Professional Documents
Culture Documents
O LE H :
IDA BAGUS GDE MANUABA
Yang terhormat :
Ketua dan Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia.
Ketua dan anggota Kolegium POGI
Para Anggota dan Anggota Muda POGI yang sempat hadir.
Para undangan dan hadirin yang kami muliakan.
Merupakan penghormatan dan penghargaan yang sangat besar bagi saya dan keluarga,
karena mendapatkan kesempatan untuk menguraikan pandangan dalam KOGI ke : XIII di
kota Manado yang sudah merupakan tradisi POGI dan Kolegium sebelum mulai kegiatan
IpTekDok tahunannya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan
Yang Maha Esa (Ida Hyang Widhi Wasa) yang telah melimpahkan taufik dan karunianya,
sehingga kita dapat menyelenggarakan Kongres Perkumpulan Obstetri & Ginekologi
Indonesia Ke XIII, berkat kerja keras Panitia Penyelenggara, serta dukungan seluruh anggota
dan anggota muda.
Sudah banyak beliau-beliau yang telah lebih dahulu, menguraikan dan mengucapkan
Pidato Orasi yang sangat berguna bagi kita semuanya, untuk menjangkau masa depan yang
lebih baik, tetapi penuh dengan tantangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
(IpTekDok).
Bangsa Indonesia, mempunyai perjalanan sejarah yang panjang, sehingga mempunyai
berbagai bentuk kebudayaan dan adat istiadat asli. Sebagian dari kebudayaan dan adat itu
berkaitan dengan masalah reproduksi, yang dapat dijabarkan secara modern. Keterkaitan
masalah adat, budaya itulah yang ingin saya sampaikan, sehingga kita lebih menghargai apa
dan bagaimanakah gambaran tradisi luhur reproduksi yang berkembang di Indonesia.
Uraian saya meliputi beberapa masalah reproduksi yang tersurat dan tersirat dan
masih dilaksanakan masyarakat yang semakin modern ini. Diantara masalah yang akan saya
kemukakan adalah :
1. Masalah kebudayaan asli Indonesia.
2. Pandangan dan pelaksanaan philosophis reproduksi tradisonal
2.1. Masalah perkawinan
2.2. Masalah Waktu dan Keadaan Kejiwaan Saat Hubungan Seksual
2.3.
Untang-unting
Uger-uger lawang
Kembang sepasang
Serimpi
1.2. Gambelan
Kita harus bangga karena ternyata gambelan yang sangat kompleks itu adalah
hasil kreasi budaya bangsa Indonesia yang asli. Perkembangan Gambelan, diseluruh
Nusantara sangat bervariasi, tergantung dari kebutuhan masyarakatnya. Di Jawa dan
Bali gambelan masih cukup lengkap, karena diperlukan dalam berbagai bentuk
pelaksanaan upacara dan pertunjukan. Dalam kaitan dengan aspek reproduksi, maka
gambelan akan mengikuti ruwatan dengan pementasan Wayang.
Gambelan asli Indonesia tetap berkembang, karena didukung oleh : Institut
Seni Indonesia (ISI) di Jakarta, Bali dan Yogyakarta, disamping itu di Bali
dikembangkan Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI) sebagai sarana
pendidikan dan selalu ada disetiap Banjar.
1.3. Kemampuan Membatik
Kemampuan membatik khususnya batik tulis, merupakan budaya bangsa
Indonesia asli. Berkembang terutama di Solo, Yogya dan Pekalongan serta sekitarnya.
Batik dikaitkan dengan masalah reproduksi adalah saat dilakukan perkawinan, saat
melakukan Pitonan dan sebagai pembungkus bayi baru lahir.
Pitonan - Mitonin, hamil tujuh bulan dilakukan upacara busana, sampai tujuh
kali dan baru disebutkan : pantes, baik dan cocok, dengan motif khusus.
Itulah makna batik dikaitkan dengan aspek reproduksi khusus bagi keluarga
baru untuk menyongsong kelahiran putranya.
2. PANDANGAN DAN PELAKSANAAN FILOSOFIS REPRODUKSI
TRADISIONAL
Sebagai dasar pembicaraan pandangan dan filosofis reproduksi tradisional dilandasi:
bahwa masalah reproduksi bukanlah semata-mata proses biologis, tetapi jauh daripada itu
merupakan ridlo dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan landasan pemikiran demikian, rasa syukur dan bakti munculkan berbagai
bentuk upacara ritual adat istiadat reproduksi tradisional yang disesuaikan dengan daerah dan
suku bangsa Indonesia. Bentuk upacara ritual reproduksi mulai sejak perkawinan, kehamilan,
persalinan dan selanjutnya manusia yang lahir memasuki lingkaran hidup dewasa. Sebagian
upacara ritual reproduksi berkaitan dengan ajaran Agama dan sebagian berdiri sendiri,
sebagai kebiasaan turun temurun secara lokal.
Tujuannya untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menempuh hidup
lebih lanjut. Dengan demikian apapun bentuk upacara ritual reproduksi tradisional, tidak
bertentangan dengan konsep Obstetri dan Ginekologi modern, yang juga mengharapkan
keselamatan dan kesejahteraan dalam arti luas.
Saya hendak mencari makna serta arti simbolik dari upacara ritual reproduksi
tradisional dengan konsep Obstetri dan Ginekologi modern, sehingga kelayakan
pelaksanaannya dapat diteruskan.
2.1. Perkawinan
Proses perkawinan adalah sakral, diikuti upacara ritualnya dengan tujuan
utama, agar tercapai kelanggengan dalam menempuh hidup, punya keturunan
selanjutnya sampai kakek-nenek dan bercucu.
Kaitan perkawinan dengan masalah reproduksi terdiri dari tiga tahap utama
yaitu :
Bersih diri
Kedua mempelai dibersihkan secara simbolik jiwa dan raganya, sehingga
dapat menerima kehamilan yang bersifat suci, menurunkan generasi yang
baik, berakhlak, beriman dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama.
Pengesahan perkawinan menurut adat dan agama :
Pengesahan perkawinan berarti anak yang dilahirkan syah menurut adat dan
agama (kini pengesahannya diikuti oleh Kantor Agama untuk kepastian
hukum).
Perkenalan
Memperkenalkan kepada keluarga dan masyarakat, bahwa keduanya telah
resmi menjadi suami istri.
Melalui tiga konsep pokok itulah perkawinan menduduki tempat sakral, dalam
kehidupan masyarakat.
2.2. Masalah Waktu dan Keadaan Kejiwaan Saat Hubungan Seksual
Kendatipun masih memerlukan penelitian, akan kebenaran waktu dan keadaan
kejiwaan saat melakukan hubungan seksual dapat berpengaruh terhadap kehamilan.
Senggama sebaiknya dilakukan malam hari, dalam situasi tenang dan diikuti
dengan tidur yang nyenyak.
2.
Senggama siang hari menghasilkan keturunan yang lemah, umurnya pendek dan
hidupnya kurang beruntung.
3.
4.
5.
Bila
swanita
(benih
perempuan)
pecah
ada
atau
penuh
dengan
kegembiraan
(superfekundasi).
Kama Dresti
Kama Ratih
Kama Bang
Ovum
10
Pada saatnya terjadi proses
kelahirannya
Sekalipun Roh, telah menjadi perekat, tumbuh kembang embrio menjadi janin dan
selanjutnya bayi sejak mulai konsepsi telah dituntun oleh empat kekuatan catur sanak /
empat saudara bayi sampai proses persalinannya.
Konsep catur sanak (empat saudara bayi) merupakan kreativitas lokal yang dapat
dijabarkan Obstetri modern.
1. Timur Kekuatan Iswara
11
12
13
Keterangan
Roh diembuskan malaikat setelah hasil konsepsi berumur 120
hari, antara bulan keempat penuh, menuju bulan kelima.
Telah mulai dirasakan gerakan (quickening).
Ada kemungkinan menurut Islam, gerak (quickening) adalah
hidup, sehingga mulai saat itu baru diembuskan roh oleh
Hindu
Persamaannya
malaikat.
Kendaraan roh adalah kama petak (spermatozoa) sehingga saat
terjadi Ajurmula (konsepsi) hidup telah mulai.
Keterangan
Menurut Islam dan Hindu bersama-sama mengenal tiga tahap
hidup utama dalam rahim.
Bersama-sama mengakui bahwa fisik manusia berasal dari
tanah.
14
Keterangan
Bentuk cair.
Menurut
Hindu
Sang Hyang Ajur
Selama 40 hari
Mula
Keterangan
Leburnya kedua inti kama
petak dan kama bang.
Bentuk cair.
Roh
langsung
perekatnya
Alaqhah
Mudghah
sebagai
hidup
telah
mulai.
Nidasi
Rumaket
Selama 40 hari.
Segumpal daging.
Sang Hyang
Selama 40 hari.
Antigajati.
Telor
sejati,
rekonstruksi
Roh diembuskan.
malaikat.
15
16
Dalam literatur kuno tidak banyak dijumpai tentang proses persalinan kecuali
dalam : Atharwa Weda yang intinya :
Mengharapkan agar proses persalinan berjalan lancar.
Saya menguak kantong bayi (yoni) memisahkan bayi dari ibunya semoga
bayi terpisah dari ari-arinya dan lancar keluar.
Bahwa proses persalinan sulit diperkirakan, sehingga bila terjadi masalah
itu merupakan nasib yang bersangkutan.
Di Bali diumpamakan bahwa proses persalinan :
Ibunya laksana bergantung pada sehelai rambut, artinya setiap saat dapat terhancam
oleh bahaya, yang mungkin saja merenggut jiwanya.
Menghadapi proses persalinan terdapat dua hal penting yang perlu mendapat
perhatian adalah :
2.4.1.
2.4.2.
Menanam ari-ari.
17
18
Setelah kelahiran bayinya maka masalah perawatan pos partum lebih banyak
ditujukan untuk mempercepat pemulihan kesehatan ibunya dan persiapan untuk dapat
memberikan ASI berkelanjutan. Pada perawatan pos partum di Jawa sering diberikan jamu
khusus dengan tujuan untuk :
Mempercepat pulihnya kesehatan.
Memperlancar pengeluaran lokia - dan kebersihannya.
Mempercepat dan melancarkan pengeluaran ASI.
Tentang konsep Obstetri modern : early mobilization, mungkin tidak terlalu dianut,
karena di Surabaya pernah terjadi ibu pos partum harus tidur terlentang selama empat puluh
hari dan malam sehingga kedua labiumnya menjadi melekat.
2.6. Masalah Perawatan Bayi Baru Lahir
Serentetan upacara ritual untuk bayi dilaksanakan dengan tujuan agar keselamatan
bayi dapat berlangsung dengan baik.
Saat bayi berumur enam bulan dilakukan kontak tanah untuk pertama kalinya,
diharapkan bayi mendapatkan kekuatan dari alam. Kalau dianalogkan dengan ilmu Anak
modern, maka umur enam bulan sudah menipis antibodinya yang dibawa sejak dalam
kandungan, sehingga bayi harus dapat membentuk sendiri antibodi.
Di Jawa peristiwa ini disebut : tedhak siten dan di Bali turun tanah.
3.
19
20
21
22
23
24
Diharapkan
matarantai
pelayanan
kesehatan
dapat
meningkatkan
25
maternal dan kematian perinatal. Kini PusKesMas telah makin berkembang dan
dipimpin dokter, bahkan ada yang mempunyai fasilitas tempat rawat inap.
26
27
kematian maternal dan kematian perinatal, merupakan kelanjutan pertemuan Alma Ata
1978, Uni Sovyet.
Kematian matenal, diseluruh dunia sekitar 585.000, setiap tahunnya,
sedangkan angka kematian perinatal sekitar 10.000.000 orang setahunnya. Disampaikan
bila ibu-ibu diseluruh dunia hanya mempunyai anak sekitar 3 orang, kematian maternal
dapat diturunkan menjadi 350.000 orang sedangkan kematian perinatal menurun
menjadi 5,6 juta. Perlu dikemukakan bahwa :
1. Sebagian besar kematian terjadi di negara berkembang.
2. Bila kemampuan melakukan pertolongan pertama dapat ditingkatkan
sebagian besar kematian masih dapat dihindari.
Kalau disimak penyelenggaraan upaya menurunkan kematian di Indonesia
telah bergerak jauh, sejak tahun 1970 mulai dengan pelaksanaan program keluarga
berencana, dan membangun matarantai pelayanan kesehatannya, serta program
pembangunan kesehatan masyarakat desa dan posyandu tahun 1975.
Pelaskanaannya berpedoman Sistim Kesehatan Nasional 1982, dengan
memanfaatkan matarantai pelayanan kesehatan. Untuk mengadopsi gagasan : Safe
Motherhood Initiatives, Pemerintah mengaktifkan peranan Rumah Sakit dengan
mencanangkan pelaksanaan :
Rumah Sakit Sayang Ibu.
Rumah Sakit Sayang Bayi.
Gagasan Safe Motherhood Initiatives dengan konsep lima pilar saya
tambahkan secara khusus untuk Indonesia :
Meningkatkan upaya rujukan.
Melakukan alih IpTekDok dan supervisi.
agar lebih cepat ditangani dengan berkemampuan yang lebih baik.
Ditengah masyarakat dikembangkan Gerakan Sayang Ibu meliputi satu
kabupaten. Gerakan Sayang Ibu menimbulkan gagasan lebih terbuka, dengan konsep
Hospital without wall. Konsep klinik mengandalkan kuratif tidak mampu menurunkan
28
angka kematian karena penyebab kematian antara dan penyebab kematian tidak
langsung harus dicari dimasyarakat.
tahun
1995,
Pemerintah
mempertegas
komitmennya
terhadap
29
Rekomendasi persalinan :
Aman dan bersih.
KB Rumah sakit
Pospartum
APM R.S
Pemerintah.
KB darurat
Pelayanan ANC
Penapisan Ibu
Hamil.
Persalinan bersih
dan aman.
Tenaga profesional atau bersertifikat.
Rumah Sakit /
Polindes.
Rujukan :
dini-tepat
waktu.
Transportasi
lancar.
Satu Kabupaten
30
31
Diperlukan biaya, tenaga dan waktu bila ingin mencapai kriteria tingkat III,
kesejahteraan Requena ahli demografi Chili.
Seandainya
Indonesia,
dapat
mengadopsi
gagasan
Jawa
Timur
dengan
mempergunakan kartu skor Poedji Rochajati (KSPR) secara nasional, besar kemungkinan
Indonesia Sehat 2010, akan mendekati kenyataan.
Dengan demikian ObGinSos dimasa yang akan datang masih harus menghadapi
persoalan berat diantaranya :
Angka kematian dan kesakitan maternal dan perinatal masih tinggi.
Untuk mencapai safe motherhood dan making pregnancy safer, masih
memerlukan tindakan yang terarah, jelas dan mengikutsertakan masyarakat.
Pertolongan dukun (peraji) dalam persalinan dan gugur kandung masih
dominan.
Kriteria biologis PUS masih dan baru sedikit mengalami perubahan dalam
hal terlalu banyak anak terlalu pendek jangka waktu hamil dan bersalin
hamil pada usia muda atau terlalu tua.
Keadaan gizi dan keadaan sosial ekonomi belum optimal untuk menjadi
hamil kembali.
Sistim rujukan masih merupakan kendala tersendiri.
Gerakan keluarga berencana masih dapat ditingkatkan sehingga mencapai
PUS sekitar 80%.
32
33
34
KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Bangsa Indonesia seharusnya bangga karena mempunyai kebudayaan asli, yang dapat
dikaitkan dan mendukung konsep reproduksi tradisional dan reproduksi modern.
2.
2.1. Proses perkawinan adalah proses sakral yang bertujuan untuk mendapatkan
keturunan yang saleh, berbudi luhur, takwa kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama.
2.2. Dalam upaya untuk mendapatkan keturunan, maka hubungan seksual harus diikuti
doa, sehingga keinginan untuk mendapatkan keturunan yang diidam-idamkan
tercapai. Larangan melakukan hubungan seksual sembarangan bertujuan untuk :
3.
Meningkatkan kualitas.
Pandangan embriologi dari tiga agama besar didunia dapat ditarik keseimpulan bahwa :
35
5.
Dalam Mahabharata telah digambarkan kejadian dalam aspek reproduksi yang menjadi
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang belum dicapai IpTekDok modern adalah menumbuh kembangkan hasil konsepsi
dalam aquarium.
6. Faktor kejiwaan, emosi, cemas, takut dan waktu melakukan hubungan dapat
mempengaruhi tumbuh kembang kejiwaan dan fisik dari janin dalam rahim.
7. Untuk mencapai tujuan pembangunan negara berhadapan dengan kendala berat :
Jumlah penduduk terlalu besar, penyebaran tidak merata.
36
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat
(1988)
dicanangkan dengan :
Gerakan Sayang Ibu.
Pemerinah telah menempatkan Bidan di Desa (1995) :
Nara sumber masalah kesehatan.
Pertolongan persalinan bersih dan aman.
Pada gilirannya menggantikan Dukun.
Pemerintah
mencanangkan
upaya
meningkatkan
kesehatan
dan
kesejahteraan 1999 :
Gagasan berwawasan kesehatan.
Indonesia sehat 2010.
9. Masa depan ObGinSos :
Masih berhadapan dengan tingginya angka kematian maternal dan
kematian perinatal.
Kendala nasional yang kurang menguntungkan masih dominan berat.
37
38
DAN
MASA DEPAN OBGINSOS DI INDONESIA
2. Kepada Panitia KOGI ke : XIII, di Manado atas alokasi waktunya, sehingga saya
mendapatkan peluang waktu yang sangat berharga ini.
3. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
beliau para senior, kawan dan para residen yang sempat menghadiri dan
mendengarkan uraian saya ini, karena telah menyita waktu yang sangat berharga,
diiringi mohon maaf bila terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, melindungi kita semuanya untuk
meneruskan serta mengikuti KOGI ke XIII, dikota Manado yang indah ini.
Sekali lagi TERIMA KASIH dan SALAM SEJAHTERA UNTUK
KITA SEMUANYA.
Daftar Pustaka
Adimihardja Kusnaka :
Peraji, Tinjauan Antropologi Kesehatan Reproduksi, Bunga Rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 36 - 48 Jakarta
2005.
Achamad Asmoro :
Filsafat dan Kebudayaan Jawa, Upaya membangun keselarasan Islam dan Budaya
Jawa, CV Cendrawasih, Surakarta, 2001 - 2004.
Affandi Biran :
Kesehatan reproduksi, Pidato pengukuhan Guru Besar tetap Obstetri & Ginekologi
FK. U.I. Jakarta 10 Juni 2000.
Ariawan Soejoenoes :
Balancing the future - Orasi Ilmiah pada PIT XIII, Malang 1 Juli 2002.
Bucaille Maurice :
Reproduksi manusia, Bibel, Quran dan Sains modern alih bahasa Prof.Dr. H.M.
Rasjidi, PT Bulan Bintang, Jl. Kramat Kwintang Jakarta, 245 - 263, 2005.
39
40
41
KURIKULUM VITAE
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK
1.
Susunan keluarga :
Nama
Lahir
Istri
Menantu :
42
Pendidikan :
2.1. Sekolah Dasar sampai SMA 1945 - 1957
2.2. FK. Unair Surabaya 1957 - 1964
2.3. Spesialis ObGin FK. Unair Surabaya 1965 - 1969
2.4. Human Reproduction PIEGO, Washington University 1979
2.5. Diagnostic Ultrasound Training Course, Ultrasonic Institute For Woman
Sydney, 1986.
3.
Kepangkatan kepegawaian :
3.1. MHS ikatan dinas (C.1 1958) pegawai bulanan F2 FK. Unud
3.2. PNS FK. Unud Gol III/a
1963
1971
4.
Pengalaman kerja.
Setelah menyelesaikan pendidikan ObGin FK. Unair 1969, kembali ke Bali membangun
Laboratorium ObGin dan memimpinnya selama 24 tahun (1970 - 1994). Berhasil
mengantarkan Lab. ObGin FK. Unud kepintu gerbang pendidikan spesialis ObGin
penuh. Purna bakti 1 Mei 2002.
5.
Kegiatan organisasi :
5.1. Organisasi lokal :
5.1.1. Ketua IDI Cabang Bali 1972 - 1975
5.1.2. POGI Cabang Bali dan NTT 1985 - 1996
5.1.3. Ketua PKMI Cabang Bali 1978 - 1990
5.1.4. Penasehat IBI Cabang Bali : 1974 sampai sekarang
5.1.5. Anggota PB POGI pusat 1990 - 2000
5.2. Organisasi internasional.
43
Sekitar 65 buah.
Sebanyak 27 buah
7.
44
Mendapatkan penghargaan :
8.1. Gubernur / Kepala Daerah Propinsi Bali / dalam bidang KB khususnya sterilisasi
wanita 29 Juli 1974
8.2. PKMI (Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia) dalam bidang kontrasepsi
mantap 15 Juli 1984
8.3. Penghargaan IpTek dari Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. 17 Agustus 1990
8.4. Penghargaan KODAM Udayana, dalam ikutserta membangun dan meningkatkan
pelayanan kesehatan
16 Oktober 1992
45
9.
Hal-hal lainnya :
9.1. Mengusulkan nama rencana Bandara Internasional Cengkareng 1983 dengan :
BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO - HATTA
9.2. Dimasukkan WHOsWHO in the world. Marquis WHOsWHO sejak edisi 14, 1997
9.3. Dimasukkan WHOsWHO in Medicine and health care, sejak edisi kedua 1999-2000
Denpasar, .
Old Soldier never die