Professional Documents
Culture Documents
Pengawasan
Obat
dan
Makanan
Jakarta
melalui
surat
no.
PRESIDENT DIRECTOR
VP MANUFACTURING
VP
VP
VP
MARKETING & SALES
BUSINESS DEVELOPMENT
FINANCIAL, ACC & OPERATIONAL
VP MANUFACTURING
GM
QUALITY OPERATIONS
GM
PLANT & SUPPLY
R & D Manager
QA Manager
QC Manager
Production Manager I
Engineer Manager
Production Manager II
PPIC Manager
yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta no. 789 Bandung, Jawa Barat.Kegiatan
PKPA berlangsung sejak tanggal 9-31 Mei 2016, dilakukan setiap hari Senin Jumat pukul 08.00 16.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan
PKPA di PT. Meprofarm adalah :
1. Mengikuti orientasi mengenai pabrik PT. Meprofarm (Introduction training).
2. Mengikuti orientasi di bidang Research and Development (R&D), Produksi,
Production Planing and Inventory Control (PPIC), Quality Control (QC),
Quality Assurance (QA), dan Teknik.
3. Melakukan pendalaman subjek PKPA.
2.2.1 Introduction Training
Pada Introduction Training, dijelaskan mengenai PT. Meprofarm secara
garis besar, seperti sejarah awal PT. Meprofarm, visi dan misi, kebijakan yang
terdapat di PT. Meprofarm, struktur organisasi, profil PT. Meprofarm, serta
bagian-bagian yang terdapat dalam PT. Meprofarm.
PT. Meprofam berdiri pertama kali pada tahun 1973, dimana PT.
Meprofarm terus melakukan pengembangan fasilitas hingga pada tahun 2010 PT.
Meprofam telah memiliki gedung baru untuk pengembangan produksi.
PT. Meprofarm memiliki dua sertifikat ISO, yaitu sertifikat ISO 14001
mengenai
Environment
Management
dan
ISO
9006
yaitu
Quality
bahan
berbahaya.
Mendayagunakan
kembali
limbah
contohnya
bagian
yang
produk
selalu
dilakukan
secara
berkesinambungan
mengikuti
Penelitian
dan
Pengembangan
memiliki
empat
kegiatanutama,yaitu:
A. Pengembangan Formula Produk Baru
Produk baru adalah produk yang akan dilaunching sesuai dengan usulan
bagian Bisnis Developmen. Usulan juga bisa diperoleh dari beberapa pihak,
yaitu: Management, dokter, owner, karyawan atau pihak lain yang sudah
8
Skala besar untuk tablet diproduksi sekitar 1000 tablet, sirup 1-5 liter. Jika
hasil evaluasinya diperoleh hasil yang baik maka dilakukan pengemasan
primer.Dalam percobaan dengan skala yang lebih besar dilakukan di
fasilitas produksi.
8. Dilakukan uji stabilita.
9. Pembuatan dan Penyusunan dokumen.
Dokumen terdiri dari :
Dokumen Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
pedoman QC.
10 Pembuatan dua bets skala pilot, dimana salah satu bets dilakukan validasi
proses. Data ini dibutuhkan untuk registrasi.
11 Dilakukan uji stabilitadua bets pilot.
12 Registrasi dilakukan oleh bagian Registrasi dibawah Bisnis Developmen.
Data stabilita diperoleh dari bagian R&D, data validasi diperoleh dari QA,
data Formula dari bagian R&D, dokumen metode analisa dari R&D.
13 Setelah diperoleh Approvable Letter maka dapat dilakukan produksi 1 bets
untuk komersial bets. Pada prosedur produksi 1 bets komersial maka pihak
Badan POM akan datang melihat proses produksinya untuk memantau
kesesuaian dokumen registrasi yang telah diajukan sebelumnya.
14 Setelah itu melengkapi beberapa persyaratan berupa dokumen data
validasi proses data stabilita, contoh produk dan batch record untuk
memperoleh nomor ijin edar atau nomor registerasi. Sebelum diperoleh
nomor ijin edar maka 1 komersial bets akan dilakukan karantina
menunggu keluarnya nomor ijin edar. Pada pembuatan skala pilot maupun
skala komersial di supervisi oleh pihak R&D untuk memantau apakah
nanti ditemukan perbedaan dalam peningkatan skala produksi.
15 Perbaikan Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
yang telah disesuaikan dengan kondisi pembuatan di produksi.
B. Pengembangan Perbaikan Formula Produk Lama
Produk lama adalah produk yang telah dilaunching yang
memerlukanperbaikan dan modifikasi. Usulan perbaikan dan modifikasi bisa
didapat dari :
1. Masalah produksi
10
formula
produk
lama
oleh
R&D
antara
lain
dengan 1 tahun selanjutnya tiap 6 bulan sampai dengan expired date + 1 tahun.
Uji Stabilitas Dipercepat (Accelerated Time).
Uji stabilitas dipercepat suhu penyimpanannya secara teori ditambahkan
suhu 150 C dari yang tertera pada kemasan.Untuk produk yang disimpan pada
suhu kamar dilakukan pada suhu 40 20 C RH 75 % 5 % Frekuensi
pengujian pada bulan ke 1,2,3,4,5 dan 6. Sebenarnya POM hanya
membutuhkan data pada bulan ke 3 dan 6 namun bagian R&D melakukan uji
stabilitas tiap bulan sehingga bila tidak memenuhi maka bagian R&D dapat
segera memperbaikinya.
Uji Stabilitas Ekstrim
Uji stabilitas ekstrim dilakukan pada kondisi ekstrim misalnya tablet : uji
stabilitasnya dilakukan di oven pada suhu 700 C, sirup: uji stabilitasnya
dilakukan di waterbath 950 C, krim : uji stabilitasnya dilakukan di oven 40500C, injeksi cair: uji stabilitasnya dilakukan diautoklaf dengan frekuensi 2
kali.
D. Pengujian Sampel
Pengujian sampel dilakukan terhadap bahan dari supplier baru dengan
membandingkan bahan yang terdapat digudang penyimpanan dan laporan
diberikan kepada bagian Purchasing.Hasil dari pengujian sampel bahan baku dari
vendor yang baru menjadi masukan untuk bagian purchasing dalam memutuskan
apakah akan membeli suatu bahan awal dari vendor tersebut atau tidak.
Pertimbangan pemilihan vendor bahan awal didasarkan pada perbandingan
12
13
penjadwalan
dan
menindaklanjuti
pelaksanaan
jadwal
produksinya.
7. Toll-in produk yang sudah berjalan, menindaklanjuti permintaan pihak
pemberi toll sehubungan dengan jadwal produksi.
8. Toll-in produk baru, bersama dengan Toll-giver melakukan penjadwalan
produksinya.
9. Bersama-sama dengan bagian Accounting memastikan Stock Opname
terlaksana dengan baik sesuai jadwal. Stock opname untuk bahan awal dan
bahan kemas dilakukan tiap 1 tahun sekali, sedangkan untuk produk jadi
dilakukan setiap 2 bulan.
Wewenang dari PPIC :
1. Memperoleh prakiraan penjualan yang cukup akurat, data stok bahan awal,
bahan pengemas, stok WIP dan produk jadi di Gudang Produk Jadi (GPJ) dan
produk jadi di distributor.
2. Memperoleh informasi perkembangan produksi dan stok bahan, serta
kesesuaiannya dengan jadwal produksi.
3. Memperoleh informasi yang up-to-date sehubungan dengan stok bahan, WIP
(Work In Process), obat jadi, actual sales, dan sales trend, delivery time, dan
minimum order quantity bahan dan sebagainya untuk menghitung ketepatan
perencanaan stok.
4. Memperoleh informasi lengkap perihal kapasitas sumber daya yang ada di
produksi, ukuran bets, lead time produksi dan lainnya yang berhubungan
dengan perencanaan produksi.
5. Memperoleh standar Forecast Accuracy untuk menghitung kinerja sales
forecasting.
6. Memperoleh data stok aktual dan tepat waktu.
Berdasarkan forecast penjualan,aktual penjualan yang lalu, rencana dan
aktual stok yang ada maka Manajer PPIC membuat Rencana Tahunan Pengadaan
dan Rencana Produksi, kemudian membuat rencana Pengadaan dan Produksi
Bulanan. Supervisor GBA (Gudang Bahan Awal) berkewajiban untuk memonitor
14
dan menjaga stok bahan baku dan bahan kemas untuk menjaga agar stok efisien
dan efektif. Supervisor GPJ (Gudang Produk Jadi) bertanggung jawab untuk tetap
menjaga agar pesanan pihak distributor selalu terpenuhi.Perencanaan produksi
dibatasi pada stock level (stok persediaan yang harus dijaga dalam kurun waktu
tertentu).
(DepartmenPembelian).
Purchasing
Department
membuat
Purchase Order (PO) dan memilih supplier yang sesuai dengan spesifikasi
yang telah diterima dari departemen Research and Development (R&D),
Quality Control (QC), Produksi dan Quality Assurance (QA). Supplier akan
mengirimkan bahan sesuai dengan Purchase Order (PO) dari Purchasing
Departmentyang akan diserahkan pada bagian gudang bahan awal dan
pengemas.
15
Penyimpanan
Gudang (warehouse) sebagai tempat penyimpanan bahan awal,
dilakukan pengecekan suhu dan kelembaban dua kali dalam sehari.Hal ini
bertujuan untuk memonitor agar gudang tetap dalam keadaan optimum.
Penyimpanan bahan awal dilakukan dengan menggunakan sistem First
Expired First Out (FEFO) dan untuk bahan pengemas dilakukan dengan
menggunakan sistem First In First Out (FIFO) . Gudang dibagi menjadi 3
kategori penyimpanan, yaitu: suhu <30C untuk penyimpanan pada suhu
kamar, suhu <25C untuk penyimpanan pada suhu sejuk dengan menggunakan
Air Conditioner (AC), dan suhu 2 - 8C untuk penyimpanan pada suhu dingin
dengan menggunakan Chiller. Untuk kapsul kosong dilakukan penyimpanan
pada suhu <25C/RH 65%, sedangkan untuk bahan aktif -laktam dan
sefalosporin dilakukan penyimpanan pada suhu <25C dengan RH 50-60 %
(kelembaban),
selanjutnya
disimpan
pada
masing-masing
gedung,
bahan yang telah diteliti oleh departemen R&D, bisa juga berdasarkan CoA
ataupun berdasarkan literatur yang ada.
harus diperiksa terlebih dahulu oleh bagian QC. Bahan baku yang akan
diambil contoh sampelnya harus dalam keadaan bersih terlebih dahulu,
kemudian dibawa ke dalam ruang pengambilan sampel. Ruang pengambilan
sampel merupakan grey area, dimana dalam ruangan tersebut pembungkus
bahan baku baru boleh dibukadan harus dibawah Laminar Air Flow (LAF).
Pengambilan sampel dilakukan pada satu titik dengan jumlah yang
disesuaikan dengan kebutuhan pengujian, kemudian diletakkan pada tempat
yang telah tersedia dan diberi etiket, sehingga bagian QC dapat melakukan
pemeriksaan sampel.
Gudang Produk Jadi
Gudang produk jadi merupakan tempat untuk menyimpan produkproduk yang telah dihasilkan dari proses produksi berupa produk yang sudah
diberi penandaan release oleh Quality Assurance (QA). Produk jadi tersebut
juga sudah dikemas oleh bagian pengemasan atau packaging sehingga produk
jadi tersebut sudah siap untuk dipasarkan dan didistribusikan melalui PBF
besar yang bekerja sama dengan PT. Meprofarm diantaranya adalah PT. Penta
Valent, PT. MPI (Millenium Pharmacon Internasional tbk), dan PT. Kalista
Prima untuk didistribusikan ke seluruh Indonesia.
dalam dus induk. Penandaan atau coding pada kemasan primer dan kemasan
sekunder berisi Expired Date (ED), nomor batch, Manufacturing date (Mfg)
dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Produk-produk tersebut akan dimasukkan
ke dalam dus induk, dimana dus induk tersebut juga diberi penandaan (label
atau code box) sesuai dengan bentuk sediaan dari produk tersebut. selanjutnya
17
Produksi
PLANT MEPRO I
Fasilitas
produksi
non-betalaktam
yang
berfungsi
untuk
memproduksi sediaan padat non steril seperti serbuk, tablet, dan kapsul.
Fasilitas produksi sefalosporin steril dan non steril yang berfungsi untuk
memproduksi seluruh sediaan antibiotik golongan sefalosporin (cefadroxil,
cefixime, dll)
Produksi merupakan seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai dari
penerimaan bahan, dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan, penandaan
sampai
menghasilkan
produk jadi.Pada
prinsipnya
produksi hendaknya
18
diantaranya:
a.
Lantai pada ruang produksi dilapisi dengan bahan epoksi. Alasannya adalah untuk
memudahkan pembersihan sehingga tidak ada debu yang tertinggal setelah
proses pembersihan. Selain itu, bahan epoksi juga tidak memiliki sambungan,
b.
c.
d.
19
produksi.
Koridor kotor digunakan pada produksi sediaan likuid, semisolid, dan
sediaan steril,di mana tekanan pada koridor lebih rendah dibandingkan
tekanan pada ruang produksi. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya
aliran udara dari koridor menuju ruang produksi yang membutuhkan
e.
f.
penumpukan debu.
Desain gudang. Gudang penyimpanan dibagi menjadi beberapa area dengan
pengaturan temperatur yang berbeda sesuai dengan sifat stabilita produk yang
akan disimpan di dalam gudang.
Secara garis besar, proses produksi untuk setiap produk yang ada di PT.
Meprofarm dapat dijelaskan, sebagai berikut: Aktivitas pertama yang dilakukan
adalah adanya serah terima bahan dari pihak gudang dengan pihak produksi.
Bahan baku dan bahan kemas dapat disimpan di gudang bahan baku Sementara
yang ada di gedung produksi mepro I, luasnya tidak terlalu besar dibandingkan
dengan gudang utama (PPIC) dan berfungsi untuk menyimpan bahan baku
sementara untuk rencana proses produksi. Untuk persyaratan ruangan pada
gudang (kelas G) dalam buku POPP CPOB sebenarnya tidak ada persyaratan
khusus
selain
kesesuaiannya
untuk
menjaga
stabilita
bahan
yang
disimpan.penyimpanan bahan baku dilakukan pada suhu kamar dengan RH < 60%
karena terdapat penyimpanan cangkang kapsul didalamnya.Bahan yang diterima
ini harus sudah dinyatakan lulus memenuhi persyaratan oleh bagian Quality
Control (QC). Bahan yang telah disetujui oleh QC ini diberi label
20
21
tersebut. Obat jadi tersebut dikarantina terlebih dahulu sampai dinyatakan lulus
oleh bagian QA. Jika diluluskan, maka produk tersebut akan direlease ke pasar.
Sebelum didistribusikan, obat jadi disimpan di dalam gudang obat jadi
berdasarkan stabilitasnya dan disusun berdasarkan jenis sediaan. Selain itu,
selama proses distribusi kondisi tranportasi harus menjamin produk tersebut tetap
stabil hingga ke tangan konsumen. Berikut akan dipaparkan masing-masing
tahapan/alur proses produksi dari masing-masing sesuai bentuk sediaan.
Alur Produksi Sediaan Tablet
1. Penimbangan
Ruang penimbangan yang berada di gedung utama dirancang dengan
kondisi tekanan udara yang lebih rendah daripada ruang antara dan jalur
koridor. Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan obat yang berupa serbukserbuk tidak
karena udara masuk dari luar ke ruangan timbang. Bahan baku masuk menuju
ruang penimbangan dari gudang bahan baku melalui pass through yang
diterima di ruang antara untuk dibersihkan terlebih dahulu sebelum masuk ke
ruang penimbangan.
Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk memastikan bahwa bahan
baku tersebut adalah benar yang tercantum dalam protap produksi, dalam
kondisi baik, dan telah diluluskan oleh bagian Quality Control (QC).
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan nama bahan baku, tanggal kadaluwarsa,
pemerian fisik, warna, bau, dan benda asing yang terdapat pada bahan baku.
Setelah
itu,
dilakukan
pemeriksaan
keberadaan
label
status
bahan
22
lain: bahan yang tidak berdebu, bahan lengket, bahan yang berdebu, zat aktif,
pewarna dan cairan. Sedngkan untuk penimbangan bahan baku berupa OKT
maupun prekursor harus diawasi oleh apoteker ditandai dengan paraf apoteker
pada batch record. Personil harus menggunakan pakaian yang sesuai, dengan
masker dan sarung tangan selama proses penimbangan. Bahan-bahan baku
yang telah ditimbang dimasukkan dalam wadah plastik besar yang diletakkan
di atas palet dan kemudian diberi label yang jelas. Bahan-bahan ini disimpan
di ruang staging hingga proses produksi selanjutnya akan dimulai. Bahan awal
berupa OKT dan prekursor disimpan tersendiri di dalam lemari jeruji yang
terkunci dan kunci hanya dimiliki oleh apoteker penanggung jawab. Bahanbahan sisa yang tidak digunakan untuk proses produksi dilakukan proses
rekonsiliasi/dicatat dalam kartu stok bahan baku sehingga dapat diketahui
jumlah bahan yang dipakai maupun tidak terpakai. Bahan yang tidak terpakai
akan dikembalikan ke gudang bahan baku. Hal ini untuk memudahkan
pengendalian bagian PPIC terhadap jumlah bahan baku yang ada. Untuk
peralatan yang telah digunakan kemudian segera dibersihkan begitu proses
penimbangan selesai.
Sebelum dilakukan proses penimbangan, terlebih dahulu dilakukan
verifikasi timbangan oleh operator disetiap harinya ketika timbangan baru
dinyalakan. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa timbangan yang
digunakan masih dalam keadaan benar. Selain itu, secara berkala dilakukan
kalibrasi timbangan oleh Balai Metrologi setiap 6 bulan sekali. Proses
penimbangan dilakukan di ruang kelas E, sesuai dengan ruang produksi yang
digunakan.
2. Staging
Setelah selesai penimbangan, bahan baku yang belum diproses
pencampuran/mixing, disimpan dalam ruang khusus yakni ruang staging
bahan baku. Pada ruangan ini bahan baku dipisahkan antar bets untuk
meminimalisasi kesalahan pengambilan oleh petugas. Selain itu, bahan OKT
dan prekursordisimpan dalam lemari jeruji besi yang dikunci dan kunci jeruji
23
besi disimpan oleh seorang apoteker. Apabila akan digunakan, bahan baku
OKT dan prekursor yang sudah ditimbang dapat diambil dari dalam lemari
jeruji besi dengan pengawasan apoteker tersebut. Setelah melalui peyimpanan
di ruang staging bahan baku, kemudian bahan baku diambil untuk dilakukan
proses mixing awal dan/atau granulasi.
3. Mixing Awal
Proses mixing (pencampuran) untuk sediaan tablet dibagi menjadi dua,
yaitu: Granulasi Basah dan Pengeringan
Proses granulasi basah dilakukan untuk meningkatkan aliran serbuk
dengan cara membentuk agregat-agregat dalam bentuk teratur yang disebut
granul menggunakan suatu bahan berupa cairan pengikat. Titik kritis proses
granulasi basah adalah jumlah cairan pengikat, kecepatan pengadukan, dan
durasi atau lama pengadukan untuk mencapai dispersi yang merata sehingga
semua bahan pengikat sudah bekerja untuk membentuk granul. Proses
pembuatan granul ini dilakukan dengan pengayakan massa basah untuk
mengubah massa lembab menjadi gumpalan-gumpalan granul dengan
melewatkan massa pada penggiling. Alat yang digunakan pada proses ini
meliputi alat timbang,
24
awal saja.
granulasi
lainnya
yang
digunakan
adalah
planetary
25
26
dilakukan selama 30 menit (25 menit mixing fase dalam dan fasa luar kemudian
dimixing kembali selama 5 menit setelah
(b)
5. Pencetakan
Sebelum
pencetakan
dimulai,
dilakukan
pengaturan
alat
untuk
memperoleh bobot dan kekerasan tablet yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Proses cetak menggunakan mesin cetak JCMCO dari taiwan. Di PT
Meprofarm terdapat beberapa jenis mesin JCMCO dengan spesifikasi dan
28
Hopper
sebagai
tempat
menyimpan,
memasukkan
granulat
yang
yang
menentukan
bentuk
dan
ukuran/diameter
tablet.
29
(b)
30
tanggal
kadaluwarsa,
serta
Harga
Eceran
Tertinggi
(HET)
menggunakan inkjet printer. Setelah itu strip akan dipotong sesuai dengan
jumlah tablet perstrip yang telah diatur. Strip memliki perlindungan lebih kuat
terhadap produk sehingga banyak digunakan untuk produk yang memiliki
stabilitas rendah terhadap pengaruh lingkungan luar.
plastik
transparan
dibentuk
saat
pemanasan.
Mekanisme
Sensor digun akan untuk membaca eye mark agar pemotongan blister tepat
pada tempat yang diinginkan.
Tahap cutting/pemotongan
32
33
Keseragaman bobot
Kekerasan tablet
35
harus dilakukan pengambilan sampel secara rutin untuk pemeriksaan bobot kapsul
supaya memastikan proses pengisian berjalan dengan baik.
36
Botol plastik tidak tahan panas tidak dicuci sedangkan botol plastic yang
tahan panas dicuci pada suhu 80oC. Botol kaca dicuci terlebih dahulu,
disemprot dengan recycle water (air semprotan semprotan PW),
compressed air, purified water, fresh compressed air. Kemudian botol
dioven 150oC (Oven-Offline) atau 110oC (Tunnel-Inline).
-
Penimbangan
Tahap penimbangan sama seperti pada tahap penimbangan produksi
sediaan jenis lain kecuali precursor dan psikotropika disaksikan oleh apoteker.
Pencampuran (mixing)
Bahan baku yang sudah siap untuk diolah akan dikirim dari ruang staging
38
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
penguapan
essence
yang
Pengemasan Primer
Petugas IPC akan melakukan pengecekan pH dan viskositas sediaan.
Pengujian ini dilakukan setelah suhu sediaan mencapai 2530oC. Pengisian tetap
dilakukan tanpa menunggu pernyataan DILULUSKAN dari QC karena proses
pengisian bersifat parallel dan juga untuk efisiensi waktu. Botol yang akan
digunakan sebagai wadah primer dicuci secara otomatis menggunakan mesin
pencuci botol dan aqua demineralisata. Selanjutnya botol dibilas dengan PW dan
dikeringkan dalam oven bersuhu 150 C selama satu jam. Pencucian botol plastik
yang etiketnya tercetak pada botol dilakukan dengan menggunakan larutan
desinfektan golongan klor pada konsentrasi tertentu kemudian botol ditiriskan
selama 12 jam sebelum pengisian. Pengisian dan penutupan botol dilakukan
menggunakan mesin Filling Jih Cheng dan mesin Autocapping. Pada proses
pengisian sediaan suspensi, produk ruahan harus selalu diaduk untuk menjamin
keseragaman dosis dalam produk dan tidak terbentuknya endapan. Selain itu, saat
pengisian petugas IPC akan melakukan sampling untuk pemeriksaan volume
filling dan torque test.
Pengemasan Sekunder
39
Kemasan sekunder produk sirup cair dan suspensi meliputi etiket, brosur,
sendok takar, pipet tetes, outerbox, dan dus induk.Pengemasan sekunder
dilakukan di area pengemasan, di luar ruang produksi.Kontrol produk yang telah
diberi kemasan sekunder mencakup pemeriksaan fisik kemasan, identitas
(No.Bets, ED, MD, HET) dan bobot akhir produk dalam kemasan, kebersihan
ruangan, serta kesiapan jalur dilakukan oleh petugas IPC. Selanjutnya produk
dikirim ke gudang produk jadi dengan label KARANTINA. Setelah mendapat
persetujuan DILULUSKAN dari bagian QC, produk boleh dipasarkan.
Alur Proses Produksi Sediaan Krim
Berikut ini adalah alur pembuatan (produksi) jenis sediaan Krim :
Penimbangan
Tahap penimbangan sama seperti penimbangan pada proses produksi sediaan lain.
fase minyak masing-masing pada suhu 70-80C. Fase minyak harus disaring
terlebih dahulu dengan penyaring khusus untuk memisahkan pengotor yang
berasal dari bahan baku. Apabila suhu sudah mencapai 7075C, dilakukan
pencampuran fase minyak dan fase air.Pengadukan fase minyak dan fase air harus
dilakukan pada kecepatan yang konstan dengan agitator dan turbin agar terbentuk
basis krim yang baik.Pengadukan ini dilakukan pada alat Under Vacuum
Emulsifying Mixer Axomatic 100 LT.Selanjutnya suhu tangki diturunkan hingga
45-50C dan tetap diaduk dengan agitator. Kapasitas tanki 100Kg (terhadap air),
namun bets maksimal yang dibuat adalah 75 Kg untuk menghidari over capacity,
karena ada basis krim yang mengembang yang dikhawatirkan bila di pas 100Kg
akan meluap atau tidak teraduk.
Pencampuran Akhir
Zat aktif yang telah didispersikan ditambahkan dalam basis krim.
Kemudian dilakukan pengadukan dengan mixer selama 20 menit pada alat UnderVacuum Emulsifying Mixer Axomatic 100 LT. Sampel kemudian diambil dan
dikirim ke bagian QC untuk diperiksa homogen kadar zat aktif pada tiga titik,
40
yaitu kiri, tengah dan kanan. IPC setelah dilakukan pencampuran adalah uji
konsistensi krim dan pH. Penambahan zat pewangi dilakukan pada suhu 3540C
sebab zat pewangi mudah menguap pada suhu tinggi dan mengganggu penentuan
kadar zat aktif.
Pengemasan Primer
Pengemasan primer massa krim ke dalam tube dilakukan otomatis
menggunakan mesin Tube Filling Axomatic Optima 900. Mesin ini memiliki
kecepatan pengisian rata-rata 50 tube/menit. Keseluruhan proses pengisian
meliputi penempatan tube bersih pada Magazine tube, pemasangan tube,
pembacaan eye mark oleh sensor, pengisian massa krim, penge-press-an ujung
tube, pelipatan tube (tipe saddle fold, double fold,dan single fold), pencetakan
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa, serta pengeluaran tube dari mesin. Tube
yang keluar dari mesin langsung diperiksa bobotnya untuk memisahkan produk
krim yang bobotnya diluar rentang (produk ditolak/reject).Produk juga diperiksa
penampilan fisiknya untuk menghindari kerusakan pada tube. Produk yang ditolak
akan dikeluarkan isinya kemudian dikemas ulang secara manual ke dalam tube
baru.
Pengemasan Sekunder
Kemasan sekunder sediaan krim yaitu brosur, dus krim, dan dus induk.Dus
induk yang telah diisi dengan produk selanjutnya ditimbang dan diberi
label.Kebenaran pengemasan diperiksa oleh petugas QC dan Kepala Seksi
Pengemasan.Sama seperti pengemasan sekunder sediaan lainnya, titik kritis
pengemasan krim juga terletak pada kesiapan jalur pengemasan.Jika jalur
pengemasan telah siap, baru dilakukan penyiapan bahan kemas sesuai dengan
yang dibutuhkan dan tertera pada batch record.Selanjutnya produk jadi diserahkan
ke gudang produk jadi. Sisa bahan kemas dihitung jumlahnya dan dikembalikan
ke gudang bahan baku.
Alur Proses Produksi Sediaan Steril
Pembuatan produk steril diakukan di area steril.Untuk memasuki area
tersebut, harus melalui ruang penyangga untuk personil.Selain itu, alur masuk
barang terspisah dengan alur masuk atau personil. Area steril dijaga tingkat
41
suhu
dan
kelembaban
udara
dengan
42
43
yang telah dicuci disterilisasi dalam oven pada suhu 262C selama 1 jam untuk
membunuh mikroba dan pirogen. Tutup karet (rubber stopper) yang digunakan
adalah tutup karet yang siap disterilisasi sehingga tidak perlu dicuci terlebih
dahulu.Tutup karet disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121 C selama 30
menit.Aluminium cap (flip-off cap) yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci
dalam mesin pencuci tutup karet.
Hasil sterilisasi oven dan autoclave kemudian diambil dan dimasukkan ke
dalam troley yang memiliki LAF (seluruh proses dilakukan dibawah
LAF).Sedangkan untuk ampul yang beukuran 1-3 mL dapat dilakukan pencucian
secara inline melewati tunnel yang kemudiaan dapat langsung digunakan untuk
proses filling. Settle plate diletakkan di tempat dimana aliran udara terdapat
potensi aliran udara terganggu atau ada kemungkinan kontaminasi dimana ada
turbulensi udara terbuka pada ruang produksi dan diganti setiap 4 jam.
Pembersihan peralatan dilakukan dengan menggunakan WFI panas atau
teepol.Sterilisasi ruangan dilakukan seminggu sekali menggunakan IPA, alkohol
dan H2O2.Pencucian peralatan yang dapat berpindah di ruangan cuci dan untuk
peralatan yang tidak dapat dipindahkan dilakukan CIP/SIP ditempat. Dalam
rangka penjaminan sterilitas dilakukan mediafill, yaitu pengerjaan proses produksi
seperti produk menggunakan media tumbuh mikroba yang sudah diuji growth
promotiontest.
Proses pembuatan sediaan steril dibagi dua yaitu secara aseptik dan
sterilisasi akhir (terminal sterilization). Pemilihan proses produksi ini dilakukan
berdasarkan karakteristik bahan yang digunakan dan produk yang akan dihasilkan.
Proses injeksi cair secara aseptik dilakukan terhadap zat yang tidak tahan panas
dan dilakukan seminimal mungkin tidak boleh ada pertumbuhan atau kontaminan
mikroba. Proses pembuatan injeksi cair secara aseptik dimulai dari pencucian
ampul dan dilakukan sterilisasi ampul dengan oven pada suhu 260
C selama 1
jam diruang kelas D. Peralatan mixing tank, holding tank dan filling machine
dicuci di kelas C dan D. Mixing tank harusdibersihkan dengan metode Clean In
Place dan disterilkan dengan metode Steril In Place.
Bahan baku ditimbang di kelas C dan dibawah aliran LAF kelas A.
44
45
fisik kemasan, identitas (No.Bets, ED, MD, HET) dan bobot akhir produk dalam
kemasan, kebersihan ruangan, serta kesiapan jalur dilakukan oleh petugas IPC.
Selanjutnya produk dikirim ke gudang produk jadi dengan label KARANTINA.
Setelah mendapat persetujuan DILULUSKAN dari bagian QA, produk boleh
dipasarkan.
2.2.5
QC
Manage
QC Ass. Manager
Chemical
r and
Finishing Product
QC
Ad
min
QC Ass.
Manager
Raw Material
and Packaging
QC
Material QC
Dos
Super
sier
visor
Sam
QC
Ana
plin
g
lyst
Lab
Staf
ora
n
QC
QC
QC
Su
pv
QC
1
An
aly
st
Su
pv
QC
1
An
aly
st
Su
pv
QC
1
An
aly
st
QC Ass.
Manager
Microbiology.
QC
An
aly
QC st
An
aly
st
QC
Sup
ervis
or
Lab
ora
n
QC
Phar
macis
t
QC
stabili
Ana
ty
lyst
QC
IPC
IPC
STA
FF
47
berada dalam status karantina. Bahan yang masih dikarantina tidak dapat
digunakan dahulu untuk produksi.pengambilan sampel maksimal oleh QC,
yaitu: 10 hari sejak bahan diterima olehgudang. Untuk bahan awal sampling
dilakukan untuk setiap wadah.Pengabilan pada setiap wadah ini bertujuan
untuk uji identifikasi bahan tersebut.Sampling dilakukan pada satu titik,
dengan letak ditengah agak atas. Pengambilan sampel sebanyak yang
dibutuhkan untuk pengujian bahan tersebut dan untuk sampel tertinggal
(retain sample). Sampel yang telah diambil dikirim ke bagian QC dan akan
dilakukan pengecekan sesuai standar Farmakope Indonesia atau compendial
lainnya yang telah ditetapkan oleh analis bahan awal. Apabila hasil pengujian
yang telah disetujui, maka admin akan memasukan ke SAP dan label
pelulusan akan ditempel pada masing-masing wadah produk awal tersebut
yang sudah di acc. Setiap sampel yang diterima laboratorium harus diambil
contohnya sebagai sampel pertinggal (retain sample).Retain sampel yang
disimpan harus cukup jumlahnya untuk dua kali pengujian lengkap
dandisimpan selama 5 tahun. Cara pengambilan sampel, diantaranya:
a) Pola n: hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan
homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat
diambil dari bagian manapun dari wadah:
n=1+N
n = jumlah wadah yang dibuka / diambil sampel
N = jumlah wadah yang diterima
b) Pola p: jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan
tujuan utama adalah untuk pengujian identitas.
p = 0,4 N
N = jumlah wadah yang diterima
p = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan ke atas
c) Pola r: jika bahan diperkirakan tidak homogen dan / atau diterima dari
pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan untuk bahan
yang berasal dari herbal (ekstrak) yang digunakan sebagai bahan awal,
48
r = 1,5 N
N = jumlah wadah yang diterima / diambil sampel
r = jumlah sampel yang diambil berdasarkan pembulatan ke atas
Pemeriksaan bahan pengemas dari suplier hampir sama dengan bahan awal,
pemeriksaan bahan kemas dibagi menjadi 2 jenis yaitu bahan kemas primer dan
bahan kemas sekunder.meliputi kesesuaian surat jalan dan identitas barang dengan
barang yang diterima, namun yang ada pemeriksaan tambahan yang berkaitan
dengan kemasan seperti warna, tulisan, dan ukuran dibandingkan dengan
standar.Jumlah sampel yang diambil hendaklah ditentukan secara statistik dan
disebutkan dalam pola pengambilan sampel.Untuk bahan kemas juga ada
penyipanan untuk retain sample. Retain sample untuk bahan kemas dsimpan
selama dua tahun. Jumlah yang diambil berbeda, tergantung jenisnya, seperti
berikut
Foil: 1
Brosur dan etiket: 1 lembar
Botol dan dus induk: 1 buah
Jarumsuntik, alu cap, flip off, rubber, sendok, hanger, rondo: 2 buah
Rotoplas: 10 buah
2. Pengawasan dalam proses pengolahan (In Process Control)
Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan
yaitu untuk mencegah diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi.
Pengawasan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dan mengadakan
pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap
tertentu dari proses pengolahan.
Pemeriksaan produk antara
Produk antara adalah campuran bahan yang masih memerlukansatu atau lebih
tahapan pengolahan untuk menjadi
produk
ruahan.
Pemeriksaan
yang
dilakukan pada produk antara misalnya granul, bulk, sirup kering, dan krim
diantaranya: Pemeriksaan produk antara untuk tablet konvensional meliputi uji
keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, friksibilitas, waktu hancur, disolusi,
49
dan kandungan zat aktif. Pada tablet salut, tidak dilakukan uji friabilitas dan
friksibilitas karena permukaan tablet tertutup oleh penyalut sehingga tidak
dapat menunjukkan kerapuhan dan pengaruh gesekan yang sebenarnya. Pada
tablet kunyah, tidak dilakukan uji waktu hancur karena tablet kunyah hancur di
mulut sehingga uji waktu hancur tidak dapat menggambarkan waktu hancur
tablet kunyah.Pemeriksaan untuk sediaan sirup kering meliputi keseragaman
bobot per botol, kelarutan, penampilan sediaan, kadar zat aktif. Pada sirup
pemeriksaan meliputi pemerian, pH, dan kadar zat aktif. Sedangkan
pemeriksaan untuk sediaan injeksi serbuk adalah pemeriksaan keseragaman
bobot, kelarutan, penampilan sediaan, kadar zat aktif, uji sterilitas, uji
endotoksin dan kejernihan sediaan setelah dilarutkan.Sedangkan pemeriksaan
untuk sediaan kapsul meliputi pemerian, uji keseragaman bobot, waktu hancur,
disolusi dan keseragaman kandungan zat aktif. Pada sediaan cream
pemeriksaan meliputi pemerian, keseragaman volume, viskositas, homogenitas,
warna, pH, dan kadar zat aktif. Untuk sediaan suppositoria pemeriksaan
meliputi pemerian, jarak lebur dan kadar zat aktif.
Pemeriksaan produk ruahan
Produk ruahan merupakan produk antara yang telah selesai diolah dan
dikemas dalam kemasan primer dan hanya memerlukan satu tahapan proses, yaitu
pengemasan sekunder untuk menjadi produk jadi. Pemeriksaan produk ruahan
perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang selesai diolah meskipun
bahan bakunya telah memenuhi persyaratan.Kualitas produk ruahan ini telah
ditentukan dan memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan.Produk yang dikemas
dalam kemasan primer diperiksa ketepatan pengemasannya. Untuk tablet yang
dikemas dalam strip, dilakukan pemeriksaan kesesuaian tablet dalam roll dan
isinya (isi dan informasi pengemas), tablet tidak boleh pecah, potongan simetris,
kerekatan strip, printing tidak meleset dan tes kebocoran.Uji kebocoran dilakukan
dengan memasukkan sampel uji ke dalam wadah yang berisi cairan, lalu wadah
tersebut ditutup (sebelumnya di-vacuum untuk mengeluarkan udara dari wadah)
sehingga tekanan dalamwadah berkurang (dari 1 atm menjadi 0,5 atm) dan
menjadi lebih kecil dibanding tekanan di dalam sampel sehingga apabila ada
50
kebocoran maka gelembung udara akan keluar dari sampel dan cairan akan
merembes ke dalam sampel yang diperiksa.
Pemeriksaan produk jadi
Pemeriksaan produk jadi meliputi kebenaran proses dan kelengkapan
kemasan (jumlah, isi, leaflet, cetakan nomor batch dan tanggal kadaluarsa).
Pemeriksaan produk jadi oleh QC hanya terbatas pada pemeriksaan identitas dan
kondisi pengemasnya.Pemeriksaan kemasan sekunder meliputi kebenaran dan
kelayakan kemasan, kelengkapan dan kebenaran nomor batch dan tanggal
kadaluarsa, kelengkapan isi kemasan meliputi label, brosur, sendok obat (pada
sirup).Selama masa pengujian ini, produk akan dikarantina di gudang. Ketika
hasil uji keluar dan hasilnya memenuhi syarat, maka produk dapat diluluskan oleh
QA dan dipasarkan.Terkadang terjadi ketidak sesuaian dari hasil uji dengan
spesifikasi, disebut dengan HULS (Hasil Uji Luar Spesifikasi).Tiap HULS yang
diperoleh hendaklah diinvestigasi dan didokumentasikan berdasarkan suatu
prosedur.Menurut CPOB, produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan
kriteria mutu lain yang ditetapkan hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat
dilakukan, apabila layak, namun produk hasil pengolahan ulang hendaklah
memenuhi semua spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan sebelum
diluluskan untuk distribusi.Produk jadi juga diambil sampel untuk retain
sample.Jumlahnya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk dua kali pengujian
lengkap. Penyimpanannya hingga satu tahun setelah expire date produk tersebut.
Uji Stabilita Produk
Uji stabilitas dilakukan untuk produk-produk baru, produk yang mengalami
validasi proses, produk yang mengalami perubahan formula, produk yang
mengalami perubahan komposisi pengemas primer, dan produk yang mengalami
perubahan vendor bahan awal. Uji stabilitas ini dilakukan untuk dua hingga tiga
batch awal. Uji stabilitas yang dilakukan oleh bagian QC ada tiga jenis, yaitu:
1
51
Uji stabilitas real time suhu penyimpanannya sesuai dengan yang tertera
pada kemasan. Untuk produk yang disimpan pada suhu kamar dilakukan pada
suhu 300C 20 C RH 75 % 5 % Frekuensi pengujian tiap 3 bulan sampai
dengan 1 tahun selanjutnya tiap 6 bulan sampai dengan expired date ditambah
2
1 tahun.
Uji Stabilitas Dipercepat (Accelerated Time).
Uji stabilitas dipercepat suhu penyimpanannya secara teori ditambahkan
suhu 150C dari yang tertera pada kemasan.Untuk produk yang disimpan pada
suhu kamar dilakukan pada suhu 40 20C RH 75 % 5 % Frekuensi pengujian
pada bulan ke 1,2,3,4,5 dan 6. Sebenarnya POM hanya membutuhkan data
pada bulan ke 3 dan 6 namun bagian R&D melakukan uji stabilitas tiap bulan
sehingga
bila
tidak
memenuhi
maka
bagian
R&D
dapat
segera
memperbaikinya.
Uji Stabilitas Ekstrim
Uji stabilitas ekstrim dilakukan pada kondisi ekstrim misalnya tablet : uji
stabilitasnya dilakukan di oven pada suhu 70 0 C, sirup: uji stabilitasnya
dilakukan di waterbath 950 C, krim : uji stabilitasnya dilakukan di oven 40500C, injeksi cair: uji stabilitasnya dilakukan diautoklaf dengan frekuensi 2
kali.
Pengujian Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi adalah pengujian terhadap jasad renik (virus,
bakteri, jamur, ragi, alga, dan protozoa).Uji mikrobiologi bertujuan mengetahui
sejauh mana suatu produk atau penunjang produksi (bahan awal, peralatan,
operator, ruangan) memenuhi syarat mikrobiologi. Sumber kontaminasi
mikrobiologi ada tiga yaitu:
1. Air dari erosi tanah, air hujan, dan tanaman yang membusuk
2. Peralatan karena pembersihan yang tidak sempurna, pencucian dengan air
yang tidak memenuhi persyaratan, debu yang melekat
3. Operator yang bisa berasal dari keringat, hidung (nafas) dan air ludah.Uji yang
dilakukan oleh Seksi Pengujian Mikrobiologi meliputi:
52
1. Uji potensi
Uji potensi dilakukan untuk membandingkan dosis sediaan uji terhadap
dosis sediaan pembanding yang masing-masing menghasilkan derajat
hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan jasad renik yang peka dan
sesuai. Uji dilakukan dengan lempeng silinder.
2.
Uji sterilitas
Tujuan dari uji sterilitas untuk menentukan adanya kemungkinan jasad renik
(mikroba) hidup atau mempunyai daya hidup dalam produk steril baik
terhadap produk yang dihasilkan menggunakan teknik aseptis atau sterilisasi
akhir (pada produk akhir dilakukan sterilitas dengan autoklaf). Cara uji
sterilitas ada dua cara, yaitu:
Cara langsung: sampel langsung dimasukkan dalam media pembenihan.
Cara tidak langsung: sampel disaring melalui membran, kemudian
membran dimasukkan dalam media pembenihan. Uji sterilitas dilakukan
didalam LAF kabinet, sebelum digunakan LAF kabinetdisinari lampu
UV selama 10 menit, kemudian disemprot dengandesinfektan.
3. Uji kontaminasi (uji batas cemaran)
Bertujuan mengetahui sejauh mana suatu sampel serta sarana pendukung
baik ruangan, peralatan, operator telah terkontaminasi oleh jasad renik.
4. Pengujian endotoksin (tes LAL)
Bertujuan menguji adanya endotoksin dalam sampel atau dipermukaan
sampel dengan LAL. Endotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh bakteri
Gram negatif dan dapat dihancurkan dengan pemanasan 180 o C selama 3,5
jam atau 250o C selama 0,5 jam.
5. Pemantauan mikrobiologi ruangan dan fasilitas
Ruangan dan fasilitas yang diuji yaitu udara, lantai, dinding dan
peralatan.Keempat fasilitas tersebut dapat mempengaruhi kualitas produksi
yang dihasilkan. Metode uji yang digunakan yaitu:
contact plate.
Apus (swab) dengan menghapus sejumlah tertentu permukaan
yang berlekuk atau permukaan rata kemudian disebarkan ke
atas lempeng agar.
QA Ass.
Manager
GMP
QA
Complian
Pharmacis
t ce
QA
Manager
QA
Pharmacis
t
QA Ass.
Manager
Documen
QA
t Control
Pharmacis
&t CAPA
QA
Pharmacis
t
QA Ass.
Manager
Validation,
Qualificarion,
QA
Calibration
Pharmacis
QA
Pharmacis
t
54
A. QA GMP Compliance
GMP compliance merupakan bagian dari QA yang mempunyai tugas
sebagai:
1. Deviation (Penyimpangan)
Penyimpangan diartikan sebagai segala sesuatu yang tidak memenuhi
persyaratan, prosedur yang ditetapkan, regulasi/spesifikasi yang menyebabkan
resiko/tidaknya pemenuhan suatu persyaratan.Penyimpangan dibedakan menjadi
dua yaitu penyimpangan di dalam laboratorium dan penyimpangan di luar
laboratorium.HULS adalah semua hasil pengujian yang tidak memenuhi
persyaratan (berada di luar spesifikasi) atau kriteria penerimaan yang ditetapkan
oleh PT Meprofarm atau oleh perusahaan pemberi kontrak untuk produk toll yang
diuji di laboratorium Quality Control.Penyimpangan di dalam laboratorium/
HULS (Hasil Uji Luar Spesifikasi) dapat berupa kadar tidak memenuhi syarat,
tidak homogen, kekerasan tidak memenuhi syarat, dan sebagainya, sedangkan
penyimpangan di luar laboratorium dapat berupa mesin cetak macet, granul tidak
bisa mengalir, gangguan pada engineering, gangguan suplai air. HULS dilaporkan
oleh bagian Quality Control dan diperiksa oleh manager Quality Control
kemudian baru diperiksa lagi oleh manager QA. Sedangkan pada skala di luar
laboratorium dilakukan pengisian form penyimpangan oleh bagian yang
mengalami masalah dan menuliskan tindakan sementara yang telah dilakukan dan
CAPA yang akan diambil dan harus disetujui oleh bagian QA dahulu sebelum
tindakan CAPA tersebut dilaksanakan. Tindakan yang diambil dapat juga berupa
change control. Penanganan penyimpangan dapat dibagi menjadi 3 yaitu
penyimpangan kritis, penyimpangan besar/menengah, dan penyimpangan
kecil/rendah. Penanganan penyimpangan kritis dilakukan maksimal 5 hari setelah
penyimpangan terjadi, penyimpangan besar dilakukan maksimal 10 hari setelah
penyimpangan terjadi, dan penyimpangan kecil/rendah dilakukan maksimal 30
hari setelah penyimpangan terjadi.
55
2. Change Control
Pengendalian Perubahan adalah suatu sistem untuk memantau dan
mendokumentasikan perubahan-perubahan yang direncanakan serta mengkaji
dampak dari perubahan tersebut terhadap mutu produk.Kategori perubahan :
a. Kritis (C): Mempengaruhi mutu obat dan fatal terhadap kesehatan hingga
menyebabkan kematian konsumen.
b. Berdampak besar (M): Mempengaruhi mutu obat tetapi tidak fatal terhadap
kesehatan konsumen.
c. Berdampak kecil (m): Kecil pengaruhnya terhadap mutu obat dan tidak
berdampak pada kesehatan konsumen.
Pengendalian perubahan dilakukan dengan pengawasan secara ketat setiap
ada perubahan terhadap bahan, fasilitas/lingkungan, peralatan, atau proses
(termasuk metode analisis, dan mengambil tindakan yang diperlukan termasuk
validasi ulang terhadap perubahan yang diklasifikasikan kritis.
3. Menangani produk kembalian.
QA Pharmacist akan memeriksa administrasinya meliputi kebenaran dari
surat-surat dengan produk yang dikembalikan, memberi status dimusnahkan atau
digunakan untuk keperluan internal. Status dimusnahkan untuk produk dengan
kadaluarsa kurang dari 6 bulan.Status untuk keperluan internal jika produk dengan
kadaluarsa lebih dari 6 bulan dan dalam kondisi baik (layak dikonsumsi).
4. Menangani keluhan dari konsumen.
Keluhan dari konsumen biasanya didapatkan melalui marketing dan
berasal dari toll giver yang dikirimkan melalui email.Keluhan dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu keluhan medis dan non medis.Keluhan medis berhubungan
dengan efek samping dan khasiat obat sedangkan keluhan non medis berhubungan
dengan kondisi fisik obat. Keluhan medis ditangani oleh farmakovigilans yang
merupakan subordinat dari bussiness development dan dapat dibantu oleh bagian
QA sedangkan keluhan non medis akan ditangani oleh QA dengan berkoordinasi
dengan bagian lain yang terkait seperti Quality Control, Research and
Development, produksi, PPIC, dan lain-lain. QA Pharmacist akan melakukan
pemeriksaan terhadap produk keluhan yang kemudian dibandingkan dengan
56
57
Tugas QA Pharmacist :
a.
b.
c.
d.
hasil evaluasi
e. Menyusun annual GMP Training Review
6. Audit
Audit bertujuan untuk memastikan semua hal yang menyangkut mutu
produk sesuai dengan kriteria dan regulasi.Audit meliputi audit internal dan audit
eksternal. Audit eksternal dilakukan oleh QA dan bagian Purchasing dan bagian
terkait lainnya bertujuan untuk mengevaluasi sistem dan mendeteksi adanya
kekeliruan yang terjadi maupun yang berpotensial terjadi serta mengevaluasi
perusahaan pemasok bahan awal dan bahan pengemas. Audit internal
dilaksanakan sekali dalam setahun.Dibentuk tim internal audit inspeksi diri yang
mengaudit lintas departemen atau bagian.
7. Pelulusan Produk
Setiap batch yang telah dibuat akan direview oleh bagian QA dan QA yang
akan menyetujui atau tidaknya produk tersebut dijual. QA merupakan benteng
terakhir dalam penentuan suatu produk dapat diluluskan atau ditolak. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut :
ro
P
tra
s
la
e
ib
k
u
d
m
p
n
lig
k
u
d
to
SS
CD
Q
h
o
n
a
s
lu
rd
e
tik
ks
d
jro
g
n
e
lp
s
th
a
u
ib
ilc
h
rta
e
d
o
R
B
,P
k
u
p
Jn
.g
j D
td
n
a
k
s
ilu
Gambar 16. Alur realease produk
58
g
n
d
e
M
u
,ro
m
P
lQ
k
a
h
ip
C
t rik
lIP
h
a
s
,p
e
C
d
o
tn
m
MM
m
w
v
tR
u
c
d
o
P
s
a
k
g
rin
e
A jia
C
b
td
m
n
e
M
k
,Q
lro
P
C
A
g
c
G
S
&
y
p
u
Gambar 17. Alur langkah-langkahPeriodic Product Review
B. QA Corrective Action Preventive Action (CAPA) and Document Control
Corrective Action Preventive Action (CAPA) and Document Control
merupakan bagian yang mempunyai tugas dalam menngedalikan dan mengatur
jalannya semua dokumen yang ada pada bagian manufactoring dan juga
mengawasi dan mengevaluasi CAPA yang akan dilakukan.
1. Mengendalikan dan mengatur jalannya semua dokumen
Dokumen yang dikendalikan oleh QA ada 2 macam yaitu prosedur dan
catatan.Prosedur merupakan guideline dalam bekerja sedangkan catatan dapat
berupa form-form yang harus diisi.Contoh dari prosedur adalah protap, PPI
(Prosedur Pengolahan Induk) dan contoh dari catatan adalah batch record.
59
60
h. Diberi tanggal efektif oleh QA sesuai tanggal sosialisasi atau tanggal terima
i.
j.
k.
l.
m.
n.
dokumen.
Protap diperbanyak sesuai bagian yang akan didistribusikan.
Dicap sesuai keperluan
Penyebaran protap dituliskan di form distribusi.
Distribusi protap
Input ke index
Dicap dokumen asli, lalu disimpan ke binder.
Macam-macam cap di dokumen mutu:
dokumen
yang
bersifat
rahasia,
biasanya
langsung
61
berita acara dan didokumentasikan. Dokumen pada bagian lain akan dihancurkan
oleh bagiannya masing-masing dengan menggunakan acara yang akan disimpan
pada bagian masing-masing.
2. Mengawasi dan mengevaluasi CAPA yang akan dilakukan
CAPA yang ditangani pada bagian QA ini meliputi CAPA hasil audit
eksternal dan internal. Audit internal pada setiap bagian dilakukan oleh 2 orang
yang memenuhi kualifikasi sebagai auditor.CAPA kemudian disusun oleh bagian
yang sedang diaudit dan direview oleh auditor dan QA. Setiap CAPA yang
dilakukan akandiinput dalam log CAPA oleh QA. QA juga akan mengontrol
apakah CAPA tersebut telah dilakukan atau belum.
C. QA Qualification, Calibration and Validation
Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan (CPOB, 2012).
Validasi dilakukan berdasarkan 3 pendekatan yaitu:
a. Validasi prospektif, adalah validasi yang dilakukan terhadap suatu produk baru
sebelum produk tersebut didistribusikan/dipasarkan dan hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan serangkaian pengujian Quality Control yang insentif,
pengkajian kondisi pembuatan, hasil uji stabilitas dan persetujuan Quality
Assurance. Untuk memastikan reprodusibilitas proses dalam melakukan
validasi, dibuat dalam 3 bets yang berurutan.
b. Validasi perspektif (concurrent) adalah validasi yang dilakukan terhadap
produk yang rutin diproduksi dan belum pernah divalidasi sebelumnya tetapi
tidak dapat dilakukan secara retrospektif. Bets hasil validasi dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan serangkaian pengujian Quality Control, pengkajian
kondisi pembuatan, dan persetujuan Quality Assurance. Untuk memastikan
reprodusibilitas proses dalam melakukan validasi, dibuat dalam 3 bets yang
berurutan.
62
c. Validasi retrospektif, adalah validasi yang dilakukan untuk produk yang telah
lama beredar atau dipasarkan, kemudian data diambil berdasarkan data dari
proses yang sudah lama, minimal 10-30 bets. Validasi retrospektif dapat
dilakukan bila tidak pernah ada perubahan formula produk, perubahan
peralatan yang digunakan, prosedur pembuatan, source bahan baku maupun
besar bets dari produk yang akan divalidasi.
d. Validasi skala pilot adalah validasi yang dilakukan terhadap produk baru atau
lama yang mengalami perubahan formula. Validasi proses produksi skala pilot
dilakukan dengan besar bets minimum 10 % dari besar bets skala produksi.
Validasi ini digunakan untuk memenuhi dokumen mutu sebagai persyaratan
registrasi di Badan POM. Validasi skala pilot ini biasanya dilakukan sebanyak
1 bets skala pilot dan langsung dibuat laporannya.
1). Validasi Ulang
Revalidasi
merupakan
suatu
pengulangan
validasi
proses
untuk
dalam
melakukan
validasi
pembersihan
peraalatan.Bracketing
didasarkan pada % bahan aktif, kelarutan, lethal dosage, dan MTD sehingga
didapatkan sebuah bahan aktif yang dirasa paling sukar untuk dibersihkan.Validasi
pembersihan peralatan dilakukan setelah pembersihan alat produksi yang baru saja
digunakan memproduksi produk yang mengandung bahan aktif terpilih. Apabila
bahan aktifyang terpilih terdapat dalam 2 macam produk atau lebih maka produk
akan dipilih berdasarkan besaran batch yang dibuat dan frekuensi pembuatan.
63
proses
merupakan
validasi
yang
dilakukan
mulai
dari
3.
sama.
Revalidasi proses dilakukan bila ada perubahan formula, perubahan zat aktif,
perubahan ukuran bets yang signifikan, perubahan layout ruangan produksi,
4.
64
Ketelitian (presisi)
Ketepatan (akurasi)
Linearitas
Selektifitas
Rentang
Rugedness
Robustness
Adapun metode analisis dilakukan untuk :
1. Produk baru
2. Produk yang metode analisisnya belum divalidasi dan dokumennnya
diperlukan untuk registrasi ulang.
3. Revalidasi metode analisis dilakukan bila :
Kalibrasi
Kalibrasi adalah serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk
menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem
ukur,
atau
nilai
yang
direpresentasikan
dari
pengukuran
bahan
dan
membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar
pada kondisi tertentu (CPOB, 2012).
PT. Meprofarm melakukan kalibrasi terhadap alat ukur terhadap
peralatan/instrumen dan alat timbang untuk pengujian serta sebagai peralatan
produksi. Kalibrasi instrumen merupakan suatu pendokumentasian pemeriksaan
banding suatu instrumen yang digunakan sebagai suatu alat ukur untuk mrmantau
dan atau mengendalikan proses produksi terhadap instrumen standar yang telah
65
peralatan
produksi
atau
sarana
penunjang
tersebut
dibeli/dipasang/dibangun.
memperhatikan
aspek-aspek
keamanan
dan
kemudahan
operasional.
Memastikan bahwa sistem/peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau
dibangun telah dilengkapi modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi
67
penggunaannya.
Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan
terpasang dengan benar.
spesifikasi.
Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara aktual dan
produk akhir telah bekerja sesuai dengan rencana desain yang telah ditetapkan.
Memastikan bahwa langkah operasi cara kerja berdasarkan petunjuk
operasional sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi secara berurutan.
bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan metode
proses dan spesifikasi yang disetujui.
Adapun sasaran target kualifikasi kinerja, antara lain :
penggunaannya.
Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan
terpasang dengan benar.
Berikut penjadwalan kualifikasi alat/mesin/sarana penunjang dilakukan
69
Engineerin
g
Secretary
Plant II
Supervis
TECHNIC
or
IIAN
(Utility)
Engineeri
ng
Warehous
e
Superviso
Gambar 18. Struktur Organisasi Engineering PT. Meprofarm r
EHS
COORDI
EHS
NATOR
STAFF
Plant I
Supervisor
(Machine
TECHNIC
&
IIAN
Electricity)
70
71
Air yang telah melewati fase pre water treatment selanjutnya akan masuk
ke dalam tangki softener yang berisi media kation untuk menurunkan kesadahan
air dimana tingkat kesadahan air menunjukkan kandungan logam-logam mineral
yang dikandung oleh air. Setelah melewati tangki softener selanjutnya air akan
disaring oleh filter 3dan kemudian akan melalui proses Reverse Osmosis (RO).
Pada PT. Meprofarm proses RO yang digunakan adalah sistem double pass RO.
Pada proses RO air akan melewati melewati 5 tabung berisi filter semi permeable
yang berfungsi untuk menurunkan konduktivitas air hingga dicapai konduktivitas
tertentu. Kemudian masuk ke dalam tangki RO dengan kapasitas 1000 L.
Air RO yang berada pada tangki RO selanjutnya akan disaring dengan
filter berukuran 1 kemudian akan melewati lampu UV yang berfungsi untuk
membunuh mikroba. Air selanjutnya akan masuk ke unit Electro De Ionization
(EDI). Proses EDI berfungsi untuk menyerap ion positif dan negatif dengan
tegangan 24 Volt DC. Apabila konduktivitas air dan Total Organic Carbon (TOC)
memenuhi persyaratan Purified Water (PW) maka akan masuk ke dalam tangki
penampungan dengan kapasitas sebesar 4000 L. Standar konduktivitas air PW
pada PT. Meprofarm maksimal sebesar 5,1S dan TOC sebesr 500 ppb. PW yang
di dapat pada fase ini dapat digunakan untuk memproduksi sediaan non steril.Air
dalam tangki penampungan PW distribusikan dengan looping system pada suhu
70oC.Looping system merupakan sistem dimana air berputar secara terus menerus
untuk mencegah pertumbuhan bakteri di dalam pipa. Sanitasi dilakukan setiap
minggu selama 30 menit dengan cara menaikkan suhu dari suhu normal.
c. Water For Injection (WFI)
Purified Water (PW) selanjutnya di proses untuk menjadi WFI yang
digunakan untuk memproduksi sediaan steril. PW dari tangki selanjutnya difilter
dengan menggunakan filter berukuran 0,2 dan kemudian akan disaring kembali
dengan filter yang berukuran lebih kecil yaitu 0,04. Setelah melewati proses
penyaringan selanjutnya air akan didestilasi secara bertahap ke dalam destiler
dimana air akan dipanaskan dengan steam kemudian uap air yang terbentuk akan
jatuh ke penampungan. Tetesan uap air yang jatuh merupakan WFI dan
selanjutnya disimpan ke dalam tangki dengan ukuran sebesar 3000L.
72
electric heater.
Electric heater berfungsi untuk mengatur kelembaban dengan cara
masuk ke blower.
Blower berfungsi untuk mendistribusikan udara ke dalam ruangan yang
sebelumnya harus melewati medium filter dengan efisiensi 85-95% dan
HEPA filter dengan efisiensi 99,99% berfungsi untuk menjamin kualitas
udara yang masuk.
Terdapat dua jenis HEPA filter yaitu H13 dan H14 dimana terdapat
perbedaan pada efisiensi, untuk HEPA H13 memiliki efisiensi 99,99%, sedangkan
untuk HEPA H14 memiliki efisiensi 99,999%.
Boiler
Boiler merupakan suatu perangkat yang digunakan sebagai penghasil
sumber panas (steam/uap panas), baik kontak atau tidak kontak produk untuk
keperluan produksi.Boiler yang digunakan oleh PT. Meprofarm menggunakan
bahan bakar solar, dan berkapasitas 1,5 ton. Boiler terdiri beberapa bagian yaitu
burner, fire tube dan pipa kapiler. Burner berfungsi sebagai penghasil api yang
akan memanaskan pipa kapiler yang terdapat didalam tangki kemudian akan
menghasilkan uap panas, uap panas yang dihasilkan ini selanjutnya akan
digunakan untuk keperluan produksi seperti digunakan dalam sistem pengeringan
granul menggunakan Fluid Bed Dryer (FBD) dan proses coating. Uap-uap panas
ini akan ditampung terlebih dahulu sebelum digunakan, dan akan dibagi dengan
menggunakan header (pembagi) yang bertekanan setting minimum 5 bar.
73
Compressed Air
Compressed air merupakan suatu perangkat yang menghasilkan udara
bertekanan.PT. Meprofarm memiliki 3 unit Compressed air dengan tegangan
masing-masing 22 kW.Compressed air berfungsi dalam proses coating dan proses
filling dalam menggerakkan pengisi. Compressed air bekerja dengan cara udara
(fresh air) yang masuk ke dalam unit compressor dan dimampatkan lalu masuk ke
dalam tangki penyimpanan udara (air receiver tank/ ARV), lalu diteruskan menuju
air dryer untuk mengeringkan udara. Udara yang dikeringkan akan mengalir dan
melalui 3 filter. Filter pertama berfungsi untuk menyaring partikel, filter kedua
untuk mengurangi kandungan minyak sehingga udara bebas dari minyak (oil free),
dan filter ketiga (combine filter) untuk menyaring partikel dan minyak. Setelah
proses filter selesai, maka akan didistribusikan ke ruang produksi. Compressed air
yang digunakan harus memenuhi syarat OFDA (Oil Free Dry Air).
Listrik Dan Generator
PT. Meprofarm mendapatkan supply listrik yang bersumber dari PLN
sebesar 2180 KVA. PT. Meprofarm juga memiliki genset sebanyak 2 buah yang
digunakan pada saat terdapat gangguan listrik dari PLN sehingga produksi masih
dapat terus berjalan.Kapasitas sebuah genset tersebut adalah 1500 KVA yang
dapat menyala secara otomatis dalam waktu 10 detik ketika terdapat gangguan
listrik/pemadaman listrik.Bahan bakar yang digunakan pada genset tersebut
adalah solar.
Instalasi Pengolahan Air Limbah
PT. Meprofarm membagi limbahnya menjadi 2 bagian yaitu limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat selama 3 x 30 hari dikumpulkan dan ditampung
pada penampungan sementara yang dimiliki oleh PT. Meprofarm dan kemudian
dikirmkan pada PT. Wastec untuk diolah dan dibuat berita acaranya yang dikirim
pada PT. Meprofarm. Hal yang perlu diperhatikan adalah limbah padat sediaan
obat NAPZA karena saat pemusnahan di PT. Wastec harus disaksikan oleh
74
personil PT. Meprofarm dan juga BPOM.Limbah cair terbagi menjadi 2 yaitu
limbah cair yang dapat diolah dan limbah cair yang tidak dapat diolah.Limbah cair
yang tidak dapat diolah adalah reagen yang kemudian dikumpulkan dan dikirim
pada PT. Wastec untuk dilakukan pengolahan. Limbah cair yang dapat diolah
dibagi PT. Meprofarm menjadi 2 yaitu limbah cair yang mengandung antibiotik lactam dan sefalosporin yang ditampung pada bak penampungan 1 dan limbah
cair non antibiotik yang ditampung pada bak penampungan 2. Bak penampungan
1 yang mengandung antibiotik kemudian diberikan NaOH 2% dengan tujuan
inaktivasi antibiotik (memecah cincin betalaktam) dan dialirkan menuju bak
penampungan 2.Penanda bahwa antibiotik telah diinaktifasi adalah dengan adanya
perubahan pH. Bak penampungan 2 kemudian mengalami proses yang dinamakan
clarifier dimana pada proses ini akan ditambahan koagulan dan flokulan sehingga
dapat memisahkan kotoran padat dari limbah cair tersebut. Koagulan yang
digunakan adalah N3279 dan flokulan yang digunakan adalah N9602. Dari proses
ini akan didapatkan limbah padat yang kemudian dikumpulkan pada tong sebelum
akhirnya dikirim pada PT. Wastec dan limbah cair yang akan mengalami proses
lebih lanjut. Proses selanjutnya yang terjadi adalah netralisasi pH limbah pada
rentang 6-9. Netralasi pH dilakukan dengan menambahkan NaOH dan HCl dan
penambahan itu terjadi secara otomatis namun dapat juga ditambahkan secara
manual.Penetralan pH dimaksudkan agar terjadi perkembangan bakteri aerob yang
optimal. Kemudian air mengalir menuju bak Aerasi I dimana akan terjadi
penambahan nutrisi untuk kembang biak bakteri aerob, yaitu NPK dan Urea.
Bakteri aerob digunakan supaya limbah tidak lagi berbau. Setelah proses aerasi I
selesai maka akan memasuki aerasi II yang merupakan tempat hidup bakteri dan
terjadi proses perkembang biakan bakteri lebih lama. Tahapan yang terjadi
selanjutnya adalah sedimentasi dimana limbah cair akan dibiarkan dan pada tahap
ini apabila masih tertinggal lumpur aktif maka lumpur aktif tersebut akan dibawa
masuk kembali pada proses aerasi 1 sedangkan bagian cairnya akan menuju pada
karbon filter yang bertujuan agar dapat menjernihkan limbah dan kualitas limbah
menjadi lebih baik. Setelah melewati karbon filter maka limbah akan melewati
biofilter yang digunakan untuk menyaring air limbah dan menuju pada bak
75
kontrol 1 dan bak kontrol 2. Penggunaan bak kontrol 1 dan bak kontrol 2 adalah
untuk mengurangi debit air. Pada bak kontrol 2 pula terdapat ikan air tawar seperti
ikan mas yang digunakan sebagai indikator. Apabila terjadi kematian pada ikan
tersebut maka proses akan dihentikan dan dilakukan pemeriksaan terhadap
limbah. Limbah cair kemudian dibuang dari bak kontrol 2 menuju sungai
Cipanjalu.Batas pembuangan air limbah cair PT. Meprofarm ke sungai tersebut
adalah 5m3/hari yang diukur dengan menggunakan meteran.Pengujian air limbah
dilakukan setiap hari oleh PT. Meprofarm. Pengujian yang dilakukan antara lain
pengujian pH, pengujian COD, dan pengujian BOD. Sedangkan pengujian yang
oleh BPOM dilakukan sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan terlebih
dahulu. Batas pengujian pH pada bak adalah 6-9, BOD (Biochemical Oxygen
Demand) limbah pada kota bandung adalah 75 mg/L, dan COD (Chemical
Oxygen Demand) limbah pada kota bandung adalah 150 mg/L. BOD adalah total
oksigen yang diperlukan oleh bakteria untuk mendegradasi komponen organik
yang terdapat dalam air/limbah sedangkan COD adalah total semua bahan kimia
(organik dan anorganik) yang ada pada air/limbah.
76