapangan oleh kontraktor kecil serta kendala-kendala yang dihadapi pada saat
melakukan estimasi biaya di lapangan. Survey dilakukan dengan metoda lokakarya
dengan mengundang tujuh kontraktor kecil yang berada di sekitar Kota Bandung.
Responden menjawab 51 pertanyaan dalam kuesioner menyangkut hal-hal yang bersifat
umum sampai kepada hal yang bersifat khusus tentang pelaksanaan estimasi biaya.

4.1. Profil Perusahaan Responden


Perusahaan yang terlibat dalam survey adalah perusahaan kontraktor kecil yang berada
di kawasan Bandung dan sekitarnya yang juga telah terlibat pada studi sebelumnya.
Berikut adalah profil perusahaan responden:
• Dari seluruh responden yang disurvei dapat diketahui sebanyak 48,78 %
perusahaan bergerak di bidang konstruksi gedung, sementara 29,27 % bergerak
pada bidang pekerjaan jalan.
• Lama pengerjaan proyek untuk kontraktor yang disurvei, sebagian besar berkisar
antara 1– 6 bulan, hanya sebagian kecil (8,69 %) yang mempunyai durasi proyek
lebih lama dari 6 bulan.
• Sebagian besar responden melakukan perencanaan dan pengendalian proyek
pada 2 aspek, yaitu biaya dan waktu.
• Responden yang menjawab kuesioner adalah personal yang menangani masalah
estimasi biaya (estimator), dan perusahaan yang mereka tempati berumur sekitar
6-10 tahun (42.86% responden), serta ada yang lebih dari 10 tahun sekitar (33.33
% responden).
• Peran informasi teknologi dalam bidang konstruksi sangatlah diharapkan oleh
para kontraktor kecil, hal ini ditunjukkan bahwa 100 % responden memerlukan
pengautomasian estimasi biaya.
• Software yang sering digunakan oleh kontraktor kecil adalah Microsoft Excel.
Kendala yang paling banyak terjadi dalam menggunakan Microsoft Excel adalah
masalah kecepatan (41.7%).
4.2. Praktek Estimasi Biaya
Secara umum, hambatan yang ditemui dalam melakukan estimasi biaya adalah terkait
dengan waktu, fasilitas, dan biaya yang tersedia. Kontraktor dalam hal ini tidak
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan estimasi biaya dengan akurat, fasilitas
untuk mendukung kegiatan estimasi tersebut masih kurang termasuk fasilitas perangkat
lunak, dan biaya yang ddibutuhkan untuk memenuhi fasilitas tersebut dianggap
terlampau besar yang salah satunya dikarenakan tidak mampunya membeli perangkat
lunak estimasi biaya.
Dalam pelaksanan estimasi biaya, terdapat kendala lain yang dirasakan oleh kontraktor
kecil terutama terkait dengan proses perhitungan estimasi yaitu yang terkait dengan
penentuan koefisien pekerjaan. Hal ini berarti bahwa kontraktor kecil memiliki
kesulitan dalam estimasi produktivitas pekerjaan yang biasanya didapat dari data
pengalaman di lapangan. Kesulitan lain adalah dalam tahap menganalisis harga satuan,
hal ini berkaitan secara langsung dengan koefisien pekerja namun cakupannya lebih
luas dengan hasil akhir kepada harga item per satuan volume.
Selanjutnya hasil dari survey yang menggambarkan praktek estimasi biaya yang
dilakukan oleh kontraktor kecil adalah sebagai berikut:
• Volume pekerjaan yang diperoleh oleh kontraktor biasanya bersumber dari
owner dan juga perhitungan hasil sendiri. Hal ini terjadi karena jenis kontrak
yang biasa digunakan adalah jenis kontrak lumpsum, dimana volume pekerjaan
telah ditentukan sebelumnya oleh owner sebagai acuan.
• Dalam melakukan estimasi volume material yang terbuang, kontraktor kecil
melakukannya dengan mengacu kepada prosentase volume material tersebut
pada suatu pekerjaan, menerapkannya pada semua jenis material yang sama pada
pekerjaan lain, serta menggunakan prosentase terhadap item pekerjaan tanpa
analisa lebih detail.
• Kontraktor kecil tidak memiliki kodefikasi item pekerjaan yang baku. Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan terhadap manfaat kodefikasi itu sendiri untuk
kepentingan estimasi dan aplikasi lainnya yang terkait.
• Semua responden melakukan survey harga dalam setiap perencanaan estimasi
biaya. Sekitar 50% responden mendapatkan informasi harga baru dari supplier
dan mayoritas kontraktor kecil melakukan survey setiap ada proyek baru. Item
yang selalu diupdate adalah item tertentu yang berkaitan dengan proyek.
• Semua responden melakukan analisis produktifitas item pekerja dan selalu
didokumentasikan untuk dijadikan acuan dalam pengerjaan proyek berikutnya.
Update data produktifitas dilakukan apabila ada proyek baru. Pencatatan
produktivitas dilakukan per pekerjaan, artinya responden mencatat suatu
produktivitas pekerjaan dalam bentuk satu crew pekerja untuk pekerjaan
tertentu.
• Untuk biaya tidak langsung yang diperhitungkan oleh kontraktor adalah biaya
overhead, kontingensi, profit, serta biaya pajak dan asuransi pada proyek.
• Semua responden memperhitungkan biaya overhead yang disisipkan pada
persentase biaya keseluruhan proyek.
• Semua responden memperhitungkan profit, penyisipan profit ada dua alternatif,
antara lain pada biaya per pekerjaan atau pada biaya keseluruhan. Profit akan
dihitung setelah semua biaya tidak langsung dimasukkan, biasanya kalkulasi
profit diperlihatkan dalam daftar harga penawaran (tidak disisipkan seperti biaya
tak langsung lainnya).
• Semua responden memperhitungkan biaya pajak pada proyek khususnya pada
pekerja, penyisipan persentase biaya pajak pada total biaya proyek. Hasil
perhitungan pajak biasanya tidak disisipkan namun dipelihatkan dalam laporan,
persentase pajak diambil dari biaya langsung, biaya tidak langsung, dan profit.

5. Aplikasi Estimasi Biaya untuk Kontraktor Kecil


Terkait dengan kebutuhan pengembangan perangkat lunak dalam pengelolaan proyek
konstruksi yang disebut Gnome PM, maka terlihat bahwa Gnome PM versi awal (versi
1.0) masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Pada versi awal, modul estimasi
biaya tidak terdapat, artinya biaya yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan dimasukan
secara langsung nilainya, tanpa dilakukan bantuan dalam proses estimasinya. Pada
pengembangan selanjutnya, dibutuhkan modul aplikasi estimasi biaya yang dapat
menyempurnakannya, sehingga dapat menjadi Gnome PM versi 2.0. Bahkan
pengembangan lebih lanjut masih dibutuhkan.

Gnome PM versi 1.0

Gnome PM versi 2.0

Gambar 5. Tahap Pengembangan Gnome PM versi 1.0 kepada versi 2.0

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka suatu usaha pengembangan aplikasi
spreadsheet untuk estimasi biaya bagi kontraktor kecil dilakukan. Aplikasi ini nantinya
harus terintegrasi dengan Gnome PM versi 1.0 sehingg menjadi Gnome PM versi 2.0.
Aplikasi ini dikembangkan dengan berdasarkan hasil survey praktek estimasi biaya pada
kontraktor kecil yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, arsitektur Gnome PM
versi 2.0 adalah sebagaimana digambarkan pada Gambar 6. Nampak dalam gambar
tersebut, tambahan berupa modul estimasi biaya untuk mendukung perencanaan proyek
pada awal yang telah terintegrasi.
Input Data Biaya Input Data Waktu
Input

Biaya Perencanaan Proyek Waktu Biaya Pengendalian Proyek Waktu

Pengolahan Estimasi Biaya

Biaya Tidak Biaya Langsung


Langsung

Barchart & Laporan Controlling


RAB Proyek Kurva S Aktual Progress
Analisis
Barchart &
Kurva S Rencana

Pelaporan
Laporan Biaya (RAB) Laporan Pengendalian Proyek

Gambar 6. Arsitektur Gnome PM versi 2.0.

Lebih detail arsitektur khusus modul estimasi biaya dapat dilihat pada Gambar 7
berikut.

Input Input Data Biaya

Perencanaan Proyek

Estimasi Biaya

Overhead, Harga Analisis Harga Analisis Harga Analisis


Kontingensi, Satuan Upah Satuan Bahan Satuan Alat
Profit,dll Upah Bahan Alat

Pengolahan

Harga Satuan Pekerjaan

Volume Pekerjaan

Biaya Tidak Langsung Biaya Langsung

Analisis RAB Proyek

Pelaporan Laporan Biaya (RAB)

Gambar 7. Arsitektur Lengkap Modul Estimasi Biaya pada Gnome PM versi 2.0.

Pada gambar di atas, terlihat bahwa modul estimasi biaya ini melingkupi tahapan
estimasi biaya berupa input, pengolahan, analisa, serta pelaporan. Selain itu dari segi
jenis estimasi yang dilakukan, terlihat pula pada gambar bahwa modul ini melingkupi
estimasi biaya langsung berupa analisa harga satuan pekerjaan, estimasi biaya langsung,
serta pembuatan RAB untuk penawaran.
Dengan adanya tambahan modul estimasi ini, maka Gnome PM versi 2.0 memiliki
tampilan awal sebagai terlihat pada Gambar 8 berikut.

Gambar 7. Arsitektur Lengkap Modul Estimasi Biaya pada Gnome PM versi 2.0.

Pada gambar di atas, terlihat bahwa menu Gnome PM pada tahapan perencanaan proyek
menjadi bertambah bukan saja perencanaan waktu, tetapi juga telah mengakomodasi
perencanaan biaya dan dapat diintegrasikan dalam baentuk Barchart dan Kurva-S.
Adapun sub-menu dalam perencanaan estimasi biaya melingkupi database, biaya
langsung, biaya tidak langsung, dan pelaporan. Format pelaporan biaya, dalam bentuk
tabulasi untuk penawaran, yang diakomodasi adalah format yang biaya digunakan di
lapangan oleh kontraktor kecil. Adapun contoh formulir elektronik yang digunakan
dalam analisa harga satuan pekerjaan terlihat pada Gambar 8 berikut.

Gambar 8. Formulir Elektronik untuk Analisa Harga Satuan Pekerjaan.


6. Penutup
Praktek estimasi biaya pada kontraktor kecil masih belum memadai dan masih
sederhana, sebagaimana terlihat dari hasil survey yang dilakukan pada beberapa
kontraktor kecil di wilayah Bandung sekitarnya. Hasil survey yang dilakukan
menggambarkan perlunya suatu aplikasi yang membantu kontraktor kecil untuk dapat
melakukan proses estimasi biaya dengan baik. Terkait dengan hal ini, suatu aplikasi
estimasi biaya konstruksi dikembangkan dengan mengingat praktek yang dilakukan
oleh kontraktor kecil dan juga integrasinya kepada aplikasi pengelolaan proyek secara
keseluruhan.
Gnome PM versi 1.0 yang telah dikembangkan sebelumnya, sebagai suatu aplikasi
pengelolaan proyek berbasis spreadsheet, menjadi dasar pengembangan modul estimasi
biaya yang dimaksud. Dengan adanya integrasi modul estimasi biaya ini, maka Gnome
PM menjadi lebih lengkap dalam hal kegiatan perencanaan proyek dari segi biayanya
dan dapat mendukung penggunaan aplikasi tersebut dalam pengelolaan proyek
konstruksi oleh kontraktor kecil. Diharapkan aplikasi komputer pengelolaan proyek
konstruksi tersebut dapat secara nyata berperan serta dalam meningkatkan kemampuan
kontraktor kecil di Indonesia.

Daftar Pustaka
Abduh, M., Rosyad, A.Y., Hadi, S., dan Yudha, R. (2007) “Spreadsheet Application for
Small Enterprises in Managing Construction Projects”. Proceedings of the 1st
International Conference of European Asian Civil Engineering Forum, UPH,
September 26-27, Tangerang, Indonesia.
Abduh, M., Rosyad, A.Y., and Hadi, S. (2006). “Praktek Perencanaan dan Pengendalian
Proyek pada Kontraktor Kecil“. Prosiding 2nd National Civil Engineering
Conference on Design, Operation, Maintenance and Risk Management of
Constructions, UNIKA Soegijapranata, Desember 20-21, Semarang, Indonesia.
Abduh, M., dan Roza, H.A. (2006). “Indonesian Contractor Readiness towards Lean
Construction”, Prosiding the 14th Annual Conference of the International Group
of Lean Construction, Santiago, Chile, July 2006.
Hendrickson, C. (2000). “Project Management for Construction,” 2nd Edition, Prentice
Hall.
Oberlender, Garold D. (2000). Project Management for Engineering and Construction,”
2nd edition, McGraw-Hill.

You might also like