You are on page 1of 8

izer Sites

Peace, Love, Unity & Respect

About

MEKANISME KERJA ASURANSI SYARIAH


Posted by nurdinizer on Juni 16, 2012
Posted in: Uncategorized. Tinggalkan komentar
MEKANISME KERJA ASURANSI SYARIAH
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Koperasi dan Asuransi Syariah
Oleh:
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN ADMINISTRASI
UNIVERISTAS PEMBAHARUAN INDONESIA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Asuransi syariah sebagai salah satu lembaga syariah, dapat diartikan sebagai asuransi yang
prinsip operasionalnya didasarkan pada syariat Islam yang mengacu kepada Quran dan
hadist. Persoalan lain yang perlu diketengahkan berkenaan dengan asuransi syariah ini adalah
tentang mekanisme kerja asuransi syariah. Hal ini perlu dibicarakan karena esensi yang
membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional terletak pada cara kerja
yang dilakukan, mulai dari penyetoran premi, investasi dana, sampai pada pembayaran klaim
kepada peserta asuransi yang tertimpa musibah atau bencana. Semua itu terangkum dalam
konsep mekanisme kerja asuransi syariah.
Dalam makalah ini pada mata kuliah koperasi dan asuransi syariah di sini kami akan
membahas mengenai mekanisme kerja asuransi syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian asuransi syariah


Sebelum kita melangkah pada pembahasan inti yaitu mekanisme kerja asuransi syariah, ada
baiknya kita paparkan terlebih dahulu mengenai pengertian asuransi syariah itu sendiri.
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris insurance, yang bahasa Indonesia menjadi bahasa
populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata
pertanggungan .[1]
Sedangkan istilah asuransi dalam Islam, yang paling sering digunakan adalah takaful yang
artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Takaful dalam
fiqh muamalah adalah jaminan sosial diantara sesama muslim, sehingga diantara satu dengan
yang lainnya bersedia saling menaggung resiko.
Jadi pengertian asuransi secara umum adalah suatu perjanjian yang mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tentu.[2]
B. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah
Di dalam operasional asuransi syariah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung
jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi
kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan
jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi fakta
perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syariah dapat diuraikan:
1. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan
dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi. Underwriting asuransi syariah
bertujuan memberikan skema pembagian resiko yang proposional dan adil diantara para
peserta yang secara relatif homogen.
Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang menjadi dasar bagi
perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu penutupan resiko. Pertama,
kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini diramalkan berdasarkan apa yang terjadi pada
masa lalu. Kedua, tingkat resiko, yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang akan
datang. Ketiga, hukum bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai resiko yang
sama atau hampir sama, akan makin bertambah baik bagi perusahaan karena penyebaran
risiko akan lebih luas dan kemungkinan menderita kerugian dapat secara sistematis
diramalkan.
Pada asuransi syariah underwriting berperan:
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh underwriting
dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis pekerjaan, moral dan
kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.
b. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta
membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya jumlah pertanggungan,
lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.
d. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
g. Menghindari anti seleksi.
h. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam ketentuan tarif,
penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.[3]
Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi umum, sebelum

mengambil keputusan untuk mengaksep atau tidak suatu prospek adalah sebagai berikut:
a. Kompetisi
Disisni dituntut kematangan seorang underwriter. Underwriter yang baik adalah yang adil.
b. Penyebaran resiko dan volume.
c. Survei
Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail kemungkinan mengenai
resiko kondisi fisik dan juga kesempatan mengamankan informasi mengenai keadaan moral
pemohon. Laporan survei meliputi sejumlah ciri-ciri berikut:
1) Deskripsi utuh terhadap resiko.
2) Penilaian tingkat resiko.[4]
3) Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.
Calon peserta harus mengisi formulir permohonan secara lengkap yang intinya antara lain
sebagai berikut:
a. Uraian bisnis secara rinci.
b. Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan pengembangannya
selama masa keikutsertaannya asuransi syariah.
c. Catatan perkara yang telah dialami.[5]
2. Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya
perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:
a. Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat, jenis dan
lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan, perhitungan dan besarnya premi
serta informasi lain yang diperlukan.
b. Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan kesanggupannya
mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.
c. Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan
pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda, subrogasi.
d. Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak ditutup atau
diluar penutupan asuransi.
e. Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
f. Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.
Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang diharamkan di atas kontrak
asuransi, maka diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis asuransi tersebut.
Sebagai ilustrasi:
a. Polis dengan akad Mudhorobah atau mudhobbah musyarakah. Pada akad Mudhorobah
peserta asuransi menyediakan modal untuk dikelola oleh operator asuransi. Sedangkan
Mudhorobah musyarakah perusahaan asuransi sebagai Mudhorib menyertkan modal atau
dananya dalam investasi bersama dana peserta. Dalam kontrak tercantum persetujuan
kontribusi yang dijadikan dana asuransi syariah dan pihak operator berhak mengelola dan
mengivestasikan dana asuransi untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan prinsip
Mudhorobah. Peserta menyetujui kontribusinya dijadikan tabarru dan digunakan untuk
membantu peserta lain yan tertimpa musibah dalam bentuk hibah.
b. Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee). Persetujuan kontribusi yang
dimasukkan dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah, persetujuan
pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan cadangan sesuai pedoman dan kebijakan
otoritas. Persetujuan membayar biaya wakalah bil ujrah.
3. Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan

peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian
yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang akan datang.
Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola. Premi yang dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk menutupi tiga
hal, yaitu klaim resiko yang dijamin, biaya akuisisi, dan biaya pengelolaan operasional
perusahaan.
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:
1) Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis yang
dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai dengan
kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan hak bagi hasil investasi
akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan dinyatakan berhenti sebagai peserta.
2) Premi tabarru, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan digunakan
untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang akan disantunkan kepada
ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa asuransi berakhir.
3) Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan yang
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan dana
asuransi.
Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan pada
mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi menurut aturan pemerintah
harus memenuhi unsur berikut:
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan mempengaruhi
dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:
1) Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:
a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
b. Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
c. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
2) Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebihi dan tidak
ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan sehingga tidak
sebanding dengan manfaat yang dijanjikan.
4. Pengeolaan dana asuransi (Premi)
Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah
musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah, keuntungan perusahaan asuransi
syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta
asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah
berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari
pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah
disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang
menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta. Perusahaan dan
peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari investasi.
Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan
kesepakatan. Para peserta memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya
dalam hal: kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pemasaran, dan investasi.[6]
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syariah ini, akan dibagi
kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi syariah itu sendiri, yakni
asuransi syariah keluarga dan asuransi umum. Pembagian ini sangat penting dilakukan
mengingat mekanisme kerja dari kedua syariah itu memiliki sedikit perbedaan, yakni dalam
pengelolaan premi yang disetor kepada perusahaan asuransi syariah. Perbedaan itu muncul

disebabkan sesuatu yang diasuransikannya berbeda; kalau asuransi umum (kerugian) yang
diasuransikan itu harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan diasuransi keluarga (jiwa)
yang diasuransikan adalah diri peserta asuransi itu sendiri.
Selain kedua topik diatas, dalam bagian ini akan dibahas pula tentang pembayaran klaim oleh
perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang tertimpa musibah atau bencana.
1. Mekanisme kerja asuransi keluarga
Mekanisme asuransi keluarga ini diawali oleh terjadinya akad atau transaksi antara
perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai dengan produk
asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu produk asuransi akan
dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta asuransi harus sudah menentukan
produk asuransi yang akan diambil, seperti Asuransi Berjangka (10, 15, atau 20 tahun),
Asuransi dana Investasi, Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan Diri. Setelah akad
berlangsung, maka dalam asuransi keluarga diatur menurut sebagai berikut:
a. Peserta asuransi syariah bebas memilih salah satu jenis syariah keluarga yang ada dengan
ketentuan umur peserta antara 18 sampai dengan 50 tahun dengan masa pembayaran klaim
berakhir sebelum mencapai umur 60 tahun.
b. Perusahaan asuransi syariah dan peserta asuransi syariah mengadakan perjanjian
mudhorobah (bagi hasil), yang sekaligus dinyatakan pula hak dan kewajiban diantara kedua
belah pihak.
c. Setiap peserta asuransi syariah menyerahkan premi asuransi yang dapat dilakukan secara
bulanan, kuartalan, setengah tahunan, atau tahunan. Premi yang diserahkan dengan
kemampuan peserta, tetapi tidak boleh kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan
perusahaan asuransi sebagai berikut:
1) Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi kedalam dua rekening, yaitu rekening peserta
dan rekening derma atau tabarru. Presentase kedua rekening itu ditentukan sesuai kelompok
umur peserta dan jangka waktu pertanggung.
2) Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan akan disatukan ke dalam
Kumpulan Dana Peserta, yang selanjutnya diinvestasikan dalam pembiayaan-pembiayaan
proyek yang dibenarkan syariah.
3) Keuntungan yang diperoleh dari investasi itu akan dibagi dengan peserta sesuai dengan
perjanjian mudhorobah yang telah disepakati sebelumnya.
4) Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan rekening
derma atau tabarru secara proposional.
Mekanisme kerja di asuransi Syariah Keluarga ini secara sederhana dapat dibuatkan gambar
sebagaimana terlihat dibawah ini.
BAGAN
Dalam uraian diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa tahap yang dilalui dalam
pengelolaan dana di Asuransi Syariah Keluarga., yaitu: (1) peserta menyerahkan sejumlah
premi kepada perusahaan asuransi; (2) perusahaan asuransi menerima premi dari peserta,
yang dimasukkan ke dalam dua rekening tabungan peserta dan tabungan derma, yang
selanjutnya disatukan kembali ke dalam kumpulan dana peserta; (3) perusahaan asuransi
mengivestasikan dana yang terkumpul kepada investor dengan prinsip syariah (mudhorobah
atau musyarokah); (4) investor melakukan investasi dan menyerahkan sebagian keuntungan
kepada perusahaan asuransi sesuai porsi pembagian yang disepakati; (5) perusahaan asuransi
menerima keuntungan dari investor yang dimasukkan ke dalam kumpulan dana peserta; (6)
perusahaan asuransi memilah kembali kumpulan dana peserta kepada tabungan peserta dan
tabungan derma; (7) perusahaan asuransi menyerahkan pembayaran klaim kepada peserta
yang tertimpa musibah atau peserta yang habis masa kontraknya, atau peserta yang
mengundurkan diri.[7]
2. Mekanisme kerja asuransi syariah umum

Mekanisme kerja asuransi syariah umum juga diawali oleh terjadinya akad atau transaksi
antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai dengan
produk asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu produk asuransi
akan dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta asuransi harus sudah
menentukan produk asuransi yang akan diambil, seperti Asuransi Kendaraan Bermotor,
Asuransi Kebakaran, Asuransi Resiko Pembangunan, Asuransi Mesin, Asuransi
Pengangkutan, atau produk asuransi syariah umum lainnya.
Setelah akad berlangsung, maka dalam asuransi syariah umum diatur menurut aturan sebagai
berikut:
a. Peserta dapat terdiri dari perorangan, perusahaan, lembaga/yayasan/badan hukum, atau
yang lainnya.
b. Perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi syariah umum
dilakukan berdasarkan prinsip mudhorobah.
c. Besarnya nominal premi tergantung dari jenis asuransi yang dipilih. Setoran premi
dilakukan sekaligus pada awal kontrak dibuat. Jangka waktu pertanggungan adalah satu
tahun, dan harus diperbarui jika kontrak hendak diperpanjang untuk tahun berikutnya.
d. Premi asuransi dikumpulkan dalam satu kumpulan dana yang kemudian dinvestasikan
dalam proyek atau pembiayaan lainnya sejalan dengan syariah.
e. Keuntungan dari investasi akan dikreditkan ke dalam kumpulan dana peserta.
f. Jika terjadi musibah atas harta benda peserta yang diasuransikan, maka perusahaan asuransi
membayarkan ganti rugi kepada peserta tersebut dengan dana yang diambil dari kumpulan
dana peserta asuransi syariah umum.
g. Biaya-biaya yang diperlukan oleh perusahaan asuransi diambil dari kumpulan dana
peserta. Jika masih terdapat terdapat kelebihan dana akan dibayarkan kepada peserta dan
perusahaan asuransi menurut prinsip mudhorobah.
Mekanisme kerja asuransi syariah umum ini secara sederhana dapat dibuatkan dengan
sebagaimana termuat pada halaman berikut.
BAGAN
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa tahap yang dilalui dalam pengelolaan
dana di asuransi syariah umum, yaitu: (1) peserta menyerahkan sejumlah premi; (2)
perusahaan asuransi menerima premi dari peserta yang dimasukkan ke dalam kumpulan dana
peserta; (3) perusahaan asuransi menginvestasikan dana yang terkumpul kepada investor
dengan prinsip syariah (mudhorobah atau musyarokah); (4) investor melakukan investasi dan
menyerahkan sebagian keuntungannya kepada perusahaan asuransi sesuai kesepakatan; (5)
perusahaan asuransi menerima keuntungan dari investor yang dimasukkan ke dalam
kumpulan dana peserta; (6) perusahaan asuransi menyerahkan pembayaran klaim kepada
peserta yang tertimpa musibah atau peserta yang habis masa kontraknya, atau peserta yang
mengundurkan diri.
3. Pembayaran klaim asuransi syariah
Apabila peserta tertimpa musibah selama masa kontrak atau habis masa kontrak atau
mengundurkan diri, maka peserta yang bersangkutan akan mendapatkan pembayaran klaim
yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Peserta yang tertimpa musibah sumber pembayaran
klaimnya ada perbedaan antara peserta asuransi syariah keluarga (jiwa) dengan peserta
asuransi syariah umum (kerugian). Perbedaan diantara keduanya terletak dalam pembayaran
klaim yang bersumber dari tabungan tabarru. Dalam asuransi syariah keluarga, peserta selain
mendapatkan tabungan dan porsi bagi hasil, ia juga mendapatkan bagian dari tabungan
tabarru, yakni tabungan yang berasal dari peserta yang secara ikhlas diinfakan untuk
membantu peserta lain yang tertimpa musibah. Sedangkan dalam asuransi syariah umum,
peserta hanya mendapatkan pembayaran klaim yang bersumber dari tabungan peserta dan
porsi bagi hasil, dan tidak mendapatkan pembayaran klaim yang bersumber dari tabungan

tabarru.
Sedangkan peserta yang habis masa kontraknya akan memperoleh pembayaran kalim yang
bersumber dari tabungan peserta dan porsi bagi hasil. Selain itu, khusus dalam asuransi
syariah keluarga, peserta juga akan memperoleh bagian dari tabungan tabarru apabila
terdapat kelebihan setelah dikurangi pembayaran klaim dan biaya operasional.
Adapun peserta yang mengundurkan diri sementara saat masa kontrak masih berlangsung,
tetap akan mendapatkan pembayaran klaim berupa tabungan peserta dan porsi bagi hasil.
Tabungan peserta yang diberikan kepada peserta adalah tabungan sejak menjadi peserta
asuransi sampai pada saat pengunduran diri. Jumlah tabungan ini pun ikut menentukan pula
pada bagian kentungan yang diperolehnya dari prinsip mudhorobah.[8]
BAB III
PENUTUP
Proses yang dilalui mekanisme kerja asuransi syariah, yaitu Pertama, underwriting adalah
proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya resiko
untuk menentukan besarnya premi. Kedua, polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak
yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti
auntetik berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi. Ketiga, Premi asuransi bagi
peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan peserta asuransi,
mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang akan datang.
Keempat, Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah,
mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah.
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syariah ini, akan dibagi
kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi syariah itu sendiri, yakni
asuransi syariah keluarga dan asuransi umum.
Perbedaan antara asuransi syariah keluarga dan asuransi syariah umum terletak dalam
pembayaran klaim yang bersumber dari tabungan tabarru. Dalam asuransi syariah keluarga,
peserta selain mendapatkan tabungan dan porsi bagi hasil, ia juga mendapatkan bagian dari
tabungan tabarru, yakni tabungan yang berasal dari peserta yang secara ikhlas diinfakan
untuk membantu peserta lain yang tertimpa musibah. Sedangkan dalam asuransi syariah
umum, peserta hanya mendapatkan pembayaran klaim yang bersumber dari tabungan peserta
dan porsi bagi hasil, dan tidak mendapatkan pembayaran klaim yang bersumber dari
tabungan tabarru.
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
*Insurable interest Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,
antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
*Utmost good faith Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua
fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah: si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas
segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.
*Proximate cause Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari
sumber yang baru dan independen.

*Indemnity Suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam


upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum
terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
*Subrogation Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar.
*Contribution Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut
memberikan indemnity.

You might also like