You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA PERTENGAHAN

Disusun Oleh :
Octavia Nur Aini Wahyudi
(070115B062)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
KONSEP DASAR KELUARGA DENGAN TAHAP ANAK USIA
PERTENGAHAN

1.

Definisi
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua,

dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun
kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah
keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan
anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil
perkawinan keturunannya. Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah
meninggalkan rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan
usia pertengahan hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase
postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan
hal yang biasa (Troll, 1971).
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan
(seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri (lebih merata),
dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989).
Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan
Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik.
Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar, bersifat nasional
dan representatif terhadap keluarga utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit putih
ditemukan bahwa kepuasan perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan
memuncak selama fase postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya
secara ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain (McCollough dan
Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan
berpendapatan

yang

lebih

tinggi

dari

pada

periode

sebelumnya

oleh

pria

bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia
pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama
lain disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual juga
memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan
perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan
mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim
sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam
tahun-tahun ini.
Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat,
karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri
mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya,
tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan
bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus
menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman).

2.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang menyalurkan

kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi rumah yang telah
ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita, krisis usia pertengahan (telah dibicarakan
dalam tahap sebelumnya) dialami selama masa awal siklus kehidupan ini. Wanita
berupaya mendorong anak mereka yang sedang sedang tumbuh agar mandiri dengan
menegaskan kembali

hubungan mereka dengan anak-anak tersebut (tidak mengusik

kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam upaya untuk mempertahankan
perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita memulai gaya hidup yang lebih
sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet seimbang, program olahraga yang teratur, dan
istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan, kecakapan
yang kreatif.
Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang sama
yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria mungkin berada pada puncak
kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras sebelumnya, atau dilain pihak mereka mungkin
merasa pekerjaan mereka bersifat monoton setelah 20 30 tahun menekuni pekerjaan
yang sama. Banyak sekali pekerja kelas menengah menderita karena fenomena lateau
dimana tidak ada lagi kenaikan gaji dan promosi menyebabkan mereka merasa bosan.
Dalam kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier catatan mencapai proporsi lampu
kuning, membuat banyak orang pada kerja pertengahan ini tidak kerja karena
ketidakpuasan, bosan, dan stagnasi. Karena secara tradisional bekerja merupakan peran
sentral bagi pria dalam hidup, pengalaman ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini amat
mempengaruhi tingkat stress dan status kesehatan umum.
Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama
berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan persiapan kecil
harus berlangsung secara lebih terencana.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan lingkungan
yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat
menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka
telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45 65 tahun.

Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka lebih baik sekarang dari pada tidak
pernah adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan perubahanperubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat in aktivitas, tekanan darah
tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas
vital akibat merokok.
Tabel 10. Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia
pertengahan dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Orang tua usia pertengahan

Tugas - Tugas Perkembangan


Keluarga
1. Menyediakan lingkungan

yang

meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan

hubungan

hubungan yang memuaskan dan


penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh

hubungan

perkawinan.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup mereka
adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila seorang
teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke atau kanker. Selain
takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat
merupakan cara-cara yang efektif untuk mengurangi ketentuan terhadap berbagai
penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan

stroke merupakan 2/3 dari semua penyebab kematian antara usia 46 64 tahun, dan
berbagai kematian urutan keempat (Pusat Statistik Kesehatan Nasional, 1989).
Tugas perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan
yang penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia dengan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu mereka ke dalam keluarga dan meningkatkan
hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini dapat mendatangkan penghargaa yang
tinggi Duvall (1977). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia perpidahan
terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagian yang berasal dari
posisi sebagai kakek nenek tanpa tanggungjawab sebagai orangtua selama 24 jam.
Karena umum harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek nenek secara khusus
terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Spray dan Mattews, 1982). Kakek nenek
memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu mereka pada saat-saat kritis dan
membantu anak-anak mereka melalui pemberian dorongan dan dukungan Bengstone dan
Robertson, 1985)
Peran yang lebih problematik adalah yang berhubungan dengan dan membantu
orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar yang lebih yang tua. 86
persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orangtua yang masih hidup
(Ages stade, 1988). Jadi, tanggungjawab memberikan perawatan bagi orangtua lansia
yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak asyik. Banyak wanita
yang merasa berada dalam himpitan generasi dalam upaya mereka mengimbangi
kebutuhan-kebutuhan orangtua mereka yang berusia lanjut, anak-anak, dan cucu-cucu
mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif dikalangan
minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.

Tugas perkembangan ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas


perkembangan untuk memperkokoh hubungan perkawinan. Sekarang pasangan tersebut
benar-benar sendirian setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan
hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyakan
pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain
sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orangtua. Wright dan Leahey, (1984)
melukiskan tugas perkembangan ini sebagai reinvestasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independen yang terjadi secara bersamaan (hal. 49).
Keseimbangan tendensi-independency antara pasangan perlu di uji kembali, seperti
keinginan independent yang lebih besar dan juga perhatian satu sama lain yang penuh
arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam
tahun-tahun Postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan, melainkan
menimbulkan kebohongan. Menurut Kerrckhoff, (1976) para konseler perkawinan telah
lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun
pertengahan, serikali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas
traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri
dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
3.

Masalah-Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang disebut dalam seluruh deskripsi tahap siklus kehidupan ini

meliputi :
1. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat badan

hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi
penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
2. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orangtua yang
berusia lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan ; membantu perawatan orangtua
yang berusia atau tidak mampu merawat diri.

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA


Konsep Klinis Penyakit Gout Artritis
1.

Tinjauan Pustaka
a.

Konsep/Teori penyakit gout artritis


1) Pengertian

Gout (asam urat) adalah senyawa sukar larut dalam air yang merupakan
hasil akhir metabolisme purin (Damayanti, 2012).
Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan
dengan defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan
hiperuresemia (Brunner&Suddart, 2013).
Gout adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini
biasanya akan dikeluarkan dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan
dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun
pada persendian-persendian di tempat lainnya termasuk diginjal itu sendiri
dalam bentuk kristal-kristal (Sandjaya,2014).
2) Tanda gejala
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
sebagi berikut:
a. Kesemutan dan linu
b. Nyeri hebat terutama malam hari, sehingga penderita sering terbangun
saat tidur
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma,konsumsi alkohol, diet, stress,
pembedahan.
d. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari
tanpa terapi.
e. Serangan selanjutya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulanatau
bertahun-tahun,pada

waktunya

serangan

cenderung

terjadi

sering,mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama


(Brunner&Suddarth,2013).

3) Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, gout dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui (idiopatik)
secara signifikan. Ada dugaan penyebab penyakit ini berkaitan
dengan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatakan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
b.

pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.


Penyakit gout sekunder
Gout jenis sekunder ini kebanyakan

disebabkan

oleh

meningkatnya produksi asam urat dan berkurangnya pengeluaran


asam urat dalam urin. Meningkatnya produksi asam urat, terjadi
karena pengaruh makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah
salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam laknat atau
asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino,unsur
pembentuk protein (Damayanti,2012).
Menurut Damayanti (2012), faktor penyebab gout (asam urat) dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
a.
Faktor umum
Penyakit ini beragam penyebabnya, diantaranya adalah kurang
tidur yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam laknat.
Selain itu penggundaan sendi yag berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya peradangan. Perandangan sendi juga bisa terjadi karena
terlalu banyak berjalan, naik turun tangga, sering jongkok berdiri

juga bisa menyebabkan kelebihan asam urat pada jaringan atau


b.

persendian.
Faktor khusus
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan
factor usia, dimana usia dia atas 40 tahun beresiko besar terkena
asam urat.
2) Faktor dari luar
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan
minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti
makanan yang mempunyai kadar karbohidrat dan protein tinggi.
Makanan dan minuman yang memiliki kadar karbohidrat dan
protein tinggi diantaranya adalah kacang-kacangan, emping,
melinjo, daging ( terurama jero-jeroan) ikan, coklat, kopi, teh, dan
minuman cola.
3) Faktor lainnya
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan) penyakit
kulit(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat
kadar benda keton(hasil buangan metabolism lemak) yang
meninggi.

4) Patofisiologi
Pada penyakit gout, terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek
rnal yang menyebabkan penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi
keduanya. Hiperuresemia primer mungkin disebabkan oleh diet hebat atau
kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, dagung organ) secara

berlebihan.

Pada

kasus

hiperuresemia

sekunder,

gout

merupakan

manefestasi klinis sekunder dari berbagai proses genetik atau proses


dapatan, termasuk kondisi yang disertai dengan peningkatan peremajaan sel
(leukemia, mieloma multipel, psoriasis, beberapa anemia) dan peningkatan
penghancuran sel (Brunner&Suddart, 2013).
Menurut Sandjaya (2014), perjalanan penyakit gout(asam urat)
mempunyai 3 tahap yaitu
a. Tahap pertama (tahap arthritis gout akut)
Tahap pertama disebut tahap arthritis gout akut atau radanag asam
urat akut. Pada gejala asam urat tahap ini penderita akan mengalami
serangan arthritis yang khas. Serangan tersebut akan menghilang tanpa
pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering
penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak
menduga terkena gejala penyakit asam urat dan tidak melakukan
pemeriksaan lanjutan.
Setelah seranga pertama, penderita akan masuk pada gout
interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama
jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya
berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun,
tetapi rata-rata berkisar seseorang lupa bahwa pernah menderita serangan
arthitis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu , tidak ada
hubungannya dengan gejala penyakit asam urat.
b. Tahap kedua(tahap artitis gout akut intermiten)
Tahap ini disebut sebagai tahap artitis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala

asam urat, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan
arthitis atau peradangan yang khas.
Selanjutnya penderita akan sering mendapatkan serangan(kambuh)
yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin
lama rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah
sendi yang terserang makin banyak. Pada tahap ini penderita baru
menyadari kalau sudah terkena serangan gejala asam urat.
c. Tahap ketiga(tahap artitis gout kronik bertofus)
Tahap ini disebut sebagai tahap arthitis gout kronik bertofus. Tahap
ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih.
Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi bersuk seperti kapur yag
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita
tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
5) Komplikasi
a.

Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)


Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi
(gout). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat
cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar.
Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resiko timbulnya gout,
namun hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan
gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada
keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak

pasien dengan hiperurisemia tidak mengalami serangan atritis gout


b.

(Brunner&Suddart, 2013).
Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal,
gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi
sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat
meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana
urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat
pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik (Brunner&Suddart, 2013).

6) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner&Suddart (2013) pemeriksaan yang harus dilakukan,
yaitu :
a.

Serum asam urat


Umumnya meningkat

diatas

mg/dl.

Pemeriksaan

ini

mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat


b.

atau gangguan ekskresi.


Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000 10.000/mm3.

c.

Eusinofil Sedimen Rate (ESR)


Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam

d.

urat di persendian.
Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800
mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung
semua urin dengan tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
1. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tophi menggunakan jarum kristal
2.

urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.


Pemeriksaan radiografi, dilakukan pada sendi yang terserang, hasil
pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada
awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka
akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah
sinovial sendi.

7) Penatalaksanaan
a.

Penatalaksanaan farmakologi menurut Schmitz (2008) yaitu


1. Kolkisin (colchicini)

Mekanisme kerja dari kolkisin adalah sebagai zat penghambat


mitosis

yaitu

menghambat

polimerasi

tubulin

sehingga

menyebabkan pembentukan mikrotubuli, mengurangi motilitas dan


aktivitas

fagositosis

granulosit

neutrofil

berinti

polomrf,

menghambat pembebasan suatu faktor kemotaktis dari leukosit


neutrofil, menghambat sintesis DNA dan kolksikin tidak bekerja
urikosurik maupun urikostatik.Efek samping pemberian dosis tinggi
selalu terjadi diare, muntah dan nyeri perut
2.

Alopurinol (Zyloric)
Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin okside, enzim
yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi
asam urat. Namun, obat ini memiliki efek samping terutama
gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal.

3.

Benzbromaron (Narcaricin)
Benzbromaron bersifat urikosurik dengan cara menyerap
kembali asam urat di tubulus proximal. Ekskresinya diperbanyak
dan kadar asam urat dalam darah menurun. Efek samping berupa
gangguan lambung-usus (diare), reaksi alergi kulit, nyeri kepala,
kulit ginjal, sering berkemih. Overdosis mengakibatkan mual dan
muntah, hepatitis dan gangguan fungsi ginjal.

4.

Probenesid (Probenid Benemid)

Probenesid bersifat urikosurik pula dengan mekanisme yang


sama dengan benzbromaron, kini obat ini khusus digunakan untuk
asam urat. Probenesid tidak efektif untuk serangan akut. Efek
samping keluhan gastrointestinal dan reaksi pada kulit.
b.

Penatalaksanaan Non Farmakologi


1. Mengatur pola makan (diet makan tinggi purin)
Terapi diet dilakukan untuk mengatur asupan makan yang
dikonsumsi sesuai dengan anjuran (makanan yang mengandung
purin rendah) dan menghindari atau membatasi makanan-makanan
yang mengandung purin tinggi seperti jeroan, kacang-kacangan,
melinjo, sarden, sayur - sayuran hijau seperti bayam, kangkung dan
makananyang

banyak

mengandung

lemak

seperti

santan

(Krisnatuti, 2010).
2.

Mengkonsumsi air putih secara rutin


Tubuh membutuhkan asupan air utnuk menjalankan berbagai
macam sistem di dalam tubuh. Air putih terbaik yang dibutuhkan
tubuh berupa air putih tanpa dicampur dengan zat apapun. Air putih
memiliki daya larut paling tinggi.Air putih dapat melarutkan semua
zat yang larut di dalam cairan termasuk purin dapat melarutkan
semua zat yang larut di dalam cairan purin. Asam urat yang
teralarut di dalam air akan dibuang dan diekskresikan ginjal
bersama purin (Herlina, 2013).

3.

Olahraga

Olahraga yang dilakukan secara rutin akan memperlancar


sirkulasi darah dan mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah.
Di dalam olahraga terdapat senam ergonomis. Kondisi ini akan
berpengaruh positif bagi tubuh, karena dengan berolahraga
pikiranpun akan menjadi rileks sehingga stress dapat dikurangi dan
dikendalikan serta sistem metabolism akan berjalan lancer sehingga
proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih
efektif dan efisien. Sistem metabolisme yang berjalan lancar akan
mengurangi resiko peningkatan asam urat di dalam tubuh. (Sustarni
dkk, 2014).
4.

Menghindari konsumsi alkohol


Makanan atau minuman yang mengandung alkohol perlu
dihindari untuk mencegah terjadinya hiperurisemia.Kadar alkohol
yang tinggi mengandung purin tinggia, akan memeprcepat
pemecahan

ATP

(Adenosin

Tripospat)

di

hati,

sehingga

meningkatkan produksi asam urat. Selain itu alkohol memicu


produksi asam laktat berlebih yang menghambat pembuangan asam
urat (IP. Suiraoka, 2012).

You might also like