You are on page 1of 2

Asuransi Setelah Mati

Oleh: Nibras Noor Fitri

Kehidupan dunia yang kita jalani dengan sebaik-baiknya ini kapanpun dan dimanapun pasti
akan menemui titik akhirnya. Titik akhir yang memutuskan segala hal tentang dunia. Bekerja,
belajar, makan dan minum, bercanda dengan keluarga, bermain dengan teman, atau sekadar
berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan ciptaan Yang Maha Menciptakan. Semua
itu tidak akan lagi dapat dirasakan jikalau nyawa telah terputus dari urat leher dan raga
berbaring kaku di pembaringan terakhir tertimbun tanah. Jangankan dapat melihat warnawarni hamparan bunga di taman dengan semilir angin yang menggoyang-goyangkan dahan
kecil pohon, setiap hari setiap waktu hanya berada dalam petakan tanah yang sempit dan
gelap. Belum lagi ada malaikat yang menginterogasi dan menunaikan tugasnya dengan tidak
toleransi penuh keadilan. Lalu, bagaimana dengan diri kita ini? Sampai sedetik yang lalu
sudah cukupkah perbekalan kita untuk kehidupan setelah maut menjumpa?
Ketika maut menjumpa tidak ada lagi usaha yang dapat kita lakukan untuk menolong diri
pribadi. Apapun yang kita kerahkan. Memohon mengiba pun tiada artinya. Sakaratul maut
bak ketukan palu tiga kali saat pengadilan. Keputusan hukuman telah dijatuhkan dan mutlak.
Setiap perbuatan di dunia baik dan buruknya akan dibalas dengan seadil-adilnya oleh Hakim
Yang Paling Agung. Maka dari itu, hanya sekarang inilah saatnya kita mengepak bekal-bekal
dan menyiapkan tabungan untuk hari tersebut sampai hembusan nafas terakhir. Mulailah
persiapan dengan menghindari setiap perbuatan yang tidak bermanfaat. Jangan terpedaya
dalam aktivitas yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya setengah dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan (kegiatan)
yang tak memberi manfaat baginya. [HR. Malik, Ahmad dan Tabrani]
Jika mengutamakan kesenangan tapi tidak memberikan kebaikan, buat apalah kita lakukan.
Hanya akan mengurangi masa kesempatan kita.
Kalau sekadar sibuk bolak-balik buka twitter atau facebook untuk mengecek status seseorang
yang kita suka, ribut membicarakan hal pribadi atau sikap seseorang, rela duduk berjam-jam
nonton di bioskop, belanja barang-barang tersier, main game sampai tengah malam, nonton tv
terus-menerus, dan sebagainya. Alangkah baiknya kegiatan demikian diubah karena kita tidak
tahu kapan masa hidup dunia kita habis. Menyegarkan pikiran yang penat itu boleh, tapi
harus tahu batasannya. Jangan berlarut dan hanya icip-icip. Bukankah ada pula hal-hal

bermanfaat yang mengasyikkan seperti bermain sambil mengajar adik-adik kecil atau
berjalan-jalan sambil menengok orang-orang yang membutuhkan dan menyedekahkan
sebagian rezeki kita. Tentu lebih terasa puas dan bahagia untuk jiwa dan pikiran.
Setelah menghindari bahaya hal sia-sia, kita juga harus punya amalan (perbuatan) yang
menjamin keselamatan kita nanti. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, Jika manusia tahu
bahwa kematian akan menghentikannya dalam beraktivitas, maka dia pasti akan melakukan
perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalir setelah ia mati. Ya, amalan yang
dapat kita rasakan manisnya meski raga tak dapat melakukannya lagi, pahalanya terus datang
kepada kita yang telah meninggalkan dunia.
Kita telah tahu dari sabda Rasulullah SAW. Selain memiliki anak shalih/ah yang senantiasa
mendoakan, kita dapat mengajarkan ilmu yang baik dan bermanfaat. Sebar luaskanlah ilmu
yang kita punya, terlebih untuk kepentingan umat agama Allah. Malas dan malu bukanlah
alasan. Begitu pula ilmu yang kita miliki tidak akan habis, sebaliknya malah bertambah.
Adapun sedekah jariyah juga menjadi jembatan pahala yang tiada terputus. Bersedekah dalam
keadaan sulit sekalipun.
Wahai saudaraku, sebelum semuanya terlambat usahakanlah aktivitas tersebut. Bertekadlah
untuk menggunakan setiap satu detik yang Allah anugerahkan kepada kita dengan baik.
Jangan sia-siakan waktu hidup kita di dunia. Aktivitas yang pahalanya terus mengalir bagai
aliran air zam-zam yang tidak pernah kering walau kehidupan dunianya telah berakhir akan
menjadi asuransi untuk kehidupan kita setelah ajal datang.
Wallahu alam bishshawab

You might also like