You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya hayati kedua

terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di Indonesia terdapat lebih
kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis diantaranya
termasuk tanaman berkhasiat obat (Kotranas dalam BPOM, 2006 dalam Fridiana,
2012).
Para orangtua dan nenek moyang kita dengan pengetahuan dan peralatan
yang sederhana telah mampu memanfaatkan ramuan dari tumbuhan tertentu dan
hasilnya cukup memuaskan. Kelebihan dari pengobatan menggunakan ramuan
tumbuhan secara tradisional ialah tidak adanya efek samping yang ditimbulkan,
berbeda dengan yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi (Thomas, 1989).
Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah rumput teki (Cyperus
rotundus L). Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung
dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir
jalan atau di lahan pertanian. Tumbuhan ini terdapat pada ketinggian 2000 3000
meter di atas permukaan laut. Tumbuh sebagai gulma yang susah diberantas.
Rumput teki dipercaya memiliki banyak khasiat. Rumput teki merupakan tanaman
serba guna, banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di seluruh dunia
untuk mengobati kejang perut, luka, bisul dan lecet. Sejumlah khasiat farmakologi
dan biologi termasuk anticandida, antiinflamasi, antidiabetes, antidiarrhoeal,
sitoprotektif, antimutagenik, antimikroba, antibakteri, antioksidan, sitotoksik dan
apoptosis, khasiat analgesik, antipiretik telah dilaporkan untuk tanaman ini (Lawal

dan Oladipupo, 2009 dalam Fridiana, 2012). Salah satu kandungan rumput teki
adalah flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase dapat memberi harapan
untuk pengobatan gejala peradangan dan alergi (Robbinson, 1995 dalam Fridiana,
2012).
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa ekstrak umbi rumput
teki mempunyai efek antiinflamasi terhadap udema pada kaki tikus wistar yang
diinduksi karagen dengan dosis 20% dan 30% (Fridiana, 2012), akan tetapi secara
komersial bentuk ekstrak memiliki beberapa kelemahan, yaitu lengket, kurang
menarik sehingga kurang memiliki nilai jual. Oleh karena itu, peneliti bermaksu
membuat formulasi sediaan farmasi sehingga diharapkan meningkatkan minat dari
masyarakat. Bentuk sediaan yang digunakan pada penelitian ini adalah gel yang
bersifat hidrofilik, karena flavonoid dapat terlarut dalam air. Sediaan gel hidrofilik
juga memiliki efek dingin ketika digunakan sehingga dapat memberikan
kenyamanan pada daerah yang mengalami inflamasi. Kelebihan gel hidrofilik
yang lain adalah sifat daya sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik,
tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, dan mudah dicuci dengan air (Voigt,
1995 dalam Kurniawan, 2013).
Karakteristik gel yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaan gel.
Gel topikal tidak boleh terlalu liat, dan konsentrasi bahan pembentuk gel yang
terlalu tinggi atau penggunaan bahan pembentuk gel dengan berat molekul yang
terlalu besar dapat mengakibatkan sediaan sulit dioleskan dan sulit pula
didispersikan (Zatz and Kushla, 1989 dalam Kurniawan, 2013). Kemampuan
menembus permeabilitas kulit merupakan salah satu penghalang dalam sistem

penghantaran topikal. Upaya dalam meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam


kulit dapat dilakukan denganbeberapa cara, antara lain dengan memodifikasi
lapisan stratum corneum seperti pada penggunaan enhancer dan dengan
mengunakan sistem pembawa (Benson, 2005 dalam Kurniawan, 2013).

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:


a. Apakah gel ekstrak umbi rumput teki mempunyai efek antiinflamasi pada
tikus?
b.
Pada konsentrasi berapakah gel ekstrak umbi rumput teki dapat
memberikan efek antiinflamasi pada tikus?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah:
a. Untuk mengetahui gel ekstrak daun sirih yang memiliki aktivitas sebagai
luka bakar.
b. Mengetahui konsentrasi efektivitas daun Sirih sebagai penyembuhan luka

bakar.
1.4

Manfaat Penelitian
a. Untuk Peneliti
Melatih kemampuan melakukan penelitian dan menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya.
b. Untuk Pembaca
Agar dapat diterapkan dalam lingkungan masyarakat tentang
penggunaan gel ekstrak umbi rumput teki sebagai antiinflamasi.

1.5

Hipotesis
Gel ekstrak umbi rumput teki dengan konsentrasi 20% dapat digunakan

sebagai antiinflamasi pada udema kaki tikus wistar.

You might also like