Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabei varian hominis (Harahap, 2000). Penyakit ini
dikenal juga dengan nama the itch, gudik atau gatal agogo.
Saat ini Badan Dunia menganggap penyakit skabies sebagai
pengganggu dan perusak kesehatan yang tidak dapat dianggap lagi
hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit skabies masa
kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua
tingkat sosial (Agoes, 2009).
Menurut Sungkar (2000) mengatakan bahwa penyakit Skabies di
seluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor
imun yang belum diketahui sepenuhnya. Penyakit ini banyak dijumpai
pada anak dan dewasa, tetapi dapat mengenai semua umur. Penyakit ini
telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan
angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang
prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan
insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja.
Di beberapa negara termasuk Indonesia penyakit skabies yang
hampir teratasi ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Selain
itu, kasus-kasus baru berupa Skabies Norwegia telah pula dilaporkan,
walaupun angka prevalensinya yang tepat belum ada, namun laporan dari
dinas kesehatan dan para dokter praktek mengindikasikan bahwa
penyakit skabies telah meningkat di beberapa daerah (Agoes, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Indonesia
sebesar 4,60-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005).
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit skabies adalah
sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup secara
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAWAN TEORITIS
1 Pengertian
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabei varian hominis. Penyakit ini dikenal juga dengan
nama the itch, gudik atau gatal agogo. (Harahap, 2000).
Penyakit scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei yang menyebabakan iritasi kulit. Parasit ini menggali
parit-parit di dalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan
merusak kulit penderita (Soedarto).
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal Sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum
Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada
manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis,
pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var
ovis.
Sarcoptes scabiei adalah parasit yang termasuk dalam filum
artropoda
(serangga).
Secara
morfolik,
merupakan
tungau
kecil,
dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari kedua suku tersebut?
Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi
untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang
dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah
lemaktertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang
berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang seseorang
menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin
menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata
sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan
riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit
menjadi lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit.
Sedangkan jika kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning langsat,
ini disebabkan orang tersebut memiliki pigmen karoten.
3. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang
disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak
pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis.
4. Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena
lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya
membelah ke arah luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel
yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya
selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih
baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar
mengelupas dan gugur.
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada
epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal
daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabutserabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu
suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh.
3 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei
varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya
pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
4 Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies,
akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena
bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitivitas terhadap secret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau.
5 Pengklasifikasian Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan
dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis.
Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
meskipun
telah
diberi
pengobatan
anti
scabies
dan
kortikosteroid.
d Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama
skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia
yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana
orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai
oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan
hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala
yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki
yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa,
8 Penatalaksanaan
Pengobatan pada pasien dengan scabies harus dilaksanakan
secara benar, rutin dan tuntas. Hal ini penting agar tungau tidak resisten
terhadap obat.
Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
dapat
ditemukan
adanya
lesi
tambahan
akibat
menggaruk.
4) Status emosi
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa
gatal, dan klien menjadi malas untuk bekerja.
a Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri berhubungan dengan adanya lesi
2 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gatal-gatal
3 Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan rasa
gatal yang hebat khususnya pada malam hari.
4 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
5 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
BAB III
PENUTUP
A SIMPULAN
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak bercak eritema
berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis- lapis dan transfaran,
disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner. Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit ini sangat banyak sehingga susah untuk mencari
factor yang paling dominant.
Gejala pertamanya adalah berupa makula dan papula eritem yang
timbul tiba-tiba. Selanjutnya papula membesar secara sentrifugal,sampai
sebesar lentikuler dan numuler.sehingga dapat membentuk lesi-lesi yg
lebar sehingga sebesar daun gyrata. Apabila skuama ini digores dengan
benda tajam,akan tampak sebuah garis putih kabur dan skuama menjadi
pecah-pecah mirip gambaran setetes lilin yang digores dgn benda tajam.
Fenomena ini disebut fenomena tetesan lilin Auspitz dan Koebner.
Asuhan keperawatan pada klien dengan psoriasis meliputi pengakajian,
diagnosa keperawatan dan rencana tindakan keperawatan. Untuk
diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah gangguan konsep diri
dan kerusakan interaksis sosial.
Acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papula, pustule, dan kista pada daerah-
saja, keluarga atau tetangga yang menderita penyakit tersebut juga harus
mendapat asuhan keperawatan.
B SARAN
Diharapkan mahasiswa D III keperawatan tingkat II (02) mampu
mengerti dan memahami mengenai tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem integumen diantaranya adalah penyakit
psoriosis, acne vulgari dan scabies. dan dapat memberikan pendidikan
kesehatan
pada
klien
serta
keluarga
klien
agar
masalah
yang
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Loetfia S.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.
3 Edisi 8. Jakarta: EGC
Price Sylvia and Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Vol. 2 edisi 6. Jakarta: EGC
Harahap marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipokrates