You are on page 1of 13

LAPORAN KASUS

Konjungtivitis Flikten

Pembimbing :
dr. Saptoyo Argo Morosidi, SpM

Disusun oleh :
Stanley Timotius
112015164

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
Periode 28 Maret 2016 - 30 April 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR
Nama

: Stanley Timotius

Tanda Tangan

NIM
: 11 2015 164
........................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M
.........................................
I.

II.

IDENTITAS
Nama

: Ny. F

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Cibogo RT RW 01/03 Kel Cipayung, Mega Mendung

Tanggal pemeriksaan

: 15 April 2016

ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 15 April 2016
Keluhan utama: Pasien dibawa ke poliklinik karena terdapat bintik putih pada mata kiri
sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bintik putih yang pasien rasakan seperti mengganjal mata. Pasien mengatakan
timbul kemerahan pada mata kiri sejak 1 minggu yang lalu. Kemerahan yang timbul terjadi
tiba-tiba dan semakin lama semakin merah. Terdapat keluhan nyeri pada mata kiri ketika
baru bangun tidur, tidak menjalar ke bagian belakang mata. Saat bangun tidur, mata terasa
lengket dan sulit dibuka. Mata kiri mengeluarkan banyak air yang berwarna putih jernih.
2

Pasien juga mengeluhkan mata kanannya gatal, gatal dirasakan tidak terlalu berat.
Keluhan ini dimulai ketika mata kiri pasien kelilipan debu. Keluhan menggunakan
kacamata disangkal. Sebelumnya pasien juga memiliki gigi bolong sejak 2 minggu yang
lalu. Pasien juga mengatakan bahwa ia memiliki penyakit lambung yang hilang timbul
sudah sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut. Pasien tidak memiliki riwayat darah
tinggi, kencing manis, asma.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

: TD 110/80 mmHg, HR 84x/menit

Kepala/Leher

: Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Mulut

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan


Paru

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: Dalam batas normal

Status Ophtalmologi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
-

KETERANGAN
OD
VISUS
Visus
20/25
Koreksi
Addisi
Distansia pupil
Tidak dilakukan
KEDUDUKAN BOLA MATA
Ukuran
Normal
Eksoftalmus
Endoftalmus
Deviasi
Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah
SUPERSILIA
Warna
Hitam
Simetris
Normal
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
Nyeri tekan
Ekteropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Punctum lakrimal
Normal
Fissure palpebral
Tes anel
Tidak dilakukan
KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatriks
Hordeolum
Kalazion
KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
Pterigium
Pinguekula
Flikten
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid
-

OS
20/60
Tidak dilakukan
Normal
Baik ke segala arah
Hitam
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Ada
Ada
4

7. SKLERA
- Warna
- Ikterik
- Nyeri Tekan
8. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Test Placido
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10. IRIS
- Warna
- Kripta
- Sinekia
- Kolobama
11. PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks Cahaya Langsung
- Refleks Cahaya Tidak Langsung
12. LENSA
- Kejernihan
- Letak
- Test Shadow
13. BADAN KACA
- Kejernihan
14. FUNDUS OCCULI
- Batas
- Warna
- Ekskavasio

Putih
-

Merah
-

Jernih
Rata
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan

Jernih
Rata
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan

Cukup
Jernih
-

Cukup
Jernih
-

Coklat
-

Coklat
-

Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+

Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+

Jernih
Tengah
-

Jernih
Tengah
-

Jernih

Jernih

- Rasio arteri : vena


- C/D rasio
- Eksudat
- Perdarahan
- Sikatriks
- Ablasio
15. PALPASI
- Nyeri tekan
- Masa tumor
- Tensi Occuli
- Tonometry Schiotz
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi
IV.

Normal per palpasi


-

Normal per palpasi


-

Sesuai Pemeriksa

Sesuai Pemeriksa

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

V.

Skin test
X foto toraks PA
RESUME
Ny.F , perempuan, usia 35 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan bintik putih
pada mata kiri sejak 1 minggu yang lalu. Mata perih (+), mata lengket (+), keluar banyak
air mata berwarna putih jernih. Keluhan diawali saat pasien terkena debu. Tekanan
Darah: 110/80 mmHg. Pemeriksaan mata didapatkan visus OD 20/25 dan visus OS
20/60. Terdapat fliken di konjungtiva bulbi OS.
Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis: dalam batas normal, status
ophtalmologi:
OD

OS

Visus

20/25

20/60

TIO

Normal per Palpasi

Normal per Palpasi

Cts

Tenang

Tenang

Cti

Tenang

Tenang

Cb

Tenang

Flikten, injeksi siliar

Jernih

Jernih
6

VII.

CoA

Cukup

Cukup

Bulat, 3mm, RC +

Bulat , 3mm, RC +

Sinekia -

Sinekia -

Jernih

Jernih

VI.
DIAGNOSIS KERJA
VIII.

Konjungtivitis fliktens OS

IX.
X.

DIAGNOSIS BANDING
-

Pinguekula iritan OS
Skleritis OS
XI.

XII.
-

PENATALAKSANAAN
Tobramycin 3 mg + dexamethasone 1 mg, 4 gtt 1 OD
Artificial tears

XIII.
XIV.
XV.
XVI. PROGNOSIS
XVII.
XX. Ad Vitam
XXIII. Ad Fungsionam
XXVI. Ad Sanationam

XVIII. OD
XXI. Bonam
XXIV. Bonam
XXVII.
Dubia ad

XIX. OS
XXII. Bonam
XXV. Bonam
XXVIII.
Bonam

bonam
XXIX.
XXX.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.

XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
XLIII.
XLIV.
XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.
LI.
LII.
LIII.
LIV.
LV.

TINJAUAN PUSTAKA

LVI.
LVII. Definisi
LVIII.

Konjungtivitis fliktens adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat dikarenakan


adanya

protein

asing.

Berdasarkan

riwayat

diasosiasikan

dengan

sensitivitas

tuberkuloprotein, konjungtivitis flikens sekarang yang paling sering diasosiasikan dengan


infeksi stafilokokus.1
LIX.
LX.
LXI.

Etiologi
Dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh hipersensitivitas tipe lambat (dimediasi
sel tipe-4) berespons terhadap protein mikrobiologi. Berikut merupakan alergen kausa:2
1. Protein tuberkulous yang disadari sebelumnya, sebagai kausa yang tersering
2. Protein Stafilokokus yang sekarang dipikirkan menjadi kebanyakan kasus

3. Alergen lain mungkin protein dari basilus Moxarella Axenfeld dan beberapa
parasit (infestasi cacing)
LXII.
LXIII. Epidemiologi
Terdapat beberapa faktor predisposisi pada konjungtivitis flikten ini yaitu:2

LXIV.
1.
2.
3.
4.
5.

Usia puncak penyakit sekitar grup usia 3-15 tahun


Insidens pada jenis kelamin wanita lebih tinggi daripada pria
Penyakit lebih sering pada orang yang kurang gizi
Kondisi kehidupan yang sering adalah yang padat dan kotor
Musim biasanya pada musim semi dan musim panas.

LXV.
LXVI. Patofisiologi
LXVII.

Terdapat beberapa tingkatan pada bentuk konjungtivitis flikten ini. Bentuk


pertama adalah stadium bentuk nodul. Pada stadium ini terjadi eksudat dan infiltrasi dari
leukosit menuju lapisan yang lebih dalam dari konjungtiva menuju formasi nodul. Sel
sentral adalah polimorfonuklear dan sel perifer adalah limfosit. Dilatasi pembuluh darah
tetangga dan endoteliumnya berproliferasi.2

LXVIII.

Stadium kedua adalah ulserasi. Setelahnya, terjadi nekrosis pada apeks

nodul dan ulkus terbentuk. Infiltrasi leukositik meningkat dengan sel plasma dan sel
mast. Stadium ketiga adalah granulasi dimana dasar dari ulkus dibungkus oleh jaringan
granulasi. Pada stadium keempat yaitu stadium penyembuhan. Penyembuhan terjadi
biasanya dengan jaringan parut minimal.2
LXIX.
LXX. Manifestasi Klinik

LXXI.
9

LXXII. Gambar 1. Konjungtivitis flikten.2

LXXIII.

Gejala konjungtivitas flikten adalah mata berair, iritasi dengan rasa sakit,

fotofobia dapat ringan hingga berat. Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit, pasien
juga akan merasa silau disertai biefarospasme. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan
kemungkinan terjadi kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea. Biasanya
terdapat sekret mukopurulen yang diasosiasikan karena infeksi bakteri sekunder.2,3
Tanda-tanda konjungtivitis flikten dapat dilihat dengan tiga bentuk:2,4

LXXIV.

1. Konjungtivitis flikten simple. Ini bentuk yang paling sering terlihat. Hal ini
dikarakteristikkan dengan keberadaan nodul putih mengarah ke merah muda dikelillingi
dengan hiperemis pada konjungtiva bulbi, biasanya dekat limbus, tetapi ada juga yang di
kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. Sering pada banyak waktu ada nodul soliter
tetapi ada saat dimana mungkin ada 2 nodul. Dalam beberapa hari nodul terulserasi pada
apeksnya yang kemudian menjadi terepitelisasi. Sisa konjungtiva lain normal.
2. Konjungtivitis fliken nekrosis dikarakteristikkan dengan keberadaan dari fliken yang
sangat lebar dengan nekrosis dan ulserasi yang mengarahkan pada konjungtivitis pustular
yang berat.
3. Konjungtivitis fliken milier yang dikarakteristikkan dengan adanya banyak fliken yang
tersusun secara tidak teratur atau membentuk cincin di sekitar limbus dan mungkin
membentuk cincin ulkus.

LXXV.
LXXVI.

Gambar 2. Gambaran yang biasanya terjadi pada konjungtivitis flikten inferior.5

LXXVII.

Secara histologis, fliktenula adalah infiltrasi sel-sel bulat kecil ke

perivaskular dan subepitel setempat, yang diikuti oleh sejumlah besar sel polimorfonuklear saat
epitel di atasnya mengalami nekrosis dan terkelupas serangkaian peristiwa yang merupakan ciri
khas reaksi hipersensitivitas tipe tuberkulin lambat.4
LXXVIII.
10

LXXIX.

Penatalaksanaan

LXXX.

Terapi berdasarkan pada etiologi. Pada individu yang diduga terkena

tuberculosis, diagnosis harus dibuat dengan skin tes menggunakan derivate protein terpurifikasi,
ronsen dada, dan kultur sputum bila memungkinkan.5
LXXXI.

Terapi lokal yang diberikan adalah dengan steroid topikal, drops

antibiotic, dan atropine mata. Steroid topikan dalam bentuk tetes atau salep mata (dexamethasone
atau betamethasone) menghasilkan efek dramatis pada konjungtivitis fliken. Dengan antibiotic
tetes atau salep harus ditambahkan karena ada infeksi sekunder (konjungtivitis mukopurulen).
Salep mata atropin (1%) harus diberikan satu kali per hari ketika kornea terlibat.2
LXXXII.
i.

Terapi spesifik harus dicari dan dieradikasi misalnya:2

Infeksi tuberculosis harus meliputi X-ray dada, tes mantoux, TLC, DLC, dan
ESR. Dalam beberapa kasus, fokus tuberculosis ditemukan, harus dimulai terapi

ii.

antituberkulosis untuk melawan infeksi


Fokus sepsis, mungkin dari tonsillitis, adenoiditis, atau karies dentis, ketika
muncul haris diobati secara adekuat dengan antibiotic sistemik dan operasi sesuai

iii.

yang telah diperhitungkan.


Infeksi parasit harus dibuang dengan pemeriksaan berulang dan ketika ditemukan
dapat diobati dengan eradikasi sempurna.

LXXXIII.

Terapi dapat ditambahkan karena mengingat kesehatan anak sangat

penting. Dapat ditambahkan suplementasi protein tinggi dengan vitamin A, C, dan D.2
LXXXIV.
Komplikasi
LXXXV.

Keratitis flikten dapat terlibat lagi menjadi gangguan sekunder dari

konjungtivitis flikten, atau jarang sebagai penyakit primer. Hal ini terjadi dalam 2 bentuk
yaitu keratitis flikten ulserativa atau keratitis infiltratif difus.2

11

LXXXVI.
LXXXVII.

Gambar 3. Ulkus kornea fasikular.

Tipe keratitis fliken tipe ulserativa mungkin terjadi dalam 3 bentuk ini:2

LXXXVIII.

1. Ulkus sacrofulous adalah ulkus marginal dangkal dibentuk karena pecahnya fliken limbus
kecil. Ini dibedakan denan ulkus kataral karena tidak ada batas yang jelas antara ulkus
dan limbus dan aksis panjangnya biasanya perpendikuler terhadap limbus. Ulkus
biasanya jelas tanpa meninggalkan kekeruhan.
2. Ulkus fasikuler memiliki hubungan menonjol dengan pembuluh darah. Ulkus ini
biasanya tersisa di superfisial tetapi meninggalkan bekas pada kekeruhan superfisial
setelah sembuh.
3. Ulkus milier. Dalam bentuk ini ulkus multipel kecil tersebar pada seluruh porsi dari
keseluruhan kornea.
LXXXIX.

Pada bentuk keratitis infiltrat flikenular difus mungkin timbul dalam

bentuk infiltrasi sentral dari kornea dengan karakteristik kaya akan vaskularisasi dari perifer, di
sekitar limbus. Ini mungkin superfisial atau dalam. Perjalanan penyakitnya biasanya sembuh
endiri dan flikten hilang setelah 8-10 hari. Namun hal ini menyebabkan kekambuhan yang
sering.2
XC.
XCI. Prognosis
XCII.

Fliktenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi

sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topikal. Terjadi pengurangan
sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam berikutnya. Fliktenulosis oleh
protein stafilokokus berespons agak lebih lambat. Antibiotik topikal hendaknya ditambahkan
12

pada blefarokonjungtivitis stafilokokal aktif. Pengobatan harus ditujukan terhadap penyakit


pencetus; steroid, bila efektif hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut
kornea yang menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan transplantasi kornea.4
XCIII.
XCIV. Daftar Pustaka
1. Quinn CJ, Mathews DE, Noyes RF, Oliver GE, Thimons JJ, Thomas RK. Optometric
clinical practice guideline, care of patient with conjunctivitis. St. Louis: American
Optometric Association; 2002. p. 9.
2. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age
International; 2007.
3. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013
4. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2010.
5. Bartlett JD, Karpecki PM, Melton R, Thomas RK. Diagnostic & treatment alogarithms
for ocular surface disease states. Birmingham: Bausch Lomb; 2011.

13

You might also like