You are on page 1of 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma dalam bahasa yunani yang artinya terengah engah dan berarti
serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk
menyatakan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya,
sekarang istilah ini hanya ditunjukan untuk keadaan keadaan yang
menunjukan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Perubahan
patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus
ukuran sedang dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. penyempitan jalan
napas disebabkan oleh bronkospasme,edema mukosa dan hipersekresi mucus
yang kental.
penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat
sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang
asma, yaitu dinding saluran napas membengkak, adanya sekumpulan lendir
dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran napas, hidung mengalami
iritasi dan mungkin menjadi tersumbat, dan otot-otot saluran napas
mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan
terapi yang tepat. Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru
secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil, dan
aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernapas
menjadi sangat sulit .
Asma merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai jalan napas
pada paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh laki-laki. Asma
memiliki gejala berupa batuk kronik, mengi, napas yang pendek, dan atau
sesak pada dada yang dapat menyebabkan gangguan dalam hidup penderita,
diantaranya kurang tidur, merasa lelah saat melakukan kegiatan yang berimbas
pada penurunan jumlah aktifitas dan ketidakhadiran di sekolah serta tempat
kerja. Tentunya juga diikuti dengan biaya tidak murah yang harus dikeluarkan
untuk pengobatan asma (Smeltzer C suzanne, 2002)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai
Poltekkes kemenkes
palembang

rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,


batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini
hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Ar, hetti, 2009)
Penyakit asma banyak ditemukan pada laki-laki, terutama tinggal di
daerah perkotaan dan industri. Kejadian asma hampir meningkat di seluruh
dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk indonesia.
Kira-kira sembilan juta manusia amerika serikat mederita asma dan empat
juta mengalami sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap tahun.
Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun
di Indonesia. Selama 15 tahun terakhir kasus asma di negara maju dan negara
berkembang meningkat pesat.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013, 235 juta
orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari8%
di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah.National Center
for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2013, mengatakan bahwa prevalensi
asma menurut usia sebesar9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan
menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
semua umur adalah 4,5 %. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta
(6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Dan untuk provinsi Jawa Tengah
memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %. Disampaikan pula bahwa prevalensi
asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
Berdasrakan data yang di dapat di RSUD Dr.ibnu sutowo baturaja
timur ogan komering ulu klien yang mengalami kasus asma. Pada tahun 2012
sebanyak 184 jiwa, tahun 2013 sebanyak 243 jiwa dan pada tahun 2014
sebanyak 267 jiwa. Dari tahun ke tahun kasus

asma di kabupaten ogan

komering ulu semakin meningkat.


Berdasrkan data di atas dan pengalaman penulis selama melakukan
praktik klinik keperawatan di RSUD Dr. Ibnu sutowo baturaja timur ogan
komering ulu penulis menemukan kasus asma. Dari pengalaman diatas penulis
tertarik untuk mengambil keputusan kasus yang di tuangkan dalam karya tulis
Poltekkes kemenkes
palembang

ilmiah yang berjudul Asuhan keperawatan pada Tnx dengan gangguan


asma di RSUD Dr.Ibnu sutowo baturaja timur ogan komering ulu tahun 2015.
1.2 Rumusan masalah
Asuhan keperawatan medikal bedah pada Tnx dengan asma di
wilayah RSUD Dr. ibnu sutowo baturaja timur kabupaten ogan komering
ulu.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mampu melakukan Asuhan keperawatan

medikal bedah pada

Tnx dengan asma di wilayah Rsud ibnu sutowo baturaja timur


kabupaten ogan komering ulu.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian

Asuhan keperawatan

medikal bedah pada Tnx dengan asma di wilayah Rsud


ibnu sutowo baturaja timur kabupaten ogan komering ulu.
1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa Asuhan keperawatan
medikal bedah pada Tnx dengan asma di wilayah Rsud
ibnu sutowo baturaja timur kabupaten ogan komering ulu.
1.3.2.3 Mampu merencanaka Asuhan keperawatan medikal bedah
pada Tnx dengan asma di wilayah Rsud ibnu sutowo
baturaja timur kabupaten ogan komering ulu.
1.3.2.4 Mampu melaksanakan Asuhan keperawatan medikal bedah
pada Tnx dengan asma di wilayah Rsud ibnu sutowo
baturaja timur kabupaten ogan komering ulu.
1.3.2.5 Mampu mengevaluasi Asuhan keperawatan medikal bedah
pada Tnx dengan asma di wilayah Rsud ibnu sutowo
baturaja timur kabupaten ogan komering ulu.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit Dr.ibnu sutowo baturaja

Poltekkes kemenkes
palembang

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di


RSUD Dr.ibnu sutowo baturaja dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan dengan
gangguan Asma
1.4.2 Klien dan keluarga
1.4.2.1 Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
1.4.2.2 Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan orang tua
dan remaja Tentang factor faktor yang mempangaruhi
gangguan Asma .
1.4.3 Bagi pendidikan DIII prodi keperawatan baturaja
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
institusi pendidikan DIII prodi keperawatan baturaja dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
1.4.4 Bagi penulis
1.4.4.1 Penulis dapat dan lebih menguasai teori tentang asma
1.4.4.2 Penulis dapat memperluas dan menambah wawasan tentang
.

penyakit asma.
1.4.4.3 Penulis dapat mengaplikasikan tentang teori asma secara
benar kepada Pasien dengan penyakit asma dalam praktek
lahan

1.5 Metode penelitian


Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan akhir ini
adalah menggunakan metode deskriptif melalui study kasus dan studi
kepustakaan denga metode pendekatan asuhan keperawatan.
Adapun teknil pengumpulan data yang penulis guanakan dalam
penyusunan laporan akhit ini adalah :
1.5.1 Teknik pengumpulan data
1.5.1.1 Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang
dilakukan langsung kepada klien dan keluarganya.
1.5.1.2 Observasi

Poltekkes kemenkes
palembang

Observasi adalah tindakan yang langsung digunakan


kepada klien dengan cara mengamati keadaan umum dari
klien dan untuk mengetahui perubahan tingkah laku klien.
1.5.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi,
perkusi dan auskultasi.
1.5.1.4 Penelusuran Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder tentang pasien dengan melihat
catatan medis.
1.5.2 Sistematika penulisan
1.5.2.1 BAB I: Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang
lingkup,tujuan, manfaat penelitian, dan metode penulisan.
1.5.2.2 BAB II : Tinjauan pustaka berisi tentang konsep penyakit
dan konsep asuhan keperawatan.
1.5.2.3 BAB III :Tinjauan kasus berisi tentang pengkajian,
perumusan

diagnosa

keperawatan,

perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

1.5.2.4 BAB IV: pembahasan tentang profil tempat pengambilan


kasus, dan

pembahasan kesenjangan antara asuhan

keperawatan secara teori dengan yang diberikan langsung


ke klien berdasarkan tahapan proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
1.5.2.5 BABV: Simpulan dan saran

Poltekkes kemenkes
palembang

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep dasar penyakit asma
A. Definisi asma
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas,
Poltekkes kemenkes
palembang

yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Tingkat penyempitan


jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena secara terapi.
(Smeltzer C suzanne, 2002)
Asma adalah

gangguan inflamasi kronik jalan napas yang

melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas


bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejalan
pernapasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas umumnya.( Mansjoer
Arif, 2001)
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang
mempunya ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) teutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat di akibatkan
oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi,
otonomik dan psikologi. (Irman Somantri, 2009)
asma adalah inflamasi abnormal bersifat kronik pada saluran nafas
yang menyebabakan hipersensitif bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala berulang seperti menggigil, batuk, sesak nafas
dan berat di dada, biasanya terjadi pada malam atau dini hari yang bersifat
reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (A.R. hetti. 2008)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara ( Kusuma
Hardhi, 2012)

B. Etiologi
Etiologi Asthma Bronchial belum diketahui dengan pasti namun
suatu hal yang sering kali terjadi pada semua panderita Asthma Adalah
FenomenaI Hiperaktivitas Bronkus penderita Asthma sangat peka terhadap
rangsangan Imunologi maupun Nonimunologi karna sifat tersebut maka
rangsangan Asthma bisa terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisik,
metabolisme kimia. Alergen, infeksi dan sebagainya. Faktor penyebab

Poltekkes kemenkes
palembang

yang sering menimbulkan Asthma perlu diketahui dan dapat mungkin


dihindarkan factor-faktor tersebut adalah
1. Alergen Utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari
rerumputan.
2. Inhalan,yang masuk melalui saluran pernapasan Seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
3. Perubahan cuaca yang ekstrim
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau
4. Aktifitas fisik yang berlebihan
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
5. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
6. Stress
Stress gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
Faktor pencetus adalah allergen, infeksi (terutama saluran napas
bagian atas) iritan,cuaca,kegiatanJasmani,Refluks Gastroesofagus
dan Psikis.(Smeltzer C suzanne, 2002)
C. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan napas difusi reversibel. Obstruksi
1.

disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :


Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan

2.

jalan napas
Pembengkakan membran yang melapisi bronki
Poltekkes kemenkes

palembang

3.

Pengisisan bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot


bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kenta
banyak di hasilakn oleh alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari
perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling dietahui
keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa individu dengan sama mengalami respons imun yang
buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel kulit mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi,

menyebabkan

pelepasan

produksi

disebut

(mediator)seperti histami, bradiknin, dan prostaglandin serta


anaflaksis dari substansi yang beraksi lambat (SRS-A). Pelepasan
mediator dalam jaringan

paru mempengaruhi otot polos dan

kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan


membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial
di atur oleh imflus saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada
asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas
dirangsang oleh fakor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi, dan polutan, jumlah asetikolin ini secara langsung
menyebabkan bronkonkontriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis

Poltekkes kemenkes
palembang

10

Pathway

Alergen

Masuk dalam
tubuh

Menempel pada
sel mast
Degranulasi
Nyeri
Mengeluarkan
mediator,histami
ne,platelet,
bradikinin
palembang

Kelelahan

Cema
s
Poltekkes kemenkes

11

Ketidak seimbangan
nutrisi
Permiabilitas
kapiler
meningkat
Edema
mukosa,sekresi
produktif,
kontriksi otot.

Intake tidak
adekuat,metabolisme
meningkat diaporesi

Bersihak jalan
napas tidak
efektif

Serangan
asma

Pola napas tidak


efektif

Sesak
nafas
gelisah

Hospitalis
asi tx
inhalasi
tind

Infeksi saluran napas,debu, cuaca


dingin, kelelahan fisikis

D. Manifestasi klinis
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada
beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala.
Serangan asma sering ali terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak
dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi
sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan napas.
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dn rasa
sesak dalam dada, disertai dengan pasan lambat, mengi, laborius. Ekspirasi
selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang medorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori pernafasan. Jalan
napass yang tersumbat yang menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya
susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri

Poltekkes kemenkes
palembang

12

atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa bulat, kecil yang di


batukkan dengan susah payah.
Tanda selanjutnya termasuk siapnosis sekunder terhadap hipoksia
hebat, dan gejala-gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat,
takikardi, dan pelebaran tekanan nadi. Serangan asma dapat berlangsung
dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meski
serangan asma jarang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat,
yang disebut status asmatikus. Kondisi ini biasanya mengancam hidup
seperti alergi. (Smeltzer c. Suzanne,2002)
E. Komplikasi
Adapun Komplikasi penyakit Asthma Bronchial yang mungkin
timbul adalah :
1. Atelektasis : pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal
2. Pneumothoraks : terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
3. Gagal nafas : ketidak mampuan sistem untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2) eliminasi karbon dioksida
4. Bronkhitis atau radang paru-paru : Kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis)
mengalami bengkak.
5. Emfisema : penyakit saluran pernafasan yang berdiri sesak nafas terus
menerus yang menghebat pada waktu pengeluaran tenaga dan sering
kali dengan perasaan letih atau baha latinnya paru-paru basah
6. Hipoksemia : tubuh kekurangan oksigen (Arief Mansjoer.2001)
F. Pemeriksaan penunjang
Poltekkes kemenkes
palembang

13

1. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
2. Pemeriksaan sputum
Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil
3. Uji kulit
4. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
5. Foto dada
pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang
menurun
6. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
G. Penatalaksanaan
Prinsip Umum Pengobatan Asthma Bronchial :
1. Menghilangkan Obstruksi Jalan Nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghidari Faktor-faktor yang mencetuskan
serangan Asthma.
3. Memberikan Penerangan kepada Penderita ataupun Keluarganya
mengenai Penyakit Asthma, baik Pengobatannya maupun tentang
perjalanan Penyakitnya
4. sehingga Penderita mengerti Tujuan Pengobatan yang diberikan
dan bekerja sama dengan Dokter atau Perawat yang merawat.
a. Pemberian Penyuluhan
b. Menghindari Faktor Pencetus
c. Pemberian Cairan
d. Beri O2 bila perlu
Tujuan terapi asma adalah:
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. mencegah kekambuhan
c. mengupayakan fungsi paru, senormal mungkin serta
mempertahankan nya
Poltekkes kemenkes
palembang

14

d. mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal


termasuk melakukan exerase.
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang universal

2.1 konsep asuhan keperawatan


A. pengkajian
pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien,keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Beberapa hal yang perlu di kaji dalam asuhan keperawatan pada
pasien asma.
1. Identitas klien (Data biografi)
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, agama, umur,status
pekerjaan, alamat ruma, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
penentuan diagnosa klien .selain itu juga dilengkapi dengan
identitas penanggung jaawab klien meliputi.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapatkan atau dirasakan oleh klien.
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit
paru sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/
faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
4. Kaji Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit
bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.
5. Kaji Pernapasan
a. Dispnea (sesak nafas perlu penanganan darurat)
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitasatau
latihan.

Poltekkes kemenkes
palembang

15

b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang


c.

ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya:

meninggikan bahu, melebarkan hidung.


d. Adanya bunyi napas mengi.
e. Adanya batuk berulang.
6. Sirkulasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Adanya peningkatan tekanan darah.


Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal, sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
Asupan nutrisi
Ketidak mampuan untuk makan karena distress

pernapasan.
l. Penurunan berat badan karena anoreksia.
7.
Hubungan sosial
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
Penurunan libido (hawa nafsu)

B. Perumusan diagnosa keperawatan


1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi mukus
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay
obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus ).
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Poltekkes kemenkes
palembang

16

C. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
e.

Sesak berkurang
Batuk berkurang
Klien dapat mengeluarkan sputum
Wheezing berkurang/hilang
TTV dalam batas normal keadaan umum baik.

Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya :
mengi, erekeis, ronkhi.
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan
c.

ekspirasi.
Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian

kepala tidak duduk pada sandaran.


d. Observasi karakteristik batuk,
menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki
upaya batuk.
e. Berikan air hangat.
f. Kalborasi obat sesuai dengan indikasi .Bronkodilator
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
e.

Pola nafas efektif


Bunyi nafas normal atau bersih
TTV dalam batas normal
Batuk berkurang
Ekspansi paru mengembang.
Intervensi

:
Poltekkes kemenkes

palembang

17

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.


b. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu
pernafasan / pelebaran nasal.
c. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
crekels, mengi.
d. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
e. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
f. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
g. Kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan dan berikan humidifikasi
tambahan misalnya : nebulizer.
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay
( obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus ).
Tujuan : pertukaran gas efektif dan adekuat
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam
tingkat kemampuan atau situasi
Intervensi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
Tinggikan kepala tempat tidur
Kaji secara rutin kulit dan warna membrane mukosa
Bantu mengeluarkan sputum
Auskultasi bunyi nafas
Palpasi Fremitus
Awasi tingkat kesadaran

4. Diagnosa Keperawatan 4 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.

Keadaan umum baik


Mukosa bibir lembab
Nafsu makan baik
Tekstur kulit baik
Poltekkes kemenkes

palembang

18

e. Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan


f. Bising usus 6-12 kali/menit
g. Berat badan dalam batas normal.
Intervensi

:
a.

Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut,

b.

konjungtiva)
Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi

tubuh
c. Timbang berat badan dan tinggi badan.
d. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
e. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering..
f. Kolaborasi
1. Consul dengan tim gizi/tim mendukung
nutrisi.
2. Berikan obat sesuai indikasi.
3. Vitamin B squrb 21.
4. Antiemetik rantis 21
D. Implementasi
Implemantasi tindakan yang merupakan tindakan yang sesuai
dengan yang telah direncanakan

mencakup tindakan mandiri dan

kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat dan buku atas petunjuk kesehatan.

F. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan dari klien yang menggalami
penyakit asma dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai. Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberi hasil:
1. Tekanan darah normal
2. Sesak berkurang
3. Klien sudah terlihat tenang
4. Asupan nutrisi klien sudah membaik/ meningkat.
5. Klien sudah bisa mampu mengatasi asma

yang

dideritannya.
6. Klien sudah dapat melakukan aktifitasnya.

Poltekkes kemenkes
palembang

19

Poltekkes kemenkes
palembang

You might also like