You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indosesia 1945 menyatakan
bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indosesia. Sedangkan menurut
Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Sehingga kesehatan menjadi salah satu indikator
tingkat kesejahteraan manusia dan prioritas dalam pembangunan nasional suatu
bangsa.Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya
obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat.Obat merupakan bahan
atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2012).
Penyediaan obat merupakan kewajiban pemerintah serta institusi
pelayanan kesehatan publik dan swasta, karena obat bukan hanya untuk
perdagangan saja tetapi mempunyai fungsi di bidang sosial. Proses produksi dan
distribusi obat harus diperhatikan dengan seksama, agar masyarakat memperoleh
obat-obatan yang berkhasiat, bermutu dan aman dalam jumlah yang dapat
memenuhi kebutuhan dan terjangkau secara ekonomi. Kebutuhan masyarakat
akan obat ini mendorong industri farmasi untuk menyediakan obat yang
berkualitas.
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Produk
obat yang berkualitas yang dihasilkan industri farmasi harus memperhatikan
faktor-faktor yang terlibat dalam proses produksinya. Untuk menghasilkan produk

obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan
produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek produksi.Agar obat yang
dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta
konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).CPOB ini mutlak harus diterapkan oleh
industri farmasi baik pemilik modal asing maupun pemilik modal dalam negeri.
Sesuai dengan aspek CPOB, mutu obat bergantung pada bahan awal,
proses pembuatan, pengawasan mutu, peralatan, bangunan dan personalia yang
terlibat. Berdasarkan hal tersebut maka apoteker memegang peranan penting
dalam mengawasi seluruh kegiatan produksi, sehingga seorang Apoteker dituntut
untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang
memadai serta kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada di industri farmasi. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, calon Apoteker harus mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman
praktis yang cukup, salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek kerja
profesi di industri farmasi.Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan PT. Meprofarm
mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA dimulai
tanggal 9-31Mei 2016.

1.2

Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri
farmasi adalah sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk mempelajari dan


meningkatkan pemahaman dan keterampilan mengenai berbagai aspek yang
ada di Industri Farmasi dengan mengacu pada penerapan CPOB
2. Memahami peran, tugas, tanggung jawab dan fungsi apoteker di industri
farmasi.
3. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.

4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di


industri farmasi.
1.3

Manfaat PKPA di Industri


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di bidang industri diharapkan dapat

menjadi sarana calon apoteker untuk mempraktekkan ilmu yang dipelajarinya, menambah
kemampuan untuk mempersiapkan diri terjun ke dunia kerja, mempelajari dan

memahami mengenai industri farmasi dan penerapan CPOB secara nyata,


mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan menganalisis secara
kritis ketika menghadapi permasalahan di industri farmasi, dan memperluas
wawasan serta pengetahuan dari segi teknis, manajerial, bisnis, ilmu, dan
organisasi di industri farmasi.

You might also like