You are on page 1of 15

XVI.

Pembentukan Pegunungan

X V I . P E M B E N T U K AN P E G U N U N G AN

Pegunungan merupakan suatu kenampakan yang sangat spektakuler,


yang menjulang ke atas sampai beberapa ratus meter bahkan lebih, dari
dataran yang ada sekelilingnya. Beberapa dari kenampakan itu merupakan
suatu massa tunggal yang terisolasi, sedang beberapa lainnya merupakan
suatu rangkaian pegunungan yang sangat panjang. Beberapa dari rangkaian
tersebut merupakan rangkaian pegunungan yang masih sangat muda, seperti
Pegunungan Himalaya, yang masih tumbuh sampai sekarang. Sedang
lainnya merupakan rangkaian pegunungan yang sudah tua dan sudah
mengalami proses penurunan (perataan) permukaannya.
Secara umum proses yang membentuk suatu sistem pegunungan
disebut dengan proses orogenesis. Kata tersebut berasal dari bahasa
Yunani oros (pegunungan) dan genesis (pembentukan atau mula jadi).
Sistem pegunungan akibat dari proses tersebut menunjukkan adanya suatu
gaya yang sangat besar yang mengakibatkan terjadnya perlipatan (folded),
pensesaran (faulted) dan umumnya merubah bentuk bagian kerak bumi yang
besar. Meskipun gaya yang sangat besar merupakan faktor utama
pembentukan pegunungan ini, tetapi hasil kerja proses-proses eksogen oleh
air ataupun es yang mengerosi pegunungan tersebut, menyebabkan
kenampakan bentang alam pegunungan tersebut lebih indah.
Proses orogenesis dapat dijelaskan dengan baik, baru beberapa waktu
belum lama ini dengan teori tektonik lempeng (plate tectonic). Teori ini
telah menarik para ahli geologi untuk menerangkan mengenai proses
pembentukan pegunungan. Sebelum membahas mengenai teori tersebut,
akan diuraikan lebih dahulu mengenai proses pengangkatan dan perubahan
bentuk kerak bumi.
Pengangkatan Kerak Bumi (crustal uplift)
Fosil-fosil kerang invertebrata laut yang dijumpai di pegunungan,
menunjukkan

bahwa

batuan

yang

menyusun

pegunungan

tersebut

merupakan batuan sedimen yang terbentuk di laut. Kemudian setelah

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

binatang tersebut mati dan berubah menjadi fosil, terjadi suatu proses
pengangkatan, sehingga batuan sedimen yang terbentuk di laut tersebut
membentuk pegunungan. Kejadian semacam ini (pengangkatan kerak bumi)
merupakan proses geologi yang sangat umum dalam sejarah bumi ini. Tetapi
muncul suatu pertanyaan, mengapa terjadinya suatu proses pengangkatan ini
tidak selalu dapat dengan mudah diketahui sebagai akibat dari suatu proses
pergerakan.
Telah kita ketahui, gaya gravitasi memegang peranan penting yang
menentukan ketingian suatu permukaan bumi. Litosfera yang disusun oleh
material yang lebih ringan akan mengapung dan mudah mengalami
deformasi (perubahan bentuk) di atas astenosfer. Konsep mengenai
pengapungan karena keseimbangan gravitasi ini disebut isostasi. Daerah
pegunungan merupakan bagian kerak bumi yang tipis. Pegunungan tidak
hanya merupakan bentang alam yang tinggi, tetapi juga merupakan sumber
material bagi tempat-tempat yang rendah (gambar 17.1). Kenampakan ini
dapat dijelaskan dengan data seismik dan gravitasi.
Dari ide tersebut menunjukkan bahwa litosfer di bawah samudera lebih
tipis daripada litosfer yang menyusun benua, karena elevasinya jauh lebih
rendah. Meskipun telah kita ketahui bahwa batuan penyusun kerak samudera
ini mempunyai spesifik grafitasi yang lebih besar daripada batuan penyusun
kerak benua. Hal tersebut merupakan faktor lain yang menunjukkan mengapa
kerak samudera terletak di bawah kerak benua.
Apabila konsep isostasi ini benar, maka apabila beban di atas kerak
bumi ditambah, akan terjadi penurunan kerak bumi. Sebaliknya apabila beban
tersebut berkurang atau dihilangkan, maka akan terjadi pengangkatan kerak
bumi. Perisitiwa terjadinya pergerakan semacam ini sangat didukung oleh
teori penyesuaian isostasi.
Jadi pegunungan merupakan penebalan kerak bumi yang tidak
sebenarnya yang tetap mempunyai ketinggian diatas rata-rata daerah
sekitarnya. Seiring dengan terjadinya pengikisan material oleh proses erosi,
penyesuaian isostasi akan terjadi secara bertahap pada pegunungan
tersebut. Secara berangsur pula bagian terdalam dari pegunungan tersebut
akan mengalami pengangkatan sampai pada kedalaman yang dangkal

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

dengan kerak disekililingnya. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah


bagaimana bagian yang tebal (penebalan) dari kerak bumi tersebut terjadi???
DEFORMASI BATUAN
Apabila batuan mendapat tekanan yang besarnya melebihi daya tahan
batuan itu sendiri, maka batuan akan mengalami perubahan. Pada umumnya
perubahan tersebut membentuk struktur perlipatan (folding) atau retakan
(fracturing). Hal tersebut sangat mudah untuk digambarkan bagaiman suatu
masa batuan akan pecah. Tetapi seberapa besar unit batuan dapat
melengkung membentuk suatu perlipatan tanpa batuan tersabut pecah
selama proses perubahan terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para
ahli geologi melakukan percobaan di laboratorium pada batuan yang diberi
gaya dengan melakukan simulasi pada kondisi yang sesuai dengan kondisi di
bawah permukaan bumi. Meskipun batuan penyusun kerak bumi mempunyai
ketahanan bervariasi dalam menerima gaya, karakteristik umum dari
perubahan batuan dicobakan pada percobaan tersebut. Para ahli geologi
mendapatkan bahwa apabila tekanan (stress) diberikan perlahan dan
dibawah tekanan yang rendah, batuan akan mengalami perubahan secara
elastis. Perubahan ini disebut elastic deformation, seperti karet batuan akan
kembali pada bentuk dan ukuran semula ketika tekanan (stress) tersebut
dihilangkan. Sebaliknya apabila batas elastisitas batuan dilewati, batuan akan
pecah atau mengalami perubahan secara plastis. Perubahan plastis (plastic
deformation), menghasilkan perubahan yang tetap, maksudnya bentuk dan
ukuran unit batuan akan berubah menjadi perlipatan. Pada pecobaan di
laboratorium menunjukkan bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang
tinggi, kebanyakan batuan mengalami perubahan bentuk secara plastis
apabila batas elastisitas batuan dilewati.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

Pensesaran (faulting)
Sesar (fault), sering juga disebut patahan, merupakan retakan pada
batuan kerak bumi yang disertai dengan pergeseran sepanjang retakan
tersebut. Sesar dikategorikan dengan dasar pergerakan relatif antara bagianbagian yang terletak di kedua sisi dari bidang sesarnya. Pergerakan tersebut
dapat horisontal, vertikal maupun menyudut (oblique).
Sesar dengan pergerakan vertikal dari bagian yang tersesarkan
disebut dengan

sesar dip-slip (dip-slip faults). Sesar vertikal ini dapat

dikelompokkan menjadi beberapa macam. Apabila bagian yang terletak di


atas bidang sesar (hanging wall) bergerak relatif ke bawah daripada bagian
yang terletak di bawah bidang sesar (foot wall), disebut dengan

sesar

normal atau sesar turun (normal faults, gravity faults) (Gambar 17.2).
Sedangkan apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar rekatif bergerak
ke atas, disebut dengan sesar naik (reverse fault) (gambar 17.3). Sesar
naik dengan sudut yang sangat kecil disebut dengan thrust faults. Suatu
thrust fault yang sangat panjang (seperti yang terjadi di Pegunungan
Appalachians) diakibatkan oleh suatu gaya kompresi yang kuat.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

Sesar yang pergeserannya dominan horisontal atau sepanjang jurus


sesar tersebut disebut dengan sesar geser (strike-slip fault). Sesar geser
yang besar pada umumnya berasosiasi dengan batas-batas lempeng disebut
dengan transform faults. Transform faults mempunyai kemiringan yang
hampir tegak dan dapat berhubungan dengan struktur yang besar semacam
bagian dari pematang dasar laut (oceanic ridges). Salah satu contoh dari
transform faults adalah sesar San Andreas di California USA, yang
mempunyai pergeseran sampai beberapa ratus kilometer. Sesar dengan
pergerakan vertikal dan horisontal disebut dengan oblique-slip fault.
Pergerakan-pergerakan

yang

terjadi

pada

bagian-bagian

yang

tersesarkan dapat menunjukkan macam-macam gaya yang bekerja pada


kerak bumi. Sesar normal menunjukkan adanya gaya tarik (tension) yang
menarik bagian dari kerak bumi. Proses penarikan ini dapat terjadi karena
pengangkatan yang mengakibatkan permukaan meregang dan kemudian
pecah atau oleh gaya horisontal yang menyebabkan bagian kerak bumi
terputus. Sesar normal pada umumnya terjadi pada pusat pemekaran
(spreading center) pada divergensi lempeng kerak bumi. Bagian yang turun
(rendah) yang dibatasi oleh dua buah sesar normal disebut graben.
Sedangkan bagian yang naik (tinggi) disebut dengan horst.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

Karena pada sesar naik (reverse & thrust faults), bagian yang
tersesarkan bergerak relatif di atas bagian yang lain, maka dapat disimpulkan
bahwa sesar ini diakibatkan oleh gaya kompresi (compressional force).
Pada umumnya bagian kerak bumi yang mengalami gaya ini adalah pada
batas konvergensi dari lempeng kerak bumi, dimana lempeng-lempeng kerak
bumi saling bertumbukan. Gaya kompresi ini pada kerak bumi selain dapat
membentuk sesar juga dapat membentuk perlipatan. Akibat dari adanya
perlipatan ini adalah penebalan dan penipisan batuan yang mengalami gaya.
Perlipatan (Folding)
Selama proses pembentukan pegunungan, batuan volkanik dan
batuan sedimen yang mendatar, akan mengalami pelengkungan membentuk
suatu seri lipatan. Proses tersebut mengakibatkan adanya pemendekan dan
penebalan dari batuan penyusun kerak bumi. Gambar 17.4 menunjukkan
struktur perlipatan yang sangat umum. Bagian perlipatan yang menonjol ke
atas disebut dengan antiklin (anticline), sedangkan bagian yang cekung
disebut dengan sinklin (sincline). Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya,
perlipatan dapat dibedakan menjadi perlipatan simetri, asimetri dan
menggantung (overtuned).

Suatu perlipatan tidak selalu menerus, pada suatu saat perlipatan


tersebut akan berhenti. Apabila sumbu perlipatan tersebut menunjam ke
dalam kerak bumi, maka perlipatan tersebut disebut perlipatan menunjam.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

Gambar 17.5 menunjukkan contoh dari perlipatan menunjam dan pola dari
struktur tersebut yang telah mengalami proses erosi.

Meskipun kebanyakan perlipatan disebabkan oleh gaya kompresi,


tetapi ada perlipatan yang diakibatkan oleh gaya vertikal. Perlipatan yang
diakibatkan oleh gaya vertikal ini membentuk suatu struktur yang melingkar
yang menunjam ke segala arah. Perlipatan semacam ini yang cembung
disebut struktur kubah (domes), sedangkan yang cekung disebut basin.
Pada struktur kubah, bagian pusatnya (inti) disusun oleh batuan yang lebih
tua, sedangkan pada struktur basin bagian tengahnya disusun ole batuan
yang lebih muda.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

TIPE-TIPE PEGUNUNGAN LIPATAN


Meskipun tidak ada suatu rangkaian pegunungan yang sama satu
sama lain, tetapi suatu sistem pegunungan dapat diklasifikasikan berdasarkan
pada karakteristiknya yang dominan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka ada
4 (empat) tipe sistem pegunungan, yaitu :
1.

Pegunungan perlipatan (folded mountain)

2.

Pegunungan volkanik (volcanic mountain)

3.

Pegunungan patahan (fault-block mountain) dan

4.

Upward mountain

Pegunungan lipatan (folded mountains)


Pegunungan lipatan merupakan suatu sistem pegunungan yang
kompleks dan besar. Meskipun perlipatan merupakan struktur yang sangat
dominan penyusun sistem pegunungan ini, kenampakan geologi lainnya
sering dijumpai seperti sesar, metamorfisme dan aktivitas magma. Semua
deretan pegunungan yang besar di dunia ini seperti Pegunungan Alpen, Ural,
Himalaya dan Appalachian, merupakan sistem pegunungan lipatan. Karena
hampir semua deretan pegunungan yang besar di dunia ini merupakan sistem
pegunungan

lipatan,

maka

proses

pembentukan

pegunungan

selalu

dihubungkan dengan pegunungan lipatan.


Pegunungan patahan (Fault-block mountains)
Sistem pegunungan patahan merupakan sistem pegunungan yang
terbentuk akibat pensesaran dari blok-blok bnatuan yang besar, biasanya
berhubungan dengan pengangkatan sepanjang sesar normal dengan sudut
yang besar.
Contoh yang baik untuk sistem pegunungan ini adalah deretan
pegunungan di Basin and Range Province, suatu pegunungan yang melalui
Nevada dan sebagian Utah, New Mexico, Arizona dan California di Amerika
Serikat. Disini kerak bumi telah mengalami penghancuran menjadi berkepingkeping, yang kemudian terangkat menjadi rangkaian pegunungan yang
hampir sejajar dengan panang sampai 80 km dan muncul diatas ketinggian
rata-rata di atas batuan sedimen yang ada di sekitarnya.
Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

Upward mountains
Sistem pegunungan ini merupakan tipe pegunungan yang sangat
berbeda. Beberapa sistem pegunungan ini mempunyai batuan beku dan
batuan metamorf sebagai batuan dasar, yang telah mengalami proses erosi
dan kemudian tertutupi oleh batuan sedimen. Kemudian setelah daerah
tersebut mengalami pengangkatan, proses erosi memindahkan batuan
sedimen, sehingga inti dari pegunungan ini yang terdiri dari batuan beku dan
batuan metamorf muncul ke permukaan dan meninggalkan topografi yang
lebih tinggi dari daerah di sekitarnya.
Pada umumnya bagian yang terangkat tersusun oleh batuan dasar
yang berumur lebih tua yang tertutupi oleh lapisan yang relatif tipis dari
batuan sedimen. Lama kelamaan, batuan sedimen ini akan tererosi, sehingga
inti batuan dasarnya akan muncul. Di beberapa tempat, lapisan batuan
sedimen yang tersisa menempati sayap-sayap dari pegunungan batuan
kristalin yang menjadi intinya. Morfologi ini sangat mudah dikenali, karena
perlapisan yang tersisa ini menunjukkan suatu tebing yang terjal disebut
dengan hogbacks.
PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN DAN TEKTONIK LEMPENG
Seperti yang telah diketahui sejak lama, bahwa suatu sistem
pegunungan mempunyai banyak kenampakan yang umum. Dari hal tersebut,
para ahli geologi dapat menyimpulkan bahwa sistem tersebut memiliki sejarah
pembentukan yang berbeda. Beberapa sistem pegunungan muda sejajar
dengan pantai suatu benua. Mereka disusun oleh batuan sedimen yang
sangat tebal

dapat mencapai 15.000 m dan telah mengalami perlipatan,

persesaran dan diterobos oleh tubuh batuan beku. Sampai pada dekade
terakhir dipercaya bahwa batuan sedimen tersebut dibentuk oleh proses
sedimentasi pada cekungan yang mengalami penurunan perlahan yang
disebut geosinklin. Setelah ketebalan yang sangat besar dari sedimen
tersebut terbentuk,suatu gaya horisontal dari sisi-sisi geosinklin tersebut
menekan sedimen sehingga mengalami pemendekan dan penebalan dari
kerak bumi. Proses ini menghasilkan suatu sistem pegunungan yang tinggi
dan secara bersamaan menekan sedimen tersebut ke tempat yang lebih
Budi Rochmanto: Geologi Fisik

XVI. Pembentukan Pegunungan

dalam pada kerak bumi. Juga dipercaya, sedimen yang tertanam jauh di
dalam bumi menyebabkan magma menerobos ke atas pada batuan sedimen
yang tidak mencair. Jadi suatu rantai kompleks pegunungan terdiri dari
batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan mengelilingi tubuh batuan beku
intrusi dan batuan metamorf yang terbentuk.
Meskipun konsep geosinklin pada pembentukan pegunungan memiliki
banyak kebaikan, tetapi penyebab proses orogenesa yang mendasari proses
pembentukan tersebut tetap tidak dapat dijelaskan. Apa yang dihasilkan dari
proses penurunan pada geosinklin? Mengapa sedimen yang terakumulasi
relatif tidak mengalami gangguan untuk jangka waktu yang cukup lama dan
tiba-tiba mengalami proses deformasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang
menyebabkan para ahli geologi tetap mencari jawaban dari problem-problem
yang kompleks pada proses pembentukan pegunungan.
Dengan berkembangnya teori tektonik lempeng, beberapa pertanyaan
yang muncul pada teori geosinklin dapat dijawab. Teori yang baru
memberikan suatu ide bahwa suatu orogenesa disebabkan oleh karena suatu
segmen yang besar dari kerak bumi mengalami pergeseran. Berdasarkan
teori tektonik lempeng, pembentuk pegunungan terjadi pada batas lempeng
yang konvergen. Pada lempeng-lempeng yang saling bertumbukan ini
menyebabkan terjadi suatu gaya kompresi yang melipat, mensesarkan dan
mengubah endapan sedimen yang tebal yang terakumulasi pada lereng
benua. Sedangkan pencairan dari kerak samudera yang menunjam
merupakan sumber magma yang menerobos batuan-batuan yang telah
mengalami deformasi.
Orogenesis pada zona subduksi
Pada tahap awal dari perkembangan suatu sistem kompleks
pegunungan, bagian tepi kontinental masih stabil (pasif). Bagian ini bukan
merupakan batas dari lempeng benua, tetapi merupakan bagian yang sama
yang bergabung dengan kerak samudera. Contoh yang bagus untuk keadaan
tepi kontinen yang pasif sekarang ini adalah pantai timur Amerika serikat.
Disini seperti tepi kontinen lainnya yang mengelilingi Samudera Atlantik,
proses pengendapan sedimen menghasilkan suatu endapan yang tebal dari
batupasir, batugamping dan serpih.
Budi Rochmanto: Geologi Fisik

10

XVI. Pembentukan Pegunungan

Pada suatu saat, tepi benua menjadi aktif, sehingga terbentuklah zona
subduksi dan proses deformasi mulai terjadi. Tempat baik untuk mengetahui
suatu tepi kontinen yang aktif adalah pantai barat Amerika Selatan. Di tempat
ini lempeng Nazca menunjam di bawah lempeng benua amerika Selatan
sepanajng palung Peru Chili. Zona penunjaman ini kemungkinan terbentuk
bersamaan dengan pemekaran benua Pangaea. Pada saat lempeng amerika
selatan berpisah dengan lempeng afrika dan perlahan bergerak ke arah barat,
kerak samudera yang berbatasan dengan Amerika Selatan tertekuk dan
terlipat di bawah kerak kontinental. Perubahan pada kerak samudera ini akan
memberikan efek pada kerak kontinen yang ada diatasnya. Pada kasu ini
batuan sedimen yang menyusun lempeng Nazca yang merupakan lereng tepi
benua mengalami deformasi dan menghasilkan suatu kompleks pegunungan
yang dikenal dengan nama Pegunungan Andes bagian Timur.
Penunjaman

dan

pencairan

sebagian

dari

lempeng

Nazca

mengakibatklan perkembangan dari busur vulkanik. Pada beberapa sistem


busur aktivitas vulkanik merupakan gejala yang sangat mudah dikenali, tetapi
sebagian besar dari magma mengalami perpindahan tempat jauh di bawah
permukaan bumi dan membentuk tubuh batuan beku batolit. Hal tersebut
mengakibatkan proses penebalan dari kerak kontinental. Selanjutnya aktivitas
tersebut dilanjutkan dengan proses pengangkatan. Akibat dari proses
penebalan kerak kontinen ini, pegunungan andes terangkat sampai beberapa
kilometer di atas palung laut.
Selama perkembangan busur vulkanik, batuan sedimen yang berasal
daratan akan mengalami perombakan dan terkonsolidasikan kembali pada
sisi yang berlawanan dengan jalur palung laut. Penumpukan batuan metamorf
yang terbentuk dari batuan yang berasal dari kerak samudera membentuk
kompleks melange. Batuan metamorf yang terdapat pada komplek mel;ange
terbentuk pada kondisi tekanan yang tinggi dari proses tumbukan lempeng
tektonik, tetapi pada kondisi temperatur yang agak rendah. Akibatnya batuan
tersebut dapat dibedakan dengan batuan metamorf yang terbentuk pada
temperatur tinggi yang berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif. Apabila
komplrks melange dijumpai pada bagian dalam dari kerak kontinen, hal
tersebut menunjukkan daerah tersebut merupakan zona subduksi. Keadaan

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

11

XVI. Pembentukan Pegunungan

demikian sangat baik dan merupakan suatu petunjuk untuk menceritakan


sejarah geologi kawasan tersebut.
Tumbukan kontinental
Sampai pada bagian ini telah diuraikan proses pembentukan jalur
orogenesis yang terbentuk akibat tumbukan antara kerak kontinental dengan
kerak samudera. Tumbukan antara dua lempeng tektonik kadang-kadang
terjadi juga antara kerak benua dan kerak benua. Karena batuan penyusun
kerak benua relatif mengambang, maka kemungkinan terjadinya tumbukan
antara fragmen kerak benua sangat besar. Contoh dari peristiwa ini terjadi
sekitar 45 juta tahun yang lalu ketika India bertumbukan dengan asia. India
yang pada awalnya bersatu dengan antartika, telah berjalan sejauh hampir
5000 km sebelum terjadinya tumbukan tersebut. Akibat dari proses tumbukan
tersebut, terbentuk Pegunungan Himalaya dan Daratan Tinggi Tibet.
Meskipun sebagian besar kerak samudera memisahkan massa daratan
tersebut sebelum terjadinya tumbukan, tetapi sebagian lainnya telah
dihubungkan oleh endapan sedimen laut dalam yang juga mengalami
peremasan dan sekarang dijumpai pada tempat yang sangat tinggi dari
permukaan laut. Setelah adanya proses tumbukan, bagian kerak samudera
yang menunjam pada kerak kontinental akan terus bergerak jauh ke dalam.
Rangkaian pegunungan lainnya yang menunjukkan kejadian tumbukan
kerak benua adalah Pegunungan alpen, Ural dan Appalachian. Pegunungan
Appalachian diperkirakan merupakan pertemuan antara Amerika Utara, Eropa
dan Afrika Utara. Meskipun ketiganya sekarang telah terpisahkan, ketiganya
menunjukkan bagian dari superkontinen Pangaea tidak lebih dari 20 juta
tahun lalu.
Orogenesis dari suatu rangkaian kompleks pegunungan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. setelah pengahncuran dari kerak kontinental, endapan sedimen yang
tebal terbentuk di sepanjang tepi kontinental yang stabil (pasif). Hal ini
akan menyebabkan bertambah luasnya kerak kontinental.
2. Dengan suatu sebab yang belum dimengerti, cekungan lut semakin
mendekat dan konvergensi dengan kerak kontinen mulai terjadi.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

12

XVI. Pembentukan Pegunungan

3. Hasil konvergensi kerak tersebut terjadilah penunjaman kerak oseanik


ke bawah kerak kontinental dan aktivitas magma mulai terjadi. Aktivitas
magma ini menghasilkan pembentukan busur vulkanik yang letaknya
hanya beberapa ratus kilometer ke arah laut dari pantai purba.
4. Rombakan hasil erosi dari busur vulkanik dan daratan ditambah
rombakan sedimen yang berasal dari kerak yang menunjam, akan
menambah sedimen sepanjang tepi kontinental.
5. Konvergensi selanjutnya menyebabkan laut dangkal di belakang busur
vulkanik akan semakin menyempit. Proses orogenesis ini akan
mengakibatkan terjadinya deformasi dan metamorfisme sedimen
belakang busur vulkanik dan berasosiasi dengan rombakan batuan
vulkanik seperti pada busur vulkaniknya sendiri.
6. Pada saat kerak kontinental bertumbukan, asosiasi aktivitas magma,
proses deformasi dan metmorfisme sedimen yang terjebak, akan
menghasilkan batuan kristalin sebagai inti dari rangkaian pegunungan
yang baru. Bersamaan dengan deformasi dataran oseanik ini
menganjak ke arah daratan. Endapan laut dangkal yang membentuk
paparan benua akan terlipatkan dan tersesarkan membentuk sesar
naik dengan sudut relatif kecil.
7. Akhirnya perubahan pada batas lempeng berakhir dan rangkaian
pegunungan berkembang hanya erosi selanjutnya yang akan merubah
bentuk bentang alam tersebut.

Urutan proses tersebut telah terjadi berulang kali selama waktu geologi
di masa lalu. Hanya tingkat deformasi, tatanan geologi dan iklim yang
berbeda-beda untuk setiap proses. Jadi setiap kejadian pembentukan suatu
rangkaian pegunungan merupakan event yang unik.
Orogenesis dan pertumbuhan kontinental
Pada awalnya, teori tektonik lempeng memberikan inspirasi dua
mekanisme terjadinya proses orogenesis. Pertama, tumbukan lempeng
kontinen diberikan untuk menerangkan proses pembentukan rangkaian
pegunungan seperti Alpen, Himalaya dan Appalachian. Kedua, pegunungan
Budi Rochmanto: Geologi Fisik

13

XVI. Pembentukan Pegunungan

tipe Andes, proses orogenesis berasosiasi dengan zona penunjaman dari


kerak samudera yang menjelaskan proses pembentukan rantai pegunungan
circum pacific. Penemuan yang terbaru menunjukkan adanya mekanisme
lainnya pada proses orogenesis. Penemuan tersebut antara lain adalah
fragmen kerak bumi yang relatif kecil bertumbukan dan bergabung dengan
tepi benua. Akibat dari proses tersebut telah terjadi perkembangan beberapa
sistem pegunungan di sekeliling Pasifik.
Para peneliti percaya bahwa pertumbuhan kerak kontinental diawali
dengan kerak kontinental yang kecil, seperti kenampakan Madagaskar
sekarang ini. Sedangkan beberapa lainnya pada awalnya terdapat di dasar
laut kemudian mengalami pengangkatan. Lebih dari seratus kenampakan
yang demikian disebut dataran tinggi oseanik telah diketahui keberadaanya
sekarang ini. Dataran tinggi semacam ini yang
penenggelaman

kerak

kontinental,

lenyapnya

dipercaya

busur

sebagai

vulkanik

atau

penenggelaman rangkaian vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas titik panas


(hot spot).
Pandangan yang sekarang muncul adalah kerak oseanik yang
bergerak akan membawa dataran tinggi oseanik atau fragmen kerak
kontinental menuju zona subduksi. Di tempat ini fragmen dari kerak tersebut
akan terpotong-potong dan akan terangkat dalam potongan-potongan yang
tipis ke atas blok kontinental yang telah ada sebelumnya. Material baru yang
terbentuk tersebut disebut terrane, yang akan menambah luas kerak
kontinental dan akan terus terdorong lebih ke daratan oleh desakan potongan
kerak lainnya.
ORIGIN DAN EVOLUSI KERAK KONTINENTAL
Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa teori tektonik
lempeng telah menjelaskan suatu model pengujian pembentukan rangkaian
kompleks pegunungan. Tetapi apa peran teori tektonik lempeng dan
pembentukan pegunungan pada mulajadi dan evolusi kerak kontinental?
Pada saat ini tidak ada jawaban yang dapat menjelaskan pertanyaan
tersebut. Belum adanya kesepakatan dianatara para ahli geologi disebabkan
oleh kompleksnya material penyusun kerak kontinental, sehingga sulit untuk
menerangkan sejarah pembentukannya. Tetapi selama dua dasawarsa
Budi Rochmanto: Geologi Fisik

14

XVI. Pembentukan Pegunungan

terakhir ini suatu lonjakan yang besar telah terjadi mengenai ilmu geologi dan
teka-teki yang selama ini muncul mulai dapat diberikan jawabannya.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa kerak kontinental mengalami
pertumbuhan menjadi lebih besar sepanjang waktu geologi oleh penambahan
material yang berasal dari mantel bumi bagian atas. Prinsip dasar dari
hipotesis ini adalah kerak bumi pada awalnya adalah kerak samudera dan
kerak kontinental sangat kecil bahkan mungkin tidak ada. Selanjutnya
dikatakan pembentukan material penyusun kerak kontinental terjadi dalam
dua fase yang berbeda. Fase pertama terjadi pada mantel bumi bagian atas
tepat di bawah pematang samudera. Di tempat ini pencairan sebagian batuan
peridotit menghasilkan magma basaltik yang naik ke atas membentuk kerak
samudera. Batuan dasar samudera kaya akan silika, potasium dan sodium
dan miskin akan besi dan magnesium dibandingkan dengan batuan yang
berasal dari mantel bumi bagian atas.

Budi Rochmanto: Geologi Fisik

15

You might also like