You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemulasaran jenazah adalah kegiatan merawat jenazah bagi pasien yang
sudah meninggal. Perawatan jenazah mempunyai beberapa criteria yaitu,
perawatan jenazah penderita penyakit menular dengan perawtan jenazah
dengan penyakit yang tidak menular.
Perawatan jenazah dengan penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengabaikan tradisi budaya dan
agama yang dianut keluarganya.
Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat memberi
penyuluhan kepada keluarga dan mengambil tindakan yang sesuai agar
penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti
halny, hepatitis B, AIDS, kolera dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan
dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium
jenazah sebagai bagian upacara penguburan.
Perlu diingat virus HIV berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka
beberapa waktu setelah penderita terinfeksi HIV meninggal viruspun akan
mati.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan
pemulasaran jenazah harus berdasarkan standar pelayanan pemulasaran
jenazah di RS. Karitas.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari pembuatan Pedoman Pelayanan Unit Kamar jenazah RS.
Karitas adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen

RS. Karitas untuk dapat

melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan rumah sakit.
Tujuan Khusus :

1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di kamar jenazah


yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah
infeksi nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien,
keluarga dan masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah
sebelum ditunjukkan dan dibawa pulang oleh keluarga.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Prinsip pelayanan jenazah
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana
manusia, karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara
khusus adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan/
adatnya, perlakuan sopan dan tidak merusak badan tanpa indikasi
atau kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan atas
kerahasiaannya. Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan
bebas dari kontaminasi khusunya hal yang membahayakan petugas
demikian pula aman bagi petugas yang bekerja, termasuk terhadap
resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan.
2. Ciri khusus pelayanan jenazah
Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap social budaya
keluarga orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana
dan prasarana pelayanan. Rasa duka mendalam sering melibatkan
suasana kekagetan, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat
menjurus pada keputus asaan keluarga/ kenalan, kesibukkan atau
bahkan kebingungan untuk jenazah segera dikubur.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional dari Pedoman Pelayanan Unit Kamar jenazah
antara lain:
a. Pelayanan jenazah purna pasien atau mayat dalam :
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan
meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau
berkepentingan lainnya.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi tenaga yang harus tersedia untuk menjamin terlaksananya
pelayanan di Unit Kamar jenazah meliputi :

1. Kepala unit kamar jenazah


Tenaga yang dasar pendidikannya minimal SMA yang mempunyai
pengetahuan tentang Kamar jenazah.
2. Petugas pelaksanan
Tenaga yang dasar pendidikannya minimal SLTA yang mempunyai
pengetahuan tentang Kamar jenazah.
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Standar SDM bagian kamar jenazah rumah sakit adalah sebagai berikut.
No

1
2

Nama jabatan

Kepala Unit
Staf

Kualifikasi
SLTA +
Pengalaman Kerja
Min 2 Tahun
SMA

Jlh

Tersedia

Keterangan

1
1
1

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN & PENGATURAN JAGA.


SDM Unit Kamar jenazah berjumlah 2 orang dan sesuai dengan struktur
organisasi Unit Kamar jenazah memiliki seorang Kepala unit dengan
pendidikan SMA yang sudah berpengalaman minimal 2 tahun dan
mempunyai pengetahuan tentang Kamar jenazah.
C. PENGATURAN JAGA
Pola pengaturan ketenagaan unit Kamar jenazah yaitu :
Dinas Pagi
:
Pukul 07.30-15.15 Witeng
Dinas Sore da
:
Pukul 15.15 21.15 Witeng
Diluar jam kerja
:
Pukul 21.15 07.30 bisa dipanggil on call.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

3
6

2
4

Keterangan :
1. Pintu Masuk Jenasah
2. Wastafel
3. Lemari Peralatan
4. Tempat / Meja untuk memandikan dan mendandani Jenazah
5. Tempat Semayam sementara (Doa & Penghormatan Keluarga)
6. Pintu Keluar Jenazah

B. STANDAR FASILITAS
Untuk mendukung kegiatan
fasilitas sebagai berikut :
1. Daftar Inventaris :

bagian

kamar jenazah, dibutuhkan

No

2.

Nama Barang

5
6
7
8
9
10
11

Keterangan

Box File

Baik

Meja Kerja

Baik

Kursi kerja

Baik

Sound sistem

Baik

Baik
Jumlah
Baik
2
2
Baik
4
Jumlah
Baik
1
Baik
2
Baik
1

5
micropont
No Nama Barang
Almari
sedang
16 Bola
lampu
3.
27 Stop
kontak
Almari
besar
Terminal
No 38Nama
Barang
Almari
laci
1
Bolpoin
9
Almari tembok
2
Spidol boardmaker
10
Kulkas
3
Isi staples
besar
4

Jumlah

1
1
1
1
1

Isi staples
11
Kaca kecil
Lakban Hitam
12
Kipas angin
Isolasi
13
buah
BukuBlender
folio besar/100

Map Termos air panas


14
Isolasi double tip
15
Alat panas roti
Buku tulis 100
16
Tempat air minum
Isi Kater

1
1

1
1

Listrik
Satuan
bh
bh
bh
Satuan
bh
bh
dos

1
Baik
1
Baik
1
Baik
1

dos

2
Baik
1
Baik
1
Baik
2

bh

bh

bh
bh
bh
bh
bh
bh

12

Toa
Penggaris

Baik
1

13

16

Baterei
maiktape
Radio
Korek api
Jam
Super pel
rinso Troli doa

1
bh
Baik
1
dos
Baik
1
btl
1 rusak,2bgkus
baik

17

Kain DVD
pel player

18
19

14
15

1
3

lmbr

Kayu pel

1
Baik
1

ember

bh

btg

ATK

20

Tmpt sampah

bh

21

Sabun cair

btl

22

sapu

btg

23

Lilin

bngks

24

Baterei abc

bh

25

Kantong plastik

lmbr

26

Keset

lmbr

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. ALUR PELAYANAN
Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum diperlihatkan kepada
keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan
jenazah yang jelas. Tersedianya kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar
jenazah dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.
ALUR PENANGANAN JENAZAH DI KAMAR JENAZAH

JENAZAH DARI
RANAP, IGD DAN ICU

Masuk kamar
jenazah

PENGAMBILAN JENAZAH OLEH


KELUARGA (MENGGUNAKAN
BRANKART JENAZAH DAN MOBIL
JENAZAH

Pembayaran di
kasir

B. PELAYANAN KAMAR JENAZAH


1. Pasien dari IGD atau Ruang Rawat Inap yang sudah dinyatakan
meninggal (jenazah) dikirim ke kamar jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala
diberi tali kassa sampai mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas
perut kemudian pergelangan tangan ditali. Setelah posisi dan keadaan
jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat keadaan
keluarganya yang meninggal.
3. Kemudian keluarga mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit
dan biaya administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan bukti beres
administrasi kepada petugas kamar jenazah.
4. Jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan brankar
khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah.

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik, baik untuk operasional kegiatan bagian kamar jenazah


untuk sarana promosi diadakan melalui proses permintaan barang sesuai
SPO bagian logistic rumah sakit.
Logistik yang diperlukan bagian kamar jenazah untuk melaksanakan kegiatan
operasional adalah sebagai berikut :
Stok
minimal
1

No
1

Nama Barang
Bolpoin

Satuan

Spidol boardmaker

bh

Isi staples besar

dos

Isi staples kecil

dos

Lakban Hitam

bh

Isolasi

bh

Buku folio besar/100

bh

Map

bh

Isolasi double tip

bh

10

Buku tulis 100

bh

11

Isi Kater

bh

12

Penggaris

bh

13

Baterei maik

bh

14

Korek api

dos

15

Super pel

btl

16

rinso

bgkus

17

Kain pel

lmbr

18

Kayu pel

btg

19

ember

bh

20

Tmpt sampah

bh

21

Sabun cair

btl

22

sapu

btg

23

Lilin

bngks

24

Baterei abc

bh

bh

25

Kantong plastik

lmbr

26

Keset

lmbr

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya


risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien,
terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD, adalah insiden
yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC, adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC, adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC, adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Kejadian Sentinel, adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius.
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut
pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran.
B. TUJUAN
Tujuan dari program keselamatan pasien adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit


4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD,
yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat
membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara
dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis,
tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media
massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan
rumah sakit.
Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya
dengan asuransi, pengacara dsb, tetapi pada akhirnya tidak ada pihak
yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit.
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN SECARA UMUM
1. Standar Keselamatan Pasien
Setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
yaitu:
Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
2. Sasaran Keselematan Pasien Rumah Sakit
Setiap rumah sakit/Instalasi Radiologi wajib mengupayakan
pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal

sebagai berikut:
Ketepatan identifikasi pasien
Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan risiko pasien jatuh.
3. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, Rumah
Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
Tingkat Rumah Sakit :
Rumah Sakit Karitas telah memiliki kebijakan yang
menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah
terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta
harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga
Rumah Sakit Karitas telah memiliki kebijakan dan prosedur
yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana
ada insiden.
Rumah Sakit Karitas telah berupaya menumbuhkan budaya
pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang
dipakai di Rumah Sakit Karitas untuk memastikan semua
laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran

serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat


b. Pimpin dan Dukung Staf Anda
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di seluruh jajaran Rumah Sakit Karitas.
Langkah penerapan :
Tingkat Rumah Sakit :
- Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
- Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang
ditugaskan untuk menjadi penggerak dalam gerakan
keselamatan pasien
- Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
jajaran Direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
- Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program
orientasi dan pelatihan di Rumah Sakit Karitas dan
dilaksanakan evaluai dengan pre dan post test.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
- Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin
gerakan
Keselamatan Pasien
- Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan
pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan
gerakan Keselamatan Pasien
- Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan
insiden
c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah
Langkah penerapan:
Tingkat Rumah Sakit :
- Telaah kembali input dan proses yang ada dalam
manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal
tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan staf
- Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko
yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer Rumah Sakit

Karitas. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang


diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko
untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
- Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien
guna memberikan umpan balik kepada Manajer terkait
- Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam
proses asesmen risiko rumah sakit
- Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
- Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah
sakit

d. Kembangkan Sistem Pelaporan


Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
Komite Mutu Rumah Sakit Karitas
Langkah penerapan :
Tingkat Rumah Sakit :
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit
mengacu pada Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Karitas.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan
pelajaran yang penting.
e. Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah penerapan :
Tingkat Rumah Sakit :

Rumah Sakit Karitas memiliki kebijakan dan pedoman yang


jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan
keluarganya.
- Seluruh staf Rumah Sakit Karitas terkait harus mampu
memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat
informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
- Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi
dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
- Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung
keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi
insiden.
- Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat.
- Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.
f. Belajar dan Berbagi Pengalaman tentang Keselamatan Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
Tingkat Rumah Sakit:
- Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
- Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan
minimum satu kali per tahun melakukan melakukan Failure
Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko
tinggi.
Tingkat Unit Kerja/Tim:
- Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil
analisis insiden.
-

Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena


dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut
secara lebih luas.

g. Cegah Cedera melalui Implementasi Sistem Keselamatan


Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
Tingkat Rumah Sakit :
- Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit
serta analisis, untuk menentukan solusi.
- Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(inputr dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang
menjamin keselamatan pasien.
- Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
- Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRSPERSI.
- Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan.
Tingkat Unit Kerja/Tim :
- Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai
cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan
lebih aman.
- Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan
pastikan pelaksanaannya.
- Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap
tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan
panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien,
sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh
langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.

Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling


mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh
langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.
4. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint
Commission International, Suatu badan akreditasi dari Amerika
Serikat, mulai tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien
dari lebih 100 Negara, dengan kegiatan mengidentifikasi dan
mempelajari berbagai masalah keselamtan pasien, dan mencari solusi
berupa sistem atau intervensi sehingga mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan pasien.
Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient Safety
resmi menerbitkan panduan Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions (Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names)
b. Pastikan Identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan
infeksi nosokomial
5. Pencatatan dan Pelaporan
Rumah Sakit :
a. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden
yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cedera dan kejadian sentinel.
b. Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP)
mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Persi.

c. Pelaporan insiden terdiri dari :


a) Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di
internal Rumah Sakit Karitas.
b) Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit Karitas
ke Komite mutu Rumah Sakit.
d. Panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit Karitas
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat
laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
6. Monitoring dan Evaluasi
Seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit Karitas secara berkala
melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang
dilaksanakan oleh Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Karitas.
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Karitas secara
berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan
dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit
Karitas.
Panitia Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit Karitas melakukan
evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Undang Undang No 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
terbebas dari gangguan.
Kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah
Sakit adalah tempat kerja yang termasuk kategori tersebut diatas, berarti
wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.Program

keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan guna melindungi karyawan


dan kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam atau di luar rumah sakit.
Dalam Undang Undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah
pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja ada dalam
kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja. Pegawai adalah bagian integral dari rumah
sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktifitas pegawai dan meningkatkan produktifitas rumah sakit. Undang
Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja
selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar faktor faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efesien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa
hambatan.
Faktor faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok ,yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja ,dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi ukuran kurang memadai,
ruangan terlalu panas, atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya
kebakaran dan lain-lain

Program Keselamatan kerja di bagian Kamar


menggunakan APD ( alat pelindung diri) :
a. Masker
b. Menggunakan alas kaki
c. handscun

jenazah

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGENDALIAN MUTU BAGIAN KAMAR JENAZAH

yaitu

dengan

BAB IX
PENUTUP
Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Kamar jenazah ini maka setiap
pegawai kamar jenazah agar senantiasa memperhatikan hak dan
kewajibannya sebagai pegawai.
Kami berharap pedoman ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Karitas Weetebula namun demikian, kami tetap
terbuka untuk menerima kritik dan saran demi pemyempurnaan pedoman ini
di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitannya,
kami ucapkan banyak terima kasih

You might also like