You are on page 1of 16

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR
Nama

: Stanley Timotius

NIM
: 11 2015 164
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Nanda Lessi, Sp.M

Tanda Tangan
........................................
.........................................

I.

II.

IDENTITAS
Nama

: An. DN

Umur

: 12 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Kp Bojong, Bogor

Tanggal pemeriksaan

: 11 April 2016

Pemeriksa

: Stanley Timotius

ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 11 April 2016
Keluhan utama:
Pasien dibawa ke poliklinik dengan keluhan buram kedua mata sejak 2 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan mata buram sejak 2 tahun yang lalu. Buram dirasakan di kedua mata
dan penglihatan seperti melihat ada kabut didepan mata. Pasien juga mengeluhkan silau
jika keluar rumah pada siang hari dan saat melihat matahari yang terik sehingga pasien
lebih nyaman berada di tempat yang tidak terlalu terang. Pasien juga mengeluhkan mata

berair jika berusaha melihat benda-benda yang berada di kejauhan. Keluarga pasien juga
mengaku bahwa pasien sering menabrak benda-benda didepannya ketika pasien berjalan.
Pasien tidak merasakan mata merah, gatal maupun nyeri pada bola mata ataupun kulit
disekitar mata
Awalnya pasien mulai merasakan penglihatan menurun sejak 4 tahun yang lalu saat pasien
duduk di kelas 2 SD. Pasien mengeluhkan tidak bisa melihat papan tulis dari belakang
sehingga harus pindah ke barisan paling depan. Keluarga pasien juga mengeluhkan bahwa
pasien mulai menonton TV dari jarak dekat. Keluhan buram dirasakan terus bertambah
oleh pasien hingga sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi. Pasien pernah
memiliki riwayat penyakit TBC sejak umur 2 tahun dan mendapatkan pengobatan rutin
RHZE sampai umur 10 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

: TD 120/80mmHg, Nadi 84x/menit

Kepala/Leher

: Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Mulut

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan


Paru

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: Dalam batas normal

Status Ophtalmologi
KETERANGAN

OD

OS
2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
-

VISUS
Visus
20/80 ph 20/60
Koreksi
Addisi
Distansia pupil
Tidak dilakukan
KEDUDUKAN BOLA MATA
Ukuran
Normal
Eksoftalmus
Endoftalmus
Deviasi
Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah
SUPERSILIA
Warna
Hitam
Simetris
Normal
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
Nyeri tekan
Ekteropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Punctum lakrimal
Normal
Fissure palpebral
Tes anel
Tidak dilakukan
KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatriks
Hordeolum
Kalazion
KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium
- Pinguekula
- Flikten
- Nevus Pigmentosus
- Kista Dermoid
7. SKLERA

20/60 ph (-)
Tidak dilakukan
Normal
Baik ke segala arah
Hitam
Normal
Normal
Tidak dilakukan
-

- Warna
- Ikterik
- Nyeri Tekan
8. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Test Placido
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10. IRIS
- Warna
- Kripta
- Sinekia
- Kolobama
11. PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks Cahaya Langsung
- Refleks Cahaya Tidak Langsung
12. LENSA
- Kejernihan
- Letak
- Test Shadow
13. BADAN KACA
- Kejernihan
14. FUNDUS OCCULI
- Batas
- Warna
- Ekskavasio
- Rasio arteri : vena

Putih
-

Putih
-

Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan

Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan

Cukup
Jernih
-

Cukup
Jernih
-

Coklat
-

Coklat
-

Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+

Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+

Keruh
Tengah
+

Keruh
Tengah
+

Jernih

Jernih

Tegas
Jingga
Tidak ada
2:3

Tegas
Jingga
Tidak ada
2:3
4

- C/D rasio
- Eksudat
- Perdarahan
- Sikatriks
- Ablasio
15. PALPASI
- Nyeri tekan
- Masa tumor
- Tensi Occuli
- Tonometry Schiotz
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi
IV.

0,3
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Normal per palpasi


-

Normal per palpasi


-

Sesuai Pemeriksa

Sesuai Pemeriksa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

V.

0,3
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Pemeriksaan darah rutin


Rontgen thorax AP dan lateral

RESUME
An. DN, perempuan, usia tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan sejak yang
lalu. Tekanan Darah: / mmHg. Pemeriksaan mata didapatkan visus OD dan visus OS.
Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis: dalam batas normal, status
ophtalmologi:
OD

OS

Visus

20/80 ph 20/60

20/60 ph (-)

TIO

Normal per Palpasi

Normal per Palpasi

Cts

Tenang

Tenang

Cti

Tenang

Tenang

Cb

Tenang

Tenang

Jernih

Jernih

CoA

Cukup

Cukup

Bulat, 3mm, RC +

Bulat , 3mm, RC +

Sinekia -

Sinekia -

Keruh

Keruh

Ratio A:V = 2 : 3

Ratio A:V = 2 : 3
5

C/D Ratio = 0,3


VI.

C/D Ratio = 0,3

DIAGNOSIS KERJA
Katarak Juvenilis ODS

VII.

DIAGNOSIS BANDING

Katarak Kongenital
Katarak Toksik
VIII. PENATALAKSANAAN
ODS Ektraksi Katarak + Implantasi IOL
IX.

PROGNOSIS

Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam

OD
Bonam
Bonam
Bonam

OS
Bonam
Bonam
Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik. 1
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.2
6

Gambar 1 : Anatomi lensa manusia1

Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.1
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,
lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

Metabolisme Lensa Normal


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa
lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.1
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang
mengalami gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.

Gambaran Umum Katarak


Katarak adalah berubahnya kejernihan lensa secara perlahan yang menyebabkan
penurunan kualitas penglihatan. Lensa terletak di belakang iris dan tidak dapat dilihat secara
langsung dengan mata telanjang kecuali lensa menjadi sangat keruh. Lensa memegang peranan
penting dalam memfokuskan cahaya ke retina untuk kemudian retina mengubah cahaya menjadi
sinyal neurologis yang diinterpretasikan oleh otak sebagai penglihatan. Katarak yang signiikan
dapat menghalangi cahaya melewati lensa sehingga menyebabkan gejala gangguan penglihatan.1
Katarak berasal dari terminologi Bangsa Yunani yaitu cataractos, yang berarti air yang
mengalir cepat. Saat air turbulen, maka air akan menjadi berbuih. Orang Yunani pada jaman dulu
juga melihat hal yang sama terjadi pada katarak yaitu penurunan tajam penglihatan akibat
akumulasi cairan turbulen. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.1,2

Kekeruhan lensa pada katarak biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit
penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak,
seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan
proses intraokular lainnya.2
Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu katarak kongenital adalah katarak
yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganan yang kurang tepat. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal ineksi ibu seperti Rubella pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang,
tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah pada katarakk kongenital perlu
dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes mellitus, kalsium, dan fosfor.
Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Penaganan
katarak kongenital tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat
terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada
bentuk katarak dan munkin sekali pada mata itu terjadi ambliopia.5
Katarak juvenil terjadi pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9
tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya, seperti :5
1. Katarak metabolik
a. Katarak diabetik dan galaktosemia
b. Katarak hipokalsemik
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria
e. Penyakit Wilson
9

f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain


2. Otot
a. Distrofi miotonik
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikrotalmia, aniridia,
pembuluh haloid persisten, heterokromia iridis)
b. Katarak degeneratif (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal)
c. Katarak anoksik
d. Toksik
e. Katarak radiasi
Katarak senilis, terjadi pada orang berusia lanjut yang dicirikan dengan kekeruhan pada
lensa, yang berlanjut menjadi pembengkakan lensa, dan penyusutan dengan hilangnya kejernihan
lensa secara total. Lebih lanjut lagi, korteks akan mencair untuk membentuk cairan putih
(katarak Morgagni) yang akan menyebabkan peradangan berat jika kapsul lensa pecah dan bocor.
Jika tidak ditangani, katarak akan menyebabkan phacomorphic glaucoma. Katarak yang sangat
lanjut dengan zonula yang lemah rentan terhadap dislokasi ke anterior atau posterior.1,5

Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara
10

65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding
pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan
dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.4,5
Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya
penglihatan. Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah
penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %.
Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan
ras kulit hitam paling banyak. 5
Manifestasi Klinis
Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan gangguan fungsional
penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain kekeruhan pada lensa.

Penurunan tajam penglihatan


o Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan paling umum pada pasien
dengan katarak. Keluhan berupa penglihatan berasap dan tajam penglihatan yang
menurun secara progresif. Visus mundur yang derajatnya tergantung pada
lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran
visus sedikit atau sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak
akan mengalami keluhan penglihatan.

Glare
o Keluhan ini berupa menurunnya sensitivitas kontras pada cahaya terang atau silau
pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan
seperti ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak subkapsular posterior
dan pada pasien dengan katarak kortikal.

Myopic shift
o Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dioptrik lensa menyebabkan
terjadinya myopia or myopic shift derajat ringan hingga sedang. Akibatnya, ada
11

pasien presbiopik melaporkan peningkatan penglihatan jarak dekat dan tidak


membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal yang disebut second
sight. Namun, munculnya sementara dan saat kualitas optis lensa mengalami
gangguan, maka second sight tersebut akan hilang.
o myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan subkapsular
posterior.

Monocular diplopia
o Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga
benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan katarak meliputi pemeriksaan mata lengkap dimulai dari tes tajam penglihatan.
Pada katarak senil, tajam penglihatan akan menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan grading
densitas kekeruhan lensa menurut Burrato. Pada grade 1 visus masih baik > 6/12, dengan lensa
yang tampak sedikit keruh, grade 2: nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 6/30, dengan
nukleus yang kekuningan,. Grade 3, nucleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 6/30,
korteks telah mengalami kekeruhan. Grade 4. nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 3/60,
nucleus berwarna kuning kecoklatan. Grade 5, nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih
jelek dengan nukleus berwarna coklat atau hitam.
Pemeriksaan pada lensa dilakukan dengan menyinarinya dari samping. Lensa akan
tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam. Kamera anterior dapat menjadi
dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit sehingga tekanan
intraokuler meningkat, akibatnya akan terjadi glaukoma sekunder.
Pemeriksaan dengan slitlamp juga penting selain untuk memeriksa kekeruhan lensa juga
untuk struktur mata lainnya (misal konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior). Selain itu,
pemeriksaan dengan ophthalmoskopi langsung maupun tak langsung penting untuk
mengevaluasi bagian posterior mata sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.
Pada fundus reflex dengan pemeriksaan opthalmoskop kekeruhan tersebut tampak hitam dengan
latar oranye. dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman
tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.6
12

Penatalaksanaan
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan jika
penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan
mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan
lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. 1,2,4
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 6
1. Pengangkatan lensa
Ada 3 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular
Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa in toto,
yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140
hingga 160 derajat. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh
atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak
sekunder.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak
beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering
dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan
ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika
kapsul posteriornya utuh.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk mengangkat
nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah
penyembuhan luka pasca operasi.

13

2. Penanaman lensa baru


Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa
buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan
plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul
lensa di dalam mata.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali
terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang
serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,
selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi
mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat
dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
Komplikasi
Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma
maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah
adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri
patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. 5,6
Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progesif
lambat. 6

Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
14

telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan: 3
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya
Kesimpulan
Katarak merupakan suatu proses mengeruhnya lensa oleh karena bermacam-macam
penyebab, mulai dari proses metabolik, trauma, komplikasi penyakit lain atau karena proses
penuaan. Katarak pada anak-anak disebut sebagai katarak juvenilis, yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan pada anak-anak tanpa keluhan rasa sakit. Terapi yang merupakan
pilihan utama adalah pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

15

1. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at A Glance. Hongkong: SNP Best-set Typesetter Ltd;


2005. p36-9.
2. KBI Gemari. 2002. Penderita katarak di Indonesia selalu bertambah 210.000 orang per
tahun. Available at: http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php.
3. Vaughan, DG dkk.2000.Oftalmologi Umum edisi 14, Jakarta: Widya Medika.
4. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran,
PERDAMI.
5. Fajaru. Semua Tetang Katarak. Available at: http://kinton.multiply.com/reviews/item/5.
Accessed : 9th Oktober 2009.
6. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

16

You might also like