Professional Documents
Culture Documents
Jaga kebersihan makanan si kecil, begitu juga dengan alat makannya. Pada balita, pastikan
makanan yang ia konsumsi bersih dan sehat, dan meminum air yang dipastikan sudah
matang/mendidih. Hindari mengkonsumsi jajanan yang tidak terjamin kebersihannya.
(cyberwoman)
. Diare
1.ePengrtian Diare
a. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir darah. (Aziz, 2006).
b. Diare dapat juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan
dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih
perhari. (Ramaiah, 2002).
c. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2003).
1. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkab timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
2. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah (Ngastiyah, 2003).
3. Tanda dan Gejala (gambaran klinis)
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir
atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karenna
sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare.
(Ngastiyah, 2003)
E. Gejala-Gejala Dehidrasi
1. Dehidrasi ringan
Meningkatnya rasa haus
Kegelisahan atau rewel
Menurunnya elastisitas kulit
Mulut dan lidah yang kering
Mata yang kering karena tidak adanya air mata
Mata yang cekung
2. Dehidrasi berat
Tangan dan kaki yang dingin dan lembab
Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas
Ketidakmampuan untuk minum
Hilagnnya elastisitas kulit secara sepenuhnya
Tidak ada air mata
Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut
Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya air seni
(Ramaiah,2002)
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua tahun
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350
Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun
Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah
Ringan 13 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur
Berat Badan Umur PWL MWL CWL Jumlah
0-3 Kg 0-1 bulan 150 125 25 300
3-10 1 bln 2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 80 25 205
15-25 5-10 thn 80 25 25 130
(Ngastiyah 2003)
Keterangan :
PWL : Cairan yang hilang karena muntah
NWL : Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan
CWL : Cairan hilang karena muntah hebat
3. Komplikasi Diare
Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :
1. Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh
Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air atau cairan
lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan mampu membawa aliran listrik.
2. Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus)
Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya gerakan
usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut, sakit
ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya
3. Septi semia
Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian tubuh. Kondisi
ini biasanya menyusul adanya infeksi disalah satu bagian tubuh, yang dari sana
bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain melalui darah.
4. Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi
Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung membentuk suatu
massa semi padat atau gumpalan darah didalam pembuluh darah (Ramaiah 2002).
4. Faktro Penyebab Diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya
2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar) (Ngastiyah 2003).
5. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare
1. Faktor lingkungan
Pasokan air tidak memadai
/ hari ad libitum.
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3 10 kg.
1 jam pertama :
40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau 13 tetes / kg BB / menit (Set infus 1 ml = 20 tetes).
7 Jam berikutnya :
12 ml / kg BB / Jam = 3 tetes / kg / BB / menit (Set infus berukuran 1 ml = 15
tetes) atau 4 tetes / kg / BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya :
125 ml / kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG 11 intravena 2 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau
3 tetes / Kg / BB / menit. (1 ml = 20 tetes) (Ngastiyah 2003).
8. Pengobatan untuk diare
a. Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg klorpromazin. Dosis 0,5
1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium loperamid
tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebab kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB / hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis atau
bronkopneumonia (Ngastiyah 2003).
Bila sikecil tampak lemas karena bolak balik buang air besar disertai suhu
tubuh yang tinggi dan nyeri tiap mengeluarkan kotoran dan feses dibarengin
darah dan lendir , kalau iya maka ini merupakan gejala disentri.
Menurut dr.Hadjat S. darah dan lendir adalah gejala disentri yang paling
utama. Sindroma disentri dapat disebabkan oleh semua mikroba, bakteri atau
parasit.
Bisa juga karena intoleransi laktosa . Sindroma disentri umumnya
disebabkan karena adanya kuman shigella dan parasit entamoeba histolityca,
walau kuman penyebabnya berbeda namun kedua infeksi itu menunjukkan adanya
feses berdarah dan berlendir. Sindroma disentri merupakan salah satu jenis
diare akut.
Sindroma disentri dapat menular melalui berbagai cara dan media, sindrome ini
banyak dialami dimasa balita, namun jarang menimpa anak usia dibawah satu
tahun karena pada usia ini pengawasan orang tua sangatlah ketat.
Komplikasi Disentri
komplikasi disentri biasa terjadi akibat adanya faktor resiko pada anak yang
tidak mendapat ASI, berstatus gizi buruk atau sedang menderita campak.
Komplikasi berawal dari melunaknya dinding usus sehingga bakteri shigella
dapat menginvasi jauh kedalam, luka yang terjadi didinding usus menjadi
semakin parah karena tercemar racun yang dihasilkan bakteri tadi, sehingga
memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah yang ditandai dengan feses
bercampur darah.
Pengobatan
Dokter akan memberikan antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare, tes
laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda2 ketahanan kuman dan jenis
disentri. Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7 hari.
Pemberian makanan untuk penderita disentri haruslah yang lunak dan tidak
memiliki rasa yang tajam, serta harus berprotein tinggi karena diperlukan
untuk proses penyembuhan, pemberian air minum yang banyak sangat dianjurkan
agar tidak terjadi dehidrasi.
Kondisi bertambah parah
Apabila kondisi si sakit makin lemah, tidur terus menerus, perut kembung,
demam tak kunjung turun, diare yang makin sering disertai darah yang banyak
segeralah bawa anak ke rumah sakit mungkin telah terjadi komplikasi, dalam hal
ini maka pasien perlu penangan lebih jauh dan perawatan intensif di rumah
sakit.
DIARE
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,
tinjanya encer dan kadang muntah-muntah. Diare juga disebut dengan muntaber
( muntah berak), muntah mencret atau muntah bocor, kadang tinja penderita
mengandung darah dan lendir dan diare juga menyebabkan cairan tubuh terkuras
keluar melalui tinja.
Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia dibawah lima tahun.
Penyebab diare
penyebab diare yang terpenting adalah:
-karena adanya peradangan usus: karena kolera, disentri, bakteri-bakteri lain,
virus dsb.
-karena kekurangan gizi: kelaparan, kekurangan zat putih telur