You are on page 1of 6

Jumat, June 10, 2016

Artikel

Ahli Bedah Australia Memperbaiki Wajah Pria Setelah Kecelakaan Gergaji yang
Mengerikan
MELBOURNE, Australia: Pada awal Mei, Bill Singleton, 68 tahuun, warga dari Ballarat
di Australia, kehilangan kendali gergaji saat memotong kayu hingga melukai bagian
bawah wajahnya, termasuk rahangnya. Meskipun terluka parah, ia mampu
membungkus handuk sekitar wajahnya, merangkak ke mobilnya dan menempuh 25 km
ke rumah sakit terdekat. Dari sana, Singleton diterbangkan ke Royal Melbourne
Hospital, di mana dokter menstabilkan kondisi dia dan dilakukan operasi rekonstruksi di
wajahnya. Operasi berjalan dengan baik dan Singleton telah meninggalkan rumah sakit
sudahnya di operasi.
Menurut MailOnline, gergaji sengaja menghantam dan rebound dari batang pohon
besar, menyerang wajah Singleton di sebelah hidungnya. Kejadian ini melukai bagian
depan lehernya hingga geraham ketiga, merobohkan gigi anterior dan memotong
bagian dari lidahnya. Untungnya, laring dan arteri karotis tidak terluka, kalau tidak, ia
akan mati, kata dokter.
Karena ia tidak mampu untuk memanggil ambulans dan tinggal sendirian di ladangnya,
Singleton dibungkus handuk di sekitar wajahnya, masuk ke dalam mobil dan melaju 25
km ke Rumah Sakit Beaufort. Sesampainya di sana, ia pingsan di tempat parkir dan
diterbangkan ke Royal Melbourne Hospital. Staf rumah sakit Melbourne harus
mentransfusi sepuluh unit darah-dua kali lipat jumlah darah tubuh untuk menstabilkan
dirinya, kata Herald Sun. Mereka juga dilakukan tracheostomy untuk memastikan dia
bisa bernapas.
Sebuah tim ahli bedah mulut rahang atas dan plastik yang dipimpin oleh Dr Alf Nastri,
seorang profesor di Melbourne Dental School dan kepala bedah mulut dan
maksilofasial di Rumah Sakit Royal Melbourne, melakukan bedah rekonstruksi untuk
memperbaiki rahang pasien dan wajah. Mereka menempatkan pelat logam pada
rahang Singleton dan sekrup dan luka ditutup lapisan. Operasi itu berhasil dan
Singleton pulih. Cara berbicara membaik perlahan dan dia diperkirakan akan menjalani
perawatan gigi dalam waktu satu tahun untuk menggantikan gigi nya yang hilang dan
rusak. Singleton, yang sudah kembali di rumah, memberikan wawancara dengan
stasiun televisi Australia Channel 7 baru-baru ini, menyatakan bahwa ia akan
menggunakan gergaji lagi, tapi sangat hati-hati.
Sumber :

Memangkas Waktu Tidur dapat Picu Jantung


Saat waktu dihabiskan untuk menyelesaikan sisa pekerjaan, tak sedikit orang yang
menunda waktu untuk beristirahat. Mereka lebih memilih menyelesaikan tugas terlebih
dulu, demi dapat tidur dengan tenang.
Padahal, melakukan hal tersebut bukan tak mungkin waktu tidur malah semakin sedikit.
Telah dibuktikan, bahwa tidur memiliki efek buruk pada jantung. Beberapa penelitian
sebelumnya telah menghubungkan hal tersebut dengan hipertensi.
Saat ini, sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Hypertension, menemukan
bahwa tidur singkat mengarah pada beberapa penanda negatif, terutama bila dilakukan
di luar waktu tidur seharusnya.
Dalam studi yang dilakukan di laboratorium tidur University of Chicago, sebanyak 26
orang dewasa muda dan sehat diminta untuk mempersingkat waktu tidurnya selama
satu minggu, dengan hanya lima jam untuk memejamkan mata setiap malamnya.
Setengah dari mereka, diminta tidur pada jam normal, dan setengah lainnya tidur
diwaktu yang familiar untuk pekerja shift malam. Para peneliti ini mengukur tekanan
darah, denyut jantung peserta setiap harinya, juga tingkat kemih norepinefrin, suatu
hormon stress yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Serta variabilitas denyut jantung, variasi intervalbeat-to-beat yang digunakan sebagai
indikator untuk risiko kardiovaskular.
Dalam kelompok penelitian pertama yang mempersingkat durasi tidur, tekanan darah
mereka tidak mengalami perubahan. Tetapi, semua orang dalam studi ini, mengalami
peningkatan detak jantung pada siang hari, karena pembatasan waktu tidur.
Sedangkan, kelompok yang tidur di waktu siang, mengalami perubahan yang lebih dari
itu. Mereka memiliki kadar norepinefrin kemih dan berkurangnya variabilitas denyut
jantung di malam hari, saat mereka terjaga.
"Ada kesadaran umum bahwa ketika tingkat variabilitas jantung berkurang, ini
merupakan penanda untuk peningkatan risiko kardiovaskular," kata Daniela Grimaldi,
selaku penulis studi yang merupakan asisten profesor di Northwestern University
Feinberg School of Medicine.
Dilansir dari Time, Grimaldi dan rekan-rekannya fokus dengan apa yang mereka lihat
selama tidur ialah 'gelombang lambat', yang biasanya merupakan fase paling restoratif
bagi tubuh.
"Tekanan darah turun, denyut jantung turun, itu benar-benar memungkinkan tubuh
kembali pulih," kata Grimaldi.
Tetapi, pada kedua kelompok yang tidurnya dibatasi, denyut jantung benar-benar
meningkat, terutama pada kelompok pekerja shift malam dan mereka tidak dapat
sepenuhnya memulihkan kondisi tubuh.

"Satu-satunya hal yang dapat kami sarankan pada orang-orang tersebut adalah
kombinasi makan makanan sehat, melakukan aktivitas fisik, dan mencoba tidur
sebanyak yang mereka bisa dan meminimalkan semua kondisi gaya hidup lain yang
dapat menyebabkan risiko kardiovaskular juga," ujar Grimaldi.
Sumber :

Cara Mencegah Perut Kembung Saat Berpuasa


Agar perut tak kembung dan tak cepat merasa lapar, caranya konsumsi makanan yang
bervariasi disertai asupan serat dari buah dan sayur yang cukup.
"Komposisi makan saat sahur yang tidak pas bisa menyebabkan kembung saat
berpuasa. Makanlah bervariasi dan cukup serat buah dan sayur," ujar Spesialis gizi dari
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Marya W. Haryono, belum lama
ini.
Marya menganjurkan kebutuhan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak sehat, serta
mikronutrien lainnya, misalnya mineral, sebaiknya 40-50 persen dipenuhi saat sahur.
"Saat sahur penuhi karbohidrat, protein, lemak sehat misalnya dari ikan, kacangkacangan, dikombinasikan dengan mikronutrien dari sayur kemudian mineral. 40-50
persen harus terpenuhi saat sahur, supaya bisa menahan selama 12 jam," tutur dia.
Kemudian, saat berbuka, lanjut Marya, penuhilah 10-20 persen kebutuhan energi,
dengan nutrisi lengkap.
Dia menganjurkan konsumsi makanan manis namun tak berlebihan seperti madu,
kurma, bahkan yogurt.
"Saat buka, isi nutrisi yang lengkap. Makanan manis usahakan terbatas, dua sendok
makan gula," kata Marya.
Lebih lanjut Marya mengingatkan, sekalipun waktu makan kita berubah saat berpuasa,
namun harus tetap mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.
"Saat berpuasa yang berubah hanya jam makan. Sebisa mungkin asupan nutrisi tidak
berubah jumlahnya, dengan saat sedang tak berpuasa," kata Marya.
Sumber :

Insulin Analog Rendah Risiko Hipoglikemia pada DM tipe 1


Seperti kita ketahui bahwa berdasarkan asalnya, insulin dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu insulin human dan insulin analog. Dari suatu studi terbaru menunjukkan bahwa
insulin analog kerja cepat/ rapid-acting cenderung rendah menimbulkan risiko
hipoglikemia tidak berat (non-severe) pada DM tipe 1 dibandingkan dengan insulin
human NPH/ reguler. Kita tahu bahwa pasien DM tipe 1 lebih rentan menderita
hipoglikemia berat dibandingkan DM tipe 2, karena DM tipe 1 membutuhkan insulin
secara mutlak agar dapat menjalankan fungsi hidup dengan baik.
Dr. Rikke M. Agesen dari Nordsjaellands University Hospital, Hillerod, Denmark,
mengatakan bahwa dengan adanya hasil studi tersebut menyediakan bukti yang cukup
dalam manfaat yang dapat diberikan oleh insulin analog sebagai terapi pada sekitar
20% pasien DM tipe 1, yang seringkali menderita hipoglikemia berat. Seringkali pula
pasien dengan karakteristik tersebut dieksklusi dari uji klinik untuk alasan keamanan,
sehingga belum dapat diketahui bagaimana dampak pemberian insulin analog bagi
kelompok pasien tersebut.
Dalam studi yang dikenal dengan The HypoAna Trial, Dr. Agesen dan kolega
menyelidiki apakah semua insulin analog dibandingkan dengan semua terapi insulin
human dapat mengurangi risiko hipoglikemia. Studi yang dilakukan dengan desain
acak, terbuka, blinded endpoint, multisenter, dan cross-over, melibatkan 159 pasien DM
tipe 1 risiko tinggi karena telah mengalami 2 kali atau lebih episode hipoglikemia berat
per tahun. Studi dilakukan selama 2 tahun.
Hasilnya adalah, dengan pemberian insulin analog, terjadi penurunan HbA1c yang kecil
namun secara statistik signifikan, yaitu 1,4 mmol/L, 0,13%. Hasil ini telah dipublikasikan
pada jurnal Diabetes & Metabolism secara online bulan April. Sedangkan dengan
analisis per-protokol terhadap 114 pasien, angka kejadian hipoglikemia non-severe
mengalami penurunan secara signifikan dengan terapi insulin analog dibandingkan
terapi insulin human (53,3 versus 57,9 kejadian/pasien-tahun). Episode hipoglikemia
nokturnal yang non-severe pun cenderung lebih rendah dengan insulin analog
dibandingkan terapi insulin human (6,4 versus 10,6 kejadian/pasien-tahun).
Hipoglikemia nokturnal simptomatik menurun 48% dan hipoglikemia nokturnal
asimptomatik menurun sebesar 28%.
Jika kita melihat riwayat penelitian terdahulu, bahwa hanya satu penelitian yang
membandingkan semua terapi insulin analog dengan semua terapi insulin human, dan
muncul hipotesis bahwa mungkin saja pasien dengan hipoglikemia berulang juga akan
mendapatkan manfaat dengan terapi insulin analog.
Kesimpulan :
Pemberian insulin analog bagi pasien DM tipe 1 yang rentan menderita hipoglikemia
berat dapat menurunkan risiko hipoglikemia nokturnal non-severe dibandingkan dengan
insulin human. Hasil studi sangat penting karena selama ini pasien dengan karakteristik

tersebut sering dieksklusi dari penelitian-penelitian besar yang telah dilakukan


sebelumnya.
Image : Ilustrasi
Referensi:
1. Boggs W. Insulin analogs less likely to cause hypoglycemia in type 1 diabetes
[Internet].
2016
[cited
2016
May
30].
Available
from:
http://www.medscape.com/viewarticle/862668.
2. Agesen RM, Kristensen PL, Beck-Nielsen H, Norgaard K, Perrild H, Christianses JS,
et al. Effect of insulin analogues on frequency of non-severe hypoglycaemia in
patients with type 1 diabetes prone to severe hypoglycaemia: The HypoAna trial.
Diabetes & Metabolism. 2016. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.diabet.2016.03.001.
Sumber:

Apakah Puasa Ramadhan Mempengaruhi Kandungan Zat Gizi dalam ASI?


Menyusui dikaitkan dengan perkembangan biologis, psikologis dan intelektual bayi yang
lebih baik. Namun, banyak faktor yang mempengaruhi volume dan komposisi susu
manusia seperti tahap laktasi dan asupan ibu. Banyak ibu-ibu Muslim menyusui
berpuasa pada bulan Ramadhan. Namun bagaimana dampak puasa Ramadhan
terhadap kandungan zat gizi dalam ASI?
Suatu studi yang telah dipublikasikan dalam Sudan Journal of Medical Sciences bulan
Maret tahun 2016, menyebutkan bahwa puasa mempengaruhi kandungan zat gizi yang
ada dalam ASI. Studi yang melibatkan sukarelawan sebanyak duapuluh empat ibu
menyusui sehat untuk berpartisipasi dalam studi cross-sectional ini. Setiap ibu yang
diambil 100 mL ASI selama puasa dan diambil kembali 2 minggu setelah akhir bulan
puasa Ramadan. Susu selanjutnya disimpan dan dianalisis kandungan zat gizinya
dengan menggunakan metode laboratorium yang sesuai. Kandungan gizi utama yang
dianalisa adalah: abu, protein, laktosa, zat besi dan elektrolit.
Hasil dari studi tersebut, rentang usia wanita menyusui adalah antara 18 dan 38 tahun,
rerar ( SD) adalah 28,8 ( 5.15 tahun). Kebanyakan ibu, sekitar 17 (70,8%) adalah
sebagai ibu rumah tangga. Analisis ASI selama puasa dan periode non-puasa
menunjukkan bahwa: laktosa, protein, natrium, kalium, kalsium dan fosfat yang
menurun secara signifikan dalam ASI puasa dibandingkan dengan ASI non-puasa
(p=0,01), sedangkan "total soluble solid", kadar air, abu dan konstituen besi tidak
berubah secara signifikan selama puasa.

Berdasarkan hasiltersebut, peneliti menyimpulkan bahwa puasa pada bulan Ramadhan


secara signifikan mempengaruhi kandungan protein, karbohidrat dan elektrolit dalam
ASI.
Image: Ilustrasi
Referensi: Salah, Elmuntasir T.; Malik, Nada M. E.; Hassan, Mayson S.; Mohammed,
Ismail A.; Mohamed, Manal; Mohamed, Mohamed O.; Elmadhoun, Wadie M.Sudan
Journal of Medical Sciences . 2016:11(1):17-21.
Sumber :

You might also like