You are on page 1of 17

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Dr. Wiwik Kusumawati

ADRENOCORTICOTROPIN HORMON
(ACTH)

CORTICOSTEROID

KOMPETENSI
Setelah mempelajari ini mahasiswa akan dapat :
1. menjelaskan prinsip umum dan mekanisme kerja ACTH
2. menyebutkan klasifikasi ACTH
3. menjelaskan penggunaan klinis ACTH
4. menjelaskan efek & efek samping ACTH
Setelah dapat menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik obat kemudian
mengetahui klasifikasinya maka yang paling penting bagi seorang dokter adalah mengetahui
bagaimana menerapkannnya pada pasien, seperti memilih preparat yang akan diterapkan
pada pasien sesuai dengan latar belakang penyakit. Selain itu seorang dokter juga harus
mengetahui efek samping obat yang digunakan. Karena tugas seorang dokter adalah
mendiagnosis dan memberikan terapi yang rasional bagi pasien. Maksudnya rasional disini
adalah terapi yang tepat.
Selain kompetensi di atas seorang dokter juga harus mampu mengetahui interaksi antar
obat karena biasanya kan pasien datang dengan berbagai keluhan dan berbagai penyakit,
untuk itu dokter kadang-kadang memberikan berbagai macam obat/obat kombinasi. Nah
dalam memberikan obat kombinasi, dokter juga harus mempertimbangkan interaksi obatnya.
Tapi perlu diingat, gimana c interaksi obat itu dengan yang lain ?? Saling merugikan atau
malah menguntungkan. Yang pasti diinginkan tentunya interaksi obat yang menguntungkan
bagi pasien =)
Untuk ngingetin aja ni, dr. Wiwik ngejelasin tentang interaksi obat. Pertama-tama nih
kita harus tau kpan obat akan memberikan interaksi obat yang menguntungkan dan kapan
interaksi obat merugikan. Interaksi itu sendiri ada interaksi dengan obat dan dengan makanan
atau bahan lain. Interaksi dapat terjadi pada tahap farmakokinetik, farmakodinamik dan
farmasetik.
Penjelasan lebih lanjutnya :
1. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmakokinetik (absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi).
Ex: seorang penderita maag dan mengalami infeksi, maka digunakan antara antasida
dengan antibiotic(misalnya tetrasiklin). Kombinasi antara keduanya terjadi pada tahap
farmakokinetik yang absorbsi. Tapi pada proses ini tetrasiklin ga bisa diabsorbsi karena
diikat oleh Mg dan Al yang dihasilkan oleh antasida. Demikian juga kalo diminum sama
susu. Susu kan mengandung Ca so tetrasiklin diikat juga sama Ca itu sehingga
komponennya tidak dapat bekerja.
Contoh lain misalnya pada tahap distribusi(peran aliran darah). Kita tau, dalam darah
terdapat protein plasma. Jika ada obat yang memiliki ikatan yang kuat dengan protein
plasma(misal 90%), nah obat lain yang secara bersamaan diberikan hanya akan sedikit
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

138

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

berikatan dengan protein plasma. Akibatnya kadar bebas obat yang kedua ini akan
meningkat sehingga efeknya(efek terapis ataupun efek samping)akan meningkat.
2. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmakodinamik (efek).
Ex: seorang pasien asma diberi obat teofilin yang memiliki efek stimulasi syaraf pusat
sehingga g bisa tidur trus habis itu di minumi CTM yang mempunyai efek anti alergi dan
menekan syaraf pusat/ sedatif. Efek keduanya saling bertolak belakang sehingga efeknya
dapat dinetralisir. Kesimpulannya efeknya adalah menguntungkan.
3. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmasetik (sebelum obat diberikan pada pasien)
Ex: pasien yang mau diberikan obat melalui infuse misalnya. Harus diketahui dulu gmn c
interaksi antara obat itu dengan cairan infuse. Misalnya apakah akan terjadi
penggumpalan ato yang lain.
Ehm langsung aja ya ke topic inti, itu tadi baru pembukaan ;))
PENDAHULUAN
Corticosteroid (ACTH) Mengapa Penting?
Dr. Wiwik tanya nih , preparat obat corticosteroid apa yang paling dikenal alias paling
popular ??? Yap jawababnnya adalah dexametason. Inget kan ? Obat itu yang pling sering
digunakan dipraktek.
Penggunaan obat corticosteroid sangat luas terutama yang golongan glukocortiroid. Efek
sampingnya apa ya? Kadang kalo penggunaannya berlebih bisa-bisa jadi moonface.
Dr. wiwik kasih cerita nih jamu-jamu yang sering dijual tuh kadang-kadang ada obat
kimianya loh, biasanya c antalgin (golongan dipiron) yang poten untuk analgesik. Tpi antalgin
ini g bole digunakan sekarang. Karena efeknya waw ,, efeknya adalah diskresia darah, bisa
sangat berbahaya kan . Selain itu juga ada kortikosteroidnya.
Kadang-kadang
dexametason ini disebut dengan obat dewa. Kenapa? Soalnya obat ini dapat menyembuhkan
berbagai penyakit.
Mekanisme kerja Corticosteroid (ACTH)

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

139

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Begini ni mekanisme regulasi hormon corticosteroid.


Ketika terjadi kenaikan kortisol maka akan terjadi
feedback negatif , terjadi penekanan di hipotalamus dan
hipofisis sehingga pacuan terhadap cortex adrenal turun.
Sebaliknya ketika kadar kortisol kurang/desifiensi maka
akan terjadi feedback positif, terjadi pacuan di
hipotalamus dan hipofisis untuk meningkatkan ACTH dan
merangsang cortex adrenalin untuk memproduksi
kortikosteroid.
Cortiksteroid diklasifikasikan dalam kelompok obat
hormon ACTH(Adrenocorticotropin hormon). Pada proses
sintesis dan pengendalian hormon secara umum melibatkan
hipofisis dan hipotalamus. Hipotalamus akan mengeluarkan
Cortikotropin Realizing Factor (CRF) untuk memacu
hipofisis mengeluarkan ACTH. ACTH kemudian memacu
cortex adrenal untuk mensisntesis cortikosteroid. Cortex
adrenal terletak di kelenjar suprarenalis. Yang natural
adalah hidrokortison dan aldosteron.
Penggunaan obat hormon apapun jika dikonsumsi lama maka akan terjadi atrofi pada
organ yang memproduksi hormon secara natural karena organ tadi tidak bekerja/kerjanya
digantikan oleh suplemen dari luar.

Klasifikasi kortikosteroid

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa corticosteroid dapat diklasifikasikan menjadi
2 homon yang dominan yaitu golongan glukokorticiod preparatnya adalah kortisol dan
mineralo kortikoid preparatnya yang alamiah adalah aldosteron.
Sediaan GLUCOCORTICOID:
Hidrocortison (cortisol/cortisone) merupakan hormone natural yang dapat disintesis tubuh.
Prednison
Prednisolon
Metil prednisolon
Betametason
Dexametason
Triamcinolon

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

140

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Corticosteroid, Mekanisme Feedback pada beberapa Kondisi

Corticosteroid, Mekanisme dalam Menimbulkan Efek

Intinya disini adalah berpengaruh pada


sintesis protein, sintesis protein inilah yang nantinya
akan bertanggungjawab atas efek respon steroid.

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

141

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Efek glucocorticoid
1. Efek Metabolik (metabolism karbohidrat dan protein )
Efek Metabolik (Karbohidrat)

gluconeogenesis

output glukosa liver

utilisasi glukosa pada jaringan perifer


Trus akibat dari 3 kejadian di atas apa c ?? efeknya adalah glukosa dalam darah
yang berlebihan, tapi glukosa nya g bisa dipake ato kita sering nyebutnya
hiperglikemi. Lama kelamaan akan beresiko terkena DM.
Efek Metabolik (Protein)

katabolisme protein & tulang


efek pada osteoblast dan osteoclast

absorbsi Ca di saluran cerna


Bifosfonat
Hati-hati penggunaan untuk anak-anak karena obat corticosteroid meningkatkan
katabolisme protein dan Ca sehingga terjadi osteoporosis dan mengganggu pertumbuhan.
Pada tulang akan mengganggu kerja osteoblas(sel pembentuk tulang) dan naikkan
osteoklas (yang merusak tulang). Sehingga kepadatannya berkurang trus terjadi
osteoporosis. Secara tidak langsung disebabkan karena menurunnya absorbs Ca di saluran
cerna. Nah kalo misalnya obat ini terpaksa harus diberikan maka disertai preparat
bifosfonat agar efek sampingnya dapat dikurangi.
2. Efek Antiinflamasi (obat corticosteroid dikatakan sebagai obat dewa)
Imunokompeten dan makrofag
Sintesis mediator inflamasi
lipokortin , menekan gen ( Fosfolipase A2)
Peran imunitas seluler dan humoral dipengaruhi oleh corticosteroid dengan
mempengaruhi sel-sel yang berperan dalam proses radang seperti mediator inflamasi.
3. Efek Immunosuppresan

Fungsi monosit/makrofag

T helper cells (T4)

Release IL1 & IL2

Transpor limfosit dan produksi antibodi


Obat ini menekan system imun.
Penggunaannya pada :
Transplantasi
karena pada saat transplantasi akan terjadi resiko rejection sehingga digunakan
obat corticosteroid dosis tinggi untuk menekan system imun.
Leukemia
penyakit ini memiliki system imun yang berlebihan. Soalnya pada keganasan akan
terjadi proliferasi sel-sel abnormal (blm matang) yang berlebihan sehingga
menimbulkan mudahnya terjadi infeksi dan demam.
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

142

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Limpoma
hampir sama dengan leukemia

Mineralocorticoid
Yang merupakan mineralocorticoid natural adalah Aldosteron. Sedangkan yang sintetik
adalah Fludrocortison (digunakan pada insufisiensi adrenal)
Efek mineralocorticoid

Reabsorbsi Na

Ekskresi K & H
Pada pemberian obat corticosteroid golongan mineralocorticoid ini berperan pada
keseimbangan cairan tubuh. Apa c akibat dari kedua efek ini ?? kalo terjadi peningkatan
reabsorbsi Na akibatnya adalah terjadi edema, kemudian terjadi hipertensi karena volume
plasma meningkat. Kalo terjadi peningkatan ekskresi kalium maka akan terjadi hipokalemi,
efeknya bisa terjadi pada otot dan jantung.
Efek samping
Dosis tinggi
Metabolik (moon face, striae, hiperglikemia, weakness, osteoporesis)
Retensi cairan (hipokalemia, hipertensi)
Supresi adrenal (atrofi adrenal)
Infeksi ( kepekaan)
Komplikasi lain (psikosis, katarak, glaukoma, ulkus peptik, reaktivasi tbc)
Kasus
Forty eight years old woman who present to the clinic for her annual visit. She has been busy
at work and is excited to go on a planned and well deserved vacation. She reports feeling
continuously fatigued with bouts and nausea and anorexia for several months. She is worried she
will not be well enough to prepare her trip. She repots a recent craving for salty food.

Gak usa di artiin y pada uda pada ngerti kan ? =))


Jawaban dari krisna
Krisna njelasin kenapa orang itu mengalami kelelahan. Menurut krisna wanita itu
mengalami kecanduan garam sehingga terakumulasi banyak Na dan Cl dalm tubuh. Trus Na
kan sifatnya meretensi air, tjd edema dan hipertensi. Trus hipertensi sebabin kelelahan juga.
Jawaban dari Fia sama safira
Jawabannya hampir sama nih. Menurut Fia jangan dikasi glukokortikoid karena akan
terjadi hiperglikemi dan jangan dikasi mineralocorticoid karna nyebabin edema.
Trus penjelasan dari dr wiwik
Pasien ini merupakan kasus
defisiensi corticosteroid. Contohnya
adalah addisons disease. Tandatandanya adalah
kelelahan,
anoreksia, tonus otot lembek,
hipotensi, semangat berkurang.
Nahh di samping dapat kita
lihat addisons disease
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

143

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Sedangakan kebalikannya adalah cushing syndrome yang mengalami kelebihan


corticosteroid. Terjadi disposisi lemak yang tidak merata. Kemudian kalo pada laki-laki terjadi
ginekomasti wajahnya moonface. Gambarnya seperti yang dibawah ini
Pada addisons disease
pasien
mengalami
defisiensi
corticosteroid,
penyebanya
adalah karena adanya proses
auto imun, adanya proses infeksi
yang merusak kelenjar adrenal,
atau terjadi destruksi pada
kelenjar ini. Juga terjadi pada
penggunaan corticosteroid jangka
panjang trus organnya atrofi,
kaya yang uda dijelasin di atas.

Penggunaan klinis
Antiinflamasi (segala macam bentuk inflamasi)
Arthritis rematoid
Ulcerative colitis
Inflamasi pada mata, kulit
Pada realitasnya banyak terjadi inflamasi yang terjadi pada pasien, sehingga obat
ini sangat sering digunakan dalam praktek.
Antialergi
Asthma bronchial
Supresi imun
Transplantasi jaringan/organ
Leukemia/limfoma
PREPARAT nya adalah
Hydrocortison: oral, injeksi iv, topical
Prednisolon: oral, antiinflamasi & antialergi
Betametason & dexametason: poten, tanpa efek retensi Na (oedem cerebri)
Beclometason,dipropionat, budesonide: lebih aktif oral, aerosol (asma), topical (eksim)
Triamcinolon: asma berat, injeksi intra artikular
Note :
sebagai contoh nih, golongan obat baru budesonide yang dapat digunakan oleh
penderita asma dalam bentuk aerosol, obat ini sangat poten dikombinasikan dengan
broncodilater/ beta2 agonis. Triamsinolon selain untuk asma juga dipakai untuk penyakit
reumatik yang diberikan secara injeksi.
Waktu paruh
Sirkadian Kortikosteroid ( pk 08.00 pagi dan

tengah malam)

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

144

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

T 8 12 jam : hidrokortison, kortisol


T 18 36 jam : prednison, metil prednisolon, triamcinolon
T 36 54 jam : dexametason, betametason, parametason
Note :
dexametason waktu paruhnya panjang sehingga 1 hari dapat diberikan 1x sehari
terutama pada pagi hari soalnya siklus sirkadiannya paling tinggi pada pagi hari.
ANTIHISTAMIN
KOMPETENSI
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa akan dapat :
1. menjelaskan tanggapan umum lokal alergi.
2. mendiskusikan peran histamin dalam respons alergi.
3. menjelaskan indikasi dalam menggunakan anti
histamin yang berhubungan dengan penyakit.
4. menjelaskan efek samping antihistamin umum,
termasuk efek anti kolinergik.
Yang paling penting adalah mengetahui konsep
alergi dan peran histamine serta indikasi
pemberian antihistamin sesuai penyakit pasien.

Pendahuluan: HISTAMIN
Histamine adalah suatu mediator kimiawi yang berperan di pembuluh darah dan tersimpan
di sel mast dan di sel basofil terutama di paru-paru, kulit dan otak serta saluran pencernaan.
Histamine dibagi menjadi 3 yaitu H1, H2, H3. H3 berada di system syaraf pusat. H2 disaluran
pencernaan. H1 di jaringan lain seperti paru-paru, kulit dsb. Histamine pertama kali ditemukan
di ekstrasi dari jaringan hati dan paru. Karena dia berapa pada histon/jaringan maka dia
disebut histamine. Histamine disintesis dari asam amino histidine. Tau g c ? Pasti tau kalo
histamine itu berperan dalam proses alergi.

Mekanisme Reaksi Alergi


Setiap ada allergen (debu, obat,
makanan) mempengaruhi sel mast dan
basofil merespon antibody untuk merilis
IgE pada kontak dengan allergen yang
sama pada kedua kalinya maka akan
terjadi ikatan allergen dengan IgE yang
sudah menempel di sel basofil yang berubah
menjadi plasma sel. Akibat interaksi ini
histamine yang ada dalam bentuk granule
akan lepas maka terjadi proses degranulasi.
Histamine inilah yang berperan dalam
proses respon reaksi alergi.
Histamine ada 3 tipe :
Reseptor H1
Reseptor H2 (GIT)
Reseptor H3 (SSP)
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

145

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Dr. Wiwik bilang kalo yang H2 ini tidak dibicarakan disini karena terdapat di saluran
pencernaan dan ini perannya pada obat anti ulkus.
Efek histamine pada tubuh
Vasodilatasi : Ca fosfolipase A2 EDRF (NO)
Vasodilatasi terjadi ekstravasasi cairan , terjadi akumulasi cairan di jaringan, akibatnya
terjadi edema. Vasodilatasi terjadi karena pacuan histamine terutama pada reseptor
H1menyebabkan peningkatan Ca. Peningkatan Ca ini juga mengakibatkan fosfolipase
2 dan menyebabkan EDRF atau nitrogen monoksid (NO) nya meningkat.
Kontraksi otot polos : hidrolisis fosfoinositol dan Ca
Kontraksi otot polos di bronchus yang menyebabkan bronchokonstriksi sehingga sesak
nafas, kontraksi otot polos di pencernaan yang menyebabkan nyeri. Kontraksi otot polos
terjadi karena hidrolisis fosfoinositol dan kenaikan Ca otot.
Sedasi : Ca
Terutama pada H3 yang merupakan antagonis dari H1 yaitu terjadi penurunan Ca.
Manifestasi klinis :
Urticaria
Rhinitis (konka nasalis mengalami edema)
Purpura
Eczema
Asthma
Angioedema (edema disekitar pembuluh darah)
Anaphylaxis (paling berat)

Antihistamin
Mekanisme kerja antihistamin
Memblok reseptor histamin (antagonis histamin). Histamine disini yang dominan buat di
blok adalah yang H1.
Reseptor H1
Reseptor H2 (GIT) sebagai obat anti ulkus
Reseptor H3 (SSP)
Klasifikasi penggolongan obat antihistamin
GENERASI I
1. Etolamin (difenhidramin, doksilamin, dimenhidrinat)
2. Etilendiamin (pirilamin, antazolin, mepiramin)
3. Alkilamin (klorfeniramin, bromfeniramin)
4. Piperazin (hidroksizin, siklizin, meklizin)
5. Fenotiazin (prometazin, trimeprazin, mekuitazin)
Yang paling sering digunakan di praktek adalah defenhidramin. Efek samping antihistamin
generasi 1 adalah mempunyai efek sedasi yang tinggi serta efek antikolinergiknya tinggi
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

146

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

pula. So,, harus hati2 pada pemakaian pada pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi
kayak sopir.
GENERASI II
1. Alkilamin (akrivastin)
2. Piperazin (setirizin)
3. Piperidin (astemizol, loratadin, terfenadin, fleksofenadi)
4. Siproheptadin
Pada obat antihistamin generasi 2 efek sedasi dan antikolinergiknya minimal atau
malah g ada kecuali gol siproheptadin. Obat2 ini juga memiliki lama kerja obat/waktu paruh
yang cukup panjang, efek antialerginya lebih poten.
KASUS
Kasus 1
Pilihan obat mana yang sesuai ????
Seorang wanita menikah usia 25 tahun sedang hamil muda (8 minggu) mengeluh pusing dan mual
terasa mau muntah. Karena keluhan mual yang sangat, maka wanita ini datang berobat ke dokter.

Jawaban dari kosema


Menurut kosema janin pada ibu muda itu di anggapan sebagai alergen sehingga tubuh si
ibu merespon dengan respon alergi.
Kalo dari dr wiwik
Untuk kasus ini terkait dengan penggunaan klinis obat anti histamine khususnya sebagai
obat antiemesis pada wanita hamil yang biasa memiliki keluhan emesiskravidaru (keluhan
berupa mual, muntah, pusing). Nah keluhan semacam ini bisa diatasi dengan antihistamin
karena di dalamnya terdapat obat anti mual. Oia sebenarnya ada obat yang lebih aman
buat ibu hamil,, apa c obatnya ?? sabarr. Penjelasannya sebentar lagi. Hehe
Kasus 2
Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa berobat ke praktik dokter oleh ibunya karena
sering pilek dan tidak sembuh-sembuh. Keluhan pilek dirasakan terutama waktu cuaca
dingin.
Jawaban dari wiki
Menurut wiki pilihan obat yang harus digunakan adalah obat antihistamin generasi 2 karena
anti alerginya tinggi trus juga karna efek sedasi dan kolinergiknya minimal.

Obat antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Di luar negri obat ini menjadi pilihan untuk Hay fever, hives (paling efektif)
Tidak untuk mencegah atau mengobati influenza dan juga asma
Anaphylaxis (emergency) pilihannya bukan antihistamin ya tapi yang dipilih adalah
epinephrine/adrenaline.

Non sedating antihistamines (astemizole, cetirizine, fexofenadine, loratadine)


Sedative (pyrilamine, doxylamine succinate, diphenhydramine, hydroxyzine)
Antiemetic : prometazin (fenotiazin)
Bumil dan Busu : doksilamin, prometazin dan terfenadin
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

147

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

Ini nih obat yang aman buat ibu hamil dan menyusui. =))
Antiparkinson

Penggunaan klinis
Motion sickness(mabuk kendaraan) : scopolamin
Rhinitis alergi : klorfeniramin dan terfenadin
Conjunctivitis alergi : levokabastin
Urtikaria kronik idiopatik : terfenadin
Urtikaria cuaca dingin : cetirizin
Hiperemesis : doksilamin

Efek samping
Antikolinegik atropine like action
Efek ini sangat berbahaya pada anak terutama pada anak yang sedang mengalami
demam. System parasimpatis neurotransmiternya adalah asetilkolin atau kolinergik, kalo
antikolinergik berari antiparasimpatis/parasimpatolitik. Sebelumnya apa c efek
parasimpatik untuk tubuh ?? Efeknya adalah meningkatkan produksi secret kelenjar. Trus
kalo dikasi antiparasimpatis apa yang terjadi ? Kebalikannya aja kan ?? Secret kelenjar
berkurang (ex : mulut kering). Pada anak demam keringatnya g bisa keluar sehingga
menambah demamnya. Jadi hati hati memberikan antihistamin pada anak.
Hambatan sekresi kelenjar, mata kabur, retensi urin, konstipasi, takikardi, dll (pada oto
polos)
Insomnia, gelisah, iritabilitas (anak)
Pemanjangan QT interval : terfenadin dan aztemizol (sitokrom P-450) terjadi karena enzim
pemetabolisme di hepar terganggu yaitu sitokrom p45.
Aritmia : kombinasi dengan anti jamur atau antibiotika eritromisin.
Efek samping penggunaan antihistamin pada anak-anak dan dewasa berbeda. Kalo pada
pasien dewasa terjadi penekanan syaraf pusat. Kalo pada anak-anak pasien menjadi
gelisah dan insomnia.

Toksisitas

Depresi SSP
Stimulasi SSP (anak)
Antikolinegik atropine like action
Midriasis, demam tinggi, dll
Tx : Induksi muntah(kurang dari 4 jam), bilas lambung (vomiting, kecuali derivat fenothiazin
aspirasi). Induksi muntah tidak boleh dilakukan pada derivate fenothiazin(terutama pada
anak) karena menyebabkan inkordinasi otot leher sehingga menimbulkan aspirasi.

Interaksi
Hati2 interaksi dengan obat-obat sedative karena akan lebih menekan system syaraf pusat.
Glaukoma, hipertiroid, hipertensi, dll

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

148

[ACTH- CORTICOSTEROID ]

[HALAMAN PLUS PLUS =))]


Obat ACTH :
1. Betametason
Deskripsi
- Nama & Struktur Betamet,
Flubenisolon,
9-fluoro-11beta,17,21-trihidraoksi-16
beta:
Kimia
metilpregna-1,4-diena-3,20 dion. Garam Valerat atau dipropionat.
- Sifat Fisikokimia
Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, larut dalam air, agak sukar larut
:
dalam aseton, etanol, dioksan, dan metanol. Tidak dapat bercampur
dengan alkali, logam berat, metabisulfit.
- Keterangan
:Golongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit Nama Dagang
- Benczema
- Betnovate
- Betodermin
- Celestoderm V
- Cleniderm
- Corsaderm
- Mesonta
- Metonate
- Molason
- Oviskin
- Skizon
- Vason

- Betopic
- Diproson OV
- Orsaderm
- Alphacort

Indikasi
Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi
psoriasis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pemberian Topikal :
Anak anak :
< 12 tahun : penggunaannya tidak direkomendasikan.
> 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat untuk menghindari supresi aksis
HPA.
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45
mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.
Dewasa :
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45
mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.
Farmakologi
Betametason dapat diabsorpsi oleh saluran cerna, juga pada pemberian secara lokal. Saat
digunakan secara lokal, khususnya pada penggunaan transdermal atau pada kerusakan kulit,
sejumlah betametason dapat diabsorbsi dan selanjutnya memberikan efek sistemik.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam wadah kedap dan terhindar dari cahaya.

Kontraindikasi
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

149

[ACTH- CORTICOSTEROID ]
Infeksi virus, spt varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna dengan nyata. Tidak dianjurkan untuk
pruritus dan jerawat.
Efek Samping
Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom cushing tergantung luas permukaan
kulit dan lama pengobatan. Pada kulit dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang
tidak diobati, penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral.
Timbul jerawat atau memperparah jerawat, depigmentasi sedang dan hipertrikosis.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Tidak aktif dengan karbon aktif, asam salisilat.
- Dengan Makanan : Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Dosis tinggi dapat menyebabkan depresi adrenal pada janin.
- Terhadap Ibu Menyusui : - Terhadap Anak-anak : Anak-anak sering mengalami efek samping.
- Terhadap Hasil Laboratorium : Parameter Monitoring
Retensi cairan pada ibu hamil.
Bentuk Sediaan
Krim 0,1%
Peringatan
Penggunaan lebih dari 100 g, o,1 % seminggu dapat mensupresi adrenal. Hanya diberikan dibawah
oengawasan spesialis. Penggunaan yang luas dapat menimbulkan efek sistemik.
Mekanisme Aksi
Mengontrol kecepatan sintesis protein, menekan migrasi leukosit polimorfonuklear, fibroblast, mengubah
permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosomal pada level selular untuk mencegah atau mengontrol
inflamasi.
2. Prednisone
Nama dagang
- Kokosone - Pehacort - Predsil
- Erlanison
- Sohoson

- Trifacort

- Dellacorta

DOSIS
Prednison adalah kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral, tetapi dapat juga diberikan
melalui injeksi intra muskular (im, iv), per nasal, atau melalui rektal. Dosis awal sangat bervariasi,
dapat antara 5 80 mg per hari, bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta
respon pasien terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 80 mg
per hari. Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari. Dosis harus
dipertahankan atau disesuaikan, sesuai dengan respon yang diberikan. Jika setelah beberapa
waktu tertentu hasil yang diharapkan tidak tercapai, maka terapi harus dihentikan dan diganti
dengan terapi lain yang sesuai.
Indikasi
Gangguan endokrin
Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan pilihan
pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan)
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

150

[ACTH- CORTICOSTEROID ]
Hiperplasia adrenal congenital/bawaan
Hiperkalsernia terkait kanker
Tiroiditis nonsuppuratif
Penyakit Rheumatoid
Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit:
Psoriatic arthritis
Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak
Ankylosing spondylitis
Bursitis akut dan subakut
Tenosynovitis nonspesifik akut
Gouty arthritis akut
Osteoarthritis pasca-traumatik
Synovitis of Osteoarthritis
Epicondylitis
Penyakit-penyakit Kolagen
Apabila keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasus-kasus:
Systemic lupus erythematosus
Systemic-dermatomyositis (polymyositis)
Acute rheumatic carditis
Penyakit-penyakit kulit tertentu
Pemphigus
Bullous dermatitis herpetiformis
Erythema multiforme parah (Stevens-Johnson syndrome)
Exfoliative dermatitis
Mycosis fungoides
Psoriasis parah
dermatitis seborrhea parah
Penyakit-penyakit Alergi
Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi
konvensional:
Rhinitis yang disebabkan alergi
Asma bronkhial
dermatitis kontak
dermatitis atopik
Serum sickness
Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat
Penyakit-penyakit mata
Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau radang, seperti:
Allergic cornea marginal ulcers
Herpes zoster ophthalmicus
Radang segmen anterior
Diffuse posterior uveitis and choroiditis
Sympathetic ophthalmia
Konjungtivitis alergik
Keratitis
Chorioretinitis
Optic neuritis
Iritis dan iridocyclitis
Penyakit-penyakit saluran pernafasan
Symptomatic sarcoidosis
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

151

[ACTH- CORTICOSTEROID ]
Loeffler's syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain
Berylliosis
Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan kemoterapi anti tuberculosis yang
sesuai
Aspiration pneumonitis
Penyakit-penyakit Hematologis
Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa
Trombositopenia sekunder pada orang dewasa
Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmun
Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia)
Anemia hipoplastik congenital/bawaan (erythroid)
Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik)
Sebagai terapi paliatif untuk:
Leukemia dan limfoma pada orang dewasa
Leukemia akut pada anak-anak
Edema
Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis
idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus
Penyakit-penyakit sistem pencernaan
Untuk membantu pasien melewati periode kritis pada penyakit-penyakit:
Kolitis ulseratif
Enteritis regional
Penyakit pada Sistem Syaraf
Multiple sclerosis akut yang makin parah
Lain-lain
Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid, tetapi harus diberikan bersama-sama
dengan kemoterapi antituberculous yang sesuai
Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.
Efek samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Retensi cairan tubuh
Retensi natrium
Kehilangan kalium
Alkalosis hipokalemia
Gangguan jantung kongestif
Hipertensi
Gangguan Muskuloskeletal
Lemah otot
Miopati steroid
Hilangnya masa otot
Osteoporosis
Putus tendon, terutama tendon Achilles
Fraktur vertebral
Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai
[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

152

[ACTH- CORTICOSTEROID ]
Fraktur patologis dari tulang panjang
Gangguan Pencernaan
Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan
Borok esophagus (Ulcerative esophagitis)
Pankreatitis
Kembung
Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat
transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat
reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan.
Gangguan Dermatologis
Gangguan penyembuhan luka
Kulit menjadi tipis dan rapuh
Petechiae dan ecchymoses
Erythema pada wajah
Keringat berlebuhan
Gangguan Metabolisme
Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein
Gangguan Neurologis
Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah
terapi
Konvulsi
Vertigo
Sakit kepala
Gangguan Endokrin
Menstruasi tak teratur
Cushingoid
Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada
trauma, pembedahan atau Sakit
Hambatan pertumbuhan pada anak-anak
Menurunnya toleransi karbohidrat
Manifestasi diabetes mellitus laten
Perlunya Peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang
dalam terapi diabetes mellitus
Katarak subkapsular posterior
Tekanan intraokular meningkat
Glaukoma
Exophthalmos
Lain-lain
Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas
Interaksi
Dengan Obat Lain :
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin
dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan
bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan
hasil sebagaimana yang diharapkan.

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

153

[ACTH- CORTICOSTEROID ]
Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid,
dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan
bersamaan, maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.
Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini
dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan
akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila
diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia.
Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan
adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan
apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus
selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
Dengan Makanan : Mekanisme Kerja
Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
Bentuk Sediaan
Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg
parameter monitoring
stabilitas penyimpanan
Informasi pasien
Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari
sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat infeksi,
harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.
Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi, antara lain
infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benar-benar dijaga
agar terhindar dari sumber infeksi. Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau
penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya. Terapi
kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaucoma, yang
juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata sekunder yang
disebabkan oleh virus ataupun jamur.
Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi
untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh
atau diinaktifkan dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian
kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid
yang lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan
herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.

[ Blok 6 Imunitas dan Infeksi ][ 3rd Chapter ][ Editor : Yayan ]

154

You might also like